1
PENELITIAN KUALITATIF
Nora Indrasari1, Novita Dwi Lestary2, Sheila Sandiya Putri3
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK : Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai material. Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap karakteristik metodologi tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas penelitian yang dilakukan. Desain penelitian menggambarkan cara pandang maupun budaya mereka melalui sebuah fenomena. Dalam desain penelitian ini kebenaran yang dicari di asumsikan tidak bersifat kaku dan sudah terbentuk, bersifat cair serta tidak stabil. Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Data yang valid adalah data "yang tidak berbeda" antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji adalah datanya. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Strategi multi metode pada penelitian kualitatif berarti digunakannya triangulasi dalam pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview(wawancara), dokumentasi, observasi(pengamatan) dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis.
Kata Kunci: kualitatif, metodologi, validitas, triangulasi, data, analisa
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namunterdapat perbedaan yang mendasar antara "masalah" dalam penelitian kuantitatif dan "masalah" dalam penelitian kualitatif. Kalau dalam penelitian kuantitatif, maslah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik dan dianggap tidak berubah. Tetapi dalam peneltian kualitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang. Oleh karena masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. Dengan mengangkat judul "Penelitian Kualitatif" makalah ini disusun untuk mengungkapkan bagaimana penelitian kualitatif dilakukan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pembelajaran Fisika yang dibimbing oleh Bapak Parno jurusan fisika Universitas Negeri Malang
Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik penelitian kualitatif
Untuk mengetahui desain penelitian kualitatif
Untuk mengetahui validitas penelitian kualitatif
Untuk mengetahui strategi multi metode penelitian kualitatif
Untuk mengetahui teknik pengambilan data penelitian kualitatif
Untuk mengetahui teknik analisis data penelitian kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai material.Penelitian Kualitatif lebih menekankan pada deskriptif holistik, yang menjelaskan secara detail tentang kegiatan atau siatuasi apa yang sedang berlangsung daripada membandingkan efek perlakuan tertentu, atau menjelaskan tentang sikap atau perilaku orang.
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap karakteristik metodologi tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas penelitian yang dilakukan. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang menonjol, antara lain sebagai berikut
KARAKTERISTIK METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Natural setting
Kondisi subjek sama sekali tidak dijamah oleh perlakuan (treatment) yang dikendalikan secara ketat oleh peneliti seperti halnya di dalam penelitian eksperimen.
Permasalahan masa kini
Subjek peristiwa yang diteliti adalah subjek masa kini dan bukan subjek masa lampau seperti kebanyakan penelitian historis (Yin, 1987)
Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi pada masa kini.
Memusatkan pada deskripsi
Menekankan catatan yang menggambarkan situasi yang sebenaranya guna mendukung penyajian data
Peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa
Peneliti sebagai alat utama riset
Dalam penelitian kualitatif ada keyakinan bahwa hanya manusialah (sebagai instrumen utama penelitian ) yang mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi ( Lincoln&Guba, 1985)
Purposive sampling
Teknik cuplikan dalam penelitian kualitatif fungsinya sering juga dinyatakan sebagai "internal sampling" karena sama sekali bukan dimaksudkan untuk mengusahakan generalisasi pada populasi. Tetapi untuk memeroleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu.
Cuplikan bukan untuk mewakili populasinya tetapi mewakili informasi, sehingga bila generalisasi harus dilakukan, maka arahnya cenderung sebagai generalisasi teori.
Pemanfaatan Tacit Knowledge
Cenderung memanfaatkan pengetahuan yang bersifat intuitif dan dirasakan, sebagai tambahan pengetahuan yang bersifat proposional atau pengetahuan yang dapat diekspresikan dalam bentuk bahasa karena seringkali nuansa realitas yang tidak tunggal dapat dipahami hanya dengan cara ini.
Pengetahuan jenis ini mencerminkan secara adil dan akurat nilai-nilai penelitinya.
Oleh karenanya dalam penelitian semacam ini, peneliti tidak hanya mencatat apa yang dinyatakan secara formal, tetapi juga mencatat berbagai hal yang dirasakan dan ditangkap secara intuitif oleh penelitinya.
Makna sebagai perhatian utama penelitian
Peneliti berminat pada bagaimana cara orang memberi makna pada kehidupannya sendiri (participant's perspective )
'asumsi apa yang telah diajukan oleh orang tentang kehidupan mereka sendiri?'
'bagaimana orang merundingkan makna';
bagaimana istilah tertentu muncul dan digunakan?'
'bagaimana pandangan tertentu timbul dan menjadi bagian dari pandangan umum atau pengertian umum?'
Analisis Induktif
"empirico inductive research"
Peneliti memasuki lapangan studinya dengan sangat netral sebab suatu apriori cenderung didasarkan pada generalisasi yang apriori pula (Lincoln&Guba,1985).
Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian dimulai, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama lewat proses pengumpulan data yang dilaksanakan secara teliti.
Struktur sebagai ritual constraint
Karya kualitatif menganggap pola-pola aktivitas sosial tertentu pada dasarnya adalah hasil kebiasaan, kondisi sesaat,pola yang tergantung pada situasinya, dan interaksi yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu maka tak perlu ada struktur dasar pokok yang dirumuskan sebagai dalil yang harus digunakan dalam memandang beragam konteks lain yang sedang diteliti.
Penelitian kualitatif bersifat holistik
Masalah selalu dipandang di dalam kesatuannya, tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu sebagai konteks.
Bagian tidak memilik arti sendiri secara lengkap. Ia memiliki makna atau arti yang lengkap bilamana kondisi dan posisinya dikaitkan dengan kesatuannya.
Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka
Susunan proposal dengan desainnya masih bersifat garis besar dan tetap dalam posisi spekulatif, dengan catatan bahwa apa yang telah dirumuskan di dalam proposal tetap akan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Negotiated outcomes
Peneliti cenderung untuk merundingkan makna dan interpretasi dengan nara sumber utamanya (key informant review ),sebab bentukan realitas yang akan disusun oleh peneliti berasal darinya.
Usaha pemantapan hasil akhir dilakukan dengan mendiskusikan hasil garis besar dengan para peneliti lain. Hal ini sering disebut sebagai 'member check' (Yin, 1987).
Bentuk laporan dengan model studi kasus
Laporan penelitian kualitatif cenderung menggunakan model studi kasus yang berbeda dengan yang sering disebut sebagai "laporan ilmiah".
Laporan model studi kasus sesuai untuk penyajian realitas multiperspektif dengan kekayaan deskripsinya.
Laporan penelitian kualitatif bisa berbentuk : struktur komparatif, struktur kronologis,struktur penyusunan teori, struktur suspense, struktur tak berurutan ( Yin,1987) .
Interpretasi ideografik
Penelitian ini menekankan untuk menafsirkan data (termasuk penarikan simpulannya)secara ideografik, dalam arti lebih cenderung menyajikan kekhususan-kekhususan dari pada secara nomotetis (dalam arti mengikuti hukum-hukum generalisasi)karena interpretasi yang berbeda cenderung menjadi sangat bermakna bagi realitas yang berbeda pula.
Aplikasi tentatif
Penelitian ini cenderung bersifat tentatif untuk membuat aplikasi luas tentang hasil temuannya karena realitasnya multiperspektif dan berbeda.
Temuan riset mungkin bisa diterapkan di tempat lain bergantung dari kesamaan empiris dari kondisi konteksnya.
Keterikatan yang ditentukan oleh fokusnya
Hasil temuan penelitiannya sangat bergantung dari fokus yang dipilih oleh penelitinya yang mungkin dilakukan berdasarkan tujuan, sasaran evaluasi, kebijakan dan sebagainya.
Walaupun studi dilakukan pada lokasi yang sama, hasilnya bisa sangat berbeda bila fokus yang dikaji secara teliti berbeda.
Penggunaan kriteria khusus bagi kebenaran
Terdapat beberapa prosedur untuk memantapkan kegiatan pengumpulan data misalnya: melakukan usaha triangulasi,'member check',dan revieuw oleh informan utama.
Untuk itu database dan prosedur penelitiannya perlu disimpan dan dinyatakan secara jelas bagi usaha verifikasi bilamana diperlukan.
Menurut Kirk dan Miller (Sumber : Patton : 1990 :40-41) ciri-ciri Penelitian Kualitatif adalah sebagai berikut:
Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
1
Naturalistic inquiry
Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
2
Inductive analysis
Mendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3
Holistic perspective
Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya.
4
Qualitative data
Deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara mendalam.
5
Personal contact and insight
Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6
Dynamic systems
Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan
7
Unique case orientation
Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
8
Context Sensitivity
Menempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
9
Emphatic Netrality
Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat empati
10
design flexibility
Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
Desain Penelitian Kualitatif
Menggambarkan cara pandang maupun budaya mereka melalui sebuah fenomena. Tidak jauh berbeda dengan etnografi, untuk etnometodologi menggunakan cara mendalam atas fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam desain penelitian ini kebenaran yang mereka cari di asumsikan tidak bersifat kaku dan sudah terbentuk, bersifat cair serta tidak stabil. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan yang lebih jauh lagi dengan melakukan observasi dan partisipatif supaya mendapatkan hasil yang sesuai
sedangkan standar desain penelitian ada 5,yaitu:
Studi kasus
Menurut (Yin, 2003) studi kasus merupakan inkuiri empiris yang menyelidiki di dalam konteks kehidupan yang nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks yang dipelajari tidak tampak dengan tegas dan bila multi sumber bukti dibutuhkan. Sumber bukti ini terutama akan dibutuhkan apabila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan dipelajari. Fenomena yang dipelajari (dianalisis) dapat berupa orang, kelompok, unit tertentu, projek, aktivitas, program ataupun suatu organisasi.
Contohnya: biografi, sejarah lisan atau riwayat klinis, studi inovasi organisasi, dinamika organisasi,atau karakteristik dan interaksi manusia dalam organisasi atau sekelompok orang.
Tipe-tipe studi kasus
Explanatory: digunakan untuk penyelidikan kausal
Exploratory:digunakan sebagai awal untuk penelitian yang lebih mendalam. Hal ini memungkin peneliti untuk mengumpulkan lebih banyak informasi sebelum mengembangkan pertanyaan dan hipotesis penelitian.
Descriptive: melibatkan teori deskriptif pada awalnya. Subyek kemudian diamati dan informasi yang dikumpulkan dibandingkan dengan teori yang sudah ada.
Macam-macam studi kasus:
Kasus tunggal
Jika kasus adalah unik atau ekstrim
Jika kasus belum pernah diteliti sebelumnya
Jika kasus adalah uji coba kritis terhadap suatu teori yang memperkuat atau menantang
Multikasus:
Digunakan bila peneliti ingin mendapatkan data yang lebih meyakinkan, yaitu meneliti sejumlah kasus tetapi kasus-kasus tersebut lebih merupakan replikasi daripada sampling logic
Dibagi menjadi 2, yaitu:
Holistic: menggunakan satu unit analysis
Contoh: perubahan budaya dalam suatu organisasi setelah penerapan suatu teknologi baru.
Embedded:menggunakan beberapa sub-unit analysis
Contoh: perubahan budaya organisasi yang dihubungkan dengan penerapan teknologi baru, dipelajari dengan melihat pada perubahan gaya management, perubahan perilaku kerja, tetapi masih memperlakukan organisasi sebagai kasus tunggal.
Ethnografi
Bertujuan untuk belajar dan memahami fenomena budaya yang mencerminkan pengetahuan dan sistem makna yang menjadi ciri khas atau membimbing kehidupan kelompok budaya. Menggunakan open-ended in-depth interview dan observasi. Selalu memasukkan pertimbangan manusia dan peristiwa dalam setting naturalnya. Pada ethnografi ini menggabungkan makna simbolis dengan pola interaksi serta menggabungkan simbol kelompok dan maknanya dengan hubungan sosial.
Compressed design : Rapid ethnographic assessment dan focused ethnographic
Merupakan rancangan ethnografi yang sudah dimodifikasi. Dan harus fokus pada satu aspek budaya saja. Pengumpulan data biasanya memakai interview kelompok, in-depth, dan meminta pertimbangan informan kunci, dan survey singkat pada kelompok kecil. Digunakan untuk mengembangkan intervensi yang dapat diterima secara budaya. Pada bagian ini perlu menggunakan triangulasi yaitu pertanyaan yang berulang, diskusi dan observasi kepada orang dan kegiatan yang berbeda untuk mencari informasi yang sama.
Narrative
Merupakan study tentang riwayat hidup individu atau beberapa individu, pengalaman tentang sesuatu, atau sejarah hidup. Dimana dalam mempelajari pengalamannya dengan wawancara dan mengumpulkan dan menganalisis teks tertulis, buku, artikel, permainan, transkrip, film, dan sebagainya. Fokus pada pengetahuan, kepercayaan dan praktek berdasarkan interpretasi, konsep dan arti yang diberikan kepada orang yang bercerita, sehingga waktu dan tempat sangan berperan karena dapat berubah setiap saat.
Penelitian aksi
Merupakan setiap penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk perubahan struktur dan lembaga suatu masyarakat atau kelompok. Dan selalu menyertakan pendapat masyarakat kelompok yang diteliti, yang melalui:
Identifikasi masalah
Melakukan penelitian bersama untuk mengetahui permasalahan dengan lebih baik
Analisa
Mengambil tindakan untuk perbaikan.
Standar desain ini sangat sesuai dengan paradigma kritis.
C. VALIDITAS DESAIN KUALITATIF
1. Pengertian Validitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang tidak berbeda" antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Kalau dalam obyek penelitian terdapat warna merah, maka peneliti akan melaporkan warna merah. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid.
Sugiyono (2009: 117) menyatakan bahwa terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkaitan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja pegawai , maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja pegawai. Penelitian menjadi tidak valid apabila yang ditemukan adalah motivasi kerja pegawai.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memilki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback dalam Sugiyono (2009: 118) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitaif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Suatu data yang reliabel atau konsisten akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid. Misalnya orang yang berbohong secara konsisten akan terlihat valid, walaupun sebenarnya tidak valid.
Obyektivitas berkenaan dengan derajad kesepkatan atau interpersonal agreement anatr banyak orang terhadap suatu data (Sugiyono, 2009: 118). Bila ada 100 orang, terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam obyek penelitian itu, sedangkan yang satu orang menyatakan warna lain, maka data tersebut adalah data yang obyektif. Data yang akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reabilitasnya adalah instrumen penelitiannya. Sedangkan dalam penelititian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu Susan Stainback dalam Sugiyono (2009: 119) menyatakan bahwa penelitian uantitatif lebih menekankan pada aspek realibilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan yang berbeda, dan semuanya valid, kalau yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang diteliti.
Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ ganda, dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti smula. Waktu terus berubah, situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil.
Selain itu, cara melaporkan penelitian kualitatif bersifat ideosyneratic dan individualistik, selalu berbeda daro orang per orang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri. Demikaian pula dalam pengumpulan data, pencatatan hasil obseravasi dan wawancara terkandung unsur-unsur individualistik. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan cara yang persis sama.
2 Pengujian Validitas Penelitian Kualitatif
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut.
TABEL 3.1 PERBEDAAN ISTILAH DALAM PENGUJIAN KEABSAHAN DATA ANTARA METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF
No
Aspek
Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif
1
Nilai kebenaran
Kredibilitas (credibility)
Validitas internal
2
Penerapan
Transferability / keteralihan
Validitas eksternal (generalisasi)
3
Konsistensi
Auditability, dependability
Reliabilitas
4
Netralitas
Confirmability (dapat dikonfirmasi)
Obyektivitas
Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupu yang baru. Hal ini hal ini berati hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan akan sangat bergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data. Kedalaman artinya apkah peeliti ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna berarti dta dibalik yang tampak. Keluasan berarti banyak sedikitnya informasi yang diperoleh. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai dengan pa yang terjadi.
Dalam perpanjanagna pengamatan untuk menhuji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan bahwa peneliti melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka kana lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian.
Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa aakan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagi referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeiksa data yang ditemukana itu benar/ dipercaya atau tidak.
Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianguasi sumber, teknik pengunpulan data, dan waktu. Triangulasi dapat juga dilakukan degan cara mengecek hasil penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberpa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sma, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu waktu juga sering memengaruhi kredibiltas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan degan cara melakukan pengecekan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi dta yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data –data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal ini bergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul. Sebagi contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa si A pengedar narkoba, sedangkan 1% menyatakan tidak. Dengan adanya kasus negatif ini maka peneliti justru hars mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang berbeda. Peneliti harus menemukan kepastian apakah 1% kelompok yang menyatakan si A bukan pengedar narkoba itu benar atau tidak. Kalau akhirnya yang 1% kelompok menyatakan bahwa si A adalah pengedar narkoba, berarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel.
Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai conth, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitaif, seperti camera, handycam, alat rekam suara, sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dlam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dpat dipercaya.
Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Tetapi apbila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti pelu melakukan diskusi dengan pemebri data. Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang dibrikan oleh pemberi data. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesasi, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuannya kepada sekelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik dan sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.
Uji Transferability
Transferability ini merupakan validitas eksternal yang berkaitan dengan derajad kesepakatan atau diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Peneliti sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasik penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, "semacam apa" suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.
Uji Dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering tejadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Untuk itulah perlu dilakukan uji dependabilty dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak kativitas lapangannya", maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.
Uji Confirmabilty
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
D. STRATEGI MULTI METODE
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Strategi multi metode pada penelitian kualitatif berarti digunakan triangulasi dalam pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif instrumen pokok adalah peneliti itu sendiri dan karena hal tersebut maka kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari subjektivitas peneliti sendiri. Karena itu, setiap peneliti haruslah berusaha untuk semaksimal mungkin bersikap netral dalam penelitiannya sehingga kebenaran yang diperoleh menjadi sebuah kebenaran yang valid atau ilmiah.
Arikunto (2007: 136) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti , triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Selanjutnya dapat dijeaskan bahwa :
Triangulasi metode
Tringulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data dengan metode lain. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakann dari metode-metode tersebut. Peneliti dapat menggabungkan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Peneliti dapat juga menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.
Triangulasi Antar Peneliti
Triangulasi antar peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data atau mengadakan pengecekan dengan peneliti lain. Teknik ini diakui memperkaya pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Triangulasi Teori
Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 274) , teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu :
Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya. Data dari ketiaga sumber tersebut, tidak bias diratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga sumber data tersebut.
Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara , observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam atas masalah yang diteliti merupakan hal yang sangatlah urgen untuk diperhatikan atau dijunjung tinggi oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti yang sebenarnya atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif. Karena itulah memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang tidaklah sama.
Jadi Tringulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan tringulasi, peneliti dapat mengecek kembali temuan dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITIATIF
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural (kondisi yang alamiah), yaitu; 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, 4) diskusi terfokus (Focus Group Discussion) dan 5) triangulasi (gabungan). Penelitian kualitatif kebanyakan menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth intervatiew), dan dokumentasi (Sugioyono,2012). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
Observasi
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Macam-macam Observasi
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang dihasilkan akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Spradley (dalam Sugiono, 2010) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation (observasi yang pasif), moderate participation (observasi yang moderat), active participation (observasi yang aktif), dan complete participation (observasi yang lengkap). Penjelasannya sebagai berikut:
Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi moderat yaitu peneliti menjadi orang dalam dengan orang yang asing. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tapi tidak semuanya.
Partisipasi aktif yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
Partisipasi lengkap yaitu peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa naf dilakukan informan. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi dan tidak menggunakan instrumen yang telah baku, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Pada observasi jenis ini, fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (dalam Sugiono,2010), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh,
Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery,
Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap "biasa" dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara,
Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,
Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif,
Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
Place (tempat) yaitu tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor (pelaku) yaitu orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Activities (aktivitas) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang dilakukan.
Dari tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas sehingga apa yang dapat diamati adalah ruang dalam aspek fisiknya, pelaku(orang yang terlibat), serangkaian aktivitas pelaku, benda-benda yang ada di tempat penelitian, tindakan-tindakan tertentu, urutan kegiatan, tujuan yang ingin dicapai orang-orang, dan emosi yang dirasakan serta diekspresikan oleh orang-orang.
Tahapan Observasi
Menurut Spradley (dalam Sugiono 2010) tahapan observasi ada tiga yaitu tahapan observasi deskriptif, tahapan observasi terfokus dan tahapan observasi terseleksi.
Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation dan peneliti mendapatkan kesimpulan pertama tapi tidak utama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
Observasi terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini, diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.
Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara. Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face ataupun melalui pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih kapan waktu yang tepat dan di mana harus melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara saat responden dalam keadaan tidak memungkinkan untuk diwawancarai (sibuk, sakit, atau marah), maka akan menghasilkan data yang tidak valid dan akurat. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka susunan wawancara akan lebih baik sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2010) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
1) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
2) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
3) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
Pendahuluan,
Pertanyaan pembuka,
Pertanyaan kunci, dan
Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.
Macam- macam Wawancara
Esterberg (dalam Sugiono, 2010) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah tersedia. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Wawancara semiterstruktur (semistructure interview)
Jenis wawancara ini sedah termasuk in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara bentuk ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Wawancara tak berstruktur (unstructure interview)
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara jenis ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang akan diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat dengan pasti menemukan permasalahan atau variabel apa yang akan diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara pada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Selain itu, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara yang tidak terstruktur.
Sedangkan menurut Miles dan Huberman (Sugiono 2010) terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Langkah-langkah Wawancara
Lincoln dan Guba (dalam Sugiono, 2010), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu
menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
menyiapkan pokok-pokok masalah yang kan menjadi bahan pembicaraan
mengawali atau membuka alur wawancara
melangsungkan alur wawancara
mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
menuliskan hasil wawancara ke dalam hasil lapangan
mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh
Jenis-jenis Wawancara
Patton (dalam Sugiono,2010) menggolongkan 6 jenis pertanyaan yang saling berkaitan:
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkonstruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya. Contoh: Bagaimana pengalaman bapak saat menjabat lurah di sini?
Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Adakalanya peneliti ingin minta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu pertanyaan peneliti yang disampaikan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut. Contoh: Bagaimanapendapat anda terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)?
Pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikomotorik. Namun demikian, perasaan senang atau sedih dari seseorang akan terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk bertanya perasaan seseorang digunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-kelamaan diarahkan kepada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang tindakan pemerintah atas bantuan yang diberikan untuk korban bencana gunung Kelud ini? Sudah puaskah anda?
Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informasi suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Responden dipilih karena diduga ikut dalam peristiwa tersebut. Contoh: Bisa Anda ceritakan bagaimana proses terjadinya gunung Kelud meletus?
Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan menggunakan panca inderanya pada suatu peristiwa. Contoh: Anda kan telah memakan buah apel Malang itu, bagaimana rasanya?
Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain. Contoh: Di mana beliau dilahirkan? Sedang menjabat apakah beliau sekarang?
Alat-alat Wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada narasumber, maka diperlukan alat-alat bantuan seperti berikut:
Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan narasumber. Sekarang sudah ada banyak smartphone, tablet, yang dapat digunakan untuk membantu mencatat hasil wawancara.
Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu narasumber apakah diperbolehkan atau tidak.
Camera: berfungsi untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan narasumber. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian yang lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, biografi, peraturan, kebijakan, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa lampau. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel bila didukung foto-foto atau karya tulis akademik atau seni yang sudah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak menceritakan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.
Diskusi terfokus (Focus Group Discussion)
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
Triangulasi (Gabungan)
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan hanya dengan satu pendekatan. Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Jenis triangulasi ada 2, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik yang bermacam-macam untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari narasumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
TEKNIK ANALISIS DATA KUALITATIF
Pengertian
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Data yang diperoleh dari berbagai sumber dan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus hingga datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut, mengakibatkan variasi data tinggi sekali sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering melakukan kesulitan dalam melakukan analisis.
Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang telah terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi ternyata hipotesisnya diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi teori.
Proses Analisis Data
Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
Analisis di lapangan model Miles dan Huberman (dalam Sugiono,2010)
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban narasumber. Bila jawaban yang diberikan narasumber dianggap belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Miles dan Huberman (1984) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara rinci dan teliti. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer.
Dalam suatu situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data mungkin akan memfokuskan pada orang miskin, pekerjaan sehari-hari yang dikerjakan, dan rumah tinggalnya. Dalam bidang manajemen, dalam mereduksi data mungkin peneliti akan memfokuskan pada bidang pengawasan dengan melihat perilaku orang-orang yang jadi pengawas, metode kerja, tempat kerja, interaksi antara pengawas dengan yang diawasi, serta hasil pengawasan. Dalam bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat penelitian, maka banyak permasalahan yang pasti peneliti sudah memutuskannya untuk dijadikan bahan penelitian.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikannya dengan teman atau orang lain yang telah ahli. Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk mendisplaykan data dari penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendispleykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Verifikasi data (conclusion drawing)
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data-data yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan dan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskann sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Analisa selama di lapangan model Spradley (dalam Sugiono, 2010)
Tahapan analisis data yang dilakukan ada empat yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial dan tema budaya.
Analisis domain
Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Analisis taksonomi
Domain yang telah dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Analisis komponensial
Di sini peneliti mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen.
Analisis tema budaya
Mencari hubungan di antara domain dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan ke dalam tema/judul penelitian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Berikut karakteristik penelitian kualitatif:
Natural setting
Permasalahan masa kini
Memusatkan pada deskripsi
Peneliti sebagai alat utama riset
Purposive sampling
Pemanfaatan Tacit Knowledge
Makna sebagai perhatian utama penelitian
Analisis Induktif
Struktur sebagai ritual constraint
Penelitian kualitatif bersifat holistik
Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka
Negotiated outcomes
Bentuk laporan dengan model studi kasus
Interpretasi ideografik
Aplikasi tentatif
Keterikatan yang ditentukan oleh fokusnya
Penggunaan kriteria khusus bagi kebenaran
Desain penelitian kualitatif ada 5 yaitu studi kasus, ethnografi, compressed design : Rapid ethnographic assessment dan focused ethnographic, narrative dan penelitian aksi
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reabilitasnya adalah datanya. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability.
Strategi multi metode pada penelitian kualitatif berarti digunakan triangulasi dalam pengumpulan data atau temuan. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Menurut Arikunto (2007: 136), triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti, triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 274) , teknik pengumpulan data triangulasi meliputi : triangulasi sumber, teknik dan waktu.
Dalam metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural (kondisi yang alamiah), yaitu; 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, 4) diskusi terfokus (Focus Group Discussion) dan 5) triangulasi (gabungan). Sedangkan analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang telah terkumpul.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Fatoni. Sampel Purposive dan Strategi Multi Metode, (Online), (http://fatonikeren.blogspot.com/2013/11/sampel-purposiv-dan-strategi-multi.html), diakses Jum'at 21 Februari 2014.
Anonim.2013. Desain Penelitian Kualitatif. http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/08/desain-penelitian-kualitatif.html. (Diakses pada tanggal 19 Februari 2014).
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Iful, Muhammad. 2012. (Online). Karakteristik Penelitian. Kualitatif.http://ifulmuhammad69.blogspot.com/2012/03/karakteristik-penelitian-kualitatif.html. (diakses pada tanggal 19 Februari 2014).
Saputra, Deddy. 2012. Model Penelitian Kualitatif, (Online), (http://deddy-poetra.blogspot.com/2012/05/penelitian-kualitatif.html), diakses Kamis 20 Februari 2014.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Thoriq. 2011. Strategi Multi Metode Dalam Penelitian Kualitatif, (Online), (http://alaulawy.blogspot.com/2011/03/strategi-multi-metode-dalam-penelitian.html), diakses Kamis 20 Februari 2014.
LAMPIRAN
CONTOH PENELITIAN KUALITATIF
Kelompok 1
1. Judul Skripsi
Remidiasi Pemahaman Konsep Siswa Kelas X Tentang Pembentukan Bayangan Oleh Pembiasan Pada Permukaan Datar dan Lensa Menggunakan Pertanyaan Socratik
Analisis
Tujuan Penelitian
Terjadi banyak kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi optika geometri. Khususnya tentang bayangan yang terbentuk dari proses pembiasan, baik pada permukaan datar maupun lensa. Penelitian ini bertujuan untuk meremidiasi kesulitan tersebut dengan menggunakan pertanyaan Socratik.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian terdiri atas sepuluh siswa yang mengalami kesulitan seperti telah disebutkan.
Desain Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Validitas Desain Kualitatif
Data yang diperoleh dari pekerjaan siswa berdasarkan tes awal kemudian diverifikasi dengan wawancara menggunakan metode pertanyaan Socratik yang disertai dengan praktikum. Pengecekan keabsahan temuan dilakukan dengan kehadiran peneliti di lapangan dan triangulasi
Langkah-langkah Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perekaman audio dan foto serta dokumentasi gambar dan tulisan yang dikerjakan subjek penelitian berdasarkan hasil tanya-jawab dan praktikum yang dilakukan.
Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model Miles and Huberman yang meliputi data reduction, data display and conclusion drawing/verification. Proses remidiasi dilakukan dengan menghadirkan fenomena melalui kegiatan praktikum. Proses tersebut dapat membantu siswa mengatasi kesulitannya.
2. Judul Skripsi
Profil Kemampuan Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Malang dalam Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Fisika Di SMP
Analisis
Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui (1) kemampuan mahasiswa PPL dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, (2) kesulitan yang dialami mahasiswa PPL dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, (3) kesesuaian matakuliah yang diajarkan di kampus terhadap pelaksanaan PPL, dan (4) respons guru pamong terhadap kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran.
Subjek Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah 24 mahasiswa PPL jurusan fisika yang mengajar di SMP se-kota Malang, 6 guru pamong, dan 6 siswa yang diajar oleh mahasiswa PPL. Pemilihan sampel untuk kegiatan wawancara dan observasi dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang dikenal dengan istilah purposive sampling.
Desain Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala secara objektif berdasarkan data yang ada.kualitatif.
Validitas Desain Kualitatif
Data yang diperoleh kemudian diverifikasi dengan Teknik triangulasi. Teknik ini digunakan untuk mengecek keabsahan temuandengan membandingkan data temuan melalui sumber-sumber yang berbeda.
Langkah-langkah Pengumpulan Data
Data-data penelitian diperoleh melalui tiga teknik, yakni angket/kuesioner, wawancara, dan observasi.
Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data dalam penelitian ini disajikan ke dalam tabel berupa penjelasan deskriptif. Selama penelitian berlangsung, berbagai data dan analisis yang diperoleh diverifikasi berdasarkan hasil reduksi dan sajian data terkait dengan pelaksanaan PPL jurusan fisika UM tahun 2013 hingga diperoleh kesimpulan penelitian.
KELOMPOK 3
Galuh Fitriasari (110321419551)
Shofi Hikmatuz Zahroh (110321406359)
Judul Skripsi: Optimalisasi Pembelajaran Fisika dengan Model Doing Sciences (Melakukan Sains) pada Siswa Kelas VII D SMP Muhammadiyah 3 Depok Tahun Ajaran 2009/2010
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran fisika dan mengoptimalkan pembelajaran sains fisika siswa kelas VII D SMP Muhammadiyah 3 Depok Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menerapkan model pembelajaran doing sciences (melakukan sains). Penerapan model doing sciences dalam pembelajran sains fisika, siswa lebih ditekankan untuk berinteraksi langsung dengan objek yang dipelajarinya atau dengan kata lain belajar sambil berbuat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara kolaboratif dan partisipatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII D SMP Muhammadiyah 3 Depok sebanyak 32 siswa. Desain penelitian ini menggunakan model dari Kemmis dan Taggart. Data penelitian diperoleh dari lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa, soal pretest dan posttest untuk hasil beljar siswa, dan lembar skala sikap untuk sikap siswa.
Kelompok 10
Vicki Dian Prastiwi (110321419566)
Vivien Dwi Indriyani (130321611981)
Contoh Penelitian Kualitatif : Penelitian Pengembangan
Judul: PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASISGRAPHIC ORGANIZERS MELALUI BELAJAR KOOPERATIF TIPE STAD
Desain Penelitian
Dalam merancang model pembelajaran graphic organizers ini, ada 6 langkah yang diperhatikan sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang pakar di bidang pengembangan kurikulum, Bella H. Banathy, pada tahun 1968. Model ini kemudian diadopsi di Indonesia dengan nama "Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional" atau selanjutnya dikenal dengan sebutan "Model PPSI".
Langkah 1. Merumuskan Tujuan
Langkah 2. Mengembangkan Tes
Langkah 3. Materi yang Dikembangkan
Langkah 4. Komponen-komponen Program Pengajaran
Langkah 5. Penerapan Model
Langkah 6. Evaluasi
Validitas Desain
Untuk melihat apakah model pembelajaran yang dirancang sudah baik atau tidak maka dilakukan uji validasi kepada Pakar dan praktisi yaitu Guru-guru Fisika SMA. Dalam hal ini, pakar pendidikan yang dilibatkan sebanyak 2 orang sedangkan guru-guru Fisika yang dilibatkan sebanyak 12 orang.Dan uji terbatas pada siswa SMA
Langkah-langkah Pengumpulan Data
Tes
Dalam mengungkap masalah yang ditemui di lapangan seperti rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Fisika digunakan tes diagnostik yang telah dikembangkan oleh David Hestenes (1992). Tes yang digunakan ini telah diujicobakan dan diperoleh reabilitasnya 0,62 (kategori baik).Bentuk tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik tentang konsep-konsep Fisika.Bentuk tes yang digunakan terdiri dari tes pemahaman dan aplikasi yang berupa soal essay.
Angket
Sebelum dilakukan Uji validasi model kepada pakar dan guru-guru Fisika terlebih dahulu dibuat angket yang menggambarkan apakah materi, model yang dikembangkan, alat evaluasi yang digunakan sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau tidak. Kemudian angket yang disusun dilakukan uji coba kepada subjek yang bukan merupakan sampel penelitian. Angket yang disusun sebanyak 25 butir, hanya 15 item angket yang valid dengan nilai r besar dari 0,60, sedangakan reabilitas angket adalah 0,65.
Setelah memperoleh angket yang valid dan reliable, maka angket diberikan kepada subjek penelitian yaitu pakar pendidikan dan guru-guru Fisika SMA.
Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui respon Siswa Terhadap Model Graphic Organizers yang Dikembangkan. Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara yang dilakukan terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian diperoleh beberapa respon dari siswa.
Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
Menghitung jumlah siswa yang menjawab salah dari hasil tes diagnostik yang dilakukan. Hasil ini ditabelkan dan dibuat persentase banyak siswa yang salah menjawab pertanyaan.
Mendeskripsikan hasil validasi model dalam bentuk persentase dan uji statistik.