BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Atresia choanal congenital pertama kali dijelaskan oleh johan roderer pada tahun 1755 dalam evaluasi klinis dari bayi yang baru lahir dengan obstruksi choanal total. Pada tahun 1854, mmert melaporkan keberhasilan operasi pertama untuk memperbaiki atresia choanal congenital pada anak laki!laki 7 tahun, yang telah dilakukan menggunakan trocar transnasal " tahun sebelumnya. 1 #ingkat rata!rata terjadinya atresia choanal adalah $,8% kasus per 1$.$$$ orang. Atresia unilateral terjadi lebih sering disisi kanan. &atio antara kasus atresia unilateral dan untuk kasus bilateral adalah %'1. (edikit peningkatan resiko atresia choanal terjadi pada anak kembar. )sia ibu atau paritas tidak terlalu signi*ikan meningkatkan *rekuensi terjadinya atresia atres ia choanal. Anomali kromosom ditemukan pada + dari bayi dengan atresia choanal. -ima persen pasien memiliki sindrom monogenic. % Atresia choanal disebabkan kegagalan resorpsi dari membrane bucco! *aring selama perkembangan embryonic. Atresia dapat berupa atresia membrane atau atresi tulang, tetapi dalam banyak kasus biasanya berupa gabungan keduanya. etika atresia terjadi bilateral, bayi yang baru lahir dapat memiliki distress pernapasan yang parah dan sianosis ini berkurang ada saat pasien menangis. Atresia choanal bilateral dikelola dengan perna*asan oro*aringeal. ndoskopi nasal yang *leksibel dan /# (can dapat membantu untuk mengkon*irmasi diagnosis. Pembedahan adalah pengobatan de*eniti* dengan dua pendekatan utama yaitu transnasal atau transpalatal. &ute transnasal saat ini merupakan prosedur yang paling disukai dan dapat dilakukan secara minimal invasive dengan instrument endoskopi. 0ni adalah prosedur yang aman dan cepat bahkan pada anak!anak yang sangat muda, tanpa komplikasi dan tingkat keberhasilannya yang tinggi. Penggunaan sistem navigasi untuk perencanaan bedah dan bimbingan intra operati* dan tenaga instrumentasi yang handal dapat meningkatkan hasil pengobatan. Pendekatan transpalatal lebih invasive dan sering gagal.%
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Hidung
idung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan perndarahan serta persara*annya serta *isiologi hidung. idung luar berbentuk piramid dengan bagian!bagian dari atas keba2ah ' pangkal hidung3bridge, dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung." idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra2an yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang ber*ungsi untuk melebarkan dan menyempitkan lubang hidung. erangka hidung terdiri dari tulang hidung 3os nasalis, prosesus *rontalis os maksila dan prosesus nasalis os *rontal, sedangkan kerangka tulang ra2an terdiri dari beberapa pasang tulang ra2an yang terletak dibagian ba2ah hidung, sepasang kartilago nasalis superior, sepasang kartilago nasalis in*erior yang disebut juga kartilago ala mayor, beberapa pasang kartilago ala minor dan tepi kartilago septum. "
ambar 1. Anatomi idung -uar 4
2
&ongga hidung atau kavum nasi berbentuk tero2ongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior 3koana yang menghubungkan kavum nasi dengan naso*aring. " 6agian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut vastibulum. estibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kalenjar sebasea dan rambut!rambut panjang yang disebut vibrase. #iap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, in*erior dan superior."
ambar %. Anatomi idung 5 inding medial hidung ialah septum nasi. (eptum dibentuk oleh tulang dan tulang ra2an. 6agian tulang ialah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, rista nasalis os maksila dan rista nasalis os palatine. 6agian tulang ra2an adalah kartilago septum 3lamina kuadarangularis dan kolumela. (eptum dilapisi
3
oleh perikondrium pada bagian tulang ra2an dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung." 6agian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan belakangnya terdapat konka!konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung. 9ang besar dan letaknya paling ba2ah ialah konka in*erior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema ini biasanya rudimenter." onka in*erior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian labirin etmoid." iantara konka!konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus, ada tiga meatus yaitu meatus in*erior, medius dan superior meatus in*erior terletak diantara konka in*erior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus in*erior terdapat muara 3ostium duktus nasolakrimalis. :eatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat bula etmoid, prosesus uncinatus, hiatus semilunaris dan in*undibulum etmoid. iatus semilunaris merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara sinus *rontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid. inding in*erior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. inding superior atau atau hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kriri*ormis, yang memisahkan rongga hidung dan rongga tengkorak. " Pendaraan Hidung
6agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.o*talmika, sedangkan a.o*talmika berasal dari a.karotis interna. 6agian ba2ah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksilaris interna, diantaranya ialah ujung a.palatina mayor dan
4
a.s*enopalatina yang keluar dari *oramen s*enopalatina bersama n.s*enopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka media. " 6agian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang a.*asialis. pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang!cabang a.s*enopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior, a.palatina mayor yang disebut pleksus iesselbach 3-ittle;s area letaknya super*icial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis 3perdarahan hidung, terutama pada anak!anak."
ambar ". Pendarahan idung + ena!vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. ena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena o*talmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. ena!vena dihidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan *aktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran in*eksi sampai ke intracranial."
5
Per!ara"an Hidung
. !1. &ongga hidung lainnya sebagian besar mendapat persara*an sensoris dari n.maksila melalui ganglion s*enopalatina." anglion s*enopalatina, selain memberikan persara*an sensoris juga memberikan persara*an vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. anglion ini menerima serabut!serabut sensoris dari n.maksila 3>. !%, serabut parasimpatis dari n.petrosus super*isialis mayor dan serabut!serabut simpatis dari n.petrosus pro*undus. anglion s*enopalatina terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konka media. " >ervus ol*aktorius. (ara* ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan ba2ah bulbus ol*aktori dan kemudian berakhir pada sel!sel reseptor penghidu pada mukosa ol*aktorius didaerah sepertiga atas hidung." #uko!a Hidung
&ongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan *ungsional dibagi atas mukosa perna*asan 3mukosa respiratori dan mukosa penghidu 3mukosa ol*aktori. 1. :ukosa perna*asan #erdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis semu 3pseudostrati*ied columna epithelium yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel!sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena udara mukosanya lebih tebal dan kadang!kadang terjadi metaplasia menjadi epitel skuamosa." alam keadaan normal mukosa ber2arna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender 3mucous blanket pada permukaannya. Alut lender ini dihasilkan oleh kalenjar mukosa dan sel!sel goblet. "
6
%. :ukosa penghidu #erdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. :ukosa dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis semu dan tidak bersilia 3pseudostrati*ied columnar non ciliated epithelium. pitelnya dibentuk oleh tiga macam sel yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. aerah mukosa penghidu ber2arna coklat kekuningan. " $i!iologi idung
6erdasarkan teori structural, teori evolusioner dan teori *ungsional, *ungsi *isiologis hidung dan sinus paranasal adalah '1 *ungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara 3air conditioning, penyaring udara, humidi*ikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik local. % *ungsi penghidu karena terdapatnya mukosa ol*aktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu. " *ungsi *onetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran udara sendiri melalui konduksi tulang. 4 *ungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas. 5 re*leks nasal. " 1. =ungsi respirasi )dara inspirasi masuk kehidung menuju sistem respirasi melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan turun keba2ah kearah naso*aring. Aliran udara dihidung ini berbentuk lengkungan atau arkus." )dara yang dihirup akan mengalami humidi*ikasi oleh palut lender. Pada musim panas udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh palut lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. " (uhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar "7 derajat celcius. =ungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah diba2ah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas." Partikel debu, virus, bakteri dan jamur yang terhirup bersama udara akan disaring dihidung oleh ' a rambut 3vibrissae pada vestibulum nasi,
7
b silia, c palut lender. ebu dan bakteri akan melekat pada palut lender dan partikel!partikel yang besar akan dikeluarkan dengan re*lek bersin. " %. =ungsi penghidu idung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya mukosa ol*aktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga atas septum." Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara di*usi dengan palut lendir atau bila menarik na*as dengan kuat." =ungsi hidung untuk membantu indera pengecap adalah untuk membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan, seperti perbedaan rasa manis stra2berry, jeruk, pisang atau coklat. ?uga untuk membedakan rasa asam yang berasal dari cuka dan asam ja2a. " ". =ungsi *onetik &esonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. (umbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar suara sengau 3rinolalia." idung membantu proses pembentukan kata!kata. ata dibentuk oleh lidah, bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal 3m,n,ng rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara." 4. &e*leks nasal :ukosa hidung merupakan reseptor re*lek yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskular dan perna*asan. 0ritasi mukosa hidung akan menyebabkan re*lek bersin dan na*as berhenti. &angsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi air liur, lambung dan pancreas." 2.2. Em%riolog& Hidung
8
idung dibentuk dari nasal placode saat minggu ketiga dank keempat dalam kehidupan intrauterine. (etiap nasal placode merupakan permukaan ectoderm local yang kental dan merupakn daerah lateral dari kepala saat menjadi embrio, saat itu dinamakan oral stoma. >asal placode ini akan masuk ke mesenkim dan akan dibentuk yang selanjutnya menjadi lubang hidung. ipertro*i dari jaringan akan melingkupi nasal placode dan membentuk medial dan lateral nasal yang menonjol. 7
ambar 4. mbriologi idung 8 -ubang hidung akan bermigrasi secara medial dan jaringan lunak bersatu dan melingkar dan menjadi a2al dari migrasi bagian medial. 6agian nasal medial akan memproses pembentukan dari septum nasal anterior, tengah atas bibir dan bagian keras dari palatum anterior. Proses naso*rontal yang mula!mula membentuk dasar dan bagian anterior *ossa cranialis menjadi bagian dari prosense*alon. Proses dari naso*rontal akan membentuk bagian dari septum nasal postetrior dan ethmoid, nasal dan premaksilaris.@
9
>asal posterior dan kavitas oral akan terpisah oleh membrane oronasal setelah minggu keenam dan ketujuh dalam masa intrauterine, jika membrane oronasal ini diresorbsi akan membentuk koana yang primitive. &uang pada prenasal yang terletak antara nasal dan bagian *rontal pada masa embryogenesis. 0ni akan memperluas bentuk dari kulit hidung menjadi *oramen cecum, area dari anterior *ossa kranial dimana akan turun setelah dua terbentuk. =oramen cecum selanjutnya menyatu dengan *rontalis *onticulus untuk membentuk palatum kribrosum.@ 2.'. De"eni!i Atre!ia (oanal
Atresia choanal adalah penutupan satu atau kedua nares posterior oleh membran abnormal atau tulang. Penutupan dapat parsial atau total, congenital atau didapat. isebut juga sebagai atresia koana membranous jika bagian yang menutupi koana hanya mukosa saja, biasanya didapati 1$ kasus. (edangkan pada atresia tulang jika bagian yang menutupi koana terdiri dari tulang dan mukosa, didapati pada @$ kasus. 1$ Atresia choanal adalah kegagalan perkembangan rongga hidung untuk berhubungan dengan naso*aring dengan perubahan *isiologi dan anatomi yang signi*ikan dari kompleks dento*asial. Atresia choanal dapat dikaitkan dengan anomali kongenital lainnya sampai dengan 5$, sedangkan sisanya memiliki anomaly tersendiri. Anomaly congenital yang paling umum yang terkait adalah /A& syndrome 3/ coloboma, heart disease, A atresia choana, & retarded gro2th and development, genital hipoplasia, ear de*ormity o* dea*ness. Anomaly lain yang dikaitkan dengan atresia choanal termasuk polydactyli, cacat hidung!aurikularis dan palatal, sindrom /rouBon, sindrom do2n, sindrom #reacher!/ollins, sindrom igeorge, craniosynostosis, microencephaly, meningokel, meningoencephalocele, 2ajah asimetris, hipoplasia dari orbita dan mid*ace, bibir sumbing dan hipertelorisme. 1$ 2.). E*idemiologi Atre!ia (oanal
10
Atresia choanal adalah anomaly congenital yang relative jarang dan terjadi pada sekitar 1 di antara 5.$$$ sampai 8.$$$ kelahiran hidup, dengan ratio 2anita dibanding pria %'1. )mumnya +5 sampai 75 pasien dari atresi choanal adalah unilateral, sedangkan sisanya adalah bilateral. (ekitar "$ atresia choanal murni tipe tulang, sedangkan 7$ adalah campuran tulang membrane. Plat atresia biasanya berlokasi didepan ujung posterior dari septum hidung. Pada cacat anatomi termasuk rongga hidung sempit, obstruksi tulang lateral oleh plat pterygoideus lateral, obstruksi medial oleh penebalan vomer, dan obstruksi membrane.11 6erdasarkan penelitian lain menyebutkan sekitar $,8% kasus dari 1$.$$$ kasus adalah atresia koana, dengan atresia choanal yang unilateral lebih sering dibandingkan bilateral yakni %'1, namun resiko te rjadi keduanya juga cukup besar. Adanya kelainan kromosom ditemukan pada bayi baru lahir sekitar + menderita atresia koana. engan setiap ras memiliki *rekuensi yang sama. an 5$ anak dengan /A& menderita atresia koana hamper seluruhnya. % 2.+.
Pato"i!iologi Atre!ia (oanal
6anyak teori yang berpendapat tentang terjadinya atresia choanal, namun belum ada teori pasti tentang kelainan ini. #eori tersebut antara lain. #eori tersebut antara lain' 1. :embrane buccopharyngeal yang persisten %. egagalan membrane buccopharyngeal dari ochsgstetter yang rupture. ". 6agian medial yang tumbuh keluar dari vertical dan horiBontal tulang palatine 4. Abnormal mesodermal yang adhesi pada area choanal. 5. :isdirection dari aliran mesodermal akibat *aktor local.11 Ada beberapa teori mengenai embryogenesis dari atresia choanal, tetapi umumnya dianggap sekunder karena persisten baik membrane nasobuccal dari ochstetter atau membrane buccopharyngeal dari *oregut. :embrane ini biasanya pecah antara minggu kelia dan keenam kehamilan untuk menghasilkan choana. #eori lain adalah abnormal yang persisten dari mesoderm menyebabkan
11
perlengketan di2ilayah hidung!choana atau kesalahan migrasi sel mesodermal sekunder untuk *aktor local. 1% 2.,.
Etiologi Atre!ia (oanal
Penyebab pasti dari atresia choanal masih belum diketahui, namun banyak dugaan dari para ahli yang berteori tentang terjadinya atresia choanal. 9akni pada masa embriologi dalam pembentukan hidung, pada dua lapisan membrane yang terdiri atas nasal dan oral epitel terjadi rupture dan merubah bentuk koana yang kemudian menjadi atresia choanal. Penyebab lain yang menjadi dugaan antara lain adanya keterlibatan kromosom %%C11.% yang dapat menyertai kelainan congenital lain seperti polydactyli, congenital heart disease, mental retardation, cacat hidung! aurikularis dan palatal, craniosynostosis, esophageal atresia dan meningokel. 1" &ongga hidung memanjang kearah posterior selama perkembangan diba2ah pengaruh *usi posterior yang dipengaruhi oleh proses palatal. Penipisan membrane terjadi, yang memisahkan rongga hidung dari rongga mulut. Pada hari ke "8 perkembangan embryogenesis, membrane lapisan ke % yang terdiri dari hidung dan mulut epitel pecah dan membentuk choana 3nares posterior. egagalan pecahnya epitel ini menyebabkan terjadinya atresia choanal. Pada tahun %$$8, 6arbeto et al menemukan bah2a penggunaan obat prenatal berupa obat anti tiroid 3methimaBole, carbimaBole dikaitkan dengan terjadinya atresia choanal.1" ekurangan asam retinoic selama masa kehamilan telah diketahui dapat meningkatkan angka kejadian mal*ormasi. Asam retinoic yang dihasilkan dari vitamin A oleh retinaldehyde dehidrogenase yang penting untuk ontogenesis dan homeostasis dari banyak jaringan. upe dkk menyatakan bah2a ketidakcukupan pembentukan retinoic acid menyebabkan pembentukan berlebih dari *ibroblast gro2th *actor 8 3==!8, yang mengarah pada bertahannya lempeng hidung. %1
2.-.
#ani"e!ta!i Klinik Atre!ia (oanal
12
Anak yang baru lahir dengan gangguan perna*asan terjadi pada pasien dengan atresia choanal bilateral segera setelah lahir. :ereka memberikan gejala sianosis dan hilang pada saat menangis.
ambar 5. Perbandingan Anatomi =aring Pada >eonatus dan e2asa 1"
Pada atresia choanal perlu dicari kelainan lain yang berhubungan dengan sindrom /A&, yang terdiri dari'
13
1. %. ". 4.
/oloboma iris, koroid, dan atau mikroo*talmika 38$ eart de*ect seperti A( dan atau lesi conotruncal 358 Atresia o* choanae 31$$ &etarded gro2th and development 3&etardasi mental @4, gangguan
pertumbuhan 87 5. enitourinary abnormalities seperti kriptorkismus, mikro*alus, danDtanpa hidrone*rosis 3hipoplasia genital pada laki!laki 75 +. ar de*ect yang berhubungan dengan ketulian, dapat disertai de*ek telinga 2..
luar, tengah dan dalam 388. 1 Diagno!i! Atre!ia (oanal ari anamnesis didapati ri2ayat kesulitan bernapas dari hidung saat baru
lahir dan makin memberat dalam beberapa bulan. 6iasanya pasien dengan atresia koana unilateral datang setelah beberapa bulan kelahiran. Pasien juga kesulitan dalam pemberian makan karena akan mengganggu perna*asan dan semakin memberat apabila pasien menangis. Pada pasien juga didapati ri2ayat biru saat menangis akibat kurangnya pengambilan oksigen. 14 Pada inspeksi didapati pasien cendrum mengambil na*as dari mulut akibat adanya obstruksi pada hidung pada pemeriksaan rinoskopi anterior cendrung dalam batas normal, namun kadang dijumpai adanya secret yang keluar dan bertahan. &i2ayat keluar cairan dari hidung serta alirang udara dari hidung yang kurang atau tidak ada sama sekali. Pada pemeriksaan posterior dengan menggunakan kaca laring didapati adanya aliran udara yang keluar dari mulut, namun belum dapat secara pasti menegakkan suatu atresia ataupun stenosis.14 Pada pemeriksaan dengan menggunakan endoskopi yang keras maupun *leksibel, namun paling sering digunakan ialah endoskopi *iberoptik yang *leksibel karena dapat menilai patensi nasal dan anatominya seperti vestibule, septum nasi dan dinding lateral nasal. 6iasanya kelainan pada jalan na*as yang disebabkan karena obstruksi congenital, septum deviasi, kista duktus nasolakrimalis dan lain!lain bisa tidak terlihat. Pada pasien dengan atresia koana dengan menggunakan endoskopi dapat dilihat adanya discharge yang bersi*at muchoid dan terlihat adanya atresia koana lebih jelas tampak. 14 #es untuk mendeteksi atresia choanal'
14
1. :encoba memasukkan kateter plastic =rench ukuran +8 melalui hidung. ?ika tidak ada atresia, maka kateter tersebut akan bebas mele2ati kavum nasi ke naso*aring. ?ika terdapat atresia choanal maka akan terasa adanya tahanan kira!kira "!",5 cm dari pinggir alar. ?ika obstruksi kira!kira 1!% cm dari nares anterior, maka bisa jadi itu disebabkan oleh de*leksi traumatic dari septum nasi akibat trauma. %. :eletakkan kapas atau kaca di depan hidung. 6ila terdapat udara, makan kapas akan bergerak dan kaca akan berembun. ". :eneteskan metilen blue ke dalam kavum nasi anterior hidung dan dilihat keberadaannya melalui mulut. ?ika tidak ada obstruksi, maka metilen blue akan tampak dimulut karena mele2ati naso*aring, namun jika adanya obstruksi akibat atresia choanal, maka metilen blue tidak tampak dari mulut karena tidak bisa mele2ati naso*aring. 15
ambar +. ambaran Atresia /hoanal pada /# scan 1+ Pemeriksaan lain adalah dengan menggunakan /# scan, hal ini khusus untuk melihat bagian aksial, prosedur radiogra*i ini menggunakan pilihan terhadap kelainan dari tulang dan membrane, untuk menilai posisi dan ketebalan 15
dari segmen yang obstruksi, sehingga dapat dilakukan operasi yang sesuai untuk memperbaiki keadaan ini. /# scan juga berperan untuk mendeteksi kelainan lain yang menyertai atresia koana, seperti encephalocele, glioma dan de*ek tengkorak anterior. /# scan juga dapat menunjukkan luas dari bagian poster ior septum dan densitas tulang padat yang menyangga lateral. engan menggunakan vasokonstriktor drop dan nasal toilet, sedasi atau anastesia umum pada bayi baru lahir akan memberikan kualitas gambar /# scan yang baik, data noemative dapat digunakan untuk neonates hingga umur + bulan, mengenai ukuran dari lubang hidung.17
2./.
Di""erential Diagno!a Atre!ia (oanal
i**erential diagnose dari atresia choanal ialah' 1. eviasi septum ejala utama ' sumbatan pada satu atau kedua rongga hidung, sumbatan ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, sebab pada sisi yang mengalami konka hipotro*i dan pada sisi sebelahnya terjadi konka yg hipertro*i. &asa nyeri dikepala dan sekitar mata, gangguan penciuman, kongesti nasal, epistaksis, in*eksi sinus berulang dan na*as yang berbunyi se2aktu tidur." %. ematom septum nasi ematom septum adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pembengkakan, memar atau perdarahan didalam septum nasi. ejala utama' hidung tersumbat, kesulitan berna*as, dan pembengkakan pada sekat hidung yang menyakitkan. " ". ipertro*i konka 3&hinitis ipertro*i
16
0stilah hipertro*i digunakan untuk menunjukkan perubahan mukosa hidung pada konka in*erior yang mengalami hipertro*i karena proses in*lamasi kronis yang disebabkan oleh in*eksi bakteri primer atau sekunder. ejala utama ' sumbatan pada hidung atau gejala diluar hidung akibat hidung tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan tidur, secret biasanya banyak dan mukopurulen. " 4. Polip hidung ejala utama ' hidung tersumbat dari ringan sampai berat, rhinorrhea yang jernih sampai kental, hiposmia atau anosmia. :ungkin disertai bersin!bersin, rasanyeri pada hidung disertai sakit kepala daerah *rontal." 2.10. Penatalak!anaan Atre!ia (oanal
Pengobatan darurat terdiri dari memasukkan saluran udara plastik kedalam mulut bayi. Alternative lain adalah merekatkan puting kare t botol bayi 3putting :cgovern dengan lubang yang besar pada ujungnya dimasukkan pada mulut bayi. #indakan ini ada keuntungannya yaitu untuk berna*as dan memberi makanan. Pada atresia koana bilateral diperlukan tindakan darurat dengan melakukan per*orasi koana untuk mengatasi sumbatan jalan napas, karena neonates berna*as terutama melalui hidung. #indakan ini dinilai controversial karena pungsi transnasal secara buta dapat sering menimbulkan komplikasi serius seperti kebocoran cairan serebrospinal, trauma daerah otak tengah, dan sindro radenigo 3acCuired abduscen palsy yang disertai rasa sakit pada daerah distribusi nervus trigeminus homolateral.18 ?ika keadaan bayi stabil, saluran udara melalui hidung dapat ditetapkan. iba2ah penga2asan anestesi umum dan menggunakan mikroskop operasi, *lap mukosa diangkat dan lempeng tulang dikuretase secara hati!hati. Pipa plastic dimasukkan untuk 2aktu empat minggu untuk mempertahankan lubang tersebut sampai daerah sekitarnya sembuh. #atalaksana de*eniti* pada atresia choanal bilateral sebaiknya dilakukan sesegera mungkin.18
17
#indakan trakeostomi jarang diperlukan apabila tidak ditemukan ke lainan lain. Pada umumnya sebelum dilakukan operasi cukup diberikan gudel untuk memudahkan perna*asan. Pada prinsipnya ada empat pendekatan prosedur operasi yaitu secara transnasal, transpalatal, transeptal, dan transantral.18 #ransnasal dilakukan apabila atresia terdiri dari membrane atau tulang tipis. Prosedur yang sederhana adalah dengan melakukan per*orasi didaerah atresia yang dilanjutkan dengan dilatasi. /ara lain dalam prosedur transnasal adalah dengan melakukan bedah mikro dengan teknik endoskopi. Prosedur transpalatal dilakukan apabila atresia tersebut memiliki dinding yang tebal. Prosedur transpalatal pada lempeng atresia memberikan perbaikan yang lebih pasti. #indakan ini lebih disukai oleh beberapa ahli bedah, khususnya jika atresia unilateral atau jika lubang melalui hidung yang dibuat segera setelah lahir kemudian menutup. 6ayi segera belajar untuk berna*as melalui mulut dan prosedur transpalatal dapat ditunda sampai anak mencapai usia paling sedikit satu tahun. ?alan masuk langsung yang diberikan melalui prosedur ini memungkinkan reseksi bagian tulang palatum dan vomer. Penutupan bekas insisi pada palatum dengan mempertahankan pembuluh darah palatine akan memberikan penyembuhan yang sangat baik. Atresia choanal unilateral diperbaiki pada usia yang lebih tua.18 6agian paling tipis dari atresia choanal, biasanya berada di sambungan antara palatum durum dan vomer diba2ah ujung konka medial, adalah tempat yang ideal untuk membuat saluran ke naso*aring. %1 6erapa penelitian melaporkan angka keberhasilan operasi berkisar +7 hingga 88. &ata!rata angka kesuksesan dengan operasi endoskopi transnasal mencapai 85,".%1 2.11. Kom*lika!i Atre!ia (oanal
omplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah sebagai berikut ' 1. Aspirasi saat menyusu dan mencoba berna*as le2at mulut %. enti napas 3&espiratory Arrest
18
". Penyempitan kembali pada daerah atresia choanal setelah pembedahan.1@ 2.12.
Progno!a Atre!ia (oanal
Prognosa bergantung pada banyaknya kelainan yang terjadi. eteksi dini pada periode perinatal penting untuk menemukan kelainan ini lebih a2al, karena atresia koana bilateral masih merupakan penyebab kematian pada periode neonates yang sering terjadi tetapi tidak selalu diketahui. %$ ?ika bayi berhasil diresusitasi begitu saat lahir dan kondisinya telah terdeteksi sebelum masalah yang lain dijumpai, maka tidak akan terjadi masalah jangka panjang pada perkembangan bayi. :eskipun hampir separuh dari anak! anak akan mempunyai de*ek pada hidung atau palatumnya, jadi kemungkinan beberapa pembedahan akan menyebabkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi penampilan si anak.%$ Atresia choanal berkisar dari yang sangat ringan sampai yang sangat berat. 6isa jadi tidak mungkin mendeteksi apakah jalan na*as hidung telah diperbaiki dengan pembedahan, atau dalam kasus lain, hal ini dapat mempengaruhi penampilan 2ajah yang dapat menyebabkan anak menjadi minder.%$ :embangun kepercayaan diri anak dengan cepat akan menjadi masalah yang berat untuk orang tua dan orang lain yang berinteraksi dengan anak di rumah, sekolah dan medis. elainan gigi bisa terjadi oleh karena itu sang anak harus diterapi secara medis yang multidisiplin, termasuk genetic, terapi bicara, nutrisi, operasi bedah plastic dan spesialis ##.%$ :emperhatikan pertumbuhan dan status nutrisi anak juga sangat penting, pekerja social mungkin juga membantu keluarga untuk membesarkan anak secara kompleks, dan kebutuhan pera2atan kesehatan jangka panjang. %$
19
BAB III KESI#PULAN
Atresia choanal adalah penutupan satu atau kedua nares posterior oleh membrane abnormal atau tulang. Penutupan dapat parsial atau total, congenital atau didapat. Atresia choanal adalah kegagalan perkembangan rongga hidung untuk berhubungan dengan naso*aring dengan perubahan *isiologi dan anatomi yang signi*ikan dari kompleks dento*asial. Atresia choanal dapat dikaitkan dengan anomaly congenital lainnya sampai dengan 5$, sedangkan sisanya memiliki anomaly tersendiri. Anomaly congenital yang paling umum yang terkait adalah /A& syndrome. Atresia choanal adalah anomaly congenital yang relative jarang dan terjadi pada sekitar 1 diantara 5.$$$ sampai 8.$$$ kelahiran hidup, dengan ratio 2anita disbanding pria %'1. )mumnya +5 sampai 75 pasien dari atresia choanal adalah unilateral, sedangkan sisanya adalah bilateral. Ada beberapa teori mengenai embryogenesis dari atresia choanal, tetapi umumnya dianggap sekunder karena persisten baik membrane nasobuccal dari ochstetter atau membrane buccopharyngeal dari *oregut. iagnosis ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan *isik dan pemeriksaan penunjang. ari anamnesis didapati ri2ayat susah berna*as dengan hidung, ri2ayat biru saat menangis dan kesulitan makan. Pemeriksaan yang dapat
20
dilakukan ialah dengan menggunakan kateter plastic yang dimasukkan melalui hidung, pada atresia choanal akan terdapat tahanan. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah dengan meletakkan kapas atau kaca didepan hidung dan meneteskan metilen blue ke dalam kacum nasi anterior hidung dan dilihat keberadaannya melalui mulut. /# scan merupakan radiogra*i pilihan untuk atresia koana karena dapat menilai kelainan dari tulang dan membrane, untuk menilai posisi dan ketebalan dari segmen yang obstruksi, sehingga dapat dilakukan operasi yang sesuai untuk memperbaiki keadaan ini. Pada prinsipnya ada empat pendekatan prosedur operasi yaitu secara transnasal, transpalatal, transseptum dan transantral. Prognosa bergantung pada banyaknya kelainan yang terjadi. eteksi dini pada periode perinatal penting untuk menemukan kelainan ini lebih a2al, karena atresia choanal bilateral masih merupakan penyebab kematian pada periode neonates yang sering terjadi tetapi tidak selalu diketahui.
21
DA$TA PUSTAKA
1. Eidodo , Eidyaningsih. Atresia oana. %$$8. 6uku Ajar &espiratory Anak disi 0. 0A0. ?akarta %. #e2*ik #-, Atresia /hoanal. %$14. iunduh dari http'DDemedicine.medscape.comDarticleD8%4$@!overFsho2all. ". (oetjipto, amayanti, dkk, alam (oepardi .A, dkk. %$$7 .6uku Ajar 0lmu esehatan #elinga, idung, #enggorok, kepala dan -eher, disi'+. =)0. ?akarta. 4. Anatomy o* >ose. i unduh dari http'DDaes.sagepub.com. 3)pdate' (ep %4, %$14 5. Anatomy and Physiology o* >ose. iunduh dari http'DDent4students.blogspot.com 3)pdate ' (ep %4, %$14 +. ascularitation o* >ose. iunduh dari http'DDearnosethroatdoc.blogspot.com 3)pdate ' (ep %5, %$14 7. 6, 6lasberg, dkk. %$$$. /hoanal Atresia! A /ryptic /ongenital Anomaly 8. mbriology o* >ose. iunduh dari http'DD2eb.duke.edu. 3)pdate ' (ep %4, %$14 @. Perkasa :=. Penanganan :eningosil dan Atresia oana 6ilateral. alam <&-0 ol. 4" >o.1 #ahun %$1". =akultas edokteran )niversitas asanuddin. :akassar. 1$. 9antis :. %$14. /hoanal Atresia ' iagnosis, :anagement and Association 2ith /A& (yndrome, rand &ound Presentation, epartment o*
22
11. =rota, llery, dkk. %$$7. 6ilateral /ongenital /hoanal Atresia. )niversidade =ederal do &io de ?anerio. 6raBil. 1%. Adam -. 1@@7 Penyakit!penyakit >aso*aring dan ational -ibrary o* :edicine.
23