BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran minyak di perairan paling sering terjadi dibandingkan di darat dan sangat memprihatinkan. Lingkungan laut merupakan suatu sistem yang terus menerus berubah secara dinamis, selain menyediakan tempat rekreasi yang indah dan suatu laboratorium untuk mempelajari segala kahidupan di dunia. Tetapi dalam persepsi umum sejak dahulu laut selalu dipandang sebagai tempat terakhir yang cocok untuk pembuangan limbah yang dihasilkan manusia dan anggapan bahwa volume lautan dunia sangat luas mempunyai kemampuan yang tidak terbatas untuk menyerap limbah tersebut.
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Polusi dari tumpahnya minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Pencemaran minyak semakin banyak terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan minyak untuk dunia industri yang harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh, meningkatnya jumlah anjungan-anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Dan juga karena semakin meningkatnya transportasi laut.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud pencemaran minyak lepas pantai?
Apa saja sumber penyebab terjadinya pencemaran minyak lepas pantai?
Apa akibat dari terjadinya pencemaran minyak lepas pantai?
Bagaimana cara menangani pencemaran minyak lepas pantai?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pencemaran minyak lepas pantai.
Untuk mengetahui sumber apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran minyak lepas pantai.
Untuk mengetahui akibat dari terjadinya pencemaran minyak lepas pantai.
Untuk mengetahui cara menangani pencemaran minyak lepas pantai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran Minyak Lepas Pantai
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, oleh karena itu manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Di lain pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan pengeboran minyak lepas pantai.
Berdasarkan P.P. No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya. Pencemaran laut adalah terjadinya perubahan dalam lingkungan laut yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusaksumber daya hayati laut, bahaya terhadap kesehatan manusia, serta menurunkan kualitas air laut.
Pencemaran laut yang disebabkan oleh minyak kini makin sering terjadi seiring dengan banyaknya industri yang melakukan eksplorasi minyak bumi di lepas pantai. Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow out) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran.
2.2 Sumber Pencemaran Minyak Lepas Pantai
Pencemaran minyak di laut dihasilkan dari beberapa sumber utama, yaitu:
Pengeboran minyak lepas pantai. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, eksplorasi minyak bumi yang banyak terdapat di perairanmengakibatkan semburan minyak yang pada akhirnya mencemari lautan. Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Pencemaran laut yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya.
Gambar 1. Pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya pencemaran laut.
Tumpahan minyak. Tumpahan minyak di laut berasal dari kecelakaan kapal tanker karena kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran maupun tabrakan. Contohnya tumpahan minyak terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di lepas pantai Libanon. Selain itu, terjadi kecelakaan Prestige pada tahun 2002 di lepas pantai Spanyol. Bencana alam seperti badai atau banjir juga dapat menyebabkan tumpahan minyak. Sebagai contoh pada tahun 2007, banjir di Kansas menyebabkan lebih dari 40.000 galon minyak mentah dari kilang tumpah ke perairan itu.
Sumber dari daratan seperti minyak pelumas bekas atau limbah cairan yang mengandung hidrokarbon dari perkantoran dan industri yang dibuang ke laut.
2.3 Akibat Pencemaran Minyak Lepas Pantai
Saat minyak terekspos ke lingkungan laut, sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis minyak akan segera berubah. Kelarutan minyak dalam air adalah rendah sekitar 30 mg/L, tergantung kepada komposisi kimia dan temperatur. Oleh karena itu, minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Lapisan minyak di permukaan air akan menganggu kehidupan organisme di dalam air.
Secara umum, akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, makapopulasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
Gambar 2. Surf scoter yang terendam dalam laut yang tercemar limbah minyak bumi.
Dampak yang paling berbahaya dari pencemaran minyak lepas pantai ini tentu akan dirasakan oleh ekosistem laut. Komponen hidrokarbon yang bersifat racun berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan dan perilaku biota laut, terutama plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan.
Dalam jangka pendek, molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan berbau minyak sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya (Kuncowati, 2010).
2.4 Penanganan Pencemaran Minyak Lepas Pantai
Untuk menangani pencemaran minyak di laut, berbagai upaya dapat dilakukan, antara lain adalah:
Pemantauan. Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing).
Pengamatan secara visual. Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.
Pengamatan penginderaan jauh. Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. Namun, teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
Penanggulangan. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil.
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
Gambar 3. Pembersihan limbah minyak di kawasanpantai
Peralatan. Alat-alat yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak adalah:
Booms merupakan alat untuk menghambat perluasan hambatan minyak.
Gambar 4. Booms digunakan untuk menghambat perluasan limbah minyak di laut.
Skimmers yaitu kapal yang mengangkat minyak dari permukaan air.
Sorbent merupakan spons besar yang digunakan untuk menyerap minyak.
Vacuums yang khusus untuk mengangkat minyak berlumpur dari pantai atau permukaan laut.
Sekop yang khusus digunakan untuk memindahkan pasir dan kerikil dari minyak di pantai.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran minyak lepas pantai merupakan pencemaran di lingkungan perairan laut yang disebabkan oleh minyak.
Sumber pencemaran ini berasal dari pengeboran minyak lepas pantai, tumpahan minyak dari kapal tanker, serta dari limbah buangan yang berasal dari daratan yang dibuang ke laut.
Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran ini adalah rusaknya estetika pantai, kerusakan biologis, terhambatnya pertumbuhan fitoplankton, serta penurunan populasi alga dan protozoa.
Penanganan pencemaran ini dapat dilakukan dengan cara pemantauan baik secara visual maupun penginderaan jarak jauh, penanggulangan dengan cara in-situ burning, penyisihan, bioremediasi, penggunaan sorbent, dispersan kimiawi dan washing oil.
3.2 Saran
Untuk mengurangi pencemaran minyak di laut, maka langkah-langkah baik itu pencegahan maupun penanggulangan harus selalu dilakukan guna melindungi kelangsungan hidup bagi biota laut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ______. Limbah Minyak. Diakses melalui http://www.id.wikipedia.org/wiki/Limbah_minyak pada tanggal 29 Oktober 2014.
Kuncowati, 2010. Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem Laut. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1. Diakses melalui http://www.hangtuah.ac.id pada tanggal 1 November 2014.
13