a. Pengertian dan Pembagian Fitokimia Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimiaatau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrienyang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Karenanya,
zat-zat
ini
berbeda
dengan
apa
yang
diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolismenormal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukkan golongan metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas biologis yang ada dalam tumbuhan . Metode yang digunakan dalam penapisan fitokimia harus selektif, sederhana, cepat serta hanya memerlukan sedikit alat dan bahan. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif
bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan. Pada tahun – tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organic bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam senyawa organic yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaotu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismrnya, penyebarannya secara alamiah dan fungus biologisnya. Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut : 1. Fitokimia karotenoid Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli
dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh. 2. Fitokimia fitosterol Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker. 3. Fitokimia saponin Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol. 4. Fitokimia glukosinolat Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 3060%.
Termasuk
dalam
glukosinolat
ini
meliputi
fitokimia
lain
seperti
isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol. 5. Fitokimia polifenol Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid.
6. Fitokimia inhibitor protease Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah. 7. Fitokimia monoterpen Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan. 8. Fitokimia fitoestrogen Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan. Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik).
9. Fitokimia sulfida Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol. 10. Fitokimia asam fitat Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah. 11. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain
b.Penggunaan Fitokimia 1. Umum Sekarang prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan, walaupun sebelumnya tidaklah selalu demikian . meskipun cara ini sudah jelas penting dalam semua telaah kimia dan biokimia, penggunaannya dalam lingkungan biologi yang lebih ketat baru dalam dua dasawarsa terakhir ini saja. laboratorium
kimiapun,
Dalam disiplin ilmu yang tampaknya jauh dari
seperti
sistematika,
fitogeografi,
ekologi
dan
poleobotani, cara fitokimia telah menjadi penting untuk memecahkan jenis masalah tertentu. Tidak dapat diragukan lagi, cara fitokimia ini akan makin banyak digunakan dalam semua bidang tersebut di masa mendatang.
2. Fisiologi tumbuhan Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan yang tak dapat diragukan lagi ialah pada penentuan struktur, asal-usul biosintesis, dan ragam kerja hormon tumbuhan alam. Sebagai hasil kerjasama yang terus menerus antara fisiologiwan dan fitokimiawan selama tahun-tahun belakangan ini sekarang telah dikenal lima golongan pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, absisin, giberclin, dan etilena. Cara deteksi yang berbeda-beda pada KGC, KLT, dan KKt dibahas kemudian sebagai berikut: auksin (h. 250), sitokinin (h. 257), absisin (h. 138), dan giberelin (h. 145). Salah satu segi istimewa pada hormon golongan giberelin ialah besarnya jumlah struktur yang di ketahui (lebih dari 60), dan rupanya semuanya mempunyai jangka sifat pengatur tumbuh yang scrupa. Kcbutuhan akan cara yang tepat untuk mendeteks;. dan membedakan giberelin yang satu dari yang lainnya menghasilkan pengembangan gabungan KG-SM untuk analisis tersebut. Cara yang lebih terinci terdapat dalam buku umum mengenai cara isolasi senyawa pengatur tumbuh yang disunting oleh Hillman (1978). Persyaratan yang diperlukan untuk analisis hormon yang teliti telah dibahas dengan kritis oleh Reeve dan Crozier (1980). Suatu tinjauan ulang yang baik sekali mengenai cara terbaru, ter-masuk 'radioimmunoassay’ ialah tinjauan ulang Horgan (1981). 3. Patologi tumbuhan Cara fitokimia penting bagi patologiwan, terutama untuk menentukan cirri atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil sintesis mikroba yang terbentuk dalam tumbuhan tingkat tinggi bila tumbuhan tersebut diserang bacteria atau fungi) dan fitoeleksin (hasil metabolism tumbuhan tingkat tinggi yang dibentuk sebagai jawaban terhadap serangan mikroba). Bcrbagai jenis struktur kimia yang berlainan terlibat dalam kedua hal tersebut. Fitotoksin yang paling dikenal ialah
likomarasmin dan asam fusarat, yaitu turunan asam amino yang merupakan senyawa pelayu pada tomat. Toksin lain yang telah diisolasi ialah glikopep-tida, naftokuinon, atau seskuiterpenoid (Durbin, 1981). Secara kimia beberapa fitotoksin labil sehingga diperlukan tindakan pencegahan khusus selama isolasi dan identifikasinya. Demikian pula fitoaleksin mempunyai struktur yang berbedabeda, bergantung pada sumber tumbuhan (Bailey dan Mansfield, 1982). Fitoaleksin dapat berupa seskuiterpenoid (risitin dari Solanum tu-berosum), isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum), asetilena (asam wieron dari Vicia faba), atau senyawa fenol (orkinol dari Orchis militaris). Identifikasi isoflavonoid dan asetilena clipaparkan berturut-turut dalam bab 2 dan bab 5, dan suatu prosedur untuk mengimbas pembentukan fitoaleksin disajikan sebagai percobaan praktek. Senyawa
'pra-infeksi'
(kandungan
sekunder
alam),
oleh
beberapa
patologiwan tumbuhan, dianggap penting sebagai penyebab ketahan-an tumbuhan terhadap penyakit. Senyawa yang diduga terlibat.di dalamnya ialah senyawa fenol, seperti floridzin dalam apel dan tanin dalam frambus. Cara identifikasi senyawa demikian dibahas secara terinci dalam bab 2. 4. Ekologi tumbuhan Dua bidang penelitian ekologi yang mementingkan kandungan tum-buhan sekunder ialah antaraksi tumbuhan-hewan dan antaraksi tum-buhan-tumbuhan. Masalah analitik pada kedua bidang tersebut sulit karena jumlah bahan biologi yang tersedia bagi fitokimiawan sangat terbatas. Misalnya, dalam mengikuti nasib senyawa sekunder pada peristiwa pemakanan daun oleh serangga diperlukan telaah berbagai organ serangga untuk memeriksa tempat penyimpanan senyawa tersebut; telaah demikian itu sering kali rumit dan makan banyak waktu. Senyawa yang sampai sekarang terutama diketahui terlibat dalam antaraksi tumbuhan-hewan ialah alkaloid dan glikosida jantung, glikosida minyak
mostar, sianogen, steroid, atau terpena atsiri. Senyawa tumbuhan dapat berlaku sebagai penarik atau penolak makan, mempunyai pengaruh hormon pada serangga, atau memper-lengkapi serangga dengan mekanisme pcrluhanan yang berguna terhadap hewan pemakan serangga (Harborne, 1982). Antaraksi
tumbuhan-tumbuhan
melibatkan
senyawa
alelopati,
yaitu
senyawa yang dikeluarkan oleh suatu tumbuhan dari akar atuu daun-nya untuk mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan lain di sekitarnya. senyawa tersebut berupa terpena atsiri (misalnya sineol) atau asam fenolat sederhana, bergantung pada tempat tumbuhnya, apakah di daerah beriklim semitropik atau sedang. Telaah fitokimia alelopati mungkin sulit karena memerlukan penentuan senyawa pada ekstrak daun utuh, pelepasan senyawa dari daun, dan juga cuplikan tanah. Kemungkinan perubahan senyawa aktif dengan cepat dalam tanah juga menyulitkan telaah dalam bidang ini. Segi
terapan
penelitian
antaraksi
tumbuhan-hewan
antara
lain
pengendalian gangguan serangga terhadap tumbuhan pertanian dengan pestisida alam atau buatan. Telaah fitokimia mungkin diperlukan untuk melacak nasib pestisida tersebut di lingkungannya. Perkembangan terakhir mengenai hal ini telah ditinjau ulang oleh Huston dan Roberts (1983). 5. Paleobotani Fitokimia baru belakangan ini saja digunakan untuk menelaah tum-buhan fosil, namun tak dapat disangsikan lagi bahwa peranannya akan meningkat, misalnya dalam menguji berbagai hipotesis mengenai asal-usul awal tumbuhan darat. Beberapa hasil fitokimia yang telah dicapai sekarang antara lain identifikasi pigmen klorofil yang telah terurai sebagian dalam endapan lignit yang berumur 50 juta tahun, identifikasi karbohidral dalam tumbuhan zaman palcozoikum yang berumur 250—400 juta tahun, dan idendfikasi hidrokarbon
dalam Equisetum yang hidup pada zaman triasikum, berumur 200 juta tahun (Chaloner dan Allen, 1970). Eahan dinding tepung sari (polenin) dari tumbuhan fosil telah ditelaah juga dengan berhasil (Shaw, 1970), dan pada penguraian menghasilkan asam lemak dan asam fenolat yang dapat dikenali. Idcntifikasi terpena dalam damar fosil dan batu ambar fosil telah menghasilkan juga data baru yang sangat menarik perhatian dari segi filogenetik (Thomas, 1970). Penggunaan cara fitokimia pada paleobotani telah ditinjau ulang baru-baru ini olch Niklas (1980). 6. Genetika tumbuhan Pada masa lampau sumbangan fitokimia kepada genetika tumbuhan tinggi ialah sebagai sarana untuk mengidentifikasi antosianin, flavon, dan pigmen karotenoid yang terdapat dalam genotipe warna yang berbeda pada tumbuhan kebun. Hasilnya telah menunjukkan bahwa pengaruh biokimia gen ini mempunyai dasar yang sederhana dan telah menunjukkan kemungkinan alur pembuatan pigmen dalam organisme tersebut (Alston, 1964). Senyawa keturunan lainnya dalam tumbuhan (alkaloid, terpena, dan sebagainya) telah berhasil di-petakan juga dengan telaah fitokimia. Sumbangan fitokimia yang lebih haru kepada genetika ialah identi-fikasi tumbuhan hibrida dan pencntuan asal-usul induknya dengan cara kimia. Fitokimia pun telah mendapat pengakuan yang meningkat sebagai sarana yang berguna, bersama-sama dengan sitologi, pada analisis variasi genetika dalam populasi tumbuhan (bandingkan Har-borne dan Turner, 1984). 7. Sistematika tumbuhan Salah satu bidang yang paling cepat berkembang dalam fitokimia pada saat ini ialah disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi, yang di-kenal sebagai sistematika biokimia atau kemotaksonomi. Pada dasar-nya, kemotaksonomi ialah
telaah kimia dalam kelompok tumbuhan yang terbatas, tcrutama mengenai kandungan sekundemya, dan juga makromolekul serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggo-longkan tumbuhan (Harbornc dan Tunner, 1984). Boleh jadi golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah yang demikian itu ialah flavonoid. Telaah mengenai banyak senyawa lain (khususnya alkaloid, asam ammo nonprotein, terpena, dan senynwa belerang) tclah menghasilkan juga inlormasi baru yang berguna untuk taksonomi. Cara yang teliti itu penting, baik pada penjaringan pendahuluan tumbuhan maupun pada analisis komponennya yang lebih terinci. Analisis kimia urutan asam amino protein tumbuhan juga telah dimanfaatkan sehubungan dengan masalah sis-Irmatika pada tingkat penggolongan tumbuhan yang lebih tinggi. Telah diperoleh hasil mengenai sitokrom C, plastosianin, dan fere-doksin; pengurutan asam nukleat tumbuhan telah menghasilkan juga data yang penting untuk taksonomi (Jensen dan Fairbrothers, 1983). 8. Bidang Kesehatan Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fito-kimia terdiri dari karotenoid, fitosterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fito-estrogen sulfid. Fito-kimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fito-kimia memberi dampak faali, metabolisme secara endogen dan eksogen melalui berbagai mekanisme reaksi tubuh. Fito-kimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai ifat menghambat pertumbuhan mikroba,
menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30.000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000- 10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta bijibijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fito-kimia. Bagi vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari senyawa fito-kimia . ♥ Bersifat Antikanker
Para ahli percaya bahwa sayur, buah dan biji-bijian dapat mencegah timbulnya kanker dan menurunkan risiko terjadinya tumor. Setelah diteliti lebih jauh ternyata komponen yang ada dalam bahan pangan nabati itu adalah vitamin, mineral, serat dan fito-kimia. Untuk itu salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu National Cancer Institute dan European School of Oncology Task Force on Diet, Nutrition and Cancer merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran yang cukup untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Fito-kimia sudah terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon, payudara dan usus dan lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur dapat menurunkan risiko mendapatkan kanker payudara. Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Fito-estrogen selain diduga dapat menunda menopause pada wanita, juga sangat ampuh dalam mencegah kanker.
Tripsin inhibitor yang selama ini diduga dapat menurunkan penyerapan protein, ternyata dapat mencegah timbulnya kanker. Bowman-Birk Inhibitor (BBI) merupakan salah satu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, dapat mencegah terjadinya kanker kolon dan hati. Dilaporkan bahwa hanya BBI yang dapat mencegah terjadinya kanker dan tidak untuk jenis inhibitor lainnya
.
♥ Sebagai Antioksidan
Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan. Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik . Namun, jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan, dan bisa menimbulkan penyakit jantung, kanker dan diabetes mellitus. Fito-kimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol, fito-estrogen, inhibitor-protease dan sulfida. Karotenoid seperti lycopene dan canthaxanthin, adalah jenis antioksidan yang punya kemampuan tinggi dalam memproteksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Sedangkan polifenol dikenal sebagai antioksidan tanaman yang sangat superior. Polifenol dari anggur merah dan flavanol quercentin adalah fito-kimia yang sukses mencegah oksidasi LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kronis. ♥ Menurunkan Kolesterol
.
Kolesterol
rendah
merupakan
idaman
setiap
orang,
karena
kadar
kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu pencetus penyakit jantung. Beberapa fito-kimia yang tercatat dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata adalah saponin, fito-sterol, sulfida dan tokotrienol. Bahkan bukan hanya kolesterol total yang dapat diturunkan, kadar lemak darah juga dapat diturunkan. Fito-kimia menggunakan dua kunci dalam menurunkan kolesterol darah. Pertama, senyawa fito-kimia saponin dan fito-sterol bisa menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi, sehingga secara langsung dapat mengurangi
kolesterol
yang
masuk
ke
dalam
tubuh.
Fito-kimia tokotrienol dapat menghambat kerja enzim pada metabolisme kolesterol hati. Sangat banyak literatur yang membuktikan fito-kimia bisa menurunkan kolesterol secara efektif. Informasi terakhir melaporkan, fito-kimia bisa menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan menghambat proses peradangan. ♥ Studi fitokimia dan biosintesis lignan, dengan fokus pada tumbuhan obat Indonesia Penggunaan tumbuh-tumbuhan, ekstrak dan senyawa kimia dari tumbuhan serta turunannya, dalam pengobatan berbagai penyakit, makanan tabahan dan bahan baku kosmetik telah berlangsung sejak lama dan terus berkembang sampai sekarang. Banyak obat modern diturunkan dari tumbuhan yang pada awalnya ditemukan
melalui
penggunaannya
secara
tradisional.
Beberapa
contoh
diantaranya: obat anti kanker (podophyllotoxin, vincristine, vinblastin, taxol), anti malaria (quinine dan ertemisinin), obat penguat jantung (digoxin), dan obat demam (aspirin). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menstimulasi pengembangan tumbuhan obat sebagai sumber yang berguna untuk penemuan obat.Metoda analitik modern, pendeketan bioteknologi, metabolomik, proteomik
dan genomik sekarang sudah diaplikasikan dalam penelitian tumbuhan obat dan memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan tumbuhan obat. Pendekatan
ini
sudah
digunakan
diseluruh
dunia
untuk
mengatasi
permasaalahan yang sering muncul dalam pengembangan tumbuhan obat. Permasaalah tersebut diantaranya rendahnya kandungan senyawa berkhasiat dari tumbuhan obat dan standardisasinya.