PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) dalam PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Kutipan: Wahyu, K. (2017). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pembelajaran Matematika. Diakses di http://antologimatematika.id/index.php/ANMATH/article/view/5
Daftar Isi
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
A. Pendahuluan
1
B. Konsep Dasar PTK
2
1. Sejarah PTK
2
2. Definisi PTK
3
3. Objek PTK
5
4. Karakteristik PTK
6
5. Tujuan PTK
7
6. Manfaat PTK
8
7. Model PTK
9
C. Proposal dan Laporan PTK
15
1. Proposal PTK
15
2. Laporan PTK
17
Daftar Pustaka Lampiran 1. Contoh Format Proposal PTK Lampiran 2. Contoh Format Laporan PTK
18
Daftar Gambar
Gambar 1. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin
10
Gambar 2. Model Perluasan PTK Kurt Lewin
10
Gambar 3. Model PTK Kemmis dan McTaggart
11
Gambar 4. Model PTK O’leary
12
1
A. Pendahuluan Ada
empat
komponen
penting yang menjadi
arsitektur
pembelajaran
matematika, yaitu guru, siswa, interaksi sosial dan sarana matematika (mathematical tools). Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan pembelajaran matematika yang bersifat construction of knowledge (membangun pengetahuan) bukan transfer of knowledge (memindahkan pengetahuan). Dengan terlaksananya peran tersebut, siswa dapat menjadi pemeran utama dalam pembelajaran (studentscentered), muncul interaksi sosial multi-arah (segitiga emas interaksi guru dan siswa), dan sarana matematika (misalnya representasi) bisa digunakan dengan baik. Pandangan konstruktivis menjadi acuan bahwa siswa memiliki pengetahuan atau pengalaman awal yang bisa digunakan dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki modal membangun pengetahuan. Glaserfeld (1995) menegaskan bahwa pengetahuan tidak secara pasif diterima tetapi secara aktif dibangun dan dikembangkan. Interaksi sosial dalam kelas melalui negosiasi, kolaborasi dan diskusi mendukung siswa dalam membangun pengetahuan (Vygotsky, 1978; Hoyles, Healey, dan Sutherland, 1990). Tugas matematika (mathematical task), representasi, dan multimedia matematika sebagai sarana matematika melengkapi proses membangun pengetahuan tersebut. Jika pembelajaran matematika yang banyak ditemui di kelas masih fokus pada perhitungan (drill), peran guru lebih dominan (teacher-centered), siswa belum diberikan kesempatan dan didorong untuk menyampaikan pendapat (reasoning), tidak membangun pemahaman konsep (conceptual knowledge), belum berorientasi pemecahan masalah (problem solving), dan tidak dikaitkan dengan kehidupan seharihari (Wahyu dan Sofyan, 2016) maka keempat komponen arsitektur pembelajaran matematika tersebut belum berfungsi dan/atau difungsikan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, guru matematika sebagai sang arsitek menjadi epicentrum perhatian karena guru yang memiliki otoritas untuk memfungsikan ketiga komponen lain. Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar merupakan salah satu cara guru mengetahui komponen mana yang perlu diperbaiki untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. Kegiatan refleksi bisa dilakukan dalam bentuk penelitian. Salah satu jenis penelitian yang mengakomodasi tindakan refleksi dan peran guru dalam kelas yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tentunya menjadi alat
2
guru dalam memperbaiki pembelajaran. Melalui penelitian, guru bisa mendesain pembelajaran, melaksanakan dan mengukur capaiannya. Tulisan ini membahas penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika. Bagaimana guru matematika melaksanakan PTK akan menjadi salah satu fokus kajian. B. Konsep Dasar PTK 1. Sejarah PTK Melacak sejarah pelaksanaan penelitian tindakan kelas memerlukan banyak referensi, khususnya untuk mengetahui secara pasti siapa yang memulai dan kapan dimulainya PTK. Lahirnya PTK berawal dari penelitian tindakan yang banyak dilakukan di berbagai bidang. McNiff dan Whitehead (2006) menyatakan bahwa penelitian tindakan dimulai dari penelitian John Collier pada tahun 1930 dan Kurt Lewin di tahun 1940. Baru pada tahun 1950, penelitian tindakan memasuki ranah pendidikan, khususnya dalam profesi guru, dan buku Stephen Corey (1953) yang berjudul Action Research to Improve School Practices menjadi terkenal di Amerika. Hal ini juga bisa dipandang dalam konteks perkembangan pendidikan progresif di tahun 1960 (McNiff dan Whitehead, 2006). Tahun 1976, didirikan jaringan penelitian tindakan kelas, dinamakan Classroom Action Research yang berpusat di Cambridge Institute. Selanjutnya pada tahun 1980-an, guru-guru di proyek John Elliot memusatkan kegiatan pada ‘adanya kesenjangan antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan’ (Wulandari, 2010). Setelah itu, Patricia Cross (dalam Sukayati, 2008) pada tahun 1986 mengajukan sebuah cara sistematis untuk pengajaran yang dilakukan dalam kegiatan penelitian kelas sebagai upaya untuk mempersempit jurang pemisah antara penelitian dan pengajaran. PTK di Indonesia berkembang mulai tahun 1994-1995, dimulai dari proyek PGSD terkait proyek penelitian kebijakan dan penelitian tindakan. Namun, pada saat itu belum ditekankan pada penelitian tindakan kelas. Pada tahun 1996-1997, proyek penelitian guru SD memprogramkan penelitian tindakan kelas bagi dosen-dosen PGSD di seluruh Indonesia bekerja sama dengan guru-guru SD. Sejak saat itu, PTK mulai berkembang sebagai suatu penelitian
3
kolaboratif dalam kelas sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran (Wulandari, 2010). 2. Definisi PTK Sebelum membahas definisi penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu dijelaskan penelitian tindakan dan ruang lingkupnya. Penelitian tindakan dilakukan dalam berbagai bidang seperti sosial, kesehatan dan pendidikan. Dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan diterapkan dalam berbagai tingkatan, misalnya sekolah dan kelas. Tulisan ini fokus pada pembahasan PTK khususnya dalam pembelajaran matematika. Akan tetapi, yang perlu dipahami bahwa pengertian dan ciri-ciri penelitian tindakan melekat juga pada PTK. Menurut McNiff dan Whitehead (2006), penelitian tindakan merupakan sebuah bentuk inkuiri yang memungkinkan praktisi atau peneliti dimanapun untuk menyelidiki dan menilai kinerjanya. Pertanyaan yang muncul adalah “Apa yang
sedang
dilakukan?
Apa
yang
perlu
diperbaiki?
Bagaimana
memperbaikinya?” Tomal (2003) mendefinisikan penelitian tindakan secara sederhana sebagai sebuah proses sistematis dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan menghasilkan perbaikan. Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif, tetapi memiliki beberapa karakteristik yang sama. Seorang peneliti tindakan menggunakan intervensi atau perlakuan yang tepat untuk mengumpulkan dan menganalisis data dan untuk menerapkan tindakan terkait isu pendidikan. Penelitian tindakan sangat cocok untuk pendidik karena tidak membutuhkan analisis statistik yang tinggi seperti penelitian kuantitatif atau penjelasan narasi yang panjang seperti penelitian kualitatif. Penelitian tindakan dilaksanakan untuk menilai apakah yang sedang dilakukan memberikan pengaruh pada diri atau pembelajaran orang lain, atau apakah perlu melakukan sesuatu yang baru untuk meyakinkan bahwa sesuatu yang dilakukan memberikan pengaruh. Dengan kata lain, penelitian tindakan digunakan untuk memperbaiki pemahaman, membangun pembelajaran dan mempengaruhi pembelajaran orang lain. Penelitian tindakan tidak perlu dilaksanakan jika ingin mengambil kesimpulan secara umum, menunjukan
4
korelasi statistik atau mendemonstrasikan hubungan sebab akibat (McNiff dan Whitehead, 2006). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bagian penelitian tindakan di bidang pendidikan yang berfokus pada perbaikan pembelajaran di kelas. Menurut Suyanto (1997) dalam (Sukayati, 2008), penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek- praktek
pembelajaran
di
kelas
secara
lebih
profesional. Menurut Arikunto (2012) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK yaitu
penelitian, tindakan,
dan
kelas.
Penelitian
adalah
kegiatan
mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data
atau
informasi
yang
bermanfaat
dalam
meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Menurut Suhardjono (2012), PTK fokus pada kelas atau pada proses pembelajaran di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam kelas. Berdasarkan beberapa pengertian penelitian tindakan dan/atau PTK di atas, penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai
kegiatan
merancang
dan
menerapkan
tindakan
pembelajaran,
mengamati dan melakukan refleksi terhadap proses tersebut untuk memperoleh gambaran karakteristik pembelajaran yang mendukung siswa dalam membangun pengetahuan matematika. Beberapa hal penting terkait PTK dalam pembelajaran matematika ,yaitu: a. PTK dilaksanakan di kelas oleh guru baik secara mandiri atau bekerja sama dengan peneliti (kolaboratif). b. PTK fokus pada proses pembelajaran matematika. c. PTK tidak memerlukan analisis statistik yang tinggi (statistik inferensial) karena tidak membuat generalisasi.
5
d. PTK bertujuan dalam memperbaiki masalah pembelajaran atau meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas. e. Melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk mencapai perbaikan atau peningkatan praktek pembelajaran matematika. 3. Objek PTK Objek penelitian tindakan kelas yaitu sasaran atau masalah-masalah yang dikaji dalam pelaksanaan PTK. Menurut Suhardjono (2012), dikarenakan makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar maka permasalahan PTK cukup luas, diantaranya yaitu: a. Masalah belajar siswa di sekolah. b. Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu perancangan, pelaksanaan dan evaluasi program pengajaran. c. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku. d. Desain dan strategi pembelajaran di kelas. e. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai. f. Alat bantu, media dan sumber belajar. g. Sistem penilaian dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. h. Masalah kurikulum. Sedangkan menurut Arikunto (2012), sasaran PTK berkaitan dengan komponen-komponen dari kelas yaitu: siswa, guru yang sedang mengajar, materi pelajaran,
peralatan
yang
digunakan,
hasil
pembelajaran,
lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan yang dilakukan oleh pimpinan sekolah. Arikunto (2012) dan Suhardjono (2012) menjelaskan objek PTK secara umum. Objek PTK pembelajaran matematika tidak terlepas dari objek penelitian pendidikan matematika, yaitu bagaimana guru mengajar matematika, bagaimana siswa belajar matematika, situasi pembelajaran matematika, hubungan pembelajaran dengan pengetahuan matematika, dan realitas kelas matematika (Sierpinska, dkk, 1993).
6
Supardi (2012) memberikan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menemukan masalah yang baik sebagai berikut: a. Masalah harus realistis (dirasakan adanya sebagai masalah). b. Masalah harus problematik (perlu dipecahkan), tidak semua masalah yang riil harul dipecahkan karena: (1) mungkin masalah tersebut sudah ada yang membahas, (2) masalah di luar tanggung jawabnya, (3) masalah tidak jelas manfaatnya. c. Masalah harus meaningful (urgensi jangka pendek jelas). d. Masalah harus feasible (dapat dipecahkan), tidak semua masalah yang riil, problematik, meaningful dapat dipecahkan karena (1) mungkin tidak ada dana atau alat, (2) tidak cukup waktu, (3) kurang dukungan, (4) banyak faktor penghambatnya. 4. Karakteristik PTK Tomal (2003) menjelaskan beberapa ciri-ciri khusus penelitian tindakan dibandingkan dengan jenis penelitian lain seperti penelitian tradisional (kuantitatif) dan kualitatif. Dalam penelitian tradisional, peneliti biasanya membangun hipotesis nol sebagai dasar tujuan untuk melakukan penelitian. Peneliti kemudian menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis yang dibuat, selanjutnya mengambil kesimpulan ilmiah. Penelitian tindakan tidak fokus pada membuat hipotesis nol namun lebih fokus pada mendefinisikan masalah, mengumpulkan data dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah. Pada umumnya, penelitian kualitatif lebih fokus pada menemukan informasi tentang kasus-kasus yang ditemukan dalam rancangan alami kemudian membuat kesimpulan induktif. Penelitian tindakan langsung tertuju pada tujuan. Karena tujuan penelitian tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dan membuat perbaikan, peneliti kurang bergantung pada inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dan alasan induktif (inductive reasoning), dan sangat fokus pada sisi praktis dan peluang terselesaikan masalah (Tomal, 2003:9). Koshy (2005) merangkum karakteristik penelitian tindakan yaitu termasuk penelitian terhadap praktek sendiri misalnya pengajaran, bersifat
7
partisipatif, membangun teori dari praktek, berdasarkan situasi atau masalah yang muncul, dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang riil, berhubungan dengan individu atau kelompok dengan tujuan yang sama dalam memperbaiki praktek, berkaitan dengan usaha perbaikan, mencakup tiga hal penting yaitu; analisis, refleksi dan evaluasi dan memfasilitasi perubahan melalui inkuiri. Menurut Sukayati (2008), ciri-ciri umum PTK yaitu: Pertama, PTK mengangkat permasalahan nyata dalam praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jadi, PTK akan dapat dilaksanakan bila guru sejak awal memang tahu dan mau menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelasnya. Selanjutnya berdasar persoalan-persoalan tersebut, guru mencari pemecahan masalahnya secara profesional melalui PTK. Kedua, PTK dapat dilakukan secara bersama-sama dalam suatu tim, misalnya antara guru dengan tenaga kependidikan yang lain. Tim tersebut yang merencanakan, melaksanakan, dan membahas hasil penelitian secara bersama-sama. Ketiga, mengutip pendapat Kasihani (1999), pada PTK dilakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Tindakan-tindakan yang diambil harus direncanakan secara cermat. 5. Tujuan PTK Menurut McNiff dan Whitehead (2006), tujuan penelitian tindakan yaitu untuk berkontribusi dalam perwujudan praktek-praktek yang baru (fokus tindakan) dan berkontribusi dalam pembentukan teori baru (fokus penelitian). Kedua tujuan tersebut saling berkaitan dan melengkapi. Sagor (2000) menyatakan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan bertujuan sebagai usaha menuju pengajaran profesional, meningkatkan motivasi dan efektivitas dalam kelas atau sekolah, memenuhi tuntutan perubahan dan perbedaan siswa, dan memperoleh kesuksesan dengan perubahan berdasarkan standar (standardsbased). Sukayati (2008) secara lebih rinci menjelaskan tiga tujuan PTK yaitu: a). Meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, mengingat masyarakat berkembang begitu cepat. Hal ini akan berakibat terhadap meningkatnya tuntutan layanan pendidikan yang harus
8
dilakukan oleh guru. PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan tersebut. b) Meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan atau perbaikan praktek pembelajaran di kelas hanya tujuan antara, sedangkan tujuan akhir adalah peningkatan mutu pendidikan. Misalnya, terjadi peningkatan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatnya sikap
positif siswa terhadap
mata pelajaran. c) Menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif untuk
memperbaiki
pembelajaran,
berdasar
pada persoalan-persoalan
pembelajaran yang dihadapi guru di kelas. Tujuan PTK dalam pembelajaran matematika sama dengan tujuan penelitian pendidikan matematika dan pendapat McNiff dan Whitehead (2006), Sukayati (2008), dan Sagor (2000). Tujuan utamanya yaitu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika untuk mendukung siswa membangun, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan matematika. 6. Manfaat PTK Beberapa alasan dikemukan oleh Costello (2003) yang mengindikasikan pentingnya penelitian tindakan, yaitu: a. Praktisi atau guru yang reflektif konsen dengan mempelajari pelaksanaan tindakan dan penelitian tindakan memberikan medium yang tepat dalam melaksanakannya. b. Penelitian tindakan memungkinkan praktisi atau guru untuk mengeksplorasi hubungan antara teori pendidikan dan prakteknya. c. Evaluasi kritis penelitian pendidikan menimbulkan bertambah pentingnya guru/praktisi melakukan penelitian sendiri. d. Sebuah langkah untuk mewujudkan pengajaran (guru) sebagai profesi yang berdasarkan penelitian (research-based profession). e. Berpengaruh positif pada perbaikan sekolah dan pengembangan profesional guru. Sukayati (2008) menambahkan tiga manfaat PTK, yaitu: a. Menciptakan inovasi pembelajaran: Dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar
9
mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan jaman. b. Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah: PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah. c. Peningkatan profesionalisme guru: Keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan merupakan
profesionalisme guru
salah
satu
cara
dalam
proses
pembelajaran. PTK
yang dapat digunakan oleh guru untuk
memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan. 7. Model PTK Setiap jenis penelitian tentunya memiliki langkah-langkah terurut dalam pelaksanaan. Langkah-langkah tersebut berguna untuk memandu peneliti menyelesaikan rencana penelitiannya dengan baik dan sekaligus menjadi ciri khas. Penelitian Tindakan Kelas juga memiliki langkah-langkah tertentu yang harus dilalui. Terdapat beberapa model PTK berbeda yang ditawarkan oleh peneliti. Perbedaan ini disebabkan oleh tidak samanya kondisi dan tujuan dalam melakukan penelitian tindakan. Namun, beberapa model juga memiliki kesamaan terkait langkah-langkah. Setiap model mencakup beberapa langkah dalam pelaksanaan penelitian. Koshy (2005) menyarankan bahwa pemilihan model PTK harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dalam modul ini akan dijelaskan 3 contoh model PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (1946) dalam Costello (2003), Kemmis dan McTaggart dalam Koshy (2005) dan O’leary (2004) dalam Koshy (2005). Langkah-langkah PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin merupakan model dasar PTK yang banyak digunakan dan dikembangkan oleh peneliti yang lain.
10
Model Kurt Lewin Model Kurt Lewin terdiri dari beberapa langkah yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (observasi) dan reflect (refleksi). Dari perencanaan sampai refleksi disebut sekali putaran (single circle) atau biasa dikenal dengan satu siklus. Model ini dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin
Menurut Costello (2003), model tersebut jika dilihat dari sudut pandang guru dan pengajaran, mencakup: (a) menentukan fokus khusus penelitian, rencana untuk menerapkan sebuah tindakan atau aktivitas, rangkaian aktivitas, atau tindakan-tindakan lain (plan). (b) melaksanakan aktivitas yang telah direncanakan (act). (c) mengamati hasil pelaksanaan tindakan (observe). Dan (d) merefleksi apa yang telah terjadi kemudian merencanakan rangkaian aktivitas lebih lanjut jika diperlukan (reflect). Dalam penelitian tindakan kelas, tidak selamanya penelitian bisa berlangsung satu siklus. PTK juga bisa berlangsung dalam beberapa putaran yakni setelah selesai refleksi dilanjutkan lagi dengan tahap perencanaan kedua seperti gambar 2. Gambar 2. Model Perluasan PTK Kurt Lewin
11
Langkah PTK pada gambar 2 di atas termasuk proyek penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah (sarjana) atau proyek penelitian yang didanai dalam cakupan (scope) studi yang luas dan waktu yang lama. Sedangkan langkah PTK pada gambar 1, cocok dilaksanakan oleh guru dalam penelitian bersakala kecil. Model Kemmis dan McTaggart Menurut Kemmis dan McTaggart (2000) dalam Koshy (2005), penelitian tindakan terdiri dari siklus spiral (gambar 3) yang terbagi menjadi beberapa langkah yaitu: a. Merencanakan perubahan atau perencanaan. b. Melakukan tindakan dan mengamati proses serta hasil perubahan. c. Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil kemudian merencanakan kembali (re-planning). d. Melaksanakan tindakan dan pengamatan. e. Melakukan refleksi. f. Dan seterusnya Gambar 3. Model PTK Kemmis dan McTaggart
12
Dilihat dari langkah-langkah PTK Kemmis dan McTaggart, memiliki kesamaan dengan model Kurt Lewin. Menurut Koshy (2005:5), dengan menerapkan model ini dalam penelitian tindakan, guru atau peneliti bisa memahami isu khusus dalam konteks pendidikan atau pembelajaran dan membuat keputusan berlandaskan pemahaman yang baik dan luas. Model O’leary Model O’leary (lihat gambar 4) menggambarkan penelitian tindakan sebagai sebuah proses spiral yang terdiri dari beberapa langkah yaitu observasi (penelitian/pengumpulan data), refleksi (melakukan refleksi yang kritis), perencanaan (rencana tindakan strategis) dan tindakan (melaksanakan rencana tindakan strategis). Dalam model O’leary ditekankan bahwa pergantian siklus (dari siklus pertama ke siklus selanjutnya) terjadi perubahan situasi, pemahaman dan penerapakan tindakan yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Gambar 4. Model PTK O’leary
Dari ketiga model PTK di atas, memiliki kesamaan langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Perbedaan terletak pada urutan
13
langkah dan penekanan tiap langkah. Untuk menambah pemahaman tentang empat langkah utama dalam melaksanakan PTK, perlu dijelaskan lebih rinci apa saja yang perlu dilakukan oleh peneliti atau guru dalam tiap langkah sebagai berikut: a. Perencanaan (Plan) Pada tahan perencanaan, guru atau peneliti menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, tahap ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut (Suhardjono, 2012): (1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. (2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatar belakangi PTK. (3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun pernyataan. (4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan
hipotesis
tindakan.
Umumnya
dimulai
dengan
menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah. (5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan. (6) Membuat secara rinci rancangan tindakan b. Tindakan (Act) Menurut Suhardjono (2012), pada tahap ini rancangan stategi dan skenario penerapan pembeljaran akan diterapkan. Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu 2 atau 3 bulan. Skenario atau rancangan tindakan hendaknya dijabarkan secara tertulis. Rincian tindakan tersebut menjelaskan, (1) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (2) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (3) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (4) rincian tentang jenis
14
media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (5) jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data. c. Observasi (Observe) Pengamatan dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan (act), keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan. Pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamaran dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, nilai tugas dan lainnya) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lainnya (Suhardjono, 2012). d. Refleksi (Reflect) Menurut Hopkins (1993) dalam Suhardjono (2012), refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus selanjutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga masalah bisa diselesaikan. C. Proposal dan Laporan PTK 1. Proposal PTK Sukayati (2008) menyatakan bahwa hal pertama yang dilakukan ketika ingin melakukan penelitian adalah mengajukan usulan penelitian atau dikenal dengan proposal penelitian. Secara umum, proposal PTK tidak jauh berbeda dengan proposal penelitian lain baik isi dan urutannya. Proposal penelitian merupakan suatu cara untuk mengadakan realisasi dalam memenuhi persyaratan ilmiah yang terdiri dari tiga hal yaitu memiliki tujuan, terencana dan sistematis. Dengan membuat proposal penelitian dituntut untuk merumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai. Disamping tujuan, di dalam proposal juga disebutkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
15
penelitian lainnya seperti latar belakang, problematika, hipotesis dan metodologi (Arikunto, 2010). Menurut Sukayati (2008), terdapat beberapa unsur pokok proposal PTK yaitu: a. Judul Penelitian Hal utama yang harus tercermin dalam judul adalah gambaran dari permasalahan dan bentuk tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan. Judul penelitian hendaknya singkat, jelas dan tidak ambigu. b. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang, peneliti mengemukakan beberapa hal penting yaitu: (1) kesejangan antara harapan dan realitas (masalah). Apa yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. (2) Tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah dan alasan kenapa mengambil tindakan tersebut. (3) Mengemukakan teori-teori atau hasil penelitian yang melandasi diajukan ide atau gagasan (tindakan) untuk mengatasi masalah. c. Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi rincian tentang masalah dan cara memecahkannya, sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan. d. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasar permasalahan yang dikemukakan. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan dan harus terjawab dalam kesimpulan hasil penelitian. e. Manfaat Hasil Penelitian Uraikan kegunaan atau kontribusi yang diperoleh dari hasil penelitian sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru pelaksana penelitian, maupun guru lain, dan sekolah. f. Kajian Pustaka Pada bagian kajian pustaka diuraikan beberapa hal yaitu: (1) Teori dan pustaka yang mendukung atau menumbuhkan gagasan yang melandasi usulan rancangan tindakan. (2) Hasil penelitian yang relevan dalam
16
mendukung masalah dan rencana tindakan yang diambil dalam penelitian. (3) Kerangka berpikir yang memuat konsep dalam pelaksanaan penelitian. (4) Pada bagian akhir dapat dikemukan hipotesis tindakan yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK. g. Metodologi Penelitian Pada bagian metodologi penelitian dicantumkan beberapa hal yaitu: (1) Prosedur
penelitian
yang
meliputi
penyusunan
rencana
tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah ini terangkai dalam siklus. (2) Subjek penelitian. (3) Waktu dan tempat penelitian. (4) Cara pengumpulan data. (5) Instrumen penelitian. (5) Teknik analisis data. Dan (6) Indikator keberhasilan. Arikunto (2010) menyatakan bahwa metodologi merupakan sesuatu yang sangat penting karena berhasil tidaknya, demikian juga tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam memilih metodologi penelitian. h. Jadwal Penelitian Berisi penjelasan tentang urutan kegiatan yang akan dilakukan: Kapan dimulai dan berakhirnya penelitian. Jadwal penelitian biasanya dbuat dalam bentuk matrik. i.
Personalia Penelitian Bagian ini memuat identitas peneliti. Jika penelitian dilakukan dalam tim, dicantumkan struktur tim (ketua dan anggota).
j.
Anggaran Biaya Memuat rincian biaya yang digunakan selama penelitian. Anggara biaya harus dicantumkan bagi peneliti yang mendapatkan bantuan dana penelitian sebagai laporan pertanggungjawaban. Perlu dicatat bahwa komponen dan format proposal penelitian dapat
berbeda namun tetap memuat unsur-unsur pokok di atas.
17
2. Laporan PTK Setelah melakukan penelitian, peneliti membuat laporan dari hasil penelitian. Menurut Arikunto (2010), laporan penelitian merupakan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses kegiatan penelitian. Isi laporan penelitian bukan hanya langkah-langkah yang telah dilalui oleh peneliti tetapi juga latar belakang permasalahan, kerangka berpikir, dukungan teori dan lainnya yang memperkuat makna penelitian yang dilakukan. Menurut Sukayati (2008), terdapat tiga fungsi laporan penelitian yaitu: Pertama, bentuk pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian kepada pemberi dana atau pihak yang terkait. Kedua, karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan-kebijakan baru di bidang tertentu. Ketiga, karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis pada waktu yang akan datang. Isi laporan PTK terdiri dari tiga bagian utama yaitu: a. Bagian Awal Bagian awal terdiri dari: Sampul (cover), halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. b. Bagian Inti Bagian inti meliputi: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah/definisi operasional (bersifat optional atau pilihan), kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dan saran. c. Bagian Akhir Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Bagian-bagian dalam laporan penelitian sebenarnya sudah termuat juga di proposal penelitian. Terdapat beberapa tambahan seperti abstrak, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dan saran. Dan ada banyak versi struktur atau format laporan PTK.
18
Daftar Pustaka Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2012). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Costello, P. (2003). Action research. London: Continuum. Glasersfeld, E. v. (1995). Radical constructivism: A way of knowing and learning. London: Falmer Press Hoyles, C., Healey, L., & Sutherland, R. (1990). The role of peer group discussion in mathematical environments: Report to the Leverhulme Trust. London: University of London Koshy, F. (2005). Action research for improving practice: A practical guide. London: Paul Chapman Publishing. McNiff, J. dan Whitehead, J. (2002). Action research: Principles and pratices. London: Routledge Falmer. McNiff, J. dan Whitehead, J. (2006). All you need to know about action research. London: Sage Publications. Sagor, R. (2000). Guiding school improvement with action research. Virginia: ASCD. Sierpinska, A., Kilpatrick, J., Balacheff, N., Howson, A. G., Sfard, A., & Steinbring, H. (1993). What is research in mathematics education, and what are its results? Journal for Research in Mathematics Education, 24(3), 274-278. doi:10.2307/749348 Sukayati. (2008). Penelitian tindakan kelas. Yogyakarta. P4TK Matematika. Tomal, D.R.(2003). Action research for educators. Maryland: The Scarecrow Press, Inc. Wulandari, A. (2010). Sejarah penelitian tindakan kelas. Diakses di http://main.man1bojonegoro.com/index.php/component/content/article/48artikel-guru/124-sejarah-penelitian-tindakan-kelas-ptk. [14/11/2012]. Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society. The development of the higher psychological processes. Cambridge: Harvard University Press Wahyu, K., & Mahfudy, S. (2016). Sejarah matematika: Alternatif strategi pembelajaran matematika. Beta Jurnal Tadris Matematika, 9(1), 89-110. doi:10.20414/betajtm.v9i1.6
Lampiran 1. Contoh Format Proposal PTK Sampul Halaman Judul Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Batasan Istilah atau Definisi Operasional* Bab II Telaah Pustaka A. Kajian Teoritis B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Bab III Metodologi Penelitian A. Prosedur Penelitian B. Subjek Penelitian C. Waktu dan Tempat Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Cara Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Keberhasilan Daftar Pustaka Lampiran 1. Personalia Penelitian Lampiran 2. Jadwal Penelitian Lampiran 3. Anggaran Penelitian
Lampiran 2. Contoh Format Laporan PTK Sampul Halaman Judul Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Batasan Istilah atau Definisi Operasional* Bab II Telaah Pustaka A. Kajian Teoritis B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Bab III Metodologi Penelitian A. Prosedur Penelitian B. Subjek Penelitian C. Waktu dan Tempat Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Cara Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Keberhasilan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab V Penutup A. Simpulan B. Saran Daftar Pustaka Lampiran