BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ‘’Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia NO 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945” (UUD Kepariwisataan NO 10 Tahun 2009). Dengan demikian, maka suatu objek wisata merupakan modal bagi masyarakat untuk mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan disuatu daerah yang memiliki potensi wisata, khususnya masyarakat
Dusun
Srunggo,Desa
Selopamioro,Kecamatan
Imogiri,Kabupaten
Bantul,Yogyakarta. Kabupaten Bantul merupakan Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1950.Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 ,dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar
terdiri dari : Bagian Barat, adalah
daerah
landai
yang
kurang
serta
perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
1
pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan
keadaan alamnya yang
berpasir (Atlas Srunggo,2011: 71). Kabupaten Bantul dikenal salah satunya karena obyek wisata yang menarik minat para wisatawan. Obyek-obyek wisata Kabupaten Bantul mempunyai potensi wisata yang cukup besar, yang meliputi obyek wisata alam, wisata budaya atau sejarah, pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan.Salah satu obyek wisata yang menarik minat para wisatawan baik domestik maupun manca negara yaitu wisata alam Goa Cerme yang terdapat di Dusun Srunggo. Dusun Srunggo berada di Kecamatan Imogiri,Bantul,Yogyakarta tepatnya berada di kaki bukit Baturagung, letak geografisnya antara lain: Batas utara berbatasan dengan Dusun Kajor Kulon, batas selatan berbatasan dengan kecamatan Panggang Gunung Kidul sedangkan batas barat berbatasan dengan Dusun Kalidadap . Untuk menuju perangkat desa sudah ada plangisasi sehingga mempermudah masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung kesana. Dusun Srunggo dilengkapi dengan fasilitas umum seperti:Tempat ibadah, pos kamling, PAUD,TK,SD,puskesmas pembantu,posyandu dan TPA Bukit Cerme. Mayoritas penduduk Dusun Srunggo bekerja sebagai petani dan mereka memanfaatkan air dari goa Cerme untuk air minum dan aktifitas sehari-hari melalui pipa air .Dusun ini memiliki Pok Darwis yang mengelola obyek wisata Goa Cerme, tidak dapat di pungkiri bahwa keberadaan obyek wisata goa Cerme dapat memberikan pendapatan bagi sebagian penduduk di Dusun Srunggo seperti : Penduduk yang bekerja sampingan sebagai pemandu wisata,
2
pedagang disekitar goa yang merupakan warga setempat, tukang parkir,penjaga toilet dll(Atlas Srunggo,2011: 7-10) . Goa Cerme tersebut berada di ketinggian 500 meter dari permukaan laut,sekitar20 km kearah selatan Yogyakarta. Goa ini terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul, akses masuk goa dari Dusun Srunggo, Selopamioro,Bantul,sementara akses keluar di Ploso, Giritirto,Panggang,Kabupaten Gunung Kidul(Pokdarwis Cerme Asri,2011: ).Hal ini menimbulkan masalah bagi kedua belah pihak masyarakat yakni antara masyarakat Dusun Srunggo Bantul dan masyarakat Gunung Kidul khususnya Giritirto,masing-masing dari mereka merasa bahwa goa Cerme adalah milik Kabupaten mereka,namun hal tersebut sudah terealisasikan dengan membuat dua loket pemungutan tarif retribusi masuk goa Cerme yakni pintu masuk pertama dari Kabupaten Bantul sedangkan pintu masuk kedua dari Kabupaten Gunung Kidul untuk masuk ke dalam goa. Namun kendala lain datang dari pihak wisatawan yang merasa tidak nyaman dengan adanya dua loket penarikan tarif restribusi masuk tersebut. Pengunjung yang datang ke Goa cerme meliputi wisatawan asing maupun domestik,dan setiap hari libur banyak pengunjung yang datang dan berminat untuk menelusuri Goa Cerme dengan pemandu yang merupakan warga dari desa Srunggo Bantul dan sebagian merupakan pemandu dari warga Gunung Kidul. Goa Cerme memiliki potensi wisata alam diantaranya : camping ground,climbing,outbound,sirkuit offroad,sirkuit cross . Potensi menarik lainnya di sekitar goa Cerme yakni wisatawan dapat belajar bercocok tanam seperti menanam padi bersama masyarakatnya dan bagi pecinta fotografi,pemandangan atau view di desa Srunggo dan didalam goa Ceme merupakam pilihan yang tepat untuk melakukan pemotretan dengan view yang
3
natural khas pedesaan,sedangkan bagi pencinta budaya Indonesia,Dusun Srunggo menyajikan acara Jodhangan sebagai upacara keagamaan
rutin tahunan yang
diadakan di mulut goa Cerme setiap ebelum Idul Adha sebagai wujud bakti kepada leluhur karena masyarakat meyakini bahwa Goa Cerme merupakan tempat yang sakral peninggalan Wali Songo. Masyrakat di sekitar goa Cerme sangat ramah terhadap pengunjung yang datang sehingga memberikan rasa nyaman terhadap para pengunjung atau wisatawan, namun kurangnya partisipasi masyarakat desa Srunggo terhadap goa Cerme belum maksimal sehingga dampak dari aktifitas objek
tersebut
belum
dirasakan
oleh
wisatwan yang berkunjung ke seluruh
penyuluhan atau informasi tentang sadar wisata sangat demi meningkatkan
masyarakatnya
sehingga
dibutuhkan di dusun ini
partisispasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap obyek
wisata goa Cerme sehingga dapat memeberikan kesejahteran dan kemakmuran bagi masyrakat Dusun Srunggo. Partisipasi masyarakat Dusun Srunggo sangat dibutuhkan karena partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri (Mubyarto 1997:35) Partisipasi masyarakat desa Srunggo sangat penting untuk meningkatkan minat para wisatawan berkunjung ke goa Cerme sekaligus menikmati potensi lain yang terdapat di sekitar obyek wisata goa Cerme yakni keindahan alam dan keramah tamahan penduduk Dusun Srunggo dengan begitu prospek kedepan untuk menghaslikan pendapatan bagi masyarakatnya melalui sektor pariwisata dapat terwujud dan kesejahteraan serta kemakmuran bagi masyartak dapat berjalan.
4
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat diambil satu gambaran tentang rumusan masalah dalam penelitian ini. Berikut bebrapa rumusan masalah yang peneliti tertarik untuk menganalisis: a. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Srunggo b. Bagaimana partisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap objek wisata Goa Cerme ? Rumusan
masalah
ini
perlu
diperhatikan
agar
upaya
penulis
untuk
menganalisispartisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap objek wisata Goa Cerme sebagai wisata alam dapat berjalan dan masyarakat dapat merasakan dampak positif yakni memberikan kesadaran akan potensi wisata yang dimilki dusun srunggo dalam sektor pariwisata serta tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dari obyek wisata Goa Cerme. C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,peneliti memiliki tujuan untuk : 1. Mendapatkan informasi mengenai seberapa jauh partisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap adanya wisata alam Goa Cerme 2. Menganalisis partisipasi masyarakat lokal terhadap potensi yang dimiliki Dusun Srunggo dan wisata alam Goa Cerme serta memberikan penyuluhan motivasi agar lebih tertata,berkembang dan menghasilkan pekerjaan baru bagi masyarakat. 3. Mendapatkan data pengelolaan wisata Goa Cerme dan seberapa jauh minat wisatawan yang datang dan berminat wisata alam.
5
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai : 1. Sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kesadaran dan motivasi agar masyarakat lebih berpartisipasi terhadap wisata alam Goa Cerme serta kemajuan Dusun Srunggo. 2. Dapat
memberikan
gambaran
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya
mengembangkan wisata alam goa Cerme dan potensi di Dusun mereka 3. Menambah wawasan bagi penulis tentang potensi wisata alam 4. Menambah hasanah tentang pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan pariwisata Indonesia
E. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Lokasi Ruang Lingkup Lokasi yang menjadi batasan penelitian adalah objek wisata goa Cerme dan Dusun Srunggo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri Bantul, Yogyakarta tepatnya berada di kaki bukit Baturagung, letak geografisnya antara lain: Batas utara berbatasan dengan Dusun Kajor Kulon, batas selatan berbatasan dengan kecamatan Panggang Gunung Kidul sedangkan batas barat berbatasan dengan Dusun Kalidadap.
6
2. Ruang Lingkup Substansi Substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah meliputi kondisi dan pengelolaan goa Cerme serta menganalisis partisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap objek wisata alam goa Cerme.
F. LANDASAN TEORI Agar tujuan penelitian tercapai landasan teori merupakan teori - teori yang sesuai dengan penelitian dan berguna untuk penulis dalam melaksanakan penelitian,maka diperlukan landasan teori. Berikut pengertian dan istilah-istilah yang berkaitan denganpenelitian ini : 1. Kepariwisataan Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
10
tahun
2009
tentang
Kepariwisataan a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. b. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah. c. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. d. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang 7
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata f. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dalam penjelasan UU Republik Indonesia NO 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 5 huruf e yang dimaksud dengan “masyarakat setempat” adalah masyarakat yang bertempat tinggal didalam wilayah destinasi pariwisata
dan
diprioritaskan untuk mendapat manfaat dan penyelenggara kegiatan pariwisata di tempat tersebut.
Dr. Salah Wahab menyatakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks yang meliputi (Pendit 2002:38)Mengemukakan bahwa wisata alam adalah kegiatan wisata yang dimaksudkan untuk menikmati keindahan alam contohnya adalah menikmati keindahan alam pegunungan dan pemandangan alam.Wisata alam biasanya dilakukan didaerah cagar alam,taman lindung,hutan daerah pegunungan dan sebagainnya yang kelestarianya dijaga oleh pengelolanya dan oleh undang - undang.
8
Damnis (2006:37) Mengatakan bahwa wisata alam ialah wisata perjalanan wisata yang bertanggung jawab dengan cara menikmati semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam, mengonversi lingkungan dan mensejahterakan masyarakat lokal dengan tujuannya diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan
Ward (1997:56) Mengemukakan bahwa wisata alam ialah industri pariwisata berbasis alam dan lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam sekaligus menciptakan lapangan kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri.
2. Partisipasi Berdasarkan sifatnya, peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu konsultatif dan kemitraan (Cormick,1979). Pola partisipatif yang bersifat konsultatif ini biasanya dimanfaatkan oleh pengambilan kebijakan sebagai suatu strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support). Dalam pendekatan yang bersifat konsultatif ini meskipun anggota masyarakat yang berkepentingan mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan hak untuk diberitahu, tetapi keputusan akhir tetap ada ditangan kelompok pembuat keputusan tersebut (pemrakarsa). Menurut siagian (1985 : 2) partisipasi dapat dibagi dua jenis yaitu : partisipasi itu ada yang bersifat aktif dan pasif, partisipasi pasif dapat berarti bahwa dalam sikap, perilaku dan tindakannya tidak melakukan hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya suatu
kegiatan
pembangunan,
sedangkan
partisipasi
aktif
berwujud
:
pertama, turut memikirkan nasib sendiri dengan memanfaatkan lembaga-lembaga
9
sosial dan politik yang ada di masyarakat sebagai saluran aspirasinya. kedua, menunjukkan adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang tinggi dengan tidak menyerahkan penentuan nasib kepada orang lain, seperti kepada pimpinan, tokoh masyarakat yang ada, baik yang sifatnya formal maupun informal. ketiga, memenuhi kewajiban sebagai warga yang bertanggung jawab seperti membayar
pajak
secara
jujur
serta
kewajiban
lainnya.
keempat, ketaatan kepada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan kelima, kerelaan merupakan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan demi kepentingan bersama yang lebih luas dan lebih penting. Suatu program yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat tidak akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat, baik kedudukannya sebagai obyek maupun subyek dalam pengembangan hutan rakyat. Definisi partisipasi digunakan di dalam kontek yang beragam baik secara khusus ataupun umum. Menurut Awang (1999), partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari masa penduduk pada tingkatan berbeda seperti: a. Di dalam pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan tersebut b. Pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan pembagian yang merata c. Pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau suatu proyek Istilah partisipasi sering digunakan di dalam kajian tentang peranan anggota masyarakat baik formal maupun non formal. Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan. Jadi partisipasi adalah Keterlibatan sejumlah besar orang dalam usaha menigkatkan kesejahteraan sosial (Joyomartono 1991: 63) Bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila tergantung dari
10
Partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin dalam menyelenggarakan pembangunan. Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson (2001) partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. T.R. Battern (Soebroto, 1988) menegaskan pembangunan masyarakat desa merupakan suatu proses dimana orang-orang yang ada di masyarakat tersebut pertama-tama
mendiskusikan
dan
menetukan
keinginan
mereka
kemudian
merencanakan dan mengerjakan bersama-sama memenuhi keinginan mereka Partisipasi tidak berarti hanya berasal dari rakyat dan masyarakat, atau hanya dari pemerintah saja, tetapi partisipasi harus datang dari semua pihak baik rakyat atau masyarakat maupun pemerintah, pihak swasta, dan lain-lain. Jadi jelas kiranya bahwa yang dimaksud dengan partisipasi adalah kemampuan sistem pengelolaan sumber daya hutan nasional untuk membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua pihak yang terlibat dalam pengeloaan untuk mengambil bagian secara aktif, mulai dari kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi (Simon, dkk., 1999). Ada berbagai tingkatan dan arti partisipasi masyarakat antara lain : a.
Partisipasi Manipulasi
Karakteristik dari model partisipasi ini adalah keanggotaan bersifat keterwakilan pada suatu komisi kerja, organisasi kerja, dan atau kelompok-kelompok. Jadi tidak berbasis pada partisipasi individu 11
b. Partisipasi Pasif Partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah diputuskan atau apa yang telah terjadi, informasi dari administrator tanpa mau mendengar respon dari rakyat tentang keputusan atau informasi tersebut. Informasi yang disampaikan hanya untuk orangorang luar yang professional c.
Partisipasi Melalui Konsultasi
Partisipasi rakyat dengan berkonsultasi atau menjawab pertanyaan. Orang dari luar mendefinisikan masalah-masalah dan proses pengumpulan informasi, dan mengawasi analisa. Proses konsultasi tersebut tidak ada pembagian dalam pengambilan keputusan, dan pandangan-pandangan rakyat tidak dipertimbangkan oleh orang luar d. Partisipasi Untuk Insentif Partisipasi rakyat melalui dukungan berupa sumber daya, misalnya tenaga kerja, dukungan pangan, pendapatan atau insentif material lainnya. Mungkin petani menyediakan lahan dan tenaga, tetapi mereka dilibatkan dalam proses percobaanpercobaan dan pembelajaran. Kelemahan dari model partisipasi ini adalah apabila insentif habis maka teknologi yang digunakan dalam program juga tidak akan berlanjut. e.
Partisipasi Fungsional
Partisipasi dilihat dari lembaga eksternal sebagai suatu tujuan akhir untuk mencapai target proyek, khususnya mengurangi biaya. Rakyat mungkin berpartisipasi melalui pembentukan kelompok untuk menentukan tujuan yang terkait dengan proyek. Keterlibatan seperti itu mungkin cukup menarik, dan mereka juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, tetapi cenderung keputusan tersebut diambil setelah
12
keputusan utama ditetapkan oleh orang luar desa atau dari luar komunitas rakyat desa yang bersangkutan f.
Partisipasi interaktif
Partisipasi rakyat dalam analisis bersama mengenai pengembangan perencanaan aksi dan pembentukan atau penekanan lembaga lokal. Partisipasi dilihat sebagai suatu hak, tidak hanya berarti satu cara untuk mencapai target proyek saja, tetapi melibatkan multi-disiplin metodologi dan ada proses belajar terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan kelompok menentukan bagaimana ketersediaan sumber daya yang digunakan, sehingga kelompok tersebut memiliki kekuasaan untuk menjaga potensi yang ada di lingkungannya g. Partisipasi inisiatif Partisipasi rakyat melalui pengambilan inisiatif secara indenpenden dari lembaga luar untuk melakukan perubahan sistem. Masyarakat mengembangkan hubungan dengan lembaga eksternal untuk advis mengenai sumber daya dan teknik yang mereka perlukan, tetapi juga mengawasi bagaimana sumber daya tersebut digunakan. Hal ini dapat dikembangkan jika pemerintah dan LSM menyiapkan satu kerangka pemikiran untuk mendukung suatu kegiatan.
13
G. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan menjabarkan beberapa tinjauan pustaka untuk mendalami landasan teori yang berkaitan dengan Tugas Akhir “Analisis Partisipasi Masyarakat Dusun Srunggo Terhadap Objek Wisata Goa Cerme Sebagai Wisata Alam”
Rahmawati,
Dhian
(2010)
PARTISIPASI
MASYARAKAT
DALAM
PENGEMBANGAN OBYEK WISATA GARDU PANDANGKETE (KETEP PASS) DI KABUPATEN MAGELANG. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Thesis ini mendeskripsikan partisipasi masyarakat Magelang yang berada disekitar obyek wisata Gardu Pandangkete (Ketep Pass) yang 90% masyaraktnya ikut serta dalam pengembangan obyek ini sebagai karyawan dan pedagang.
“Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan Oleh Pelaku Wisata Di Kabupaten
Boyolali”oleh Drs . Argyo Demartoto,M.Si (2008), penelitian ini
mendiskripsikan
potensi yang di miliki Kabupaten Boyolali dengan uoaya
pemerintah daerahnya dalam mengembangkan obyek wisata yang terdapat di Boyolali. Upaya yang dilakukan dengan menginventarisir selutruh obyek wisata pedesaan, pembagian wilayah pengembangan pariwisata,pembuatan fasilitas,promosi dan sarana obyek wisata.
14
Leslie Retno Angeningsih/Suindarti PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PENGEMBANGAN DIKECAMATAN RONGKOP GUNUNGKIDUL. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa STPMD”APMD”. Jurnal ini mendiskripsipsikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya peran perempuan dalam musyawarah perencanaan pembangunan dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Dalam jurnal ini dituangkan upaya-upaya pemerintah melalui peninjauan serta komitmen para pemangku kepentingan mengenai keterwakilan perempuan dalam perencanaan pembangunan. Oktarina Albizzla Potensi Kampung Prawirodirjan Gondomanan sebagai Kampung Wisata Eksotik. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD “. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki kampung Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta yang mendukung terbentuknya kampung wisata eksotik. Dalam jurnal ini juga dijelaskan bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan kampung wisata yang bernuana pendidikan dan budaya serta kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di sekitar aliran sungai Code. Sri
Utami
PEMBEERDAYAAN
EKONOMI
RAKYAT
MELALUI
PENGEMBANGAN EKONOMI MIKRO POLA BAITUL MAAL WATTANWIL DI PEDESAAN. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “STPMD”Jurnal ini mendiskripsikan tentang pemahaman kepada ;ihak-pihak yang ikhlas memberdayakan ekonomi rakyat melalui menghimpun dana, pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi guna meningkatkan kualitas ekonomi usaha kecil dan mikro dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Dijelaskan dalam kenyataannya kesulitan yang terjadi pada usaha ekonomi mikro dan kecil adalah masalah permodalan, skill dan teknologi.
15
H. METODE PENELITIAN Metode
Penelitian
pada
dasarnya
peneliti
merancang
pekerjaan
sebelumnya,ketika dan sesudah pengumpulan data secara sistematis.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan penelitian.
1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitis kualitatif dimana peneliti menggambarkan fenomena yang ada denganmenganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis untuk mempermudah pemahaman dan penarikan kesimpulan
2. Unit Analisis a. Lokasi Penelitian Penelitian mengambil objek di Dusun Srunggo,Selopamioro,Bantul Yogyakarta yang berlangsung 1Februari 2012 – 1 April 2012
b.
Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah partisipasi masyarakat Dusun Srungo
terhadap objek wisata goa Cerme c. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah masyaraklat Dusun Srunggo dan wisatawan goa Cerme
16
3. Sumber Data a. Sumber Data Primer Data yang diperoleh langsung dilapangan melalui wawancara dengan informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah
secara mendalam
terhadap masyarakat Dusun Srunggo dan goa Cerme. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah Kepala Bidang Promosi di Dinas Pariwisata Bantul,Ketua Pok Darwis Dusun Srunggo dan anggotanya,Pak dukuh,wisatawan beserta masyarakat Dusun Srunggo.
b. Sumber Data Sekunder Data yang diperoleh melalui sumber lain secara tidak langsung yang dapat diperoleh melalui dokumen–dokumen resmi,buku–buku perpustakaan ,dokumentasi , dan keterangan lain yang berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Teknik wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara mencari informasi melalui komunikasi timbal balik kepada informan secara langsung mengenai obyek yang diteliti.Dimana dalam penelitian ini peneliti berkomunikasi langsung kepada Pemkab Bantul,masyarakat Dusun Srunggo dan wisatawan yang berkunjung.
17
b. Dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data secara tertulis bersumber pada catatan-catatan,arsip-arsip atau foto. Peneliti mengambil dokumentasi secara langsung di lokasi penelitian, mencari data-data hasil penelitian sebelumnya beserta jumlah wisatawan yang datang ke goa Cerme dan jumlah penghasilan yang didapat masyarakat Srunggo dengan adanya obyek wisata ini.
c. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti di lokasi obyek penelitian tepatnya goa Cerme dan Dusun Srunggo dengan menggunakan alat indera pendengar dan penglihatan terhadap fenomena sosial yang terjadi.Data diperoleh dengan cara memandang, melihat, mengamati kegiatan masyarakat di obyek serta wisatwan yang berkunjung sehingga peneliti memperoleh pengetahuan dan data secara langsung.
5. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik deskriptif kualitatif dimana peneliti membedah suatu fenomena di lapangan dan menjabarkan temuan di lapangan.
Metode Case Study / Studi Kasus Yaitu metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalamdalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat di Dusun Srunggo.
18
I. SISTEMATIK PENYUSUNAN
Untuk mempermudah pembahasan Tuga Akhir ini maka dibuat sistenatik penulisan sebagai berikut : Bab 1 penulis akan memaparkan letak geografis Kabupaten Bantul,Dusun Srunggo dan goa Cerme besedrta potensi yang terdapat didalamnya dalam latar belakang masalah.Selanjutnya ruang lingkup yang merupakan pembatasan dalam penelitian ini dan beberapa rumusan masalah yang akan ditemukan jawaban beserta solusinya,kemudian tujuan dan manfaat dari penelitian ini baik untuk pihak penulis dan segenap pengelola goa Cerme beserta masyarakat Dusun Srunggo.Kemudian landasan teori yang melandasi penelitian ini serta tinjauan terhadap kajian-kajian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang upaya meningkatkan partisipasi masyarakat pedesaan terhadap obyek wisata ,beberapa teori yang mendukung serta beberapa metode penelitian yang digunakan guna mempermudah penulis dalam menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini. Bab II penulis gunakan untuk menggambarkan keadaan umum goa Cerme beserta Dusun Srunggo,yang meliputi sejarah goa Cerme,lokasi ,letak dan luas goa lalu kondisi sosial budaya,ekonomi masyarakat Dusun Srunggo, tidak lupa juga penulis menggambarkan peta dan akses menuju goa Cerme kemudian potensi – potensi yang terdapat disana. Bab III penulis mengulas mengenai partisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap obyek wisata Goa Cerme, mulai dari Pokdarwis,susunan Pokdarwis beserta keanggotaanya dan keaktifan.Selanjutnya penulis juga mengulas partisipasi elemen masyarakat yang ikut berpartisipasi dengan demikian penulis mendapatkan gambaran mengenai seberapa besar partisipasi masuarakat di Dusun Srunggo.Dalam bab ini
19
penulis juga menjabarkan anaisis SWOT mengenai potensi yang terdapat di Goa Cerme sehingga dapat diketahui seberapa banyak potensi yang terdapat di Srunggo. Bab IV merupakan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Dalam Bab ini penulis menyimpulkan prosentasi partisipasi masyarakat Dusun Srunggo terhadap Obyek wisata Goa Cerme dan memberikan saran mengenai prospek kedepan Obyek wisata Goa Cerme.
20