BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Saat Saat ini ini ilmu ilmu geol geolog ogii memili memiliki ki pera perana nan n sanga sangatt pent pentin ing g dikal dikalan anga gan n masyarak masyarakat at yang yang memilik memilikii kebutu kebutuhan han terhad terhadap ap inform informasi asi geolog geologii sehing sehingga ga mendorong para ahli geologi untuk melakukan penelitian guna melengkapi data geolog geologii yang yang telah telah ada mencaku mencakup p kondis kondisii geomor geomorfol fologi ogi,, stratig stratigrafi rafi,, struktu struktur r geologi serta aspek geologi sehubungan dengan keterdapatan sumberdaya pada daerah tertentu. Hal Hal terse tersebu butt memb memberi erika kan n suat suatu u moti motivas vasii yang yang besar besar bagi bagi seora seorang ng maha mahasi sisw swaa geol geolog ogii yang yang baru baru bela belajar jar untu untuk k dapa dapatt meng mengap apre resia siasik sikan an suat suatu u kema kemamp mpua uan n untu untuk k meng mengad adak akan an suat suatu u pene peneli liti tian an meng mengen enai ai bida bidang ng ilmu ilmu pengetahuan di bidang geologi, di mana pengembangan pengembangan ke hal-hal yang lebih baru dilaksanakan dengan cara melakukan penelitian mengenai kondisi suatu daerah tertentu, dalam hal ini penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi daerah tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan ilmu geologi yang telah diperoleh selama dibanggu kuliah, maka diadakan suatu penelitian ilmiah sebagai suatu langkah awal bagi pengembangan ilmu geologi, khususnya pada daerah yang yang telah telah ditent ditentuka ukan n yakni yakni daerah daerah NangaNanga-nan nanga ga dan oasia oasia,, !ota !ota !endar !endarii rovinsi Sulawesi "enggara. "enggara.
Laporan Pemetaan Geologi
1
I. 2 Maksud dan Tujuan
enelit enelitian ian geolog geologii yang yang dilaku dilakukan kan di daerah daerah ini dimaksu dimaksudka dkan n untuk untuk melakukan pemetaan geologi permukaan pada peta sekala # $ #%.%%%. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian di daerah tersebut.
I. 3 Batasan Masalah
ene enelit litia ian n
geol geolog ogii ini ini dila dilaku kuka kan n deng dengan an memb membata atasi si masal masalah ah pada pada
penelitian yang berdasarkan aspek- aspek geologi dan terpetakan pada sekala # $ #%.%%%. #%.%%%. &spek-aspek &spek-aspek geologi tersebut tersebut mencakup mencakup geomorfolog geomorfologi, i, stratigrafi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan bahan galian.
1.4. Lkas! Penel!t!an
Secara administrasi administrasi lokasi penelitian penelitian terletak terletak pada daerah Nanga-nanga Nanga-nanga dan oasia, !ota !endari rovinsi Sulawesi "enggara. Secara astronomi terletak pada %'( )* #%+ S %'( * %+ S /intang Selatan0 dan #))( * )%+ 1" #))( '* '%+ 1" /1ujur "imur0 "imur0 /2ambar 3.# 0.
Laporan Pemetaan Geologi
2
I. 2 Maksud dan Tujuan
enelit enelitian ian geolog geologii yang yang dilaku dilakukan kan di daerah daerah ini dimaksu dimaksudka dkan n untuk untuk melakukan pemetaan geologi permukaan pada peta sekala # $ #%.%%%. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian di daerah tersebut.
I. 3 Batasan Masalah
ene enelit litia ian n
geol geolog ogii ini ini dila dilaku kuka kan n deng dengan an memb membata atasi si masal masalah ah pada pada
penelitian yang berdasarkan aspek- aspek geologi dan terpetakan pada sekala # $ #%.%%%. #%.%%%. &spek-aspek &spek-aspek geologi tersebut tersebut mencakup mencakup geomorfolog geomorfologi, i, stratigrafi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan bahan galian.
1.4. Lkas! Penel!t!an
Secara administrasi administrasi lokasi penelitian penelitian terletak terletak pada daerah Nanga-nanga Nanga-nanga dan oasia, !ota !endari rovinsi Sulawesi "enggara. Secara astronomi terletak pada %'( )* #%+ S %'( * %+ S /intang Selatan0 dan #))( * )%+ 1" #))( '* '%+ 1" /1ujur "imur0 "imur0 /2ambar 3.# 0.
Laporan Pemetaan Geologi
2
Gambar 1.1 Peta lokasi penelitian 1.". Pen#a$a!an Daerah Penel!t!an
enelitian dilaksanakan tanggal ))-)4 5uni )%#4. 6aerah penelitian dapat dicapai melalui jalur transportasi dari S2O andonuhu kota kendari menuju daerah oasia oasia dan NangaNanga-nan nanga ga mengg mengguna unakan kan kendar kendaraan aan beroda beroda empat empat dan roda roda ) dengan waktu tempuh tempuh sekitar )% menit dengan jarak kurang lebih sekitar ) km.
I." %egra&! Dearah Penel!t!an 1.".1 Penduduk
enduduk pada daerah penelitian terdiri dari beberapa suku yaitu suku bugis, makasar, jawa ja wa sebagai transmigra dan sedikit suku tolaki sebagai suku asli
Laporan Pemetaan Geologi
3
daerah tersebut. enduduk yang mendiami wilayah ini memiliki mata pencaharian dari profesi yang meraka lakoni yakni dari hasil perkebunan.
1.".2 'lra dan 'auna
flora dan fauna yang terdapat pada daerah penelitian yaitu tumbuhan belukar, pohon dan tamanaman merica serta fauna terdiri dari burung, anjing, dan ayam.
1.".3 Mus!(
7usim yang terdapat pada daerah penelitian ini secara umum yaitu musim kemarau dan penghujan.
1.".4 Pend!d!kan
endidikan yang ditempuh oleh generasi didaerah penelitian yaitu pendidikan sekolah dasar, S7 dan S7&.
1.) Metde Penel!t!an
enelitian ini
dilakukan
dengan menggunakan
metode pemetaan
permukaan, dengan jarak pengambilan sampel )%% meter. !eberhasilan pengambilan data lapangan serta penyusunan data untuk penulisan laporan akhir sangat tergantung pada kesiapan metode penelitian yang digunakan /2ambar 3. )0.
Laporan Pemetaan Geologi
4
2una mendapatkan hasil yang maksimal, maka penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengambilan data dan tahap analisis laboratorium.
Laporan Pemetaan Geologi
5
&dministrasi Taha$
Studi ustaka
erlengkapan
Survey apangan Taha$ Penel!t!an La$anga
emetaan apangan
Data
Taha$ Anal!s!s La*ratr!u( &nlisis etrologi
Taha$ Penglahan Data La$angan
&nalisis 2eomorfologi &nalisis Stratigrafi &nalisis Struktur
Has!l Anal!s!s Data eta 2eologi dan
"abel #.) 6iagram &lir "ahapan enelitian
Laporan Pemetaan Geologi
6
1. ). 1 Taha$ +tud! Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi literatur untuk mengetahui gambaran umum karakteristik, dan
kondisi geologi daerah penelitian sehingga mempermudah
dalam kegiatan penelitian.
I. ). 2 Taha$ Penga(*!lan Data
engambilan data yang dilakukan dalam tahap ini meliputi kegiatan orientasi lapangan dan pengambilan data geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi pada lintasan terbuka serta pengambilan sampel untuk analisis laboratorium. &dapun metode pengambilan data, meliputi $
engambilan data dengan cara catatan data lapangan engambilan data dengan cara ini yaitu semua data lapangan yang dijumpai di rekam ke dalam buku pencatatan lapangan, baik data yang dapat dilihat secara langsung maupun data yang diperoleh dengan pengukuran.
engambilan data lapangan dengan menggunakan alat engambilan data ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat seperti perekaman gambar singkapan batuan, pengambilan foto morfologi dengan menggunakan kamera, pengambilan conto batuan dengan menggunakan palu geologi dan pengambilan data arah dan kedudukan batuan dengan kompas geologi.
Laporan Pemetaan Geologi
7
emetaan geologi dimaksudkan untuk memperoleh data geologi secara terperinci. Secara umum, urutan pengambilan dan pengukuran data geologi di lapangan, adalah $ o
enentuan titik pengamatan pada peta dasar, sekala #$ #%.%%%.
o
engamatan kondisi singkapan dan hubungannya dengan batuan sekitar.
o
engamatan dan pengambilan data geomorfologi.
o
engamatan sifat fisik batuan, meliputi $ warna, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi mineral penyusun.
o
enentuan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi.
o
engambilan conto batuan untuk analisis laboratorium.
o
engamatan bahan galian yang ada pada daerah penelitian.
o
engambilan dokumentasi berupa sketsa dan foto.
o
engecekan lapangan perlu dilakukan untuk mengevaluasi hasil penelitian pemetaan detail dan untuk melengkapi data yang dianggap kurang.
I. ). 3 Anal!s!s La*ratr!u(
Sampel batuan yang telah diambil kemudian diamati dalam laboratorium, di mana dalam tahapan ini dilakukan beberapa analisis geologi daerah penelitian. &dapun analisis yang dimaksud meliputi$
I. ). 3. 1 Anal!s!s %e(r&lg!
Laporan Pemetaan Geologi
8
ada bagian ini dilakukau analisis untuk menentukan satuan bentangalam daerah penelitian yang berasal dari data kelerengan, tipe genetik sungai, pola aliran sungai, stadia daerah dan data lainnya yang diperoleh dari hasil perekaman baik dalam bentuk sketsa maupun foto. I. ). 3. 2. Anal!s!s +truktur %elg!
&nalisis ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis struktur geologi dan mekanisme struktur yang berkembang di daerah penelitian dari hasil pengukuran kedudukan batuan, pengukuran kekar, analisis data kekar dengan metode diagram kipas serta analisis data data struktur lainnya.
I. ). 3. 3. Anal!s!s +trat!gra&!
&nalisis ini dimaksudkan untuk menentukan batas dan mengelompokkan setiap satuan batuan berdasarkan litostratigrafi tidak resmi.
I. . 3. 4. Anal!s!s Petrlg!
&nalisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kenampakan megaskopis batuan meliputi jenis, tekstur, struktur, komposisi mineral, serta persentase kandungan mineral sehingga dapat menentukan petrogenesa dan penamaan batuan.
Laporan Pemetaan Geologi
9
I. ,. Alat dan Bahan
&dapun alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian ini, adalah $ N . #.
). .
'. 4.
8. 9. :. ;. #%. ##
Na(a
'ungs!
eta "opografi daerah eta dasar untuk melakukan orientasi penelitian skala #$#%.%%% medan dan pengeplotan titik pengamatan di lapangan serta mengetahui kondisi topografi lokasi penelitian sebelum melakukan penelitian lapangan. alu 2eologi 7enjamplin atau mengambil sampel batuan di lapangan. !ompas 2eologi
7elakukan orientasi medan, mengukur kelerengan morfologi dan mengukur data struktur baik struktur primer maupun sekunder serta menentukan arah kemiringan batuan serta arah penyebaranya. 2S /2lobal ositioning 7enentuan titik koordinat secara Sistem0 otomatis di lapangan. oup )% kali pembesaran 7engamati butiran dan komposisi penyusun batuan yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. !amera 7engambil dokumentasi data lapangan. 7ikroskop olarisasi 7engamati sampel sayatan bijih &lat tulis menulis 7encatat hasil pengamatan lapangan 7istar dan busur derajat &lat bantu dalam orientasi medan dan menentukan titik koordinat pada peta Spidol ermanen 7enulis kantong sampel. "as
#)
=lipboard
&las
peta
topografi,
menulis
dan
sebagai alat bantu dalam melakukan
Laporan Pemetaan Geologi
10
pengukuran
#)
1uku apangan
data-data
di
lapangan
/strike>dip0 "empat mencatat data-data yang ada pada saat melakukan observasi dan pengambilan data lapangan.
"abel #.) &lat dan 1ahan beserta fungsinya
I.- uang L!ngku$ Pe(*ahasan
I./ +!ste(at!ka Pe(*ahasan
Sistematika pembahsan pada penelitian ini adalah kondisi geologi daerah penelitian meliputi$ a. 3ndikasi geomorfologi ditinjau dari bentuk geologi meliputi bentang alam seperti relief, bentuk permukaan bumi seperti aliran sungai, soil, vegetasi, dan kelerengan. b. 3ndikasi stratigrafi ditinjau dari jenis litologi meliputi penyebaran dan ketebalan lapisan batuan, umur batuan, dan satuan batuan.
c. 3ndikasi struktur yang ditinjau dari kedudukan batuan meliputi kekar, lipatan, dan sesar.
Laporan Pemetaan Geologi
11
BAB II %E0L0%I E%I0NAL
II.1
%e(r&lg! eg!nal
?an 1emmelen /#;';0, membagi engan "enggara Sulawesi menjadi bagian yaitu ujung @tara , bagian "engah dan ujung Selatan /2ambar ).#0. @jung utara dari alopo sampai "eluk "olo dibentuk oleh batuan ofiolit. 1agian tengah merupakan bagian paling lebar /sampai #8),4 km0, didominasi oleh batuan malihan dan batuan sedimen 7esoAoikum. @jung selatan engan "enggara merupakan bagian yang relative landai, batuan penyususnnya didominasi oleh batuan sedimen "ersier. @jung Selatan engan "enggara Sulawesi kota !endari didominasi oleh morfologi dataran dan perbukitan /2ambar ).#0. @mumnya dataran merupakan dataran alluvium yang luas di kanan kiri sungai, sedangkan morfologi perbukitan terdiri atas perbukitan rendah dan tinggi. erbukitan rendah jauh lebih luas dibandingkan perbukitan tinggi.
Laporan Pemetaan Geologi
12
'%
%a(*ar 2.1 engan "enggara Sulawesi dari =itra S<"7 yang 7enggambarkan erbedaan 7orfologi &ntara @jung @tara, 1agian "engah, dan @jung Selatan /Sumber $ =itra S<"7 dari Surono, )%#0. 1. +atuan Mr&lg! 6iitinjau dari citra 3BS&< di bagian "engah dan @jung Selatan engan
"enggara Sulawesi, ada lima bagian satuan morfologi yang terdapat di Sulawesi, dan di 6aerah Nanga-nanga terdiri atas ) satuan morfologi yaitu satuan perbukitan rendah, dan satuan dataran. a. Satuan perbukitan tinggi Satuan morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan engan "enggara, terutama selatan kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mempunyai ketinggian 4%% m dpl dengan morfologi kasar. 1atuan
Laporan Pemetaan Geologi
13
penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen klastika 7esoAoikum dan tersier b. Satuan erbukitan
Laporan Pemetaan Geologi
14
%a(*ar 2.2 1agian Selatan engan Sulawesi dari =itra IFSAR /Surono, )%#0.
II.2. +tat!gra&! eg!nal II.2.1. 'r(as! Meluhu
Nama formasi meluhu diberikan oleh rusman dan sukarma /#;:40 kepada satuan batuan yang terdiri atas batu pasir kuarsa, serpih merah, batulanau dan batulumpur dibagian bawah, dan perselingan serpih hitam, batu pasir, dan batu gamping dibagian atas. Bormasi meluhu menindih tak selaras batuan malihan dan ditindih tak selaras oleh satuan batu gamping formasi "ampakura. Bormasi meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di engan "enggara Sulawesi.Bormasi ini telah dipublikasikan secara luasD diantaranya oleh surono
dkk
/#;;)0D Surono /#;;9b, #;;;0,
Laporan Pemetaan Geologi
15
serta
Surono dan 1achri
/)%%)0.Sebagian besar bahasan selanjutnya merupakan terjemahan dan> atau kompilasi dari publikasi tersebut. Surono /#;;90 membagi formasi 7eluhu mennjadi tiga anggota /dari bawah ke atas0 $ o o o
&nggota toronipa yang didominasi oleh batu pasir dan konglomerat, &nggota watutaluboto didominasi oleh batulumpu, batulanau, dan serpih. &nggota "uetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batu gamping
II.2.1.1 Anggta Trn!$a
&nggota "oronipa, formasi 7eluhu didominasi oleh batu pasir dan konglomerat dengn sisipan serpih, batulanau dan batulempung. Sisipan tipis legenit ditemukan setempat seperti disungai kecil dekat mesjid Nurul Huda, kota kendari dan tebing tepi jalan diselatan "inobu. okasi tipe anggota "oronipa berada ditanjung "oronipa, sebelah tenggara desa "oronipa.enampang tegak hasil pengukuran hasil stratigrafi terperinci di "anjung "oronipa tersebut. 1atupasir berlapis baik berfasies St dan Sp telah ditemukan. 6ibeberapa tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil pengendapan grain flow. Secara setempat, batupasir kerikilan 2h sering dijumpai diatas permukaan bidang rosi. !etebalan &nggota "oronipa pada lokasi tipe tersebut adalah :%% meter.!etebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur. II.2.1.2 Anggta atutalu*t
&nggota
watutaluboto,
Bormasi
7eluhu
terdiri
atas
perselingan
batulumpur, batulanau dan serpihD serta sisipan barupasir.engukuran statifrafi watutaluboto, Bormasi 7eluhu, telah dilakkan sepanjang pantai pada tanjung
Laporan Pemetaan Geologi
16
abuan bajo.!etebalan anggota ini pada lokasi typenya tidak kurang dari 94 meter. !ehadiran
lag
deposits,
permukaan
informasi
gerus
/scoured
intraformational surface0 lensa batupasir crevase-splay, silang siur epsilon, dan rumtunan endapan banjir retakan dslokasi /desiccatin cracks0, memunjukan adanya pengaruh energy sungai pada waktu pengendapan anggota taluboto. Sejumlah alur sungai purba dapat ditemukan pada beberapa lapisan terutama pada bagian bawah anggota tesebut.Sementara pengaruh arus pasang surut djumpai pada bagian atasnya.Bakta dilapangan itu semua memberikan petunjuk bahwa angota watutaluboto diendapkan pada lingkungan delta /2alloway, #;94D 1oyd dkk., #;;)0, yang bagian bawahnya sangat dipngaruhi oleh energi sungai /river dominated delta0 sedangkan bagian atsanya dipengaruhi energi pasang surut /tidedomination delta0. II.2.1.3. Anggta Tuetue.
&nggota tue-tue, Bormasi meluhu didominasi oleh batulumpur dengan sisipan batupasir dibagian bawah, lensa batupasir pada bagian tengah dan lapisan batupasir, napal, dan garis miring atau batugaping pada bagian atas. 6ibagian utara tanjung abuan bajo, anggota tu-tue, Bormasi 7eluhu dicirikan oleh plastika halus yang menggadung bulu /burrow0 secarah melimpah dalam sedimen sedikit gamping .ada umumnya satuan batuan penyusun anggota ini berlapis baik dengan ketebalan berkisar antara beberapa cm sampai 94 cm. !etebalan anggota tuetue pada lokasi tipenya minimum #'% m. 6iduga ketebalan angfota ini menebal kearah barat alaut .
Laporan Pemetaan Geologi
17
1eberapa lapisan mempunyai struktur sedimen pasang surut seperti flaser bedding, lensoidal-bedding, silang siur tulang ikan /herring-bone0, dan wavy bedding.Bakta ini
mengindikasikan
adanya
pengaruh arus
pasang
surut
pengendapan anggota tuetue.1agian bawah anggota tuetue mempunyai batupasir berstruktur silang siur planar berukuran cukup besar .Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat pengedapannya dipengaruhi oleh energy cukup tinggi, mungkin pada offshore bar. II.2.2. 'r(as! Alangga
Nama Bormasi &langga pertamakali diperkenalkan oleh Simandjuntak, drr../#;:'0, di embar !olaka. Sarasin /#;%#0 menyebutnya sebagai 7olasa Sulawesi sedangkan !artaadipoetra, drr.. /#;90 memasukannya kedalam Bormasi angkoala. Bormasi ini terdiri dari dua litolgi yaitu batupasir dan konglomerat. 1atupasir itu sendiri yaitu memiliki cirri fisik warna kuning kecoklatan hingga coklat kemerahan, tersusun oleh kuarsa., sedikit mika, mineral hitam dan kepingan batuan, berbutir kasar hingga sangat kasar, menyudut tanggung dan membundar tanggun, terekat oleh lempung dan oksida besi, agak padat hingga mudah lepas. !onglomerat, berwarna kelabu kecoklatan hingga kelabu kekungingan, tersusun dari kepingan kuarsa , batu malihan, batu ultramefic dan mafik dan sedikit batu gamping, massa dasarnya berukuran pasir. !omponen berukuran %.44 cm,
setempat mencapai #4 cm atau lebih terpilah buruk hingga sedang
membulat dan membulat tanggu, bahan perekat oksida besi dan lempung, kemas terbuka, umumnya kurang keras hingga mudah lepas. Struktur berlapis bersusun
Laporan Pemetaan Geologi
18
dan silang siur berukuran kecil umum dijumpai. "idak didapatkan fosil dalam satuan ini, berdasarkan kesamaan litologinya dengan formasi yang sama di embar !olaka /Simandjuntak, drr.. #;:'0, umumnya diduga listosen &khir. ingkungan pengendapannya darat sampai payau. "ebalnya diperkirakan mencapai puluhan meter dan menindih takselaras batuan yang lebih tua Sebarannya terdapat disekitar S. !onaweha, daerah 7eroka, @lupohara, &ndodowi, dan beberapa tempat lainnya dibagian selatan enbar yang menerus ke embar !olaka. II.2.3. +atuan Allu!u(
Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan pantai. Sebarannya terdapat didaerah daratan sekitar muara sungai besar dan pantai yaitu berupa material kerikil, pasir, lempung, dan lumpur. Secara umum, keadaan tanah /soil0 kota !endari ini terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. 6iperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. 6ibagian pantai batuan pratersier tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. !eadaan batuan yang demikian umumnya tidak meluas air atau kedap air. II.2.4. Teru(*u ral uarter
Sukamto /#;94a0 menamakan satuan ini sebagai 1atugamping !oral., sedangkan !artadioptra /#;90 menamakannya sebagai Bormasi 1uara. "erumbu koral kuater yaitu batu gamping terumbu. 1atu gamping terumbu memiliki warna
Laporan Pemetaan Geologi
19
putih kelabu hingga kecoklatan, kompak, bersifat sarang, berongga, setempat kapuran, /chalky) tersusun oleh koral, ganggang, cangkang moluska, setempat pasiran dan napalan. Bisil yang dijumpai dalam satuan ini adalah koral, ganggang dan cangkang moluska yang kesemuanya sulit ditemukan umumnya. 1erdasarkan pada kesamaan litologinya dengan formasi yang sama lembar kolaka /Simandjutak, drr, #;:'0 formasi ini berumur plistosen hingga holosen. ingkungan pengendapannya adalah laut dangkal, dan tebalnya diperkirakan dari beberapa meter sampai puluhan meter. Sebenarnya terutama terdapat didaerah pantai, disekitar !endari, . 7anui, dan pulau-pulau kecil di !ep. Salabangka, dibagian timurlaut emabar. 1eberapa pulau karang disepanjang pantai timur yang masih tumbuh sampai sekarang termaksud dalam satuan ini.
Laporan Pemetaan Geologi
20
''
2ambar )..enyebaran Bormasi meluhu di engan "enggara Sulawesi /disederhanakan dari peta geologi terbitan usat enelitian dan engembangan 2eologi.
II.3 +truktur eg!nal
Struktur geologi yang dijumpai di emabar asusua area !endari adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah 1aratlaut"enggara searah dengan Sesar asolo. Sesar asolo berupa sesar geser jurus mengiri yang diduga aktif hingga kini /Simandjuntak, drr., #;:'0. Sesar asolo yang merupakan sesar geser yang membagi lembar daerah !endari menjadi dua lajur, yaitu ajur "inondo /
Laporan Pemetaan Geologi
21
yang menempati bagian 1arat daya merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal paparan benua, batuan yang terdapat di lajur "inondo adalah batuan malihan aleoAoikum diduga berumur karbon, dan ajur Hialu yang menempati bagian "imur laut merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera. 6itafsirkan bahwa sebelum oligosen ajur "inondo dan ajur Hialu bersentuhan secara pasif, kemudian sesar ini berkembang menjadi suatu E"ransform Bault dan menjadi sesar asolo sejak Oligosen yaitu pada saat giatnya kembali Sesar Sorong. 6aerah ini tampaknya telah mengalami lebih dari satukali perlukan, hal ini terlihat pada batuan 7esoAoikum yang telah terlipat lebih dari satu kali. 5enis lipatan pada batuan ini berupa lipatan tertutup, setempat dijumpai lipatan rebah, lipatan pirau, dan lipatan terbalik. ipatan pada batuan "ersier termaksud jenis lipatan terbuka, berupa lipatan landai dengan kemiringan lapisan berkisar antara #4% dan %%. !ekar terdapat pada semua jenis batuan. ada batugamping kekar ini tampak teratur yang membentuk kelurusan seperti yang terlihat jelas pada foto udara.
Laporan Pemetaan Geologi
22
BAB III %E0L0%I DAEAH PENELITIAN
III. 1 %e(r&lg! Daerah Penel!t!an
embahasan
mengenai
geomorfologi
daerah
penelitian
meliputi
penjelasan pembagian satuan geomorfologi, uraian tentang sungai pada daerah penelitian termasuk jenis pola aliran sungai, tipe genetik dan stadia sungai. &khirnya ditarik kesimpulan tentang stadia daerah penelitian.
III. 1. 1 +atuan %e(r&lg!
!lasifikasi satuan bentangalam berdasarkan genetik yang dikemukakan oleh ?an Fuidam, #;:4 dalam sistem klasifikasi 3"= / International
Terrain
Classification0. endekatan morfografi didasarkan pada bentuk permukaan bumi yang dijumpai di lapangan yakni berupa topografi pedataran, bergelombang, perbukitan dan pegunungan. endekatan morfometri didasarkan pada beberapa parameter geomorfologi yang bisa diukur. @nsur tersebut terdiri atas ketinggian, luas, relief, sudut lereng, kerapatan sungai, tingkat erosi dan sebagainya. endekatan morfometri yang digunakan untuk penentuan bentuk bentangalam yaitu persentase kemiringan lereng dan beda tinggi /?an Fuidam, #;:40. &dapun dasar penamaan satuan bentangalam daerah penelitian didasarkan tiga aspek pendekatan yaitu pendekatan genetik, pendekatan morfografi dan
Laporan Pemetaan Geologi
23
pendekatan morfometri. 1erdasarkan hal tersebut maka pembagian satuan bentangalam daerah peneltitian terdiri atas $ #. Satuan morfologi bergelombang miring ). Satuan morfologi berbukit bergelombang miring &dapun penjelasan dari tiap satuan bentangalam tersebut akan dibahas dalam uraian berikut ini.
III. 1 .1. 1 +atuan Mr&lg! Bergel(*ang M!r!ng
6asar penamaan satuan bentangalam ini menggunakan pendekatan genetik atau proses geomorfologi yang mengontrol daerah penelitian, pendekatan morfografi yaitu bentuk topografi daerah penelitian dan pendekatan morfometri berupa analisis relief dan beda tinggi. Satuan ini menempati %,) !m) atau sekitar /'9,%' G0 dari seluruh luas daerah penelitian, dengan arah penyebaran relatif meliputi bagian timur dan bagian baratdaya daerah penelitian, mulai dari daerah abuku dan "anete hingga ke daerah 1uttu 7aiwa. 1erdasarkan pendekatan morfometri, satuan bentangalam ini memiliki kemiringan lereng antara %o :,%o dengan persentase sudut lereng sekitar %#9,:G, dan beda tinggi sekitar #%:48: meter di atas permukaan laut.
Laporan Pemetaan Geologi
24
data morfometri dan uraian karakteristik daerah penelitian, maka reliefnya berupa bergelombang miring /Boto ).#0.
Foto. . 1. Sat!an morfolo"i #ber"elomban" mirin" $. %ifoto ke arah &'( dari Sta. 1
&nalisis morfogenesa daerah penelitian merupakan analisis terhadap karakteristik bentukan alam hasil dari proses-proses yang merubah bentuk muka bumi, antara lain proses pelapukan, erosi, pergerakan material dan sedimentasi. 5enis pelapukan pada satuan bentangalam ini, berupa pelapukan fisika dan kimia. elapukan fisika ditandai dengan adanya retakan-retakan pada batuan penyusun daerah penelitian, dimana tidak terjadi perubahan komposisi material sedimen . Sementara pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna material sedimen yang semula berwarna kecoklatan menjadi berwarna kehitaman.
Laporan Pemetaan Geologi
25
Hal ini menandakan bahwa pada batuan telah terjadi perubahan komposisi kimia. "ingkat pelapukan pada daerah penelitian relatif tinggi, yang dapat dilihat dari ketebalan soil sekiar %, hingga meter /Boto .)0. 5enis soil secara umum merupakan jenis resid!al soil yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang ada di bawahnya.
Foto .*. +asil pelap!kan bat!an ber!pa soil, den"an ketebal - ,/ m pada material sedimen. %i foto ke arah & 0o dari Sta. 1.
5enis erosi permukaan berupa erosi rill dan erosi "!lly. Irosi rill dicirikan oleh alur cekungan yang berbentuk relatif linear dengan kedalaman lembah tidak lebih dari 4% cm dan belum mengalami pelebaran ke samping / Boto ).0. Irosi "!ll y merupakan perluasan dari erosi riil , erosi ini ditandai oleh pelebaran ke arah samping hingga membentuk celah>lembah yang lebih besar /Boto ).'0. !edua
Laporan Pemetaan Geologi
26
jenis erosi ini banyak dijumpai pada daerah penelitian, namun belum sampai mengakibatkan tersingkapnya batuan dasar penyusun daerah penelitian.
Boto .. 5enis erosi rill dengan alur-alur yang relatif sejajar. 6i foto ke arah N )8%JI dari Sta. #
Boto .'. 5enis erosi "!lly pada daerah penelitian. 6i foto ke arah N4)JI dari Sta. 8
Laporan Pemetaan Geologi
27
Sedimentasi yang berlangsung berupa endapan tall!s pada lereng bukit, endapan pada tepi-tepi sungai atau
Chanel bar /Boto ).40. enelitian proses
sedimentasi pada daerah yang berlangsung sangat sedikit dibandingkan dengan proses erosi dan pelapukan.
Boto .4. Chanel bar pada daerah penelitian. 6i foto ke arah N9; oI dari Sta. ##.
Selain proses pelapukan, erosi dan sedimentasi, pada daerah penelitian juga berlangsung proses pergerakan material /mass moement 0 , berupa debris slide yaitu pergerakan material lepas yang terdiri dari tanah dan regolith yang mengalami jatuh bebas /Boto ).80. 5enis pergerakan material tersebut cukup banyak terjadi pada daerah penelitian, utamanya pada dinding-dinding sungai atau pada lereng-lereng bukit.
Laporan Pemetaan Geologi
28
Boto .8. ergerakan material berupa debris slide. 6i foto ke arah N##4JI dari Sta.4
1erdasarkan analisis terhadap uraian karakteristik morfogenesa pada daerah penelitian, maka asal pembentukan genetik pada daerah perbukitan bergelombang ini berupa proses denudasional. Sungai yang mengaliri satuan bentangalam ini terdiri atas sungai "apong dan anak sungai 1ulucendana. 5enis sungai berupa sungai permanen dan sebagian sungai nonpermanen dengan kandungan air sangat tergantung musim. Sungai yang terdapat pada daerah penelitian memiliki kandungan air yang bervariasi, pada umumnya mempunyai debit air yang cukup banyak, namun dapat juga dijumpai sungai dengan debit air yang kecil. !emungkinan debit air yang kecil pada beberapa anak sungai di daerah penelitian disebabkan karena air sungai
Laporan Pemetaan Geologi
29
banyak memasuki rekahan-rekahan pada batuan yang telah mengalami pengaruh struktur berupa kekar. "ipe genetik sungai berupa subsekuen dengan penampang sungai secara umum berbentuk Ev, simetris, pola salurannya umumnya berkelok, dan sungainya relatif sempit tetapi sebagian cukup besar. 1erdasarkan karakteristik tersebut maka stadia sungai pada satuan ini mengarah kepada stadia muda menjelang dewasa. itologi penyusun satuan bentangalam ini terdiri dari batulempung, batupasir dan batugamping, dengan warna soil kecoklatan. !eberadaan litologi di daerah penelitian ikut berperan sebagai pengontrol bentuk morfologi pada satuan perbukitan denudasional. itologi yang dominan secara lateral yaitu batulempung pada bagian baratdaya dan batupasir pada bagian timurlaut, dimana kedua jenis batuan tersebut menunjukan bahwa penyebarannya relatif berarah baratlaut tenggara pada daerah penelitian yang bergelombang. 6ominasi dari kedua jenis litologi tersebut menyebabkan sistem aliran membentuk pola aliran denritik. ola aliran ini mencerminkan kehomogenan batuan pada morfologi tersebut. ?egetasinya relatif lebat dengan jenis tanaman berupa kelapa, coklat, pohon jati dan pepohonan lainnya. ada areal yang ditumbuhi oleh semak dan rerumputan, dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai areal persawahan dan perkebunan. Struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian berupa kekar dan sesar geser, dimana kekar merupakan cikal bakal terbentuknya sistem drainase pada daerah penelitian, yang apabila terus berkembang dan mengalami erosi
Laporan Pemetaan Geologi
30
memungkinkan terbentuknya alur-alur. 1erdasarkan parameter di atas maka stadia daerah pada satuan bentangalam ini yaitu stadia muda menjelang dewasa.
III. 1 .1. 2 +atuan Mr&lg! Ber*uk!t Bergel(*ang M!r!ng
6asar penamaan satuan bentangalam ini menggunakan pendekatan genetik atau proses geomorfologi yang mengontrol daerah penelitian, pendekatan morfografi yaitu bentuk topografi daerah penelitian dan pendekatan morfometri berupa analisis relief dan beda tinggi. Satuan ini memiliki luas
± 4,%%
!m ) atau sekitar 4,4: G dari luas
keseluruhan daerah penelitian, dengan arah penyebaran relatif meliputi bagian timur dan bagian baratdaya daerah penelitian, mulai dari daerah Sapiri dan 2alarang hingga ke daerah 1uttu 2uguran. 1erdasarkan pendekatan morfometri, satuan bentangalam ini memiliki kemiringan lereng antara :o #4o dengan persentase sudut lereng sekitar #9,:; hingga :;,4;G, dan beda tinggi sekitar ); hingga ;:) meter di atas permukaan laut.
Laporan Pemetaan Geologi
31
5enis pelapukan pada satuan bentangalam ini, berupa pelapukan fisika dan kimia. elapukan fisika ditandai dengan adanya retakan-retakan pada batuan penyusun daerah penelitian, di mana tidak terjadi perubahan komposisi batuan. Sementara pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan, yang semula berwarna kehitaman menjadi berwarna kecoklatan, hal ini menandakan bahwa pada batuan telah terjadi perubahan komposisi kimia. "ingkat pelapukan pada daerah penelitian relatif tinggi, yang dapat dilihat dari ketebalan soil sekiar # hingga ,4 meter. 5enis soil secara umum merupakan jenis resid!al soil yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang ada dibawahnya. 5enis erosi permukaan berupa erosi rill dan erosi "!lly. ada daerah penelitian dijumpai adanya alur cekungan yang berbentuk relatif linear dengan kedalaman lembah tidak lebih dari 4% cm dan belum mengalami pelebaran ke samping yaitu erosi rill /foto ).:0. 6ijumpai pula adanya daerah yang merupakan perluasan dari erosi riil , erosi ini ditandai oleh pelebaran ke arah samping hingga membentuk celah>lembah yang lebih besar yaitu erosi "!lly. !edua jenis erosi ini banyak dijumpai pada daerah penelitian, namun belum sampai mengakibatkan tersingkapnya batuan dasar penyusun daerah penelitian. Sedimentasi yang berlangsung berupa endapan tall!s pada lereng bukit, endapan point bar pada tepi-tepi sungai. ada daerah penelitian proses sedimentasi yang berlangsung sangat sedikit dibandingkan dengan proses erosi dan pelapukan. Selain proses pelapukan, erosi dan sedimentasi, pada daerah penelitian juga berlangsung proses pergerakan material /mass moement 0 , berupa debris
Laporan Pemetaan Geologi
32
slide yaitu pergerakan material lepas yang terdiri dari tanah dan regolith yang mengalami jatuh bebas dan juga debris fall yaitu pergerakan material lepas yang terdiri dari tanah dan regolith yang mengalami jatuh bebas /Boto ).;0 . 5enis pergerakan material tersebut cukup banyak terjadi pada daerah penelitian, utamanya pada dinding-dinding sungai atau pada ler eng-lereng bukit. 1erdasarkan analisis terhadap uraian karakteristik morfogenesa pada daerah penelitian, maka asal pembentukan genetik pada daerah perbukitan bergelombang ini berupa proses denudasional.
Boto. . 9
Satuan morfologi # berbukit bergelombang miring E. 6i foto ke arah N)8%JI dari Sta. #;
Laporan Pemetaan Geologi
33
Boto .:. 5enis erosi rill dengan alur-alur yang relatif sejajar. 6i foto ke arah N):4 oI dari Sta. )%
Boto .;. ergerakan material berupa debris fall . 6i foto ke arah N)44JI dari Sta.%
Laporan Pemetaan Geologi
34
Sungai yang mengaliri satuan bentangalam ini terdiri atas anak Sungai "apong dan Salo 1ulucendana. 5enis sungai berupa sungai permanen dan sebagian sungai nonpermanen dengan kandungan air sangat tergantung musim. Sungai yang terdapat pada daerah penelitian memiliki kandungan air yang bervariasi, pada umumnya mempunyai kandungan air yang cukup banyak, namun dapat juga dijumpai sungai dengan kandungan air yang kecil. !emungkinan kandungan air yang kecil pada beberapa anak sungai di daerah peneltian disebabkan karena air sungai banyak memasuki rekahan-rekahan pada batuan yang telah mengalami pengaruh struktur berupa kekar. Sungai yang mengalir pada daerah penelitian yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan strike batuan maka tipe genetik sungai berupa subsekuen dengan penampang sungai secara umum berbentuk Eu, simetris, pola salurannya umumnya berkelok, dan sungainya relatif sempit tetapi sebagian cukup besar. 1erdasarkan karakteristik tersebut maka stadia sungai pada satuan ini mengarah kepada stadia muda menjelang dewasa. itologi penyusun satuan bentangalam ini terdiri dari batupasir dan batugamping, dengan warna soil kehitaman. !eberadaan litologi di daerah penelitian ikut berperan sebagai pengontrol bentuk morfologi pada satuan berbukit bergelombang denudasional. itologi yang dominan secara lateral yaitu batugamping pada bagian tenggara dan batupasir pada bagian tengah dari lokasi penelitian,
di
mana
kedua
jenis
batuan
tersebut
menunjukan
bahwa
penyebarannya relatif berarah baratlaut tenggara pada daerah penelitian yang memiliki bentangalam berbukit bergelombang.
Laporan Pemetaan Geologi
35
6ominasi dari kedua jenis litologi tersebut menyebabkan sistem aliran membentuk pola aliran rektangular. ola aliran ini mencerminkan kehomogenan batuan pada morfologi tersebut. ?egetasinya relatif lebat dengan jenis tanaman berupa kelapa, coklat, pohon jati dan pepohonan lainnya, pada areal yang ditumbuhi oleh semak dan rerumputan, dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai areal persawahan dan perkebunan. Struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian berupa kekar dan sesar geser. 6imana kekar merupakan cikal bakal terbentuknya sistem drainase pada daerah penelitian, yang apabila terus berkembang dan mengalami erosi memungkinkan terbentuknya alur-alur. 1erdasarkan parameter di atas maka stadia daerah pada satuan bentangalam ini yaitu stadia muda menjelang dewasa.
III. 1. 2 +unga!
embahasan mengenai sungai atau aliran permukaan pada daerah penelitian meliputi uraian tentang klasifikasi jenis sungai, jenis pola aliran sungai, tipe genetik sungai, serta penentuan stadia sungai.
III. 1.2.1 las!&!kas! +unga!
1erdasarkan kandungan air pada tubuh sungai maka jenis sungai pada daerah penelitian berupa $ a. Sungai episodik 5enis sungai seperti ini berkembang pada daerah penelitian yaitu pada sungai utama yakni mengarah pada bagian Nanga-nanga.
Laporan Pemetaan Geologi
36
b. Sungai Nonpermanen> 3nfluent 5enis sungai ini berkembang pada anakanak Sungai Nanga-nanga. 5enis sungai seperti ini sebagian berkembang pada daerah penelitian yang merupakan daerah perbukitan.
III. 1.2. 2 5en!s Pla Al!ran +unga!
ola aliran kedua sungai yang terdapat pada daerah penelitian menunjukkan pola aliran rektangular. ola aliran rektangular merupakan pola aliran yang dicirikan oleh sungai yang berbelok tegak lurus /membentuk sudut ;%o0 dimana pola ini berkembang baik pada daerah yang telah mengalami pengkekaran dan pensesaran. ola aliran ini berkembang pada daerah penelitian secara umum, di mana sungai utama yang mengontrol pola aliran pada daerah penelitian. enyebaran anak sungainya relatif dari arah utara timurlaut ke arah baratdaya
daerah
penelitian. &liran sungai tersebut menunjukan pola aliran sungai yang relatif sa ma yakni rektangular dan didukung oleh pengolahan data menggunakan diagram kipas yang menunjukan karakteristik dari pola aliran tersebut.
III. 1.2.3 T!$e %enet!k +unga!
Secara umum tipe genetik yang berkembang pada daerah penelitian yaitu tipe genetik subsekuen yaitu tipe genetik yang arah aliran sungainya sepanjang jurus>strike oleh kedudukan batuan di sekitar daerah penelitian /Boto ).;0. "ipe genetik ini berkembang.
Laporan Pemetaan Geologi
37
Boto .#%. "ipe genetik 2bsek!en pada Sungai Nanga-nanga. 6i foto ke arah N):4JI dari Sta. ))
III. 1.2.4 +tad!a +unga!
enentuan stadia sungai yaitu didasarkan atas kenampakan profil lembah sungainya, pola saluran sungai, jenis erosi dan sedimentasi di sungai. rofil sungai secara umum pada daerah perbukitan berbentuk simetris, pada kedua sisi lembahnya dengan profil sungai berbentuk huruf EvE tumpul dan pola saluran relatif berkelok dan sempit /Boto).##0. Hal ini menunjukan bahwa proses erosi masih lebih dominan berlangsung pada hampir seluruh bagian di daerah penelitian. 6aerah ini belum ditemukan adanya terasteras sungai, undakundak sungai namun endapan sungai seperti point bar dapat dijumpai, daerah sekitar sungai masih didominasi oleh litologi dasar penyusun daerah penelitian.
Laporan Pemetaan Geologi
38
Sementara itu, percabangan sungai yang dibentuk antara anak sungai satu dengan yang lain, hanya sungai kecil yang merupakan jenis sungai nonpermanen.
Boto .## rofil sungai berbentuk huruf u , berkelok. 6i foto ke arah 44oI dari Sta )%
1erdasarkan analisis terhadap pola saluran, bentuk profil sungai dan tingkat erosi maka stadia sungai pada daerah penelitian adalah stadia dewasa menjelang tua.
III. 1. 3 +tad!a Daerah Penel!t!an
ada daerah penelitian, tingkat siklus erosi yang telah terjadi dapat diamati pada proses pengikisan lembah-lembah sungai yang menghasilkan profil sungai, pada bentukan-bentukan hasil proses erosi permukaan bumi serta kenampakan bentuk-bentuk puncak bukit.
Laporan Pemetaan Geologi
39
"ingkat erosi pada daerah penelitian dapat dilihat dari bentuk penampang melintang dari lembah sungainya, di mana memperlihatkan bentuk profil menyerupai huruf
EvE dan EuE yang dominan. 7orfologi daerah penelitian
termasuk ke dalam kelerengan bergelombang dengan kelas lereng %(-:;,4;J, bentuk puncak sebagian besar tumpul dan sebagian kecil lancip dengan bentuk lembah Ev E dan Eu. 1erdasarkan analisis morfometrinya maka daerah penelitian termasuk dalam stadia muda menjelang dewasa. &nalisis morfogenesa daerah penelitian secara umum terdiri atas tingkat erosi yang relatif tinggi, berupa erosi rill dan erosi "!lly . 5enis erosi yang terjadi di daerah ini adalah erosi secara lateral dan erosi secara vertikal. Sedimentasi di sekitar sungai relatif kurang karena material penyusun pada sekitar sungai, umumnya lebih didominasi oleh batuan dasar berupa batulempung dan batupasir, sedangkan material sedimentasi berupa endapan pasir dan batuan dijumpai hanya setempat-setempat. "ingkat pelapukan pada daerah penelitian ini relatif sedang sampai tinggi ditandai dengan ketebalan soil antara %, hingga ,4 meter. 5enis sungai berupa sungai permanen dan sungai nonpermanen dengan volume > debit air yang bervariasi, penampang sungai pada daerah ini umumnya berbentuk EvE dan Eu serta mempunyai pola saluran yang relatif sempit dan berkelok. !uantitas vegetasinya sangat lebat dan sebagian besar merupakan daerah hutan, aktifitas perkebunan sangat sedikit dan dijumpai adanya perkampungan penduduk. enentuan stadia daerah penelitian yaitu berdasarkan kompilasi analisis morfometri, morfogenesa, serta analisis terhadap proses-proses lainnya seperti
Laporan Pemetaan Geologi
40
terhadap tutupan lahan yang sangat lebat. 7aka berdasarkan atas hasil analisis terhadap dominasi dari persentase penyebaran karakteristik atau ciri-ciri bentukan alam yang di jumpai di lapangan, disimpulkan bahwa stadia daerah penelitian mengarah kepada stadia dewasa menjelang tua.
Laporan Pemetaan Geologi
41
"abel .#. 6eskripsi 2eomorfologi A+PE
+ATUAN %E0M0'0L0%I
%E0M0'0L0%I
Bergel(*ang M!r!ng
Ber*uk!t Bergel(*ang M!r!ng
uas Cilayah Sudut ereng /Ko0
'%
)4% - '4%
ersentase sudut /G0 Mr&
1eda "inggi /meter0
4% m
#'4 m
Lg!
1ergelombang
1ergelombang
1entuk uncak
Ev
Ev
1entuk embah
Eu
Ev
1entuk ereng
7iring
2erakan "anah
7iring
Irosi
2ally, ,
Sedimentasi
7aterial sedimen
5enis elapukan
Bisika, !imia, 1iologi
2ally 1atuan Sedimen sisipan serpih Bisika, !imia, 1iologi
"ingkat elapukan
Sedang -
"inggi
5enis
"ransportite,
"ebal
% cm
#% cm
Carna
=oklat kehitaman Searah dengan material endapan, Obsekuen
=oklat Subsekuen, !onsekuen, Obsekuen
Ipisodic, 7eander
7eander
7uda - 6ewasa
6ewasa
L!tlg! Pen6usun
7aterial sedimen, 1atupasir
1atupasir, Serpih, 1atupasir sisipan serpih, 1atupasir sisipan lempung
Tutu$an Lahan
erkebunan
Hutan indung
Tata %una Lahan
emukiman, erkebunan, Hutan, erumahan
"ambang galian =, Hutan lindung, Sumber air warga, "empat wisata
+truktur %elg!
-
!ekar, ipatan
+tad!a Daerah
6ewasa menjelang "ua
6ewasa 7enjelang "ua
Mr& genesa
+!l
"ipe 2enetik 5enis +unga!
enampang ola Saluran Stadia
+tad!a Daerah
+tad!a Deasa Menjelang Tua
III.2 +trat!gra&! Daerah Penel!t!an
Laporan Pemetaan Geologi
42
engelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitian didasarkan pada litostratigrafi tidak resmi, yang bersendikan pada ciri fisik yang dapat diamati di lapangan, dominasi litologi, meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi, dan urutan satuan batuan yang menerus, serta dapat terpetakan pada sekala # $ #%.%%% 7+and! +trat!gra&!8 1//)9. Secara umum litologi penyusun daerah penelitian merupakan batuan sedimen
klastik,
di
mana
batas
kontak
antara
batuan-batuan
tersebut
memperlihatkan kenampakan batuan yang bergradasi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ciri litologi yang nampak di lapangan sehingga batas tersebut dapat ditempatkan pada suatu bidang nyata atau jika terjadi perubahan yang tidak jelas maka batasnya merupakan suatu bidang diperkirakan. 1erdasarkan uraian di atas, maka satuan batuan yang menyusun daerah penelitian dibagi menjadi satuan batuan yang bila diurutkan dari satuan batuan yang termuda ke yang tertua adalah sebagai berikut $ # )
Satuan &lluvial Satuan 1atupasir Satuan 1atulempung embahasan dan uraian dari urutan satuan stratigrafi daerah penelitian
dimulai dari satuan yang tertua ke satuan yang termuda adalah sebagai berikut $
III.2.1 +atuan Allu!al
Laporan Pemetaan Geologi
43
embahasan tentang satuan batupasir pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis,
umur, lingkungan pembentukan dan hubungan
stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
III.2.1.1 Dasar $ena(aan
6asar penamaan satuan batupasir ini yaitu berdasarkan atas ciri matrial sedimen dan penyebaran yang mendominasi pada satuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam sekala #$#%.%%%. itologi yang menyusun satuan ini yaitu material sedimen. 1erdasarkan hal tersebut maka penamaan satuan ini yaitu satuan &lluvial. enamaan satuan ini yaitu penamaan batuan secara megaskopis. enamaan secara megaskopis yaitu penamaan yang ditentukan berdasarkan komposisi mineral yang bisa diamati secara langsung dan dilihat dari ukuran butir pada batuan dengan menggunakan klasifikasi ukuran butir :enrth, 1/228 7Bggs8 1/-,9.
III.2.1.2 Pen6e*aran dan kete*alan
enyebaran satuan ini menempati hampir seluruh daerah penelitian yaitu sekitar 8),;9G. enyebaran satuan ini hampir mendominasi daerah penelitian dengan pelamparan utara timur lautselatan barat daya yang menempati daerah poasia hingga sebagian Nanga-nanga, Satuan ini tersingkap dengan kondisi segar yaitu pada sungaisungai dan perebunan warga di daerah penelitian yaitu oasia
Laporan Pemetaan Geologi
44
dan Nanga-nanga serta
anak-anak sungainya . !etebalan satuan ini tersebut
diperoleh dari perhitungan ketebalan berdasarkan sayatan pada peta
III.2.1.3 ;!r! l!tlg!
!enampakan lapangan yaitu berwarna kuning kecoklatan kemerahan dan kecoklatan abu-abu, dalam keadaan lapuk berwarna coklat tua sampai kehitaman, warna soil di sekitar singkapan relatif kuning kecoklatan. !ondisi singkapan di lapangan umumnya dijumpai dalam kondisi material sedimen dan pada singkapan yang segar dijumpai pada sungai-sungai dilokasi penelitian. !enampakan megaskopis dari material sedimen ini yaitu dalam keadaan segar berwarna merah kecoklatan, dan warna lapuk coklat kehitamanD tekstur klastikD bentuk butir an"!lar/s!bro!nded , ukuran butir karakal-lempungD, struktur berlapis /N )9o I>48o0, komposisi material sedimen dengan mineral kuarsa, , nama batuan alluvial 7:entrth8 1/229 /Boto .;0.
't 3.12 Singkapan &lluvial . 6i foto relatif ke arah barat /N#)(I0
Laporan Pemetaan Geologi
45
III.2.1.4 U(ur dan L!ngkungan Pengenda$an
enentuan umur pada satuan alluvial didasarkan pada umur batuan secara regional yaitu terbentuk pada umur hollosen sebab dalam analisis sampel ini tidak dilakukan analisis mikropaleontologi pada batuan ini dan batuan ini secara fisik sama. Sedangkan penentuan lingkungan pengendapan pada satuan ini didasarkan pada komposisi dan sifat fisik batuan tersebut serta secara regional pula sebab tidak dilakukan penentuan lingukungan pengendapa.
III.2.1." Hu*ungan strat!gra&!
enarikan batas satuan alluvial dengan satuan batuan pada lokasi penelitian didasarkan kedudukan litologi yang relatif seragam, serta perubahan warna soil. Hubungan stratigrafi satuan batupasir dengan satuan yang ada di bawahnya yaitu batupasir adalah hubungan selaras. III.2.2 +atuan Batu$as!r
embahasan tentang satuan batupasir pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis,
umur, lingkungan pembentukan dan hubungan
stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
III.2.2.1 Dasar $ena(aan
6asar penamaan satuan batupasir ini yaitu berdasarkan atas ciri litologi dan penyebaran yang mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral serta
Laporan Pemetaan Geologi
46
dapat terpetakan dalam sekala #$#%.%%%. itologi yang menyusun satuan ini yaitu perselingan batupasir, dan batulempung. itologi yang paling dominan pada satuan ini yaitu litologi batupasir. 1erdasarkan hal tersebut maka penamaan s atuan ini yaitu satuan batupasir. enamaan litologi satuan ini yaitu penamaan batuan secara megaskopis. enamaan secara megaskopis yaitu penamaan yang ditentukan berdasarkan komposisi mineral yang bisa diamati secara langsung dan dilihat dari ukuran butir pada batuan dengan menggunakan klasifikasi ukuran butir :enrth, 1/228 7Bggs8 1/-,9.
III.2.2.2 Pen6e*aran dan kete*alan
enyebaran satuan ini menempati hampir seluruh daerah penelitian yaitu sekitar 9),;9G. enyebaran satuan ini hampir mendominasi daerah penelitian dengan pelamparan utara timur lautselatan barat daya yang menempati daerah Nanga-nanga, Satuan batupasir ini tersingkap dengan kondisi segar yaitu pada sungaisungai di daerah penelitian yaitu Nanga-nanga dan anak-anak sungainya . 5urus daripa da kedudukan batuan secara umum berarah relatif utara utaralaut selatan barat daya menenggara dengan kemiringan relatif ke arah menenggara. 1esar sudut rata-rata )o 9:o. !etebalan satuan batupasir tersebut diperoleh dari perhitungan ketebalan berdasarkan penampang terukur
III.2.2.3 ;!r! l!tlg!
!enampakan lapangan yaitu berwarna kuning kecoklatanabuabu kecoklatan, dalam keadaan lapuk berwarna coklat tua sampai kehitaman, warna
Laporan Pemetaan Geologi
47
soil di sekitar singkapan relatif kuning kecoklatan. !ondisi singkapan di lapangan umumnya dijumpai dalam kondisi lapuk dan pada singkapan yang segar dijumpai pada sungai-sungai dilokasi penelitian. !enampakan megaskopis dari batupasir yaitu dalam keadan segar berwarna abu-abu kecoklatan, dan warna lapuk coklat kehitamanD tekstur klastikD bentuk butir an"!lar/s!bro!nded , ukuran butir pasir kasarD sortasi buruk, kemas terbuka, struktur berlapis /N )9 o I>48 o0, komposisi mineral kuarsa, plagioklas dan !-Beldspar, nama batuan batupasir 7:entrth8 1/229 /Boto .;0.
't 3.13 Singkapan batupasir. 6i foto relatif ke arah timur / N#94(I 0 pada Sta. ):
1atulempung yaitu warna segar abuabu kecoklatan, warna lapuk coklat kehitaman, tekstur klastik, bentuk ro!nded34ell ro!nded , ukuran butir lempungD sortasi baik,kemas tertutup, struktur berlapis /N )89o I> 8o0D komposisi mineral berupa mineral lempung,. Nama batuan 5at!lemp!n" 7:entrth8 1/229 /Boto . #'0
Laporan Pemetaan Geologi
48
't 3.14 Singkapan batulempung Sta. %. 6i foto relatif ke arah barat
III.2.2.4 U(ur dan L!ngkungan Pengenda$an
enentuan enentuan umur pada satuan batulempung batulempung didasarkan didasarkan pada umur batuan secara secara region regional al yaitu yaitu umur umur formasi formasi 7eluhu 7eluhu yang yang terbentu terbentuk k pada pada umur umur "rias "rias sam sampai 5ura 5ura seb sebab dalam alam anal analis isis is sam sampel ini ini tid tidak dilak ilakuk ukan an anal analis isis is mikropaleontologi pada batuan ini dan batuan ini secara fisik sama seperti satuan batuan formasi meluhu. Sedangkan penentuan lingkungan pengendapan pada satuan batulempung didasarkan pada komposisi dan sifat fisik batuan tersebut sert sertaa seca secara ra regi region onal al pula pula seba sebab b tida tidak k dila dilaku kuka kan n pene penent ntua uan n ling linguk ukun unga gan n pengendapa. III.2.2." Hu*ungan strat!gra&!
ena enarik rikan an bata batass satua satuan n batu batupa pasir sir deng dengan an satua satuan n batu batuan an pada pada loka lokasi si penelitian didasarkan atas umur kandungan fosil dan kedudukan litologi yang
Laporan Pemetaan Geologi
49
relatif seragam, serta perubahan warna soil. Hubungan stratigrafi satuan batupasir deng dengan an satu satuan an yang yang ada ada di bawa bawahn hnya ya yait yaitu u batu batulem lempu pung ng adala adalah h hubu hubung ngan an selaras.. III.2.3 +atuan *atule($ung
Satuan Satuan batulem batulempun pung g merupa merupakan kan satuan satuan tertua tertua pada pada daerah daerah penelit penelitian ian.. embah embahasan asan tentang tentang satuan satuan batulem batulempun pung g penamaan
satuan,
penyebaran,
ciri
melipu meliputi ti uraian mengena mengenaii dasar dasar
litologi
yang
meliputi
karakteristik
mega megask skop opis, is, umur umur,, ling lingku kung ngan an peng pengen enda dapa pan n satua satuan n batu batuan an dan dan hubu hubung ngan an stratigrafi dengan satuan yang berada di atasnya pada daerah penelitian. III.2.2.1 Dasar $ena(aan
6asar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan pada litostratigrafi 7+and! +trat!gr +trat!gra&!8 a&!8 1//)9 1//)9 tidak resm esmi 7+and!
yang yang dida didasar sarka kan n atas ciri ciri litol litolog ogi, i,
keseragaman keseragaman gejala litologi litologi dan ukuran butir, kandungan kandungan material>min material>mineral, eral, dan batuan yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam sekala peta #$ #%.%%%. Satuan ini terdiri batulempung abu-abu tua. @ntuk penamaan litologi anggota satuan ini yaitu penamaan batuan secara megask megaskopi opis. s. enama enamaan an secara secara megask megaskopi opiss yaitu yaitu penama penamaan an yang yang ditent ditentuka ukan n berdasarkan komposisi mineral dan material yang bisa diamati secara langsung di lapa lapang ngan an dan dan dili dilihat hat dari dari ukur ukuran an buti butirr pada pada batu batuan an deng dengan an meng menggu guna nakan kan klasifikasi ukuran butir :enrth, 1/228 7Bggs8 1/-,9.
Laporan Pemetaan Geologi
50
III.2.2.2 Pen6e*aran dan kete*alan kete*alan
Satuan Satuan ini menempati kurang lebih #:,;9 G dari luas keseluruhan keseluruhan daerah penelitian dengan arah penyebaran relatif rel atif berarah baratlaut - tenggara. Satuan ini tersingkap baik pada anak sungai 6aerah oasia dan Nanga-nanga. !etebalan dari satuan batulempu batulempung ng tersebut dapat dapat diperkirakan diperkirakan berdasarkan berdasarkan hasil pengukuran pengukuran dari penampang penampang terukur 4 m.
III.2.2.3 ;!r! L!tlg!
Satuan Satuan ini terdiri terdiri batulempun batulempung g abu-abu abu-abu memperlihatk memperlihatkan an struktur struktur berlapis berlapis yang jelas di lapangan lapangan dengan kemiringan kemiringan lapisan berkisar #4 o hingga 99 o /Boto. .#40.
't 3.1" Singkapan batulempung stasiun )9. )9. 6ifoto relatif ke arah barat / N)#:(I0
Laporan Pemetaan Geologi
51
!enampakan lapangan batulempung abu-abu memperlihatkan dalam keadaan segar berwarna abu-abu, dan lapuk berwarna kehitaman, tekstur klastik, ukuran butir lempungD sortasi baik, kemas tertutup, dengan tebal perlapisan antara %-4% cm, struktur berlapis /N );4 o I> 4)o0D komposisi mineral berupa mineral lempung.
III.2.2.4 U(ur dan L!ngkungan Pengenda$an
enentuan umur pada satuan batulempung didasarkan pada umur batuan secara regional yaitu umur formasi 7eluhu yang terbentuk pada umur "rias sampai 5ura sebab dalam analisis sampel ini tidak dilakukan analisis mikropaleontologi pada batuan ini dan batuan ini secara fisik sama seperti satuan batuan formasi meluhu. Sedangkan penentuan lingkungan pengendapan pada satuan batulempung didasarkan pada komposisi dan sifat fisik batuan tersebut serta secara regional pula sebab tidak dilakukan penentuan lingukungan pengendapa. III.2.2." Hu*ungan +trat!gra&!
enarikan batas satuan batulempung perubahan warna soil dan adanya kedudukan litologi yang dijumpai di lapangan yang relatif seragam. Hubungan stratigrafi satuan batulempung dengan satuan yang ada di bawahnya belum diketahui karena satuan di bawahnya belum tersingkap di lapangan sedangkan dengan satuan yang ada diatasnya yaitu satuan batupasir adalah selaras.
Laporan Pemetaan Geologi
52
III. 3 +truktur %elg! Daerah Penel!t!an
embahasan mengenai struktur geologi daerah penelitian meliputi pembahasan mengenai indikasi pola struktur geologi yang dijumpai di lapangan, jenis struktur apa saja yang dijumpai dan kronologi urutan pembentukan struktur juga hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian serta pada kondisi fisik bagaimana struktur tersebut terbentuk mekanisme struktur geologi. 7etode dan cara yang dilakukan dalam mengenali
dan menganalisis
struktur pada daerah penelitian dilakukan dengan beberapa cara yaitu $ - 7engamati dan mengenali jenis struktur yang dijumpai di lapangan. - 7engamati bentuk dan mengukur parameter terukur struktur yang dijumpai dalam keadaan sebenarnya di lapangan seperti spasi dan bukaan kekar serta dimensi cermin sesar yang dijumpai. - 7elakukan pengukuran kedudukan dari unsur struktur yang dapat diukur, misalnya kedudukan bidang yang diindikasikan sebagai cermin sesar, serta pengukuran secara random data kekar. - 7embuat sketsa atau foto dari struktur yang dijumpai di lapangan. - 7enganalisa parameter struktur yang terukur dari data kuantitatif dalam bentuk statistik dan dibuat dalam bentuk diagram-diagram pola, untuk diketahui gambaran umum pola strukturnya, seperti pengolahan data kekar dengan menggunakan proyeksi stereografis dan diagram kipas - 7enganalisis dan mendiskusikan mekanisme struktur daerah penelitian dari hasil pengolahan semua data yang ada. 1erdasarkan analisis dengan menggunakan metode yang dijelaskan sebelumnya maka indikasi struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian terdiri atas$
Laporan Pemetaan Geologi
53
# )
ipatan Struktur kekar Struktur sesar
I11. 3. 1 L!$atan
ipatan didefinisikan sebagai suatu
distorsi volume
batuan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan dalam unsur garis dan bidang, dalam bidang tersebut / Hansen8 1/,1 dalam agan 81/,3 0. 1entuk pelengkungan yang terjadi pada suatu benda atau material tersebut disebabkan oleh dua mekanisme / +ukendar As!k!n81/,/0, yaitu b!cklin" dan bendin" , yaitu $
5!cklin" /melipat0, disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan lempeng>lapisan.
5endin" /pelengkungan0, disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus permukaan lempeng>lapisan.
6ari hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan terhadap arah jurus dan kemiringan satuan batupasir sisipan lempung yang relatif sama dan beberapa berlawanan yaitu barat barat barat laut timur menenggara
maka dapat
disimpulkan bahwa satuan satuan batulempung, dan batupasir merupakan salah satu bagian dari sayap lipatan overturn dan antiklin as imetris. &nalisis terhadap gaya yang menyebabkan terbentuknya lipatan pada daerah penelitian mengacu pada E"eori engkerutan oleh /e!del dalam M#.;la68 1/-,9, merupakan modifikasi dari Hard!ng81/,4, yang menyatakan
bahwa arah umum gaya tektonik yang membentuk lipatan adalah tegak lurus sumbu lipatan /membentuk sudut ;% o terhadap L#0, atau searah dengan jurus dan
Laporan Pemetaan Geologi
54
kemiringan batuan, dengan tegasan uta ma berupa gaya kompresi. 1erdasarkan teori tersebut di atas dan hasil rekonstruksi dari kedudukan sayap lipatan overturn dan antiklin asimetris maka arah umum gaya yang bekerja membentuk lipatan adalah utara timur laut selatan barat daya.
2ambar .#8 ipatan orvertun dan antiklin asimetris, dengan arah foto N#) %I
III. 3. 2 ekar
Hal-hal yang diidentifikasi dalam pengamatan karakteristik kekar di lapangan yaitu pengukuran lebar bukaan kekar, jarak>spasi kekar, posisi kekar
Laporan Pemetaan Geologi
55
pada singkapan batuan, mengukur kedudukan kekar serta pengambilan data kekar dalam bentuk foto. 1erdasarkan bentuknya, kekar yang dijumpai pada daerah penelitian adalah kekar sistematik. !ekar sistematik ditandai dengan kekar yang berpasangan,
memotong
batuan
dengan
membentuk
pola
tertentu
serta
berpotongan maupun sejajar dengan bidang permukaan yang relatif rata dan licin. Semantara kekar tidak sistematik ditandai dengan kekar yang tidak memotong kekar lainnya dan bidang permukaan yang relatif tidak rata atau melengkung. Sementara berdasarkan atas genesanya, maka kekar yang terdapat pada daerah penelitian berupa kekar gerus / shear 6oint 0 dan kekar tarik /e7tension 6oint 0. !ekar gerus dicirikan oleh keteraturan arah dari bidang keratan pecahannya dan saling berpasangan dan sering dijumpai saling berpotongan. Sedangkan kekar tarik dicirikan oleh permukaan bidang yang tidak rata, kadang tidak menerus, jarang dijumpai saling berpotongan dan rekahannya terbuka. !ekar gerus yang terbentuk pada batupasir di pada stasiun ) dijumpai pada sungai Nanga-nanga dimana dilakukan pengukuran kekar sebanyak 8 kali pengukuran. 6ari pengukuran ini diperoleh arah tegasan utama yang berarah @tara timur laut-selatan barat daya /N)%o IN))%( I0 /Boto .#90
Laporan Pemetaan Geologi
56
Boto .#9 !ekar gerus pada batupasir yang difoto relatif kearah barat
engukuran kekar stasiun ' pada batupasir sisipan lempung yang berselingan memiliki spasi kekar 4 cm sampai )4 cm, dengan bukaan %,4 mm sampai # mm. engukuran kekar pada stasiun ini dilakukan sebanyak 4 kali pada stasiun ', '4 kali pada stasiun 9, ' kali pada stasiun ## dan ; kali pada stasiun )%, dari hasil pengukuran tersebut diperoleh arah tegasan utama yang berarah utara timur laut hingga selatan barat / Boto .#:0 6ari hasil pengukuran kekar pada batupasir serpih>lempung, stasiun ' /"abel .)0, dan stasiun 9 /"abel .0, serta pada 1atupasir stasiun ## /"abel .'0, dan stasiun )% /"abel .40.
Laporan Pemetaan Geologi
57
Boto .#: !ekar tarik pada batupasir yang difoto relatif kearah selatan
"abel . ) 6ata hasil pengukuran kekar pada stasiun '
Data Kekar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Srike 98 119 111 47 126 41 124 119 44
Dip 89 68 63 80 55 75 59 55 74
Data Kekar Di Srike p 19
11 6
20
46
21
12 7
22
38
No 10 11 12 13
Data Kekar Di Srike p 122 40 38 119
51 67 81 66
Data Kekar Di Srike p 28
13 4
29
24 1
30
13 9
31
11 8
23
34
14
43
77
32
12 4
24
22 5
15
113
64
33
34
25
12 3
16
30
74
34
47
26
22 4
17
116
65
35
12 1
27
19 4
18
31
76
"abel . &kumulasi frekuensi kekar stasiun '
Laporan Pemetaan Geologi
58
Peluru s
Arah 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
#:##;% #;#)%% )%#)#% )##))% ))#)% )#)'% )'#)4% )4#)8% )8#)9%
Turus
Frekue nsi
3 333 33 3 3 33333 33 3333
Arah
#
91100
101110
)
111120
#
121130
#
131140
9
141150
'
151160
)9#):% ):#);% );#%% %##% ##)% )#% #'% '#4% 4#8%
161-
33333 333 33333 3
:
170
8
171180
Peluru s
Turus
Frekue nsi
33
)
3
#
6ata akumulasi frekuensi kekar yang diperoleh pada stasiun ini kemudian diolah dengan metoda statistik menggunakan diagram kipas dan stereonet.
2ambar .# 6iagram kipas dari kekar pada stasiun ' "abel .' 6ata hasil pengukuran kekar pada stasiun 9
No
Data
Data
Laporan Pemetaan Geologi
No
59
Data
Data
Kekar
Kekar Di Srike p
Kekar Di Srike p
Kekar Di Srike p
Srike
Dip
1
165
10
104
59
12
235
56
236
46
2
84
83
80
77
13
82
61
80
79
3
112
57
71
85
14
209
27
51
49
4
21
20
85
87
15
76
63
235
43
5
243
19
70
53
16
78
62
87
73
6
74
61
86
59
17
65
57
58
49
7
79
59
219
50
18
254
63
65
56
8
69
82
183
72
19
73
64
237
15
9
57
87
58
45
20
57
62
92
58
10
192
18
52
52
21
225
42
223
52
11
57
58
79
63
22
199
41
12
199
47
285
33
"abel .4 &kumulasi frekuensi kekar stasiun 9 Peluru s
Arah
Turus
Frekue nsi
Arah
Peluru s
0-10
181190
11-20
191200
21-30
201210
31-40
211220
41-50
221230
51-60
231240
141150
321330
61-70
241250
6
151160
331340
71-80
251260
3
161170
341350
81-90
261270
3
171180
351360
III IIIII IIIII I IIIII
IIIII I III III
Turus
Frekue nsi
3
91100
271280
II
2
5
101110
281290
II
2
5
111120
291300
I
1
1
121130
301310
5
131140
311320
II
2
I
1
6ata akumulasi frekuensi kekar yang diperoleh pada stasiun ini kemudian diolah dengan metoda statistik menggunakan diagram kipas dan stereonet.
Laporan Pemetaan Geologi
60
2ambar .) 6iagram kipas dari kekar pada stasiun 9
"abel .8 6ata hasil pengukuran kekar pada stasiun ##
Data Kekar
Data Kekar Di Srike p
No
Data Kekar Di Srike p
Data Kekar Di Srike p
No
Srike
Dip
1
47
62
161
70
10
160
34
265
78
2
149
47
178
89
11
245
85
266
82
3
147
68
258
80
12
250
42
267
80
4
21
20
95
82
13
81
89
95
88
5
70
36
95
85
14
238
29
93
86
6
100
78
99
75
15
82
60
105
70
7
121
27
21
19
16
184
24
120
84
8
260
54
26
82
17
187
65
87
89
9
45
42
262
72
"abel .9 &kumulasi frekuensi kekar stasiun ##
Arah 0-10
Peluru s
Turus
Frekue nsi
181190
Laporan Pemetaan Geologi
Arah 91100
Peluru s 271280
61
Turus I
Frekue nsi 1
11-20
191200
21-30
201210
111120
291300
IIIII II
7
31-40
211220
7
121130
301310
IIIII II
7
41-50
221230
8
131140
311320
II
2
51-60
231240
141150
321330
61-70
241250
151160
331340
71-80
251260
161170
341350
81-90
261270
171180
351360
I
IIIII II IIIII III
I
1
1
101110
281290
I
1
6ata akumulasi frekuensi kekar yang diperoleh pada stasiun ini kemudian diolah dengan metoda statistik menggunakan diagram kipas dan stereonet.
Laporan Pemetaan Geologi
62
2ambar . 6iagram kipas dari kekar pada stasiun ##
"abel .: 6ata hasil pengukuran kekar pada stasiun )%
No
Data Kekar Srik e Dip
Data Kekar
Data Kekar
Data Kekar
Srike
Dip
Srike
Dip
Srike
Dip
1
119
89
101
48
66
36
183
41
2
192
87
63
33
65
33
196
50
3
81
39
175
60
185
78
70
31
4
88
37
216
85
70
45
16
53
5
193
81
94
39
199
65
68
34
6
157
81
71
27
206
74
226
79
7
47
33
200
27
52
60
50
17
8
100
29
112
23
76
45
67
21
9
80
38
197
73
205
83
202
83
10
157
89
205
82
229
73
"abel . ; &kumulasi frekuensi kekar stasiun )%
Arah
Peluru s
1-Oct
181190 191200
Turus II I
Frekue nsi
Arah
Peluru s
Turus
Frekue nsi
2
91100
271280
IIIII I
6
1
101110
281290
I
1
2
111120
291300
I
1
I
1
21-30
201210
31-40
211220
121130
301310
41-50
221230
2
131140
311320
51-60
231240
I
1
141150
321330
II
2
61-70
241-
III
3
151-
331-
I
1
II
II
Laporan Pemetaan Geologi
63
250
160
340
71-80
251260
2
161170
341350
I
1
81-90
261270
7
171180
351360
I
1
II IIIII II
6ata akumulasi frekuensi kekar yang diperoleh pada stasiun ini kemudian diolah dengan metoda statistik menggunakan diagram kipas dan stereonet.
2ambar .' 6iagram kipas dari kekar pada stasiun )%
III. 3. 3 +esar
7engidentifikasi struktur pada daerah penelitian yaitu dengan mengenali ciri-ciri primer yang dijumpai di lapangan ataupun ciri sekunder yang akan mendukung keberadaan sesar tersebut. Selain itu identifikasi struktur juga harus
Laporan Pemetaan Geologi
64
tetap mengacu terhadap setting tektonik regional yang mempengaruhi daerah penelitian. 1erdasarkan hasil analisa terhadap data lapangan berupa data primer ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar yang bekerja pada daerah penelitian berupa sesar turun. Hal ini ditunjukan dengan keberadaan air terjun sebagai penciri sesar turun.
Boto .#; &ir terjun sebagai penciri keberadaan sesar, arah foto N);%(I
BAB I< +E5AAH %E0L0%I
I<.1 Per!de PraTu(*ukan 8Tahap pra Pemisahan Perem 3 Trias)
Laporan Pemetaan Geologi
65
!epingan benua pada bagian bawa formasi meluhu berasal dari batuan dasar, yang mengandung sedimen malih, batuan malihan, jdan batuan granitan. 3ni menunjykan adanya ketidak selarasan
pada akhir paleoAoikuk trias awal.
!emudian pada semua kepingan benua itu.
pengendapan
formasi
meluhu,
cekunganya
mengalami
pendalaman. Semulah cekungan ini berupa fluvial /datar0 waktu pengendapan angota toronipa. !emudian berubah menjadi delta saat pengendapan angota Catutaluboto, kemudian menjadi laut sewaktu angota tuetue / Surono M 1achri, )%%)0. !enyataan ini sejalan dengan yang dikemukakan Balvey M 7utter /#;:#0. 1ahwa pada pemisahan awal tepi utara australia mengalami amblesan. Sedimentologi dan proven formasi meluhu menunjukan adanya tektonik aktif selama pengendapan. Hal ini diduga berhubungan dengan tektonik aktif selama tahap awal pemisahan.
I<. 2 Per!de Pas#a Tu(*ukan
6i lengan tenggara sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar 7atarombeo, Sistem Sesar awanopo / yang berasosiasi dengan 1atuan =ampur aduk "oreo0, Sistem Sesar !onaweha, Sesar !olaka, dan banyak sesar lainya serta lineasi. Sesar dan lineasi terekam jelas pada citra andsat. Sistem sesar awanopo dan Sesar matano merupan penyambung sesar alu-!oro, yang di utara berhenti pada arit Sulawesi @tara, dan sesar Naik "olo
Laporan Pemetaan Geologi
66
di selatan. @raian singkat sesar sesar yang terbentuk pasca tumbukan kepingan benuan dan ofiolit disajikan sebagai berikut ini. Sistem Sesar awanopo termasuk sesar- sesar utama berarah barat laut tenggara yang memanjang sekitar )8% km dari uatara 7alili sampai "anjung "oronipa, ujung barat lauut sesar ini menyambung sesar 7atano, sementara ujung tengara tersambung dengan sesar hamilton yang memotong sesar naik "olo. Sistem sesar ini diberi nama sesar lawanopo oleh hamilton/#;9;0 berdasarkan 6aratan awanopo yang ditorehnya. !enampak fisiografi tentang Sesar awanopo tergambar jelas lebih dari pada 4% km pada citra indra jauh, termaksud citra andsat, dan 3BS&<. =itra tersebut mengambarkan adanya lembah linier panjang scarp, offset, dan pembelokan aliran sungai. &liran sungai yang tergeser mengiri dapat diidentifikasi dibeberapa tempat antara "inobu, dan Soropia, @tara !endariD contoh pergeseran yang membesar semakin dekat dengan sesar yang bersangkutan, merupakan tanda sesar geser /Sylvester, #;;:0. ergeseran mengiri sepanjang sesar yang diperkirakan sejauh )4 km, didasarkan atas pengeseran formasi 7eluhu yag berada ditengah lapangan "engara Sulawesi. 3nterprestasi cinta foto udara disekitar "inobu. 7enunjukan penyebaran 1atu =ampur-aduk "oreo. !epingan batuan yang termaksud dari Bormasi 7eluhu, Bormasi "ampakura dan ofiolit, dijumpai sebagai bodin dalam batuan campur-aduk itu. &nalisis streografis orientasi bodin, yang diukur pada tiga lokasi, menunjukan aAimut rata-rata0> plunge$ % o>''o,48,O>';o, dan )%:,9 o>)#o. &danya mata air panas di 6esa "oreo, ebelah tengara "inobu serta pergeseran pada bangun dinding rumah dan jalan
Laporan Pemetaan Geologi
67
sepanjang sesar ini menunjukan bahwa Sistem Sesar awanopo masih aktif sampai skarang.
BAB <
E+IMPULAN
<. 1 es!($ulan
Laporan Pemetaan Geologi
68
1erdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang diperolehc maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini, yaitu $ #1erdasarkan aspek pendekatan yaitu $ pendekatan genetik, bentuk dan persentase kemiringan lereng dan beda tinggi maka geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan morfologi, yaitu $ a
Satuan morfologi bergelombang miring denudasional
b
Satuan morfologi berbukit bergelombang miring denudasional
) Secara litostratigrafi batuan yang menyusun daerah penelitian berdasarkan ciri litologi berupa dominasi dan keseragaman ukuran butir serta dapat dipetakan dalam skala # $ #%.%%%, maka daerah penelitian disusun oleh satuan batuan yaitu $ a
Satuan &lluvial
b
Satuan batupasir
c
Satuan batulempung
Struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan data lapangan, analisa dan pengolahan data kekar serta interpretasi peta dasar dibagi menjadi tiga, yaitu $ a
Struktrur ipatan
b
Struktrur !ekar
c
Struktur Sesar
' Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung pada "rias hingga 7iosen Holosen. 4 1ahan galian yang terdapat pada daerah penelitian berupa bahan galian =.
Laporan Pemetaan Geologi
69
<. 2 +aran
&dapun saran yang dapat diajukan dalam pembuatan atau penyusunan dari hasil penelitian adalah $
Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut di daerah penelitian ini guna manggali keberadaan fenomena geologi lainnya.
enelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk belajar penelitian penelitian dalam bidang geologi.
DA'TA PU+TAA
&sikin, Sukendar, #;;:, Buku Ped(an untuk %elg! La$angan, 3nstitut "eknologi 1andung, 6epartemen "eknik 2eologi, 1andung.
Laporan Pemetaan Geologi
70