PEMERIKSAAN ASAM URAT METODE SPEKTROFOTOMETRI
Tugas terstruktur ini guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kimia Klinik II Dosen Pengampu : Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd., M.Pd.
Oleh :
Fiska Triaji Nurhak
P1337434115013
Diana Rahma Ramadhani
P1337434115029
Tenia Saesarah Heningtyas
P1337434115037
Diah Nisa Islami
P1337434115042
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2016/2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga paper ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihat yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiranya. Terima kasih juga kepada Ibu Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan kami tugas ini, sehingga kami semakin memperdalam ilmu tentang tugas ini. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca, untuk kedepanya dapat memperbaiki be ntuk maupun menambah paper ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapakn saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan paper ini.
Semarang, 2 Mei 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 BAB II ISI .............................................................................................................................. 2
Pengertian Asam Urat .................................................................................................. 2 Fisiologi ....................................................................................................................... 2 Metabolisme Purin dan Asam Urat .............................................................................. 3 Peningkatan Kadar Asam Urat .................................................................................... 4 Penurunan Kadar Asam Urat ....................................................................................... 7 Pemeriksaan Kadar Asam Urat dalam Darah .............................................................. 7 Kendala dalam Pemeriksaan Asam Urat Metode Spektrofotometri ............................ 11 Solusi untuk Mengatasi Kendala dalam Pemeriksaan ................................................. 11 BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13
Intisari .......................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14
iii
BAB I PENDAHULUAN
Asam urat merupakan penyakit yang sering dialami oleh orang-orang yang berusia 30 tahun ke atas. Gejala yang dialami oleh penderita asam urat biasanya rasa nyeri yang tak tertahankan, rasa panas dan bahkan pembengkakan pada bagian sendi. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Orang yang terkena serangan penyakit asam urat biasanya akan merasakan perkembangan gejala yang cepat dalam beberapa jam pertama. Di Indonesia, orang sering menyamakan penyakit asam urat (gout) dengan rematik. Padahal rematik adalah istilah umum yang dipakai untuk menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami peradangan. Penyakit asam urat (gout) adalah sala h satu penyebab nyeri pada persendian. Mengenali gejala dan tanda pada gout dapat membantu seseorang membedakan dengan nyeri sendi yang disebabkan oleh kondisi lain. Banyak orang mengira apabila kadar asam urat di dalam darah tinggi (hiperurisemia), maka akan terkena gout. Hal ini tidak benar, karena hanya sekitar 1/3 penderita hiperurisemia yang mengalami gout. Penting untuk selalu mengontrol kadar asam urat dalam darah. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah dapat dilakukan di laboratorium. Ada 2 metode pemeriksaan kadar asam urat darah yang bersifat kuantitatif yaitu metode caraway dan metode enzimatik. Metode yang paling mudah dilakukan adalah metode enzimatik. Pada metode enzimatik, digunakan reagen kit asam urat dan alat fotometer. Untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh adalah valid, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari pra-analitik, analitik dan pasca-analitik.
1
BAB II ISI
1.
Pengertian Asam Urat
Asam urat adalah hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang, sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian dan tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal (Anonim, 2011). Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk filtrasi, direabsorbsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum bergantung pada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin (Hamdani, 2012). Keadaan normal, setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya, tapi jumlahnya sedikit. Dalam beberapa keadaan, misalnya konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, atau karena ginjal kurang mampu mengeluarkannya dalam tubuh, maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Kadar asam urat dalam darah adalah : a). Laki – laki 3,4-8,5 mg/dl; b). Perempuan 2,8-7,3 mg/dl; c). Anak-anak 2,0-5,5 mg/dl (Antika, 2011).
2.
Fisiologi
Purin, seperti adenosin dan guanosin dari pemecahan asam nukleat atau dari kerusakan jaringan, diubah menjadi asam urat, terutama pada hati. Asam urat pada plasma diangkut dari hati menuju ginjal, dimana asam urat tersebut akan difiltrasi oleh glomerulus. Reabsorpsi 98% sampai 100% asam urat dari filtrat glomerulus terjadi pada tubulus proksimal. Sejumlah kecil asam urat disekresi oleh tubulus distal yang ikut terbawa bersama urin. Ekskresi ginjal menyumbang sekitar 70% dari pembuangan asam urat, sisanya masuk ke saluran pencernaan dan terdegradasi oleh enzim bakteri. Hampir semua asam urat dalam plasma hadir sebagai monosodium urat. Pada plasma dengan pH 7, asam urat relatif tidak larut. Pada konsentrasi lebih besar dari 6,8
2
mg/dl, plasma tersebut jenuh. Hasilnya, kristal urat memungkinkan untuk terbentuk dan mengendap ke dalam jaringan. Pada urin asam (ph < 5,75), asam urat merupakan sesuatu yang dominan dan kristal urat memungkinkan untuk terbentuk. 3.
Metabolisme Purin dan Asam Urat
Kode DNA ditentukan oleh urutan basa purin dan pirimidin sepanjang double helix (untaian ganda). Basa purin (adenin dan guanin) merupakan molekul organik siklik yang mengandung nitrogen. Saat melekat pada bagian ribosa gula, basa purin muncul dengan ikatan nukleosid (misalnya adenosin). Penambahan fosfat pada lingkaran ribosa menghasilkan
ikatan
nukleotida
(nukleosida-fosfat,
misalnya
adenosine-5-
monophosphate, AMP). Pentingnya penyususunan asam nukleat, purin juga bagian dari senyawa metabolik penting lainnya (misalnya ATP). Selain diperoleh dari makanan, purin juga disintesis secara in vivo, regulasi mungkin terjadi melalui reaksi yang dikatalisis oleh 5-phosphoribosyl-1-pyrophosphate(PRPP)-amidotransferase. Nukleotida yang dilepaskan dari asam nukleat atau digunakan sebagai energi atau metabolisme intermediet lainnya, dapat dipecah menjadi basa purin bebas (terutama hipoksantin dan guanin) melaului ikatan nukleosida. Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin bebas. Namun, jalur penyelamatan (salvage pathway) dimana oleh basa purin digunakan kembali untuk sintesis nukleotida oleh reaksi yang dikatalisis oleh hypoxanthine
phosphoribosyltransferase
(HGPRT)
dan
adenine
phosphoribosyltransferase (APRT) yang juga penting. Nukleotida yang diselamatkan ini dapat digunakan untuk sintesis asam nukleat.
Gambar 3.1. Rumus struktur asam urat
Demikian asam urat menjadi produk akhir dari metabolisme purin dan dikeluarkan dari tubuh terutama oleh ekskresi renal (sekitar 70%) dan juga melalui usus (feses). Pada pH fisiologis, asam urat hampir terionisasi sepenuhnya. Asam urat dapat meningkat
3
(hiperurisemia) karena pembentukan yang berlebihan di dalam tubuh, ekskresi asam urat yang kurang, atau bisa karena keduanya. Terjadinya peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) berpotensi untuk menyababkan gout, dimana sendi terasa nyeri dan kerusakan timbul dari pengendapan kristal asam urat pada persendian. 4.
Peningkatan Kadar Asam Urat
Terjadinya peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) berpotensi untuk menyebabkan gout. Tingkatan kadar asam urat berdasarkan faktor fisiologis : a.
Jenis kelamin Nilai normal kadar asam urat laki-laki (0,12-0,42 mmol/L) lebih tinggi dari nilai normal untuk perempuan (0,12-0,36 mmol/L)
b.
Obesitas Kadar asam urat darah pada pasien yang obesitas akan lebih tinggi dari pasien yang tidak obesitas
c.
Diet Orang yang mengonsumsi makanan dengan tinggi protein yang mana makanan tersebut kaya dengan asam nukleat, dan pada orang yang mengonsumsi alkohol
d.
Faktor genetik adalah sangat penting
Gambar 4.1. Penumpukan asam urat pada persendian
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak, berulang, dan disertai dengan arthritis yang terasa nyeri karena adanya endapan kristal asam urat yang terkumpul di dalam sendi. Endapan kristal ini dikarenakan tingginya kadar asam urat dalam darah (hyperurisemia). Gout menduduki peringkat ketigas dalam urutan penyakit sendi setelah arthrosis dan arthritis reamtoid. Hampir 20% penderita gout juga
4
mengidap batu ginjal. Peradangan sendi pada gout bersifat menahun. Setelah terjadi serangan yang berulang, sendi yang terserang bisa menjadi bengkok atau cacat. Secara tradisional, gout dibagi menjadi dua, yaitu bentuk primer (90%) dan bentuk sekunder (10%). Gout primer adalah gout yang penyebabnya tidak diketahui atau karena gangguan/kelainan proses metabolise. Gout sekunder adalah gout yang penyebabnya dapat diketahui. Orang normal setiap hari membuang 700mg asam urat melalui urin. Penyebab asam urat yang tinggi :
a.
Pembentukan asam urat berlebihan 1)
Gout primer metabolik : terjadi karena sintesa asam urat yang belebihan
2)
Gout sekunder metabolik : terjadi karena sintesa asam urat berlebihan karena penyakit lain seperti leukimia terutama yang diobati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
b.
Pengeluaran asam urat melalui ginjal yang kurang (gout renal) : 1)
Gout renal primer : terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal.
2)
Gout renal sekunder : disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronik atau pada kerusakan ginjal kronis.
c.
Perombakan dalam usus yang berkurang.
Serangan gout secara mendadak dapat dipicu oleh luka ringan, pembedahan, konsumsi alkohol dalam jumlah yang tinggi, kelelahan, stress, penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, dan kedinginan. Sisa asam urat yang tidak terbuang, dapat tertimbun dalam sendi. Jika timbunan sudah agak lama, kulit di atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas. Gejala lainnya adalah munculnya tofus di helix telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi yang terserang gout akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini akan berlangsung hingga sekita 1 minggu, lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer karena persendian tersebut lebih dingin dibandingkan dengan persendian di bagian tubuh lainnya. Asam urat akan cenderung membeku pada suhu dingin. Gout jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari gout arthritis akut adalah demam, menggigil,tidak
5
enak badan, dan denyut jantung yang berdetak dengan cepat. Apabila kristal urat dalam sendi dan tendon terus berlanjut akan menyebabkan keterbatasan gerak pada sendi. Tofi (benjolan keras dari kristal urat) dapat terbentuk di ginjal dan organ tubuh lainnya, di bawah kulit telinga atau sekitar siku. Jika tidak diobati, tofi dapa kaki dan tangan bisa pecah dan mengeluarkan masa kristal yang menyerupai kapur. Stadium pada gout : a.
Hiperurisemia : tanpa gejala
b.
Arthritis akut : serangan akut dapat terjadi tanpa presipitasi apapun, tetapi dapat terjadi karena trauma lokal, pembedahan, stress dan penggunaan obat-obatan
c.
Fase interkritik (arthritis rekuren) : terjadi arthritis rekuren dengan jarak satu serangan dengan serangan lainnya yang semakin pendek
d.
Arthritis kronik : disebabkan oleh kelainan sendi yang menetap karena destruksi atau osteoarthrosis sekunder.
Tanda dan gejala Gout :
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau jari kaki (sendi tarsal) b.
Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
c.
Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris (satu sisi tubuh)
d.
Demam, dengan suhu tubuh 38,3 0C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari walau telah dilakukan perawatan
e.
Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba (VitaHealth, 2007)
Pencegahan Gout :
Pencegahan osteoartritis dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi. Beberapa suplemen makanan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa suplemen yang umum digunakan antara lain adalah glukosamin dan kondroitin. a.
Glukosamin Glukosamin adalah molekul gula amino yang biasa terdapat pada kulit krustasea (udang-udangan), artropoda, dan dinding sel cendawan. Di Indonesia, glukosamin dapat diperoleh dari langsung dari suplemen makanan komersial atau minuman susu tersuplementas.
b.
Kondroitin
6
Kondrotin sendiri adalah suplemen makanan yang biasa digunakan bersama glukosamin. Ia merupakan senyawa rantai gula bercabang yang menyususun tulang rawan. Di Indonesia, kondroitin dapat diperoleh dari langsung dari suplemen makanan.
5.
Penurunan kadar Asam Urat
Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar asam urat : a.
Kegagalan fungsi tubulus ginjal dalam melakukan reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal, sehingga ekskresi asam urat melalui ginjal akan ditingkatkan dan kadar asam urat dalam darah akan turun. (WellerSeward, E. Miller, 2002).
b.
Pemberian obat-obatan penurun kadar asam urat. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang meningkatkan ekskresi asam urat atau menghambat pembentukan asam urat, (Steele Thomas H, 1979) cara kerja allopurinol
merupakan
struktur
isomer
dari
hipoxanthin
dan
merupakan
penghambat enzim. Fungsi allopurinol yaitu menempati sisi aktif pada enzim xanthine
oxidase,
yang
biasa
ditempati
oleh
hypoxanthine. Allopurinol
menghambat aktivitas enzim secara irreversible dengan mengurangi bentuk xanthin oxidase sehingga menghambat pembentukan asam urat (Diane Colby S, 2001).
6.
Pemeriksaan Kadar Asam Urat dalam Darah a.
Tahapan Pra Analitik 1)
Persiapan pasien
Sebelum dilakukan pemeriksaan, dilakukan crosscheck biodata pasien terlebih dahulu. Crosscheck ini meliputi : nama pasien, tanggal lahir pasien, alamat pasien, dan nomor telepon pasien. Persiapan bagi penderita yang akan diambil sampelnya yaitu puasa 10 - 12 jam dan tidak mengkonsumsi makanan tinggi purin (misalnya : daging, jerohan, sarden, otak) minimal 24 jam sebelum uji dilaksanakan, karena dapat mempengaruhi terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan (Harrison, 2000). 2)
Persiapan sampel
Preparasi sampel : Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling darah vena. Pelabelan harus dilakukan sesuai dengan kebenaran data pasien. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah ini dapat menggunakan plasma
7
heparin atau serum. Jika dalam pemeriksaan menggunakan serum, serum harus dipisahkan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya pengenceran oleh konten intraseluler. Waktu maksimal dalam pemisahan serum yaitu 2 jam. Lipemik berat harus dihindari. Konsentrasi bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan hasil rendah palsu yang diperoleh dari metode peroksidase. Hemolisis yang signifikan, dengan kontaminasi pelepasan glutation, hasilnya juga dapat rendah palsu. Obat-obatan seperti salisilat dan tiazid dapat menyebabkan naiknya kadar asam urat. Untuk itu, pada tahapan persiapan pasien harus diperhatikan.
Waktu penyimpanan sampel : Penyimpanan terhadap sampel perlu dilakukan apabila pemeriksaan ditunda. Proses penyimpanan sampel harus sesuai prosedur yang disyaratkan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Waktu penyimpanan yang disarankan untuk sampel asam urat adalah selama 5 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Laboratorium Kesehatan, 2002).
Suhu penyimpanan sampel : Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan agar tetap dalam kondisi yang stabil, maka dibutuhkan waktu penyimpanan sampel yang baik dan suhu yang sesuai. Jika dilakukan penundaan pemeriksaan, maka sampel disimpan di refrigerator pada suhu 2 - 8ºC (Rhoce Diagnostic, 2009).
b.
Tahapan Analitik 1)
Penentuan Kadar Asam Urat Metode Enzimatik Prinsip :
Asam urat dioksidasi enzim uricase membentuk allanton, CO 2 dan perioksida, dengan bantuan enzim peroksida, peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan 4-amino antipyrine dan 3,5 dicloro sulphonate membentuk senyawa yang berwarna merah muda yang diukur pada panjang gelombang 546 nm yang sebanding dengan kadar asam dalam sampel. Reaksi :
Urid Acid + H2O + O2
→ Allantion + CO2 +
8
H2O2
2H2O2
DCHBS
+
PAP
N-(4
→
antipyryl-3-cloro-5-sulfonate-p
benzoquinonimine + HCL+ 4H 2O Prosedur Kerja :
a)
Pembuatan Serum Disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Setelah terbentuk 2 lapisan, diambil serum darah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b)
Pemeriksaan
Pipet
Blanko
Standar
Sampel
Serum
-
-
20 ul
Reagen
-
20 ul
-
1000 ul
1000 ul
1000 ul
Standar Reagen (R1)
Homogenkan dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 25-30 0C atau 5 menit pada suhu 370C. pembacaan sampel/standat tidak boleh lebih dari 15 menit dengan blanko.
c)
Perhitungan mg asam urat =
mg asam urat
2)
=
x 8 ⟦/⟧ atau
x 476 ⟦/ ⟧
Penentuan Kadar Asam Urat Metode Caraway Prinsip :
Protein di dalam serum diendapkan dengan asam tungstat. Kehadiran asam urat di dalam filtrat yang tidak mengandung protein akan mereduksi asam phosphotungstic pada media alkali menjadi asam phosphotungstous (biru tungsten) untuk membentuk warna biru. Intensitas dari warna biru menunjukkan kadar asam urat di dalam serum. Intensitas tersebut dibaca pada panjang gelombang 660nm. Prosedur dari pemeriksaan kadar asam urat metode ini dilakukan dengan :
9
a)
Preparasi Filtrat Bebas Protein Memipet 0,6 ml serum ke dalam tabung kering dan menambahkan 5,4 ml asam tungstat. Homogenkan campuran tersebut dan diamkan selama 5 menit. Selanjutnya pisahkan filtrat dengan endapannya.
Tabung
Standar
Filtrat Bebas
10%
Asam
Asam Urat
Protein
Na2CO3
Phosphotungstic
3 ml
-
-
0,6 ml
0,6 ml
-
3 ml
-
0,6 ml
0,6 ml
-
-
3 ml
0,6 ml
0,6 ml
Aquadest
Reaksi B (Blanko) S (Standar) T (Sampel)
Homogenkan dan inkubasi selama 30 menit. Menentukan absorbansi sampel dan standar dengan panjang gelombang 660 nm
b)
Perhitungan Miligram asam urat dalam 100 ml serum =
=
c.
T−B
konsentrasi standar
S−B
Volume test sampel
x
T−B
0,03
S−B
0,3
x
x 100
x 100 (mg/100ml)
Tahapan Pasca Analitik
1)
Pencatatan Hasil Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan dilaporkan dalam bentuk blanko hasil pemeriksaan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Dalam pencatatan hasil ini, harus diteliti kembali apakah pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai permintaan pasien atau belum. Selain itu, dicrosscheck kembali apakah pada tahapan pra analitik dan pasca analitik sudah dilakukan sesuai SOP atau belum.
10
2) Verifikasi dan Validasi Verifikasi bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja. Dalam verivikasi metode, kinerja yang akan diuji adalah keselektifan seperti uji akurasi (ketepatan) dan presisi (kecermatan). Sedangkan validasi merupakan konfirmasi suatu metode melalui pengujian dan pengadaan bukti bahwa syarat-syarat tertentu dari suatu metode telah terpenuhi.
7.
Kendala dalam Pemeriksaan Asam Urat Metode Spektrofotometri
a.
Pemipetan yang kurang tepat. Ketrampilan analis dalam menggunakan mikropipet menjadi hal yang penting. Apabila pemipetan reagen berlebih maka dapat menghasilkan hasil rendah palsu. Karena kemungkinan saat semua sampel telah bereaksi dengan reagen, ada reagen berlebih yang tidak bereaksi dan dapat membuat warna larutan lebih pudar sehingga hasil pembacaan dengan fotometer menjadi rendah.
b.
Waktu inkubasi. Waktu inkubasi bertalian dengan suhu inkubasi. Semakin tinggi suhu inkubasi, maka waktu inkubasi yang dibutuhkan akan lebih sedikit. Biasanya dengan suhu 37ºC dibutuhkan waktu 3-5 menit, suhu ruang (20-25ºC) dibutuhkan waktu 7-10 menit. Apabila waktu inkubasi melebihi batas yang ditentukan, dapat mempengaruhi intensitas warna. Warna yang terbentuk menjadi lebih gelap.
c.
Homogenisasi. Homogenisasi yang kurang sempurna memungkinkan sebagaian reagen tidak beraksi dengan sampel, sehingga terlihat adanya dua lapisan yang berbeda.
d.
Kondisi kuvet. Kuvet yang digunakan dalam pemeriksaan, harus benar-benar kering, bersih, dan tidak ada sisa larutan sampel atau aquades. Apabila masih terdapat sisa larutan sampel akan menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi tinggi palsu. Sedangkan bila terdapat sisa aquades akan menyebabkan hasil pemeriksaan yang rendah palsu.
8.
Solusi untuk Mengatasi Kendala dalam Pemeriksaan
a.
Melatih ketrampilan praktikan dalam pemipetan suatu larutan, memastikan untuk mengelap dispossable tip setelah memipet larutan agar tidak ada sisa reagen/sampel yang menempel di dinding bagian luar dispossable tip.
b.
Selalu menggunakan stopwatch agar waktu inkubasi tepat sesuai ketentuan, mengatur jarak waktu pembuatan larutan sampel satu dengan sampel lainnya.
11
c.
Memastikan untuk melakukan pembilasan pipet setelah menambahkan larutan ke dalam suatu campuran, serta memastikan untuk melakukan homogenisasi dengan mengocoknya secara perlahan hingga merata.
d.
Memastikan membilas kuvet dengan aquades sebelum digunakan untuk pengukuran absorbansi dan memastikan kuvet dalam kondisi kering dengan menghisap seluruh latutan yang tersisa secara berulangkali.
12
BAB III PENUTUP
1.
Intisari
Asam urat adalah hasil metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Keadaan normal, setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya, tapi jumlahnya sedikit. Dalam beberapa keadaan, misalnya konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, atau karena ginjal kurang mampu mengeluarkannya dalam tubuh, maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 3,4-8,5 mg/dl untuk laki-laki, 2,8-7,3 mg/dl untuk perempuan dan 2,0-5,5 mg/dl untuk anakanak. Peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) berpotensi untuk menyebabkan gout, dimana terjadi penumpukan kristal-kristal asam urat di dalam sendi. Sedangkan penurunan kadar asam urat dapat terjadi karena kegagalan fungsi tubulus ginjal dalam melakukan reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal maupun konsumsi obatobatan penurun kadar asam urat. Dalam pemeriksaan kadar asam urat dalam darah, menggunakan serum yang dipisahkan dengan melalui proses centrifuge. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 546 nm (metode enzimatik) dan 660 nm (metode caraway). Dalam pemeriksaan menggunakan metode ini, terdapat beberapa kendala, diantaranya teknik pemipetan yang kurang tepat, waktu inkubasi yang tidak sesuai dengan ketentuan, homogenisasi, serta kondisi kuvet. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, didapatkan solusi yaitu melatih ketrampilan praktikan dalam pemipetan suatu larutan, selalu menggunakan stopwatch agar waktu inkubasi tepat sesuai ketentuan, memastikan untuk melakukan pembilasan pipet setelah menambahkan larutan ke dalam suatu campuran, serta memastikan membilas kuvet dengan aquades sebelum digunakan untuk pengukuran absorbansi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Michael, Edward, dan Larry E. Schoeff. 2010. Clinical Chemistry. China : The Point Kosasih, E.N., A.S. Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik . Tangerang : Karisma Publishing Group Geoffrey Beckett, Simon Walker, Peter Rae, et al. 2008. Clinical Biochemistry. Malaysia : Blackwell Publishing M. Shivaraja Shankara Y. 2008. Laboratory Manual for Practical Biochemistry. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers Junaidi, Iskandar. 2006. Rematik dan Asam Urat. Jakarta : BIP Kelompok Gramedia
14