PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BUKU PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
(ISMAFARSI) Association of Indonesia Pharmaceutical Students Council
Disusun oleh : Staf Ahli Bidang Kaderisasi
BADAN PENGURUS HARIAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA PERIODE 2012-2014 1
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
PENGANTAR
Salam ISMAFARSI dan Salam Satu Jiwa, Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Sang Pemberi Nama sehingga dipersatukannya kita dalam sebuah wadah Ikatan Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI). Semoga kehadiran kita semua dapat memberi warna dalam lintasan sejarah bangsa ini. Organisasi ISMAFARSI sebagai salah satu organisasi mahasiswa kesehatan, telah lama kita cita-citakan menjadi salah satu organisasi yang terkemuka baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional bahkan oleh para pendahulu organisasi ini. Hal tersebut bukanlah jalan yang mudah, salah satu faktor penunjang yang paling penting adalah kesiapan para kader ISMAFARSI dalam menghadapi realitas di lapangan. Sangat diharapkan kader yang diciptakan nantinya akan bertindak sebagai motor penggerak roda organisasi. Diperlukan usaha secara sadar dan terus-menerus dalam menyiapkan kader-kader atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu system pengkaderan yang baku, terstandar, terencana, terarah, terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Perancangan pembentukan kader tersebut diiharapkan akan terbentuk kader / aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dan spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner. Buku ini hadir mencoba menjumpai kawan-kawan aktivis yang haus akan nilai-nilai intelektualitas sebagai bekal kader ISMAFARSI yang handal dan menjadi wadah pemikiran dalam rangka pengembangan pola pengkaderan ISMAFARSI sebagaimana hal tersebut diharapkan oleh staf ahli kaderisasi terdahulu, semoga dengan sedikit penyesuaian terhadap kebutuhan kader di setiap daerah, buku ini dapat menyentuh dan mengena dalam aplikasi pencapaian kader yang diharapkan. Terselesaikannya buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak aspek yang tidak terjamah oleh isi buku ini. Sepakat dengan staf kaderisasi yang telah menjabat terdahulu, kami berharap jauh kedepan akan lahir kader-kader ISMAFARSI yang akan menyempurnakan isi buku ini.
2
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
“Kiranya ini menjadi katalisator dalam menempuh berbagai asa yang menanti diujung waktu. Tak perlu banyak berandai meskipun angan-angan sanggup menembus batas ruang dan waktu. Sedikitlah berharap karena cita-cita tak datang dengan sendirinya. Tapi, banyaklah bekerja keras karena hasil akan diperoleh dengan cara itu. Jadilah mutiara, walaupun berada di dasar laut pasti kelak akan dicari. Kami persembahkan buku ini buat mereka yang mengerti persoalan.............................!!
Fachril Thohari (STAF AHLI KADERISASI 2012-2014)
3
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Mahasiswa sebagai kelompok menengah dalam miniatur peradaban bangsa memiliki peran yang sangat penting dan strategis, khususnya dalam perubahan sosial. Gerakan mahasiswa tampil sebagai kelompok independen dan sarat dengan nilai – nilai transformasi dan politis. Struktur sosial kemasyarakatan menempatkan mahasiswa menjadi satu kesatuan sistem masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial, sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa merupakan kelompok yang dianggap mempunyai taraf berfikir di atas rata – rata sehingga posisinya sangat strategis dalam mengambil peranan yang menentukan keadaan masyarakat di masa depan. Perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju tentunya akan menjadi sasaran utama dari kebijakan pembangunan. Bidang kesehatan mengarahkan pembangunan kepada upaya penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar mampu mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tertanamnnya pemikiran tersebut di dalam kampus diharapkan mampu menyebar secara efektif di tengah – tengah masyarakat, hal tersebut sebaiknya didukung dengan pembinaan dan pengkaderan. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) adalah lembaga yang bergerak di bidang ke Farmasian. Kampus merupakan inti kekuatan dan tempat beradanya sumber daya berupa warga civitas akademika yang merupakan obyek utama perkembangannya, serta masyarakat adalah tempat pengabdiannya. ISMAFARSI sebagai bagian dari masyarakat Indonesia pada umumnya, dan mahasiswa pada khususnya berkepentingan agar proses pembangunan dapat berlangsung terus – menerus. ISMAFARSI secara langsung maupun tidak langsung berperan serta dalam membangun dan mewujudkan profesionalisme tenaga farmasi di masyarakat guna memperbesar dan mengencangkan peran aktifnya sebagai tenaga kesehatan. Memperbesar peran aktif berarti ISMAFARSI sebagai eksponen tenaga kesehatan tampil melengkapi khazanah eksponen yang sudah ada dan turut menyuarakan aspirasi dari profesi farmasi. Mengembangkan peran aktif 4
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
berarti ISMAFARSI dalam kebersamaan itu bahu membahu dengan eksponen kesehatan lain, bekarja menyuarakan aspirasi profesi farmasi. Menyadari substansi mahasiswa farmasi yang sangat dominan, dimana farmasis selaku profesi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab di bidang farmasi harus memiliki standar. Standar yang dimaksud adalah bahwa farmasis memiliki kemampuan dan keterampilan dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan serta persaingan yang ada. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan untuk itu mewujudkan peran ISMAFARSI yang maksimal diperlukan usaha secara sadar dan terus menerus dalam menyiapkan kader – kader atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu sistem pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan terbentuknya kader/aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dari spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia (ISMAFARSI) sebagai bagian dari mahasiswa Indonesia yang sekaligus menjadi basis kaderisasi mahasiswa, selayaknya memiliki pola pengkaderan yang baku dan mendasar dan harus memiliki ciri khas yang mampu membedakan dengan format pengkaderan kelompok masyarakat secara umum atau dengan lembaga kemahasiswaan lain pada khususnya. Harapan kita bahwa format pengkaderan tersebut berlandaskan Tri Dharama Perguruan Tinggi, prinsip – prinsip keilmuan yang dinamis serta terintegrasi dengan kearifan nilai – nilai perjuangan mahasiswa farmasi yang bersifat universal. Tanpa dilandasi nilai – nilai tersebut dikhawatirkan akan terjadi krisis orientasi kepribadian, sikap intelektual dan profesionalisme mahasiswa farmasi Indonesia.
B. ASAS TUJUAN DAN SASARAN 1. Asas Asas dari pengkaderan ISMAFARSI adalah “ terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan”.
5
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. Tujuan Tujuan diadakan Formasi Pengkaderan adalah memberikan acuan dasar yang terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan serta berdasarkan pada potensi dan kebutuhan mahasiswa demi mempertahankan idealisme terhadap peran dan tanggung jawab moral menuju pencapaian masyarakat yang berperadaban pada khususnya dan profesionalisme farmasi pada khususnya, selanjutnya terumuskan dalam point – point dasar tujuan pengkaderan ISMAFARSI sebagai berikut : a. Membentuk kader yang beriman dan bertaqwa b. Memberikan pengetahuan dan wawasan ke ISMAFARSI-an dan ke–FARMASI-an c. Membentuk kader yang memiliki kemampuan konsepsional dan praktikal berorganisasi d. Membentuk kader yang proaktif, kritis dan solutif e. Membentuk kader yang bersikap terbuka, kreatif dan inovatif f. Membentuk kader yang mampu mengembangkan diri dan ISMAFARSI di tingkat komisariat, wilayah, nasional dan internasional
3. Sasaran Sasaran pengkaderan adalah seluruh mahasiswa farmasi yang tergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh konstitusi ISMAFARSI.
C. ORIENTASI PENGKADERAN ISMAFARSI 1. Visi a. Menjadikan ISMAFARSI sebagai basis pengkaderan mahasiswa farmasi yang diperhitungkan baik pada tingkat universitas, wilayah, nasional maupun internasional. b. Melahirkan kader pemimpin masa depan bangsa yang berkualitas. 2. Misi a. Membuat sistem rekruitmen kader secara professional.
6
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
b. Menjalankan suatu pola pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan serta berada pada kerangka ilmiah dan kerangka intelektualisme profesionalisme farmasi. c. Membentuk tim pengkaderan di tingkat komsat, wilayah dan nasional untuk menyampaikan kurikulum pengkaderan yang telah di susun dan apabila dimungkinkan tim dapat melakukan pengembangan materi terkait peningkatan kualitas kader. d. Memberi motivasi dan meningkatkan animo mahasiswa untuk berlembaga sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. D. PENGERTIAN – PENGERTIAN 1. Kader adalah individu atau sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan menjadi tulang punggung organisasi. 2. Kaderisasi adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar, sistematis dan selaras dengan pedoman baku sehingga memungkinkan seseorang mengaktualisasikan dirinya menjadi kader yang berkualitas. 3. Format pengkaderan adalah sketsa dasar yang memberikan motivasi, pengarahan, pembenaran dan indikator keberhasilan suatu organisasi. 4. Retkuitmen kader adalah pola pendekatan terhadap calon kader berdasarkan kriteria integritas pribadi, prestasi akademik dan potensi dasar kepemimpinan. 5. Kurikulum adalah perangkat acuan materi yang terstruktur untuk dijadikan panduan oleh suatu organisasi untuk diajarkan kepada calon dan atau kader organisasi yang bersangkutan.
7
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB II SISTEM DAN MEKANISME KERJA PENYELENGGARAAN PENGKADERAN
1. Arah Pengkaderan Arah pengkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pengkaderan ISMAFARSI. Arah pengkaderan sangat erat kaitannya dengan tujuan pengkaderan dan tujuan ISMAFARSI secara umum yang merupakan titik sentral dan garis arah setiap pengkaderan, maka ia merupakan norma atau ukuran dari semua kegiatan ISMAFARSI. Bagi anggota, tujuan ISMAFARSI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
1. Jenis-jenis Pengkaderan 1.1 Pengkaderan formal Pengkaderan formal adalah Pengkaderan bertingkat dan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Yang terdiri dari : 1.1.1 Pengkaderan Tingkat Komisariat yaitu : Latihan Kepemimpinan Pertama (LK I) 1.1.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah yaitu : Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II ) 1.1.3 Pengkaderan Tingkat Nasional yaitu : Laboratorium Kepemimpinan Tingkat Atas (LK III)
8
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
1.2 Pengkaderan in-formal Pengkaderan In-formal adalah bentuk pengkaderan ISMAFARSI yang bersifat tidak resmi dan tidak berjenjang. Pengkaderan ini mengutamakan keikutsertaan secara aktif anggota dan kader pada setiap kepanitiaan dan kegiatan organisasi untuk mengembangkan diri dan mengimplementasikan hasil pengkaderan formal.
1.3 Pengkaderan non formal Pengkaderan non formal adalah bentuk pengkaderan tidak resmi berupa pendampingan dari kader senior ismafarsi kepada kader baru yang dianggap potensial untuk membangun dan memegang tongkat estafet kepemimpinan organisasi di masa depan.
2. Tujuan Pengkaderan menurut jenjang dan bentuknya Tujuan pengkaderan ini dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki anggota ISMAFARSI setelah mengikuti jenjang kader tertentu yakni LK I, LK II dan LK III. Sedangkan tujuan traning menurut jenisnya adalah rumusan sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota ISMAFARSI baik kemampuan intelektualitas maupun kemampuan keterampilan setelah mengikuti pengkaderan atau pelatihan tertentu yakni berupa pengkaderan formal, informal dan non formal. 2.1 Tujuan pengkaderan formal 2.1.1 Pengkaderan Tingkat Komisariat Latihan Kepemimpinan Pertama (LK 1) 1. Pengembangan
pengetahuan
dan
pemahaman
tentang
keorganisasian. 2. Pengembangan nilai –nilai kepemimpinan 3. Pengenalan organisasi ISMAFARSI 2.1.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II) 1. Menciptakan kader yang siap berkiprah di ISMAFARSI 2. Pendalaman wacana dan wawasan 9
keilmuan
dan
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
3. Menciptakan kader yang mampu menganalisa realitas sosial 4. Meningkatkan tanggung jawab intelektual yang dimiliki kader 5. Memiliki kemampuan memanejemen konflik wacana 2.1.3 Pengkaderan Tingkat Nasional Latihan Kepemimpinan Tingkat Atas (LK III) Pembentukan individu menjadi kader yang mampu melahirkan ideide/konsep pergerakan organisasi ISMAFARSI hingga akhirnya mampu serta kompeten dalam “transfer ilmu” pada generasi ISMAFARSI selanjutnya dan menjadi kader yang diperhitungkan baik di tingkat universitas, wilayah, nasional maupun internasional.
2.2 Tujuan pengkaderan in-formal Terbinanya kader yang mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh dari pengkaderan formal dan memiliki skill dan profesionalisme dalam bidang manajerial, keorganisasian, kepemimpinan, serta bidang keprofesionalisme lainnya.
2.3 Tujuan Pengkaderan non formal Pematangan terhadap pemahaman keismafarsian, manajerial dan kepemimpinan dari
kader-kader baru yang potensial sehingga nantinya dapat memegang tongkat
estafet kepemimpinan dalam ISMAFARSI. 3. Sasaran jenjang pengkaderan 3.1 Pengkaderan Tingkat Komisariat Latihan Kepemimpinan Pertama (LK 1) Mahasiswa baru masing-masing komisariat dan Mahasiswa yang belum mengikuti LK I
10
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
3.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II) Anggota komisariat dari masing-masing wilayah dan Anggota yang telah mengikuti LK I serta dinyatakan lulus screaning wilayah. 3.3 Pengkaderan Tingkat Nasional Latihan Kepemimpinan Tingkat Atas (LK III) Utusan / delegasi dari masing-masing komisariat dan kader yang telah lulus LK II serta lulus screaning
2. Alur pelaksanaan pengkaderan
(A) MUNAS
RAKERNAS
(B)
(B)
PRAMUNAS (C)
PIMFI (A)
Keterangan : (A) Kegiatan berlangsung pada saat semester ganjil, jenis pengkaderan yang mungkin dilakukan adalah pengkaderan LK I dan dilakukan di tingkat komisariat (B) Kegiatan berlangsung pada saat semester genap. Jenis pengkaderan yang mungkin dilakukan adalah pengkaderan LK II dan dilakukan di tingkat wilayah. (C) Kegiatan pengkaderan LK III dilakukan pada saat event Nasional Pramunas atau waktu yang disepakati
11
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
C. Manajemen Pengkaderan 1. Pendekatan penerapan Kurikulum Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran dalam metode pengkaderan. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang digunakan dalam pengkaderan. Demikian pula materi pengkaderan memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan metode yang ada dalam jenjang pengkaderan. Dalam hal ini untuk penerapan kurikulum pengkaderan ini perlu diperhatikan beberapa aspek berikut : 1.1 Penyusunan jadwal Pengkaderan Jadwal pengkaderan adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentukbentuk pengkaderan. Oleh karena itu perumusan jadwal pengkaderan hendaknya menyangkut masalah-masalah berikut : - Urutan materi hendaknya dalam penyusunan suatu pengkaderan perlu diperhatikan urutan-urutan tiap materi yang harus memiliki korelasi dan tidak berdiri sendiri (integrative). Dengan demikian materi-materi yang disajikan dalam pengkaderan selalu mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis dan terarah, karena dengan cara itu akan memolong peserta dalam memahami materi dalam pengkaderan secara menyeluruh dan terpadu. -Materi dalam jadwal harus selalu disesuaikan dengan jenis dan jenjang pengkaderan.
1.2 Cara atau bentuk penyampaian materi pengkaderan Cara penyampaian materi-materi pengkaderan adalah gabungan antara ceramah dan diskusi/dialog. Semakin tinggi tingkatan suatu pengkaderan atau semakin tnggi tingkat kematangan peserta , maka semakin banyak forum-forum komunikasi idea. Suatu materi harus disampaikan secara diskutif dengan memberikan banyak kesempatan kepada peserta.
12
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
1.3 Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan di kalangan peserta pengkaderan. Forum pengkaderan sebagai penyegar gagasan peserta, sedapat mungkin dalam forum tersebut tenaga organizing committee merupakan pioneer dalam gagasan kreatif. Meskipun gagasan atau problem yang disajikan dalam forum belum ada penyelesain secara sempurna. Untuk menghindari pemberian materi secara indokrinatif dan absolustik maka penyuguhan materi hendaknya ditargetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak diberikan pada peserta.
1.4 Usaha menumbuhkan motivasi antar individu dalam forum pengkaderan. Untuk menumbuhkan kegairahan dalam suasana akademik dalam pengkaderan, maka forum itu hendaknya merupakan bentuk dinamika group. Karena itu forum pengkaderan harus mampu memberikan perubahan dan menumbuhkan respon yang sebesar-besarnya.
1.5 Terciptanya kondisi yang equal antara sesama individu dalam forum pengkaderan Menciptakan kondisi equal antara segenap unsur dalam pengkaderan berarti mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur dalam pengkaderan.
D. Fungsi Dan Wewenang Yang Terlibat Dalam Organisasi Pengkaderan a. Sekjen Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengkaderan, serta meminta pertanggung jawaban staf ahli atas pelaksanaan kegiatan pengkaderan b. Staf alhi bidang kaderisasi Sebagai penanggung jawab pengkaderan ISMAFARSI secara keseluruhan Mengkoordinir semua program pengkaderan mulai tingkat komisariat, wilayah sampai tingkat nasional Mengevaluasi dan menindak lanjuti pengkaderan 13
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. Korwil Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat wilayah Melakukan koordinasi dengan staf ahli bidang kaderisasi d. Komisaris Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat komisariat Melakukan koordinasi dengan Korwil e. Penceramah / Pemateri Menyiapkan serta memberikan materi-materi latihan kepada peserta Mengevaluasi materi yang telah diberikan f. Steering Committee Menentukan jadwal kegiatan pengkaderan Merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan, modul, sistem, dan metode serta arah dan strategi pengkaderan Mengadakan koordinasi langsung sebaik-baiknya diantara unsur yang terlibat langsung dalam pengkaderan Membuat laporan kegiatan Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan Mengevaluasi kegiatan pengkaderan g. Organizing Committee Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan
E. Mekanisme Kerja Pengkaderan a. Sekjen / Korwil / Komisaris, memandatir SC dan OC dalam suatu kegiatan pengkaderan b. SC bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pengkaderan dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang memandatinya
14
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. OC membantu SC bertanggung jawab menyediakan segala fasilitas yang diperlukan demi terselenggaranya kegiatan pengkaderan dan membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang memandatinya.
F. Pelaksanaan Pengkaderan Pelaksanaan pengkaderan merupakan inti kegiatan dari seluruh rangkaian persiapan yang dilakukan. Oleh karena itu, keterlibatan dan sinergi seluruh komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pengkaderan, baik yang menyangkut materi, Steering Committee, Organizing Committee, peserta, pemateri, maupun pengurus ISMAFARSI. Persiapan pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Pendaftaran peserta Sebelum pelaksanaan pengkaderan, perlu dilakukan pendaftaran peserta sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh panitia dan pimpinan ISMAFARSI baik yang bersifat administratif, maupun kebijakan sebagai seleksi awal. 2. Wawancara Untuk menjajaki kemampuan peserta, dapat melalui wawancara atau menggunakan alat Bantu formulir yang berisi daftar pertanyaan sejauh mana kesungguhan mengikuti pengkaderan, pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, ketrampilan yang dimilki serta potensi kepemimpinan dan kecenderungan yang dimiliki oleh peserta. 3. Proses Pengkaderan Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh peserta, panitia dan pemateri harus terlibat aktif dalam setiap tahap latihan, baik dalam mengikuti ceramah, diskusi, maupun pengismafarsian dan evaluasi kegiatan
15
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
G. Tata cara Pendelegasian 1. Pengiriman delegasi dari setiap institusi pada event Nasional harus mengikuti pembekalan/pengkaderan tahap I di tingkat komisariat 2. Apabila delegasi mengirimkan delegasi yang baru mengikuti event Nasional, maka harus didampingi oleh delegasi yang pernah mengikuti event Nasional 3. Jika delegasi yang telah mengikuti event Nasional tidak dapat mendampingi delegasi yang baru, maka delegasi yang baru tersebut harus membawa surat rekomendasi dari komisaris.
16
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB III METODE PENGKADERAN ISMAFARSI
A. Pendekatan Pengkaderan Pada umumnya dalam dunia pengkaderan dikenal ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan paedagogi dan pendekatan andragogi. Pengkaderan ISMAFARSI menerapkan pendekatan pendekatan paedagogis dan andragogis secara fleksibel sesuai dengan jenis komponen dan jenjang pengkaderannya.
1. Pendekatan andragogis Pendekatan andragogis pada prinsipnya menekankan pada pembentukan, pengisian, penerusan materi atau bahan yang telah direncanakan secara lebih sepihak dari instruktur atau pemateri kepada peserta. Dalam bahasa umum disebut dengan pendekatan yang menekankan pada proses transformasi ide, pengetahuan, nilai-nilai, pola-pola sikap serta prilaku peserta serta keterampilan dari subyek pendidik (nara sumber/pemateri) kepada objek didik (peserta). Pendekatan paedagogis memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Bersifat indonkrinasi 2. Bahan/materi yang disajikan berupa paket yang direncanakan 3. Peserta/sasaran adalah penerima sedangkan instrukur/pemateri adalah pemberi sehingga yang pertama pasif dan kedua aktif. 4. Cara/teknik yang diterapkan lebih sepihak yakni dari nara sumber/pemateri kepada peserta/sasaran. Adapun teknik yang diterapkan adalah : Ceramah/kuliah, indoktrinasi, Resitasi (penugasan), Stimulasi (penanaman semangat /motivasi), Penataran, Tes, Sistem tutorial (keguruan), Mentoring
2. Pendekatan Paedagogis Pendekatan paedagogis adalah kebalikan dari pendekatan andragogis yakni pendekatan yang lebih menekankan pada pengembangan peserta secara lebih partisipatif sesuai dengan 17
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
potensi, kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta. Pendekatan andragogis disesuaikan dengan prinsip belajar orang dewasa untuk memperoleh pengetahuan, wawasan dan sikap mental serta keterampilan baru bagi peserta. Pendekatan tersebut terbagi ke dalam pendekatan humanistik, partisipatory training, persuasif, dan scuritif sesuai dengan jenjang pengkaderan serta kondisi peserta. 2.1 Pendekatan humanistik Pendekatan humanistik merupakan sintesa dari pendekatan paedagogis dan andragogis, yang mengandung pengertian sbb: a. sumber belajar adalah pengalaman peserta, sedangkan nara sumber/pemateri hanya membantu,
menyimpulkan,
merangkum
pengalaman
peserta.
Oleh
karena
itu,orientasi belajar lebih ditekankan pada suatu proses pendidikan dan pelatihan (LK) b. Perencanaan materi pengkaderan diputuskan oleh peserta sendiri yang dipandu oleh nara
sumber/pemateri.
Pemateri
hanya
membantu
perurutan
penyajian,
menempatkannya dalam konfigurasi sesuai dengan identifikasi, kebutuhan dan tujuan pengkaderan. c. Belajar dipandang pemecahan masalah (problem solving) dengan membulatkan pengetahuan serta pengalamannya dari sejumlah informasi yang disajikan oleh peserta dan nara sumber/pemateri . Dengan demikian proses pengkaderan merupakan proses penemuan dan pemecahan masalah, sekaligus merupakan proses transformasi pengetahuan dan pengalaman. 2.2. Pendekatan Participatory training Pendekatan participatory training merupakan pendekatan pengkaderan yang mengacu pada proses belajar aktif dari seluruh peserta komponen yang terlibat dalam proses pelatihan. Dalam hal ini pelatihan diarahkan pada upaya membantu peserta agar terlatih dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengkaderan merupakan laboratorium, sehingga informasi dan peristiwa yang ditangkap kemudian di refleksikan oleh peserta untuk diproses menjadi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan. Pendekatan ini memberikan pengetahuan dan pengertian bahwa pengalaman
18
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
merupakan guru yang paling baik. Proses pengkaderan merupakan selalu berusaha mengarah pada perolehan pengetahuan melalui pengalaman. Dengan demikian, proses belajar dalam pelatihan adalah menstrukturkan pengalaman-pengalaman (structured experiens) yang menitikberatkan pada partisipasi aktif peserta pada pelatihan. 2.3. Pendekatan persuasif Pendekatan
persuasif
merupakan
pendekatan
pengkaderan
dengan
bentuk
rangsangan melalui stimulus dan penghargaan yang dapat mendorong para peserta untuk mencapainya. 2.4. Pendekatan scuritif Pendekatan scuritif merupakan pendekatan pengkaderan dengan bentuk pemberian sanksi atau hukuman secara paedagogis bagi para pelanggar. Adapun teknik yang diterapkan dalam pendekatan paedagogis antara lain : Diskusi, Brainstorming (sumbang saran), Ice breaker (Pemecahan kondisi vakum/beku), Buzz group (kelompok bisik), Case study (studi kasus), Problem solving (pemecahan masalah), Quis sistem (sistem angket), Dinamika kelompok, Studi tour, Home visiting, Studi lapangan Case analizing (analisis masalah)
B. Metodologi Pengkaderan 1. Pengertian Metodologi : Metodologi merupakan prinsip-prinsip proses pengkaderan yang sistematis mengenai cara-cara penyajian materi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metodologi itu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi
serta kepentingan kelompok sasaran pada awal
pertumbuhannya berorientasi pada pencapaian efektifitas dan efisiensi, serta penguasaan materi. Kemudian saat ini perkembangan metodologi mengarah pada perubahan sikap dan prilaku peserta, sebagaimana tujuan dan sasaran yang diharapkan.
19
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. Bentuk-bentuk metodologi : Bentuk-bentuk metodologi latihan kader Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi adalah sebagai berikut : 2.1 Ceramah Metode ini dimaksudkan sebagai pendekatan penyajian materi yang bersifat satu arah dari pemateri kepada peserta. Agar penyajian materi dapat berlangsung dengan efektif maka perlu dilengkapi alat peraga yang tersedia secara kreatif, seperti papan tulis, white board, flip chart, OHP (over head proyektor) dan lain-lain, untuk lebih memperjelas maksud dari uraian ceramah.
2.2 Tanya jawab Pada dasarnya metode ini merupakan tindak lanjut dari metode ceramah. Metode ini mempunyai maksud ganda, yaitu untuk memupuk keberanian bagi peserta mengemukakan pendapat dan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi pengkaderan sebagai umpan balik.
2.3 Diskusi Metode ini dipergunakan untuk menampilkan kegiatan bertanya, berkomentar berpendapat serta berargumentasi bagi peserta dalam proses latihan. Metode ini dapat diklasifikasikan menurut sifat kegiatannya sebagai berikut : 2.3.1 Diskusi Kelompok Dilakukan dalam jumlah kecil dan terbatas, yakni antara 5-15 orang peserta, untuk menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat di forum yang kecil sebagai persiapan pada forum yang lebih besar. 2.3.2 Controlled discussion Diskusi yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur, termasuk memimpin dan mengarahkan diskusinya. 2.3.3 Buzz discussion
20
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Dilaksanakan secara informal dalam waktu yang singkat di tengah-tengah proses pelatihan dan diikuti oleh 2-6 orang peserta. 2.3.4 Case discussion Dilakukan untuk membahas suatu kasus yang nyata dalam keseharian dengan analisis yang terinci, guna memberikan saran atau rekomendasi sebagai alternatif pemecahan masalah. 2.3.5 Field work discussion Dilakukan untuk membahas dan mengevaluasi hasil dari suatu perencanaan dan kerja di lapangan oleh para peserta dengan membuat dan mendiskusikan rencana kerja yangtelah ditentukan berikut proses kegiatan yang dilakukan. 2.3.6 Brainstorming (curah pendapat) Diskusi intensif yang dilakukan secara bebas dan spontan, sebagai curah pendapat untuk melahirkan gagasan-gagasan baru dalam rangka pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 2.3.7 Free group discussion Diskusi yang arah, tujuan, tema dan materinya bebas ditentukan sendiri oleh peserta. Sementara peran instruktur hanya sebagai pengamat yang aktif. 2.3.8 Seminar Diskusi yang dilakukan untuk membahas makalah yang disajikan (presentasi) peserta yang ditugaskan. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan daya fikir kritis, melatih peserta mengemukakan pendapat dan gagasan secara tertulis, serta mampu mengetengahkan dan mempertahankan suatu argumen. 2.3.9 Metaplan Diskusi dengan mnggunakan papan panel atau lembaran kertas untuk merumuskan secara tertulis konstribusi pemikiran para peserta yang kemudian diklasifikasikan menurut aspekaspek yang diketahui dalam rangka mempercepat perumusan simpul.
2.4. Resitasi (Penugasan) Metode ini dipergunakan untuk melatih disiplim peserta dan untuk memperoleh umpan balik (feed back) tentang pemahaman materi baik dari hasil latihan maupun kegiatan membaca 21
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
buku. Metode ini dapat berbentuk penugasan membuat ikhtisar resume sebuah buku atau ceramah, membuat laporan hasil pengamatan, membuat makalah, menyusun usulam proyek (proposal) dan lain sebagainya.
2.5. Role Playing (bermain peran) Metode ini dipergunakan untuk membantu peserta menghayati dan mengklasifikasikan teori-teori yang didapatkan dari arena pelatihan ke dalam praktek di lapangan. Bentuk permainan peran misalnya tentang diskusi, persidangan, protokoler, komunikasi dan lain-lain.
2.6. Simulasi Metode ini dipergunakan untuk menciptakan suasana tertentu dari kenyataan hidup yang sesungguhnya dalam bentuk permainan yang dilakukan oleh peserta melalui instrumeninstrumen yang telah disiapkan. Permainan ini hendaknys mampu menumbuhkan kesadaran diri, rasa simpati, kepekaan dan perubahan sikap, serta mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam aspek-aspek kepemimpinan komunikasi, kerjasama, kreativitas dan tanggung jawab.
2.7. Metode angket Pengamatan dalam bentuk pertanyaan tertulis yang diberikan kepada peserta untuk mengetahui keadaan dan opini mereka.
2.8. Metode Demonstrasi Mempraktekkan sesuatu yang sudah direncanakan untuk memberikan gambaran sebenarnnya.
2.9. Metode lokakarya Diskusi mengenai masalah yang bersifat teknis operasional untuk menghasilkan suatu rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja nyata.
22
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2.10. Metode praktek nyata Mempraktekkan teori yang diperoleh dasri latihan kader dalam pelaksanaan sesungguhnya di lapangan atas suatu tugas yang ditentukan.
2.11. Metode observasi Pengamatan dalam suatu objek secara langsung dilapangan agar peserta memperoleh gambaran nyata sebagai bahan studi antara teori dan kenyataan.
Dalam setiap jenjang dan bentuk pengkaderan metode-metode diatas diramu menjadi satu. Penggunannya disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta, jenjang atau forum pengkaderan yang ada. Dalam penerapan metode training prosentasinya berbeda-beda secara kuantitatif, untuk itu prosentasi tiap-tiap training dapat digambarkan sebagai berikut: a. Semakin matang peserta pengkaderan, jenjang dan bentuk pengkaderan, maka sistem diskusi lebih besar presentasenya. b. Makin kecil kematangan peserta , jenjang dan bentuk pengkaderan, maka diskusi memiliki prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistem ceramah dan teknik dialog semakin besar prosentasinya. c. Sistem penugasan pada setiap training hanya saja bentuk penugasan tersebut harus diselaraskan dengan tingkat kematangan pesertanya, jenjang dan bentuk pengkaderannya. Dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : - pengkaderan yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikir yang relatif tinggi dan jenjang pengkaderan yang lebih tinggi maka penugasan lebih ditekankan secara diskritif (pembuatan paper-paper ilmiah, dll) - Training yang diikuti peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif rendah maka keteranpilan fisik (gerak, mimik aktifitas praktis) sistem ini merupakan pendekatan ‘trial and error’
23
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pemilihan dan penentuan metode pengkaderan disesuaikan dengan jenjang dan materimateri pengkaderan yang akan disajikan. Gambaran tentang metode yang digunakan dalam pengkaderan sesuai menurut jenjangnya, adalah sebagai berikut :
A. Latihan Kepemimpinan Tingkat I (LK I) a. Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan b. Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog, penugasan (resume), dll c. Proses belajar mengajar: pemateri/narasumber menyampaikan materi dan peserta bertanya tenyang hal-hal tertentu.
B. Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II) a. Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praktis. b. Teknik : ceramah, diskusi, penugasan (membuat makalah tanggapan atau makalah analisis sebuah kasus), role playing. c. Proses belajar mengajar : pemateri/nara sumber menyampaikan materi lalu didiskusikan bersama peserta untuk mengasah wawasan dan pemahaman peserta.
C. Latihan Kepemimpinan Tingkat Atas (LK III) a. Penyajian bersifat analisis problematik dan alternatif b. Teknik
:
Ceramah,
diskusi,
simulasi,
observasi,
dialog,
penugasan
(peserta
membuat alternatif pemecahan secara konsepsional) c. Konsep belajar-mengajar : pemateri bersifat mengangkat masalah,kemudian peserta membahas. d. Sesion khusus untuk praktek lapangan.
24
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
C. ASPEK PENGEMBANGAN PESERTA Yang menjadi sasaran dalam pengembangan peserta di dalam pelaksanaan pengkaderan meliputi aspek-aspek : 1. Sikap Yaitu aspek kejiwaan dan watak antara lain aspek semangat, motivasi, kesungguhan, kesadaran, tanggung jawab, dan aspek-aspek mental lainnya. 2. Pemikiran Yaitu aspek nalar atau intelektualitas antara lain kecerdasan berfikir, ketajaman pengamatan, ketepatan analisa, kepekaan daya kritis dan lain-lain. 3. Pengetahuan Yaitu penguasaaan pengetahuan dan informasi antara lain keluasan wawasan, perbendaharaan ilmu pengetahuan dan keorganisasian. 4. Perilaku Yaitu aspek tingkah laku seperti moral, disiplin, kreativitas, perbuatan, etika dan lain-lain.
D. BATASAN ISTILAH 1. Asas yaitu pendekatan tertentu yang dujadikan pegangan dalam pelaksanaan pengkaderan. 2. Fasilitas yaitu segala kemudahan yang bersifat material, prasarana dan sarana untuk mensukseskan proses pengkaderan. 3. Instruktur yaitu kader yang berperan sebagai pengelola pengkaderan 4. Instrumen yaitu seperangkat alat bantu yang dipergunakan dalam suatu pengkaderan (angket, alat test dll). 5. Jadwal yaitu satuan waktu yang mengandung rangkaian penyampaiaan materi. 6. Pendekatan yaitu cara kerja yang teratur, terencana dan memiliki tujuan yang jelas. 7. Pengorganisasian yaitu penyelenggarana pengkaderan dalam satu kesatuan organisasi oleh lembaga/unit yang berwenang 8. Proses yaitu Tahapan kegiatan yang teratur dari langkah awal sampai akhir. 9. Teknik yaitu Langkah konkret yangterperinci sebagai penjabaran dari pendekatan yang ditetapkan. 25
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB IV KURIKULUM PENGKADERAN
A. Garis besar Kurikulum Pengkaderan Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini disusun rumusan TIU (Tujuan Instruksional Umum), TIK (Tujuan Instruksional Khusus), silabus materi, alur pelatihan, metode penyampaian, alokasi waktu, metode evaluasi dan referensi. 1. Tujuan Pengkaderan Merupakan rumusan, sikap, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setiap jenjang pengkaderan mempunyai TIU dan TIK a. Tujuan Instruksional Umum (TIU) TIU merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya komprehensif jangka panjang b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) TIK merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya lebih spesifik (kognitif, afektif dan psikomotorik), yang bisa dievaluasi penyampaiannya dalam jangka waktu yang pendek. 2. Silabus Materi Merupakan penjabaran materi yang tertarget dan dapat diketahui indikator keberhasilan yang harus berorientasi yang relevansi kuat dengan tujuan. 3. Alur Pelatihan Merupakan alur dari suatu pelatihan yang harus dilakukan untuk mencapai target, meliputi pretest, proses, dan pasca. 4. Materi Pengkaderan ISMAFARSI a. Materi Pokok Materi pokok merupakan materi yang berorientasi pada pembinaan kemampuan yang memiliki kompetensi penting dan bersifat wajib. b. Materi Tambahan Materi tambahan merupakan materi yang memiliki kompetensi penting dalam pembinaan kemampuan kader tapi tidak bersifat wajib, materi ini disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan dari masing-masing komisariat dan wilayah. 26
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. Materi Penunjang Merupakan materi yang secara langsung memiliki bobot penting dalam latihan kepemimpinan, tetapi perlu diberikan. Adapun materi tersebut adalah : Sistem Pembangunan Nasional Sistem Pembangunan Kesehatan Wawasan Internasional Prospek Perguruan Tinggi Farmasi Enterpreneurship 5. Potensi Dasar Anggota ISMAFARSI Proaktif, analisis, kritis, solutif, sistematis, obyektif, bertanggung
jawab, etis,
komunikatif, religius, humanis.
B. Matriks Kurikulum Kurikulum pengkaderan tingkat komisariat (LK I) A. MATERI POKOK 1. Materi wawasan ke-ISMAFARSI-an Waktu
: DIKONDISIKAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang eksistensi organisasi ISMAFARSI, serta memiliki keterikatan terhadap ISMAFARSI Tujuan Instruksional Khusus (TIK) a. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya ISMAFARSI b. Peserta dapat menjelaskan visi dan misi ISMAFARSI c. Peserta mengetahui nilai-nilai dasar organisasi ISMAFARSI dan menjadikannya sebagai landasan berpikir, berprilaku dan bertindak. Pokok Bahasan a. Sejarah ISMAFARSI b. Aturan Organisasi (AD/ART, GBHO) 27
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. Struktur organisasi d. Kegiatan organisasi e. Jaringan organisasi f. Keterkaitan organisasi ISMAFARSI dengan dunia farmasi Metode penyampaian a. ceramah / presentasi b. diskusi c. brainstorming d. dialog Kualifikasi pemateri Pengurus komisariat / wilayah Evaluasi a. tanya jawab b. penugasan dalam bentuk resume Referensi Buku panduan organisasi
2. Metode persidangan Waktu
: Dikondisikan
Tujuan Instruksional Umum Peserta dapat Memahami metode Persiadangan dan Keprotokolran dalam menjalankan organisasi Tujuan Instruksional Khusus a. Peserta mengetahui Defenisi persidangan. b. Peserta mengetahui Unsur-unsur metode persidangan. c. Peserta mengetahui Tingkatan sidang. d. Peserta mengetahui Model / bentuk persidangan. e. Peserta mengetahui Istilah-istilah persidangan. f. Peserta mengetahui Tata Cara Ketukan Palu Sidang 28
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pokok Bahasan a. Pengertian b. unsur-unsur dan tingkatan sidang c. model dan tata cara persidangan d. istilah-istilah persidangan Metode Penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi Pemateri Aktifis mahasiswa Evaluasi Melakukan Simulasi/praktek Persidangan Referensi B. MATERI TAMBAHAN 1. Materi Keorganisasian Waktu
: 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mengetahui organisasi sebagai sistem, kelengkapan organisasi, penentuan kinerja organisasi dan pertumbuhan / masalah-masalah organisasi Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta berorganisasi dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan organisasi yang baku Pokok Bahasan e. pengertian f. hakekat, fungsi dan struktur organisasi g. organisasi dan manajemen h. sistem organisasi modern Metode Penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi Pemateri 29
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Aktifis mahasiswa Evaluasi Brainstorming Penugasan Referensi 2. Materi Analisis SWOT Waktu
: 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mengetahui pengertian analisis SWOT, manfaat, faktor-faktor, dan teknik penyusunannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu mengimplementasikan analisis SWOT dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan Pokok Bahasan - Pengertian - Manfaat SWOT analisis - Faktor-faktor penyusunan SWOT analisis - Teknik penyusunan SWOT analisis - Penerapan Analisis SWOT dalam organisasi Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa Evaluasi Brainstorming Penugasan Referensi 30
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
3. Materi Tim work building Waktu
: 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mengetahui langkah-langkah membangun tim yang solid Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu membangun sebuah tim dan kerja tim yang solid Pokok Bahasan - Pengertian - Tujuan tim - Cara membangun tim - Ciri-ciri tim yang berkinerja tinggi Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa Evaluasi Brainstorming Penugasan Referensi 4. Kepemimpinan dan manajemen organisasi Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta dapat memahami aspek teori dan praktek pengambilan keputusan organisasi dan memecahkan
permasalahan
dalam
organisasi
serta
mengembangkan
model-model
kepemimpinan. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) - Peserta dapat memahami peranan kepemimpinan dalam mengatasi permasalahan dan konflik dalam organisasi.
31
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
- Peserta dapat menguasai teori pengambilan keputusan dan mampu menerapkan baik dalam organisasi profesional maupun organisasi kemasyarakatan. Pokok Bahasan - pengambilan keputusan dalam kepemimpinan dan manajemen organisasi - konflik/permasalahan organisasi - perananan kepemimpinan dalam organisasi -Strategi pemecahan konflik dalam organisasi Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi, dialog, studi kasus Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa/LSM Evaluasi -Resusitasi -Penugasan Referensi -
Kurikulum pengkaderan tingkat wilayah (LK II) LK 2 wilayah merupakan agenda pengkaderan wilayah yang pelaksanaannya dilakukan oleh wilayah. Peserta adalah kader ISMAFARSI yang telah mengikuti LK 1 tingkat komisariat dan dibuktikan dengan membawa sertifikat asli atau keterangan dari BEM/SENAT/himpunan. LK 2 dilaksanakan minimal 1 periode 2 kali pelaksanaan. Materi yang diberikan harus mencakup materi pokok dan dapat diberikan materi suplemen. Prasyarat
: Mengumpulkan
tulisan
analisis
hukum
dan
perkembangan
kefarmasian dan solusi yang dapat dilakukan ISMAFARSI untuk menanganinya. Evaluasi
: 1. From evaluasi kegiatan dan masukan kaderisasi wilayah 2. Dikusi mengenai tulisan dan pengkritisan yang solutif antar kader secara kelompok 32
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pokok Materi 1. Isu-isu strategis dunia farmasi Waktu
: Dikondisikan
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mengenalkan peserta mengenai seputar dunia profesi farmasi Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Mengenalkan peserta pada persoalan seputar peluang, tantangan serta permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh dunia farmasi khususnya mahasiswa farmasi Pokok Bahasan a. Peluang dan tantangan perguruan tinggi farmasi b. Arah dan tujuan keluaran farmasi ditinjau dari kebijakan sistem pendidikan c. Wacana-wacana kefarmasian baik skop lokal / nasional Metode Penyampaian Ceramah/Diskusi Kualifikasi Pemateri a. Dosen farmasi b. Balai POM c. IAI d. DINKES e. Aktifis ISMAFARSI
2. Merubah Kebijakan (Advokasi) Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta dapat memahami advokasi dan peranannya dalam memperjuangkan suatu perubahan terhadap kebijakan publik. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu menggunakan cara-cara advokasi yang tepat dalam memperjuangkan aspirasi dalam menghadapi permasalahan dunia kefarmasian. Pokok Bahasan 33
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
a. Pengertian b. Memahami sistem kebijakan publik c. Membentuk lingkar inti d. memilih issue strategis e. merancang sasaran dan strategi f. Mempengaruhi pembuat kebijakan Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa/LSM Evaluasi -Resusitasi -Penugasan Referensi - Merubah Kebijakan Publik
3. Materi manajemen wacana publik Waktu
: 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mengetahui pengertian manajemen wacana publik dan ruang lingkup wacana publik Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu memanajemen sebuah wacana agar menjadi wacana publik Pokok Bahasan a. Teori dan konsep wacana b. Tujuan manajemen wacana publik c. Ruang manajemen wacana publik Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri 34
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Aktifis mahasiswa Evaluasi Brainstorming Penugasan Referensi 4. Materi Strategi Kepemimpinan Waktu
: 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mengetahui pengertian prinsip-prinsip pengembangan strtegi kepemimpinan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu mengembangkan strategi kepemimpinan dalam berorganisasi Pokok Bahasan a. Pengertian b. Langkah strategi kepemimpinan c. Konsolidasi kepemimpinan d. Kaderisasi, kristalisasi dan komunikasi kepemimpinan e. Membangun kepemimpinan Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa Evaluasi Brainstorming Penugasan Referensi -
35
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
5. Psikologi Massa dan Manajemen Aksi Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta dapat memahami tentang psikologi sosial dan tingkah laku massa serta mampu memanajemen aksi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mampu memanajemen massa dan memanajemen suatu aksi Pokok Bahasan a. Pengertian psikologi massa dan manajemen aksi b. tingkah laku massa c. komunikasi massa d. perencanaan dan pelaksanaan aksi Metode penyampaian Ceramah/diskusi/presentasi Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa/LSM Evaluasi -Resusitasi -Penugasan Referensi 6. IPSF dan SEO Waktu
: DIKONDISIKAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang organisasi International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF), yang dimana ISMAFARSI merupakan FM dari IPSF Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta mengetahui tentang keterlibatan ISMAFARSI dalam acara IPSF terutama dalam wilayah APRO. Pokok Bahasan 36
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
a. Sejarah b. Keanggotaan c. Hak keanggotaan d. ISMAFARSI di IPSF e. Struktur IPSF f. Wilayah g. APRO h. Proker IPSF Metode penyampaian a. ceramah / presentasi b. diskusi c. brainstorming d. dialog Kualifikasi pemateri Pengurus wilayah/pengurus pusat Evaluasi a. tanya jawab b. penugasan dalam bentuk resume Referensi 7. Materi Tambahan Pelatihan pembuatan karya tulis ilmiah Tujuan Instruksional umum (TIU) Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang tata cara pembuatan sebuah karya tulis ilmiah Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Peserta dapat membuat sebuah karya tulis Ilmiah dan mampu berkompetensi dalam setiap event yang dilaksanakan baik oleh interen organisasi atau dari eksteren organisasi Pokok Bahasan 37
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
- Pengertian karya tulis ilmiah - Aturan dan sistematika penyusunan karya tulis ilmiah - pokok-pokok penilaian pada karya tulis ilmiah Metode penyampaian d. ceramah e. Diskusi/ tanya jawab Kualifikasi pemateri Aktifis mahasiswa / trainer, dosen Evaluasi a. tanya jawab b. Penugasan pembuatan karya tulis Referensi
III. Kurikulum Pengkaderan Tingkat Nasional (LK III) LK 3 merupakan agenda pengkaderan tingkat nasional yang pelaksanaannya dilakukan pada waktu even ke-3, yaitu pada Pramunas. Peserta adalah kader ISMAFARSI yang telah mengikuti LK 2 tingkat wilayah dan dibuktikan dengan membawa sertifikat asli. Materi yang diberikan harus mencakup materi pokok dan dapat diberikan materi suplemen dan pelaksanaannya langsung penerapan dan teori dilakukan langsung saat pelaksanaan. Prasyarat
: membuat makalah mengenai analisis kritis mengenai isu kefarmasian terkini dan solusi terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan yang dapat dilakukan ISMAFARSI untuk menanganinya
Evaluasi
: 1. Orasi/pemaparan artikel/opini mengenai isu kefarmasian terkini dan solusi yang dapat dilakukan organisasi farmasi dan kesehatan baik mahasiswa maupun non untuk menanganinya ditinjuan dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan.
38
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. Evaluasi oleh praktisi tentang kegiatan yang diaplikasikan di lapangan (diskusi terbuka, materi penjaminan mutu keprofesian manajemen massa dan hasil entrepreneurship).
Pokok Materi A. Realitas Bangsa 1. Orasi Terbuka Waktu : ±120 menit a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Kader matang dan aplikatif
menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan
mempengaruhi audience. b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK ) Kader mempunyaai kepercayaan diri dan cerdas dalam menyampaikan aspirasi. c. Teknis pelaksanaan Tulisan yang dibawa olah peserta masing-masing disampaikan dengan orasi dan didiskusikan secara solutif.
2. Diskusi Terbuka Waktu : ±60 menit a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Kader matang dan aplikatif
menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan
memahami langkah yang harus ditempuh b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK ) Kader dapat menganalisis dan memberikan solusi permasalahan yang ada, khususnya organisasi ISMAFARSI dan masalah kesehatan di Indonesia terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan serta melakukan pergerakan yang nyata. c. Teknis Pelaksanaan Pakar yang berhubungan dengan pembahasan yang ada diundang untuk berdiskusi secara terbuka dan kader ISMAFARSI menyampaikan aspirasi untuk kemajuan orananisasi 39
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
dan kesehatan Indonesia melalui teknik yang telah didapatkan pada jenjang pengkaderan sebelumnya.
3. Praktek Manajemen Massa Waktu : ±180 menit a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Kader matang dan aplikatif dalam penerapan kepemimpinan dan manajeman b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK ) Kader dapat menjadi pemimpin dan mengendalikan suatu kondisi massa dengan teknik manajemen. c. Teknis pelaksanaan 1. Praktek sidang dengan skenario konflik: dirancang oleh tim kaderisasi nasional 2. Praktek aksi massa dengan berbagai macam konflik: dirancang tim kaderisasi nasional
B. Analisis Kondisi ISMAFARSI Waktu:Dikondisikan a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Kader matang dan aplikatif dalam menyampaikan kondisi kekinian ISMAFARSI yang telah dirancang dan memahami langkah yang harus ditempuh b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK ) Kader dapat menganalisis dan memberi solusi terhadap kondisi tersebut, sehingga nantinya dapat melanjutkan roda kepemimpinan ISMAFARSI c. Teknis pelaksanaan Peserta menganalisis kondisi ISMAFARSI yang telah diberikan oleh pengurus ISMAFARSI dan peserta membuat rancangan strategis dan grand design mengenai permasalahan tersebut, yang nantinya akan menjadi rancangan tindak lanjut untuk ISMAFARSI kedepannya.
40
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
C. FOLLOW UP Dalam rangka mewujudkan pengkaderan ISMAFARSI yang ideal tentu membutuhkan proses yang berkelanjutan dan sistematik. Kelemahan pengkaderan ISMAFARSI selama ini adalah kegiatan pengkaderan yang berlangsung secara bertahap (gradual), tidak ada proses yang sistematik untuk menindaklanjuti kegiatan pengakaderan yang telah dilakukan. Materi-materi yang disampaikan pada kegiatan follow up adalah materi-materi yang diturunkan dalam Latihan Kepemimpinan ISMAFARSI. Materi ini dapat bersifat mengulang kembali materi yang telah disampaikan, melanjutkan materi yang belum diturunkan atau memperluas/memperdalam materi tersebut dengan membahas materi -materi yang terkait dengan materi pokok (membahas referensi materi yang dianjurkan). Bentuk penyampaian materi dari follow up Pengkaderan ISMAFARSI terdiri atas berbagai model penyampaian. Model penyamapaian materi follow up pengkaderan ISMAFARSI adalah sebagai berikut: 1. Ceramah dan Dialog Ceramah dan dialog yaitu seorang narasumber menyampaikan pokok-pokok materi di hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang telah disampaikan. Urgensi dialog adalah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi suatu persoalan yang dipandang masih meragukan ataupun memberikan gagasan-gagasan cerdas yang sebenarnya. 2. Pendampingan atau Kajian Pendampingan dilakukan dengan membentuk suatu kelompok. Dalam pendampingan ini diharapkan terbentuk suatu forum interaktif antara peserta kader berdasarkan topik pembahasan tertentu dan didampingi satu atau lebih panitia sebagai fasilitator. Peran fasilitator adalah bukan pihak pemberi ceramah tetapi mengelolah forum agar antar peserta bisa tercipta pola interaksi yang dinamis dan hidup untuk memperbincankan persoalan yang telah ditentukan. Dengan demikian imajinasi peserta akan berkembang dan pada akhirnya akan memberikan sesuatu yang baru, gagasan baru, atau pemecahan baru terhadap suatu persoalan secara mandiri.
41
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
3. Bedah kasus, bedah buku, bedah film,dll. Bedah kasus merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan kasus tertentu dimasyarakat yang relevan dengan topik atau tema pembicaraan. Teknisnya sebelum memasuki pokok materi, fasilitator melemparkan sebuah kasus tertentu, bisa secara lisan langsung atau dengan tulisan mengenai kasus tersebut, kemudian peserta diberi kesempatan beberapa saat untuk mendiskusikannya. Bedah buku merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan judul buku tertentu yang dikupas secara mendalam untuk menemukan dan memahami makna dan pokok-pokok permasalahan yang disampaikan dalam buku tersebut. Bedah film merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan tema tertentu yang ada dalam sebuah film. Untuk kegiatan bedah film sebelum dilakukan interaksi antarpeserta maka terlebih dahulu dilakukan pemutaran film sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam topik diskusi . 4. Kontrol Bacaan & Kegiatan Pada dasarnya metode penyampaian di atas bersifat fleksibel. Karena itu beberapa metode di atas dapat dilaksanakan secara konfiguratif dengan tetap mempertimbangkan relevansi atau sinkronisasi diantara masing-masing metode tersebut. Karenanya setiap pengkader ISMAFARSI atau narasumber dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan mampu melakukan improvisasi yang dinamis dan antisipatif dalam mengelola sebuah forum, sehingga tujuan dan target materi berhasil disampaikan secara maksimal dengan melibatkan peserta seefektif mungkin.
5. Kepanitiaan Untuk mengimplementasikan hasil pelatihan kepemimpinan, maka di utamakan keikutsertaan secara aktif anggota dan kader pada setiap kepanitian dan kegiatan organisasi baik itu ditingkat komisariat, wilayah, dan nasional.
42
PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
PENUTUP
Demikianlah buku panduan ini disusun sebagaimana mestinya. Muatan-muatan materi yang menurut yang ada diharapkan menjadi standar minimal untuk diberikan kepada kaderkader. Sehingga apabila ada inisiatif dari teman-teman di komisariat maupun di wilayah untuk lebih mengembangkan ataupun mengurangi muatan-muatan yang telah ditetapkan sah-sah saja, tentunya dengan persetujuan dan diskusi bersama pengurus terkait. Atas segala kerjasama dan sumbangsih teman-teman diucapkan banyak terima kasih.
43