NEOLIBERALISME DAN GLOBALISASI EKONOMI
PENGERTIAN DAN KONTEKS SEJARAH NEOLIBERALISME
Menurut Harvey dalam bukunya yang berjudul A Brief History of Neoliberalism, neoliberalisme merupakan teori praktis ekonomi politik yang mengusulkan cara terbaik mencapai kesejahteraan manusia dan kemajuan adalah dengan membiarkan kebebasan individu dan wirausaha, dalam kerangka kelembagaan yang ditandai dengan penghargaan atas hak milik pribadi, pasar bebas, dan perdagangan bebas. Dalam hal ini negara berperan menciptakan dan mempertahankan kerangka kelembagaan yang sesuai dengan praktek – praktek tersebut.
Paham Neoliberalisme berakar kuat pada paham Liberal klasik yang telah muncul sebelumnya. Liberalisme klasik bermula dari reaksi terhadap praktek – praktek merkantilisme yang menjadi trend di Eropa pada abad 17 hingga 18. Tradisi ini berkaitan erat dengan istilah laissez faire, laissez passé yang berarti "biarkanlah, lepaskanlah". Pada abad 18, Adam Smith melawan pemikiran merkantilis melalui bukunya yang berjudul The Wealth of Nations yang menekankan pemahaman bahwa kebebasan individu adalah hal yang paling mendasar dan kekuasaan negara yang berlebihan akan mempunyai potensi merusak tatanan dalam masyarakat.
Bagi Smith, kepentingan semua masyarakat lebih baik dilayani oleh pilihan individu yang lebih rasional daripada oleh pemerintah, atau yang lebih dikenal dengan invisible hand. Dalam prakteknya, liberalism berpijak pada sistem produksi kapitalis yang pada waktu itu dirasa cocok untuk menggantikan sistem feodal. Sistem kapitalis mengandung lima elemen penting, yakni : pasar yang dikoordinasi oleh aktivitas ekonomi masyarakat, perluasan pasar berguna untuk pertukaran arus modal (tanah, pekerja, komoditas, dan uang), aktivitas ekonomi yang diatur oleh kompetisi, kebebasan wirausaha, serta melindungi hak – hak privat atas kepemilikan.
Smith menetang hambatan dalam pasar bebas internasional yang mana dilakukan oleh merkantilis dengan memasang tariff yang ditujukan untuk memusatkan power dan kekayaan. Langkah Smith ini diikuti oleh David Ricardo yang mengusung kebebasan dalam pasar tanpa campur tangan pemerintah akan membuat efisiensi.
Terjadi pertentangan dalam tubuh liberalism klasik yang dibawa oleh John Stuart Mill dan Keynes. Mill melihat ide liberalisme klasik yang muncul sebagai kapitalisme penuh di Eropa membawa dampak destruktif pada abad 18 yang mana motif manusia dalam bertindak lebih dilatar belakangi oleh akumulasi kekayaan tanpa mementingkan aspek moral dan spiritual.
Kemudian pada tahun 1930-an yang bertepatan dengan momen great depression, muncul pemikiran John Maynard Keyness. Keyenes percaya bahwa Great Depression membuktikan bahwa invisible hand terkadang keliru. Bagi Keyness, solusi yang tepat adalah dengan mengkombinasikan pengaruh negara ke dalam pasar. Pandangan ini tetap bersandar pada ide invisible hand, namun juga didukung oleh tindakan negara yang memiliki andil cukup besar namun tetap terbatas. Keyness juga menekankan bahwa kekuasaan negara harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam pasar, namun tidak se-agresif seperti pada merkantilis.
Pandangan Keyness ini disebut sebagai Keynessianisme, dan Keynessian mendominasi sistem pasca perang dunia II melalui institusi Bretton Woods. Negara secara bertahap mengurangi kebijakan regulasinya untuk membuat ekonomi nasionalnya terbuka dan menjadi kompetitif. Akibatnya, terjadi proteksi perdagangan domestik dan kontrol modal diterima kecuali untuk kebijakan liberal dalam negosiasi internasional.
Pada masa perang dingin Amerika muncul sebagai leader dan berperan aktif dalam perekonomian internasional sebagai hasil kemenangannya pada perang dunia II. Amerika juga membantu rekonstruksi pasca perang di Eropa. Sistem pada masa pasca perang dunia II berjalan baik karena Amerika telah mengcover pembiayaan yang ditujukan untu memelihara sistem moneter global dan sebagai srategi bertahan dalam aliansinya dalam rivalitas dengan USSR. Akibatnya Jepang dan Eropa barat mendapat keuntungan dari kondisi tersebut dalam memulihkan negaranya pasca perang. Namun yang tak disangka adalah Jepang dan Eropa Barat ternyata mampu tumbuh dengan baik dan menjadi kekuatan baru selain AS, sehingga mempertahankan diri sebagai hegemoni menjadi terasa mahal.
Di akhir 1960-an, negara – negara bertindak didorong oleh agenda domestiknya dan meningkatkan poteksionisme. Amerika juga merasa kuat membiayai perang di Vietnam tanpa bantuan financial dari aliansinya, sehingga akhirnya sulit untuk menciptakan sistem perdagangan, moneter, dan fiskal internasional yang terbuka.
Kemudian di awal 1970-an terjadi krisis minyak sebagai akibat aksi protes negara – negara Arab terhadap tindakan Israel. Kebijakan Keynessian berujung pada resesi dan inflasi besar – besaran yang terjadi secara bersamaan. Dalam menghadapi situasi tersebut, munculah kesadaran untuk kembali pada ide liberal kalisk yang diusung oleh Adam Smith yang percaya penuh pada sistem pasar yang bisa melahirkan kesejahteraan. Dari sinilah muncul neoliberalisme.
Kelompok Liberal yang bertumpu pada pemikiran Adam Smith dan David Ricardo berusaha menyerang dan mengkritik kebijakan yang bersandar pada Keynesian. Intervensi negara dalam bentuk peningkatan upah pekerja agar demand meningkat dianggap sebagai rintangan bagi perkembangan ekonomi. Peningkatan belanja publik yang pesat dianggap menciptakan terlalau banyak demand sehingga menimbulkan inflasi yang tinggi. Kaum Liberal menganggap bahwa redistribusi pendapatan sebagai sebuah ketidakadilan dan menganggap para penerima santunan kesejahteraan sebagai pemalas, oportunis, dan bahkan parasit sosial. Kemudian, mereka menganggap pasar sebagai sumber pencipta kesejahteraan jika dibiarkan alami tanpa campur tangan pemerintah. Intervensi pemerintah hanya akan mengacaukan apa yang disebut sebagai "tanda-tanda pasar".
Kemunculan para pemikir liberal seperti Hayek yang berusaha mengangkat kembali Liberalisme sejatinya berbeda dari apa yang semula diasumsikan oleh Liberal Klasik, oleh karena itu paham ini disebut sebagai "Neo"-liberalisme. Mereka memiliki sejumlah perbedaan mendasar dengan liberal klasik. Liberalisme klasik menentang bentuk-bentuk monopoli baik oleh negara maupun kelompok bisnis. Namun pengaruh liberal interventionist merusak pandangan ini dengan mengangkat peran negara yang tetap dibutuhkan terutama untuk menciptakan lingkungan yang dapat menjamin hak-hak individu. Sementara Neoliberalisme berada pada posisi yang lebih "mencurigai" peran negara sehingga dari segi apapun kekuasaan negara perlu dikontrol.
Dasar – dasar yang menjadi pijakan neoliberalisme diantaranya; privatisasi perusahaan publik, deregulasi ekonomi, liberalisasi perdagangan dan industri, pemotongan pajak besar – besaran, pengukuran moneter untuk menjaga laju inflasi, kontrol ketat terhadap ketenaga kerjaan, pengurangan belanja publik, campur tangan negara yang semakin minim, ekspansi pasar internasional, dan menghilangnya kontrol terhadap arus keuangan global.
GLOBALISASI EKONOMI
Sebelum mendefinisikan apa itu globalisasi ekonomi, sebaiknya kita lebih dulu mengetahui apa yang dimasksud dengan globalisasi. Menurut David Held, Globalisasi merupakan sebuah proses (seperangkat proses) yang berisikan transformasi dalam ruang hubungan sosial dan transaksi (dilihat dari perluasannya, intensitas, kecepatan dan akibatnya) menghasilkan arus dan jaringan aktivitas transcontinental atau inter-regional, interaksi, dan penggunaan power.
Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar dan akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Menurut Manfred, globalisasi ekonomi mengarah pada tingkat intensifitas dan meluasnya hubungan ekonomi yang terjadi antar negara secara global. Market atau pasar telah mengembangkan dan memperluas jangkauan mereka sehingga bisa menciptakan link yang menghubungkan mereka dengan perekonomian dari negara di dunia. Munculnya perusahaan transnasional besar, institusi ekonomi internasional besar serta sistem perdagangan regional dalam skala besar merupakan karakteristik dari ekonomi global pada saat ini.Globalisasi ekonomi juga dipandang sebagai seperangkat proses yang membawa pada faktor – faktor integrasi lintas batas negara, menghasilkan produk – produk perantara, dan memasarkan produk akhir sejalan dengan meningkatnya multi national corporations dalam aktivitas ekonomi.
Kaum globalis menganggap bahwa pola dan intensitas dari globalisasi ekonomi belum pernah terjadi dalam sejarah, akan tetapi mereka percaya bahwa sebuah ekonomi tunggal tanpa batasan sedang dalam proses pembentukan. Kaum globalis menganggap bahwa kemampuan negara sebagai regulator ekonomi bahkan negara terkuat sekalipun telah dilampaui oleh organisasi transnasional yang bergerak dalam bidang ekonomi yang didukung oleh agenda ekonomi neoliberal yang pada awalnya dimulai dengan revolusi industri yang menciptakan kemajuan dalam teknologi dan informasi. Walaupun pasar global disini tidak mengharuskan negara untuk keluar dari unit ekonominya akan tetapi mereka secara terus menerus mengikis kedaulatan ekonomi suatu negara dan mempengaruhi seluruh kebijakan fiskal dari pemerintah dan juga strategi perekonomiannya terhadap pasar.
Berlawanan dengan kaum globalis, kaum skeptis percaya bahwa argumen dari kaum globalis hanya dianggap sebagai usaha untuk membesar-besarkan isu integrasi ekonomi serta sistem kapitalis global. Globalis terlalu mengabaikan peran sentral negara terutama negara "great powers" dalam menggerakkan pasar global. Selain itu kaum skeptis disini juga menentang pernyataan dari kaum globalis yang mengatakan jika suatu negara jauh dari pasar global dianggap sebagai akhir dari kesejahteraan dan juga kebijakan ekonomi nasionalnya. Akan tetapi menurut kaum skeptis hal itu tidak benar karena kegiatan ekonomi itu sebenarnya masih berakar dari negara. Contohnya saja perusahaan-perusahaan multinasional yang pada dasarnya tetap merupakan perusahaan nasional dengan operasi Internasional. Kemudian kebijakan ekonomi nasional dianggap masih memegang peranan penting dalam penciptaan kekayaan dan kemakmuran.
Salah satu argumen penting dari kaum skeptis yang menentang argumen dari kaum globalis yakni tentang penciptaan sistem satu ekonomi global, menurut skeptis dunia saat ini terbagi menjadi tiga blok regional utama dimana negara tetap memegang kontrol dan terus bersaing untuk keuntungan ekonominya dan juga kaum skeptis menganggap tidak ada yang namanya sistem kapitalis global baru. Oleh karena itu bagi kaum skeptis integrasi ekonomi antar negara terjadi pada awal abad 20an bukan pada abad 21an.
SEJARAH KEMUNCULAN GLOBALISASI EKONOMI
Benih – benih perekonomian global bukanlah suatu hal yang baru. Sistem ekonomi dan sistem pasar kapitalisme global mulai berkembang sekitar tahun 1896 dan mencapai puncaknya pada tahun 1914. Munculnya perusahaan – perusahaan besar menandai kejayaan kapitalisme pada masa tersebut. Kapitalisme sendiri diartikan sebagai prinsip yang menjunjung kepemilikan privat atas faktor – faktor ekonomi, yang mana kapitalisme dapat dikatakan menguntungkan sektor privat.
Namun globalisasi ekonomi menjadi trend yang masif sejak munculnya neoliberalisme pada akhir perang dingin. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang revolusioner dibandingkan masa sebelumnya yang mana arus pertukaran faktor – faktor ekonomi dan manusia semakin intensif. Menurut Ohmae (dalam Held & McGrew) yang membedakan masa kini dan masa lalu adalah keberadaan single global ecomony melebihi dan mengintegrasi perekonomian di dunia.
1. Pembangunan Ekonomi Selama Perang
Menurut Jefri Frieden (dalam Ritzer: 2010), pembangunan globalisasi ekonomi pasca perang dunia II mengalami kegagalan sebagai hasil dari perang dunia I, The great depression, dan perang dunia II yang memberikan dampak negatif terhadap hampir semua sektor ekonomi. Pada tahun 1930-an, banyak negara berproduksi untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Hal tersebut merupakan kemunduran bagi globalisasi yang mana mengharuskan sebuah negara atau entitas membuka diri ke luar. Namun kondisi autarki ini bukanlah sebuah lawan utama bagi globalisasi ekonomi karena lebih cenderung berbau politis.
2. The Bretton Woods System
Kurangnya kerja sama antar negara yang mengakibatkan The great Depression membuat negara – negara belajar untuk tidak mengulanginya lagi. Kurangnya kerja sama tersebut ditandai dengan tarif yang tinggi serta proteksionisme, sehingga pemerintah cenderung menurunkan nilai mata uang untuk memasuki perdagangan global. Hal ini melatar belakangi terciptanya Bretton Woods System.
Sistem ini dimulai pada masa pasca perang dunia Kedua dimana pemerintahan-pemerintahan yang didominasi oleh negara-negara maju mengembangkan dan menyelenggarakan seperangkat aturan, lembaga, dan prosedur yang mengatur aspek-aspek penting dalam hubungannya dengan ekonomi internasional. Bretton Woods menjadi efek yang paling powerfull dalam perdagangan global, pengaturan moneter global, dan investasi global. Menurut Manfred (2013), selama hampir tiga dekade rezim Bretton Woods berkontribusi terhadap pembangunan masa kejayaan control capitalism. Dasar politik bagi The Bretton Woods System ini yakni: konsentrasi kekuasaan yang bertumpu pada sebagian kecil negara, adanya sekelompok kepentingan bersama dari negara-negara tersebut, serta kehadiran kekuatan dominan yang rela menjalankan peran kepemimpinan. Bretton Woods juga mengatur dasar – dasar institusional bagi tiga organisasi ekonomi internasional, yakni :
a General Agreemant On Tariffs an Trade (GATT)
GATT merupakan sebuah sistem untuk meliberalisasikan perdagangan yang dikembangkan oleh Bretton Woods dan menjadi eksis pada tahun 1947. GATT beroperasi sampai tahun 1995 yang kemudian digantikan oleh WTO. GATT memfokuskan perdagangan pada barang – barang, sedangkan WTO juga bertanggung jawab atas kenaikan perdangangan penting dalam bidang jasa.
b. International Monetary Fund (IMF)
IMF bertujuan untuk menyetabilkan ekonomi global serta berurusan dengan nilai tukar, balance of payment, aliran modal internasional, dan memantau kebijakan makroekonomi anggotanya. Seiring perubahan ekonomi global, fungsi IMF berubah yang mana di awal pendiriannya IMF mengatur sistem pertukaran yang diciptakan Bretton Woods. Saat ini IMF lebih cenderung memantau balance of payment negara – negara untuk menjamin keberlanjutan nilai tukar dalam mata uangnya. IMF juga memberikan pinjaman bagi negara khususnya negara berkembang yang ekonominya sedang goyah. Dana yang disediakan oleh IMF berbasis pada kuota dari negara anggota yang dapat menentukan batasan dalam peminjaman.
c. World Bank
World Bank (IBRD) dibentuk pada tahun 1944 di Bretton Woods dan mulai beroperasi pada tahjun 1946 yang mana keanggotannya terbuka bagi seluruh anggota IMF. World bank menyediakan dana bagi pemerintah dan juga memberikan nasihat dan jasa analisis untuk negara – negara. Misi World bank adalah ;
Mendorong pembangunan fasilitas produktif dan sumberdaya yang kurang di negara – negara berkembang
Memberikan dana yang ditujukan untuk merangsang produktivitas ketika modal privat tidak bisa diperoleh dengan alasan tertentu.
Mendorong investasi internasional untuk mempromosikan perdagangan internasional dan pembangunan serta keseimbangan dalam balance of payment.
Menolong negara anggota meningkatkan produktivitas, standar hidup, dan kondisi buruh
Dalam perkembangannya fokus World Bank telah meluas dari fokus utamanya dalam proyek infrastruktur hingga bisa menghasilkan pendapatan. Kini World Bank juga memberikan pinjaman dengan berbagai macam bidang tata kelola seperti sektor public, korupsi, dan beberapa aspek kemanusiaan serta kebijakan yang lebih luas.
Seluruh anggota memiliki suara dalam World bank, namun suara tersebut hanya bergantung pada seberapa besar dan seberapa penting perekonomian negara tersebut di dunia. Sejak tahun 1980 pengoperasian World bank menjadi lebih kontroversional karena World bank terlihat lebih didominasi oleh negara kaya dan hanya negara maju dan NGO tertentu yang memiliki suara. Kemudian World bank juga terlihat lebih melayani kepentingan negara kaya dari pada negara miskin. Selanjutnya sebagai efek perluasan yang dilakukan, World bank terlihat tidak lagi fokus dan melanggar batas aktivitas agensi lain. Hal – hal tersebut kemudian melemahkan World Bank.
d. Berakhirnya Bretton Woods System
Pada masa perang dingin, kerjasama ekonomi diperlukan dalam menghadapi musuh bersama yakni blok ekonomi Uni Soviet. Bagi AS, the Bretton Woods System ini diharapkan menjadi tameng dari ancaman Uni Soviet. Namun sekitar tahun 1970-an, sistem ini dalam keadaan kacau dan terancam. Pada 15 Agustus 1971, Presiden Richrad Nixon tampil di depan publik dan secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan para penandatangan sistem memutuskan untuk menunda tukar menukar penuh dollar dengan emas dan kemudian mendevaluasikannya. Ini sekaligus menandai mulai berakhirya era the Bretton Woods System yang diakibatkan oleh penentangan kekuasaan, melemahnya kepemimpinan AS, dan memudarnya konsesus.
Bangkitnya negara-negara berkembang serta mulai berpartisipasinya negara-negara komunis dalam ekonomi internasional semakin membuat kacau sistem ekonomi dunia saat itu. Kemunduran sistem ini semakin jelas ketika MEE (European Economic Comuunity) menjadi blok ekonomi yang menyaingi AS dan menjadi kekuatan politik potensial. Akhirnya perubahan-perubahan tersebutlah yang semakin mendorong menurunnya kemampuan leadership AS sehingga the Bretton Woods System menjadi semakin tidak efektif dan kemudian bubar.
3. Kemunculan Neoliberalisme
Kita telah banyak menyinggung neoliberalisme di awal pembahasan. Neoliberalism muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap ide liberalisme intervensionist yang dibawa oleh Keyness dan mengembalikan ide liberalism klasik Adam Smith dan David Ricardo. Neoliberalisme memperoleh legitimasinya pasca keruntuhan Uni Soviet dengan komunisme dan ekonomi komandonya pada akhir tahun 1980-an.
PENGARUH NEOLIBERALISME TERHADAP GLOBALISASI EKONOMI
Kebangkitan Neoliberalisme telah sejak lama tertuang dalam kebijakan-kebijakan ekonomi. Gagasan tersebut kemudian muncul dalam berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi politik domestik Inggris semasa pemerintahan Margaret Thatcher dan Ronald Reagan di AS. Tidak berhenti sampai disitu, dengan disponsori oleh Inggris dan AS, di tingkat global gagasan neoliberalisme juga menjadi landasan dalam diplomasi ekonomi internasional.
Setelah kaum liberal kanan (kemudian menjadi neoliberal) mendapat kemenangan dari lawannya, kaum neoliberal kemudian berusaha mendorong liberalisasi dan perdangaan bebas dunia. Globalisasi ekonomi menjadi kian masif dengan di-internasionalisasi-nya dasar – dasar neoliberalisme ke dalam bentuk institusi – institusi global. Neoliberalisme dan globalisasi di masa kini telah membuat saling keterhubungan yang tidak dapat dipisahkan. Penghapusan hambatan – hambatan dalam ekspansi pasar internasional yang diusung oleh neoliberalisme, menjadi bahan bakar berkembangnya globalisasi ekonomi yang semakin besar.
Harvey (dalam Ritzer) melihat neoliberal sebagai sesuatu yang berhubungan dengan globalisasi. Ruang lingkup neoliberalisme berada pada skala global, dalam artian neoliberalisme telah menjadi sistem politik dan ekonomi yang ditandai dengan luasnya jangkauan masyarakat di seluruh dunia. Kemudian neoliberalisme merupakan sebuah ide yang berisikan tentang sistem yang telah mengalir di seluruh penjuru dunia. Berbagai organisasi terutama IMF, World Bank, dan WTO didominasi oleh ide – ide neo liberal yang mana secara tidak langsung organisasi – organisasi tersebut didominasi oleh AS dan mereka mengekspor neoliberalisme ke seluruh dunia. Globalisasi dianggap merefleksikan kecenderungan proses akumulasi modal (kapital) dari pada sekadar meningkatkan pengaruh kebijakan neoliberal, namun di satu sisi neoliberal menjadi sesuatu yang dominan dan mempercepat laju globalisasi.
Menurut Manfred dalam bukunya yang berjudul Globalization A Very Short Introduction, ada tiga pembangunan yang terkait dengan globalisasi ekonomi, yakni internasionalisasi perdagangan dan keuangan, meningktakan peran MNCs, serta meningkatnya peran institusi ekonomi internasional seperti IMF, World Bank, dan WTO.
Internasionalisasi Perdagangan dan Finansial
Perdagangan yang menghilangkan hambatan masuknya barang dan jasa ke berbagai negara telah menciptakan peningkatan interaksi dan ketergantungan antar negara. Perdagangan bebas mendukung peningkatan pilihan konsumen, meningkatkan kesejahteraan global, membuat perdamaian dalam hubungan internasional, dan menyebarkan teknologi baru ke seluruh dunia. Dapat kita lihat bahwa freetrade menjadikan negara lebih produktif, kemudian juga mendapat keuntungan dari spesialisasi, kompetisi, dan penyebaran teknologi. Namun juga tak dapat kita tampikkan bahwa tidak ada jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari perdagangan bebas dapat terdistribusi dengan adil.
Internasionalisasi finansial erat kaitanya dengan deregulasi tingkat interest, pemindahan kontrol kredit, dan privatisasi institusi dan bank pemerintah. Hal tersebut mendorong peningkatan mobilitas antar segmen yang berbeda dalam industry finansial. Kehadiran internet juga membantu proses penyebaran dan liberalisasi perdagangan dan finansial.
Peran Multi National Corporations dan FDI
Multinational Corporation (MNC) dan Foreign Direct Investment (FDI) memiliki peranan penting dalam mendorong terjadinya globalisasi. Saat ini sangat banyak ditemukan perusahaan-perusahaan multinasional di hampir seluruh negara. Perusahaan multinasional itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah perusahaan yang menghasilkan barang dan melayani pasar di lebih dari satu negara. Dengan luasnya pasar MNC ini, membuat investasi yang mereka tanamkan sangat diharapkan untuk melakukan pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup.
Ada beberapa faktor terkait meluasnya ekspansi pasar perusahaan-perusahaan tersebut dalam skala global. Revolusi di bidang teknologi informasi, betambah pesatnya mobilitas modal, dan semakin murahnya biaya transportasi mendorong semakin meluasnya dunia (world wide trend). Selain itu, faktor besarnya keuntungan yang dijanjikan oleh pasar-pasar luar negeri karena semakin terbuknya pasar global juga membuat fenomena ini menjadi booming.
Meskipun kini telah banyak MNC yang mengusai pasar global, namun tetap saja banyak yang masih khawatir akan dampak buruk yang ditimbulkan. Bagi kelompok yang mendukung, MNC bisa mendatangkan keuntungan bagi ekonomi-ekonomi industri maju dan ekonomi industri baru serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dunia. Sementara bagi kelompok yang menentang MNC, mereka mengatrakan bahwa perusahaan itu menggerogoti demokrasi, merugikan masyarakat nasional, dan merupakan bentuk imperialisme baru.
Kini banyak MNC yang mulai bergerak kearah perusahaan transnasional (TNC) yang tidak terikat pada loyalitas negara-negara tertentu. Mereka akan mengembangkan usaha di banyak negara dan mengembangkan produk yang ditunjukan untuk memenuhi pasar-pasar lokal. Fenomena ini sering dikenal sebagai footloose industry (industry yang ringan kaki). Perusahaan seperti ini biasanya mempunyai kemampuan untuk memindahkan perushaan dari suatu negara ke negara yang lain. Keberadaan footloose industry ini akan sangat merugikan karyawan dan mengancam kedaulatan bangsa. Suatu negara tidak dapat dengan mudah mencegah perusahaan-perusahaan ini melarikan modalnya ke luar negeri.
Institusi Ekonomi Internasional
Salah satu kekuatan utama dalam memasukan nilai – nilai neoliberalisme adalah melalui institusi IMF dan World Bank dengan mempraktekan structural adjustment. Structural adjusmnet merupakan bantuan yang diberikan oleh IMF dan World Bank yang mana negara recipient harus merestrukturisasi perekonomian dan kemasyarakatannya berdasarkan resep -resep neoliberal seperti privatisasi, deregulasi, serta liberalisasi pasar dan perdagangan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan Washington Concencuss yang mana terdapat dominasi AS dibelakang organisasi tersebut dalam mengatur modal di negara tersebut. Institusi – institusi tersebut telah menjadi institusi global yang memiliki kontrol yang besar terhadap pasar dan perdagangan. Sistem pasar kapitalisme menjadi norma global yang bertindak sebagai "penghancur" untuk "menciptakan" atau dikenal dengan creative destructive theory.
D. KEGAGALAN NEOLIBERAL (GLOBALISASI EKONOMI)
Bangkitnya Neoliberal pada akhir abad ke-20, kini mulai diragukan keberhasilannya. Globalisasi ekonomi dengan paham Neoliberalnya mulai menunjukan beberapa dampak buruk, salah satu yang utama yakni timbulnya ketidak merataan pendapatan baik anatara negara maju dan negara miskin, atau kaum borjuis dan kaum proletar. Banyak kalangan yang menilai bahwa globalisasi hanya menguntungkan negara-negara maju dan semakin memiskinkan negara-negara berkembang. Fenomena ini tercermin dari data UNDP pada tahun 1989 dimana rata-rata pendapatan dari 20% masyarakat yang hidup di negara paling kaya mencapai 60 kali lebih tinggi daripada 20% masyarakat yang hidup di negara termiskin. Rasio ini merupakan dua kali rasio tahun 1950 yang hanya sebesar 30 kali. Dari data diatas dapat dibuktikan bahwa neoliberal dalam globalisasi ekonomi hanya dinikmati keuntungannya oleh negara-negara maju dan kaum borjuis karena adanya monopoli pasar.
Kekhawatiran akibat dampak buruk paham Neoliberaal ternyata tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang dan miskin saja, namun juga dikhawatirkan oleh negara industri maju. Munculnya MNC dan TNC yang marak membuka perusahaan dan investasi di negara lain memunculkan angka pengangguran yang signifikan di Eropa dan Amerika Serikat serta negara-negara industri maju lainnya. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut justru suka melebarkan sayapnya di luar negeri dan merekrut para pekerja asing yang memiliki upah murah. Selain itu, munculnya MNC dan TNC di negara berkembang dan miskin juga membawa dampak yang signifikan karena perusahaan-perusahaan nasional mereka tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki banyak keunggulan, baik dalam bidang teknologi, manajemen, maupun informasi. Akibat dari semua ini banyak perusahaan-perusahaan lokal yang bangkrut dan terpaksa menciptakan pengangguran baru.
Banyak kalangan yang menilai kegagalan paham Neoliberal ini terjadi karena sistem ekonomi dunia saat ini telah bergeser jauh dari pandangan Adam Smith dan David Ricardo yang menjadi landasan utama liberalisasi dan agenda pasar bebas. Saat ini terjadi pengangungan pasar yang sangat berlebihan dan usaha-usaha untuk memarginalkan peran negara bangsa malah menyalahi, atau dalam pandangan Korten "pengkhianatan" terhadap Adam Smith dan David Ricardo. Adam Smith mengatakan bahwa sistem pasar akan berjalan efektif jika tidak adanya pembeli atau penjual yang besar untuk mempengaruhi pasar atau biasa disebut dengan monopoli. Oleh karena itu Adam Smith menentang segala bentuk monoli dalam sistem pasar. Hal itu tentu sangat bertentangan dengan sistem pasar globalisasi saat ini dimana monopoli sangat banyak kita jumpai sehingga tentu menciptakan pasar yang tidak efektif dan tidak membawa kemakmuran bagi rakyat.
Kegagalan neoliberal dalam mengatasi krisis ekonomi yang akhir-akhir ini sering terjadi juga diamini oleh beberapa tokoh dunia, diantaranya yakni Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy. Nicolas Sarkozy mengatakan bahwa "We need to rebuild the whole word financial and monetary system from scratch". Nicolas Sarkozy mulai menyadari bahwa tidak selamnya pasar bisa menopang kesejahteraan rakyat. Justru dengan adanya sistem ekonomi pasar membuat terjadinya beberapa krisis akhir-akhir ini. Sarkozy menginkinkah seluruh negara di dunia membuat aturan ulang mengenai sistem moneter agar bisa memperbaiki sistem pasar yang ada.
Banyaknya bukti-bukti kegagalan paham neoliberal dalam memandang ekonomi membuat banyak negara di dunia menjadi khawatir dengan sistem ekonomi dunia saat ini yang demikian luas dan terbuka. Kekhawatiran tersebut akhirnya kini memunculkan regionalisme perdagangan/ekonomi. Munculnya regionalisme ekonomi ini disebabkan oleh adanya invasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional yang berasa dari negara lainnya. Bukan hanya negara berkembang dan miskin, namun negara maju juga semakin khawatir akan hal ini. Misalnya saja banyak rakyat Amerika Serikat yang kini mulai khawatir akan serbuan produk-produk otomotif Jepang yang marak disana. Atas hal ini akhirnya Amerika Serikat mulai mengembangkan bentuk-bentuk regionalisme ekonomi baru melaui NAFTA. Selain Amerika Serikat, negara-negara Eropa juga kini membentuk Pasar Tunggal Eropa untuk mengatasi dominasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Hal inilah yang kemudian menjadi paradox dalam globalisisasi ekonomi. Di tengah gelombang globalisasi ekonomi yang menuntut akses pasar yang semakin terbuka, tetapi malahan bentuk-bentuk perlawanan terhadap globalisasi ekonomi itu sendiri dalam bentuk regionalisame ekonomi. Regionalisme ekonomi membuat semakin sulitnya terjadi integrasi pasar secara global, dan masing-masing negara akan sibuk dengan kelompoknya masing-masing dan urusan negaranya sendiri.
Balaam, D.N & Dillman. Introduction to International Political Economy (Oxford: Pearson, 2011), hlm
Ibid, hlm
Ibid, hlm
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm
Steger, Manfred. Globalization A Very Short Introduction (Oxford: University Press,2013), hlm 41
Tambunan, Tulus. Pengaruh Kadin Brebes di Dalam Era Globalisasi : Tantangan dan Ancaman, ( http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-2498-06022008.pdf) diakses pada 5 Maret 2014
Aseem Prakash, Presentation to the United Nations General Assembly New York September 30, 1999. (The George Washington University Washington, D.C. hal 1 http://faculty.washington.edu/aseem/ga.pdf), diakses pada 1 April 2014.
Held. David & McGrew, Anthony. The Global Transformation Reader (Cambridge: Polity Press), hlm 299
Bunch, Terence.
Peet , Unholy Trinity: IMF, World Bank, and the World Trade Organization, dalam Ritzer (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), hlm 175
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm 79
Steger, Manfred. Globalization (Oxford: University Press,2013),hlm 38
Ritzer Ritzer, George. Globalization A Basic Text (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), hlm 180
Ibid, hlm 183
Ibid
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004), hlm 81
Ibid., hlm 83
Winanti, Poppy S.
Kotz, (Volume 12, No 2: 2002), hal 64-79.
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004), hlm 99
Ibid., hlm 105
Ritzer Ritzer, George. Globalization A Basic Text (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), hlm 112-113
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm. 114
Ibid, hlm. 115
Ibid, hlm116
Rietzer, George. Globalization A Basic Text. (New York: Wiley-Blackwell, 2010), hlm. 130.
Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm. 111