PENGENDALIAN MUTU RUMAH SAKIT Senin, 08 Agustus 2011 oleh. Administrator Hits : 11883 Share :
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau sadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diu!udkan !ika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. "ika pemerintah yang menyampaikan menyampaikan kritikan ini dapat berarti baha masyarakat mendapatkan legalitas baha memang benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator#indikator mutu pelayanan rumahsakit yang ada di beberapa kebi!akan pemerintah, sudahkan kita mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas mana!emen input, mana!emen proses dan output dari proses pelayanan kesehatan se$ara mikro maupun makro. %ari de&inisi, 'umahsakit menurut (H) *+pert ommittee )n )rgani-ation )& Medi$al are: is an integral part o& so$ial and medi$al organi-ation, the &un$tion o& hi$h is to pro/ide &or the population $omplete $omplete health $are, both $urati/e and pre/enti/e and hose outpatient ser/i$e rea$h out to the &amily and its home en/ironment the hospital is also a $entre &or the training o& health orkers and &or bioso$ial resear$h, yang dalam bahasa ndonesianya !ika diter!emahkan se$ara bebas dapat berarti: suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis, ber&ungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kurati& maupun rehabilitati&, dimana output layanannya men!angkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah rumah sakit !uga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. %e&inisi rumah sakit menurut eputusan Menteri 'epublik ndonesia nomor 483.M*5*S6S61442 483.M*5*S6S61442 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan baha: 'umah Sakit 7mum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersi&at dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Sementara itu menurut Siregar 20039 menyatakan baha rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan di&ungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama#sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. %e&inisi rumahsakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya sama, hanya sa!a terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, pokoknya, yang diantaranya adalah: luas tidaknya lingkup spesialistik yang dimiliki, kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang dibina dir!en yanmed %pekes ' yang se$ara &isik berada di daerah kabupaten, kota ataupun di pro/insi. erikut merupakan tugas sekaligus &ungsi dari rumah sakit se$ara lengkap, yaitu: Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penun!ang medis, Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penun!ang medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman, Melaksanakan pelayanan medis khusus, Melaksanakan pelayanan ru!ukan kesehatan, Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi, Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial, Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan, Melaksanakan pelayanan raat !alan atau raat darurat dan raat tinggal tinggal obser/asi9, Melaksanakan pelayanan raat inap, Melaksanakan pelayanan administrati&, Melaksanakan pendidikan para medis, Membantu pendidikan tenaga medis umum, Membantu pendidikan tenaga medis spesialis, Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan, Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi, ;ugas dan &ungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di ndonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, $, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah.
9 ;enaga ke&armasian ke&armasian meliputi apoteker, analis &armasi dan asisten asisten apoteker. ?9 ;enaga kesehatan kesehatan masyarakat masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog entomolog kesehatan, kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. @9 ;enaga gi-i meliputi nutrisionis dan dietisien. 9 ;enaga keterapian keterapian &isik meliputi &isioterapis, okupasiterapis dan terapis i$ara. 89 ;enaga keteknisian keteknisian medis meliputi radiogra&er, radioterapis, teknisi gigi, teknisi teknisi elektromedis, analis kesehatan, re&raksionis optisien, otorik prostetik, teknisi trans&usi dan perekam medis.
Sebagai unsur mana!emen, sumber daya manusia kesehatan yang dimiliki oleh rumahsakit akan mempengaruhi di&erensiasi dan kualitas pelayanan kesehatan, keterbatasan keanekaragaman !enis tenaga kesehatan akan menghasilkan kiner!a rumahsakit dalam pen$apaian indikator mutu pelayanan rumahsakit. ekhususan ekhususan ini sangatlah tidak mungkin dimana!emeni se$ara umum, karena S%M kesehatan adalah S%M &ungsional yang kepadanya melekat &ungsi pro&esi berdasarkan latar belakang pendidikan kesehatannya. %ari Struktur )rganisasi %aerah: rumahsakit dapat berdiri dengan legalitas dan ilegal karena ada rumahsakit dengan i!in penyelenggaraan dan tidak ada i!in, rumahsakit dapat merupakan unit pelaksana teknis dinas dan atau sebagai institusi yang bertanggung!aab kepada bupati dan atau rumahsakit /ertikal yang ada di daerah. ondisi ini akan berhubungan dengan kemapanan dukungan kebi!akan dan dukungan anggaran yang pada akhirnya berdampak pada kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
%ari Mana!emen Cintas 000 dan S) 2000, dan kelompok rumahsakit yang belum terakreditasi dan atau yang belum terstandar. %epartemen kesehatan dengan omite Akreditasi 'umahsakit terus berupaya agar semua rumah sakit daerah harus terakreditasi minimal ? lima9 pelayanan, yaitu: 19 9
memimpin roda proses pelaksanaan tugas pokok dan &ungsi organisasi rumahsakit, menurut beberapa pengamat adalah sangat tidak masuk akal !ika tidak ingin dianggap aneh. aneh.
mutu pelayanan kesehatan dalam @ aspek, yaitu sa&ety, e&&e$ti/eness, timeliness, e&&i$ien$y, eIuity, dan patient aareness. hassin mengusulkan metode lain yang menekankan pada 3 area utama, yaitu under use, o/er use, dan misuse o& health $are ser/i$es. 7nder use dide&inisikan sebagai kegagalan untuk memberikan pelayanan yang e&ekti& padahal !ika dilakukan dapat menghasilkan out$ome yang diharapkan misalnya tidak memberikan imunisasi atau gagal untuk melakukan bedah katarak9. %isebut o/eruse apabila pelayanan kesehatan yang dilakukan ternyata memberi dampak risiko yang lebih besar daripada potensi man&aat yang dapat ditimbulkan misalnya memberikan antibiotika untuk kasus#kasus $ommon $old9. Sedangkan misuse dide&inisikan sebagai komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari !ika pelayanan kesehatan dilakukan se$ara seksama. %ari beberapa konsep tersebut kemudian dikembangkan se!umlah indikator untuk mengkuanti&ikasikan mutu pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah indikator mutu pelayanan yang disusun oleh AHS AHS yang merupakan instrumen untuk untuk mengidenti&ikasi area pelayanan kesehatan yang masih memerlukan perbaikan se$ara &undamental. %engan metode metode kuanti&ikasi ini selan!utnya dapat dilakukan analisis statistik untuk menilai area#area pelayanan yang dianggap memiliki de&isiensi dalam menghasilkan menghasilkan out$ome yang diharapkan. 7paya yang sama !uga dilakukan oleh ;he Agen$y &or Health$are 'esear$h and uality AH'9 yang mengembangkan beberapa indikator yaitu
Iuality o& $are yang berbasis konsumen. Sebaliknya, masyarakat memiliki sistem pengobatan atau pengetahuan mengenai peraatan kesehatan biomedis9, yang relati& berakar dari tradisi dan kebudayaan mereka. ondisi budaya ini di satu sisi men!adi kendala dalam pelayanan medis, di sisi lain mampu memenuhi kebutuhan masyarakat se$ara murah dan mudah. e$enderungan perilaku para praktisi medis yang tidak mempertimbangkan proses#proses komunikasi atau pertukaran in&ormasi, dan interaksi sosial yang saling menguntungkan. 'osalia S$iortino dalam Menu!u esehatan Madani 1444:89 menyebut adanya konstruksi rahasia yang dipertahankan petugas kesehatan.
ebanyakan konsumen !uga petugas kesehatan tidak mengetahui hak#hak dan kea!iban konsumen. Hanya sebagian ke$il konsumen menyadari hak#haknya, tetapi tidak merasa per$aya diri untuk mengemukakannya mengemukakannya di tenpat pemeriksaan. Sebaliknya, petugas kesehatan yang mengerti hak#hak konsumen tidak mau peduli. anyak alasan yang seringkali dikemukakan, misalnya keterbatasan petugas dan &asilitas tidak memadai, yang tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang berkun!ung setiap hari ker!a. ahkan petugas kesehatan menyadari baha masyarakat tidak mengerti $ara hidup sehat, tidak disiplin, dan seterusnya. 9. %ari sisi klien, ukuran standar pelayanan $ukup !elas, yakni menga$u pada pemenuhan hak# hak pasien, atau hak#hak klien kesehatan reproduksi, atau pun hak#hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam 77< 5o. 8 5o. 1444, . 7kuran pen$apaian pelayanan kesehatan selama ini lebih berorientasi pada pen$apaian target sarana pelayanan dan penerima layanannya. Be!ala seperti ini terutama ter!adi di tingkat pelayanan kesehatan dasar di pedesaan, dan pinggiran kota. Aspek pemenuhan pemenuhan kualitas kesehatan, tanggung !aab sosial, dan pembela!aran kesehatan bagi pengguna konsumen9 terabaikan. onsumen tidak memperoleh man&aat yang optimal dari pelayanan kesehatan.
menggunakan metode kontrasepsi. n&ormasi yang diberikan harus berisi pula in&ormasi mengenai tiap metode, $ara penggunaan metode, dan e&ek sampingnya. eterampilan ;eknis. Mempertahankan kondisi asepti$, men!alankan protokol aturan9 dan sta& yang kompeten melakukan teknis klinik. Hubungan Antarpribadi. agaimana klien berinteraksi dengan tenaga kesehatan, apakah $ukup simpatik dan $ukup aktu untuk bertemu dengan kliennya. Mekanisme untuk Mendorong eberlan!utan. lien dapat didorong meneruskan penggunaan kontrasepsi yang e&ekti& melalui berbagai $ara, termasuk kartu untuk mengingatkan dan kun!ungan rumah.
Seperti yang disarankan oleh ;he 5ursing and Midi&ery oun$il, 20029, baha memelihara kualitas 'M akan membantu dalam memelihara ketrampilan dan kemandirian dalam asuhan keperaatan, untuk ini diperlukan: 19 deskripsikan dengan !elas hasil pengka!ian, ren$ana keperaatan dan ren$ana tindakan yang akan dilakukan, 29 dokumentasikan in&ormasi yang berhubungan dengan pasien dan apa yang akan dilakukan dalam merespon kebutuhan pasien, 39 !ika sudah diketahui dengan baik kondisi pasien lakukan tindakan yang dapat diterima dan dapat dilakukan dengan tahapan yang baik dan benar saat melaksanakan peraatan kepada pasien dan !elaskan baha setiap tindakan tidak selalu berbahaya untuk selalu untuk keselamatan dan membatu mereka, dan
>9 menuliskan peren$anaan peraatan agar dapat diteruskan oleh se!aat dalam peraatan berikutnya dan selalu menuliskan tindakan keperaatan yang telah dilaksanakan, dan dapat ditambahkan baha Saran untuk %okter penyelenggara utama peraatan dan pengobatan pasien di instalasi raat inap diantaranya adalah: ertugas berdasarkan standar Beneral Medi$al oun$il seperti: pemberian pelayanan kepada pasien merupakan hal yang yang utama, memperlakukan setiap pasien dengan sopan dan sea!arnya, menghormati menghormati pri/asi dan kehormatan pasien, mendengarkan dan menghormati pandangan#pandangan pasien, memberikan in&ormasi yang dapat dimengerti pasien, menghormati hak pasien dalam keterlibatan se$ara akti& pada pengambilam keputusan, selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan, menyadari berbagai keterbatasan yang dimilikinya, !u!ur dan dapat diper$aya, diper$aya, menghargai dan men!aga in&ormasi tentang pasiennya, menghindarkan pasien dari resiko &isik dan &inansial akibat tindakan medis, beker!asama dengan para se!aat untuk kebaikan pasien#pasien yang diraat. Saran untuk komite sta& &ungsional diantaranya adalah: 19 Mematuhi tugas pokok dan &ungsinya seperti yang tergambarkan dalam
ri/ie guna membahas tindak lan!ut yang perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan selalu konsisten sesuai prosedur prosedur dan standar yang telah ditetapkan ditetapkan >9 Men!alin komunikasi yang baik dengan pelanggan guna mensosialisasikan !asa#!asa pelayanan yang mampu diberikan oleh rumahsakit, rumahsakit, misalnya dengan membuat brosur#brosur, in&ormation desk, terminal komputer yang dapat diakses oleh pelanggan ?9 Membumikan paradigma baha dari pasien kita mendapatkan !asa pelayanan yang mendukung kese!ahteraan dan kepada pasien seharusnya tumbuh keinginan untuk membebaskan masalah kesehatannya @9 Menyusun dan memberlakukan sistem pengaasan dan pemantauan pelayanan kesehatan yang diberikan dengan e&ekti& 9 Melaksanakan saran#saran ini dengan dukungan sumber daya manusia kesehatan dan anggaran kesehatan beserta kebi!akan#kebi!akan kesehatan 89 9 Memantau dan menge/aluasi penerapan upaya peme$ahan masalah yang sudah dilaksanakan ?9 Melakukan tindakan koreksi !ika masalah etika belum terpe$ahkan atau terulang lagi ter!adi. ;indakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah !ika manusia
sebagai penyebab akar masalah yang berulang#ulang dikeluarkan dari rumah sakit. Saran untuk 9 selalu menyediakan tabungan kesehatan saat sehat dan mampu melaksanakan akti&itas memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia.
memberikan e&ek terhadap pelayanan pada klien.
ronisnya, keluhan yang disampaikan kebanyakan hanya leat surat pemba$a di media massa. ara ini terlalu sederhana dan tidak menyelesaikan masalah. ara lain yang lebih kreati& adalah langsung mengadu ke pengurus harian =ayasan Cembaga onsumen ndonesia =C9 atau lembaga perlindungan konsumen sadaya masyarakat. Memang pada kenyataannya konsumen kerap berada dalam posisi yang tidak berimbang dibanding dengan posisi produsen. Maka untuk mengurangi keseang#enangan para produsen barang dan !asa, sebagai konsumen kita perlu perlu mengetahui &aktor#&aktor yang melemahkan konsumen, antara lain: Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan hak#haknya. elum terkondisikannya masyarakat konsumen karena memang sebagian masyarakat ada yang belum mengetahui tentang apa sa!a hak#haknya dan ke mana hak#haknya dapoat disalurkan !ika mendapat kesulitan atau kekurangan dari standar barang atau !asa yang sea!arnya. Masyarakat belum memiliki kemauan untuk menuntut hak#haknya.
demikian mestinya tidak boleh terulang. Akreditasi rumahsakit di$anangkan se!ak tahun 200 dan sampai tahun 2004 ini $apaiannya sangat menyedihkan, dari ratus rsd dan puluh rsp serta ratus rss, hanya 1>G yang sudah terakreditasi, !ianya masih nol saya rasa, karena prosesnya sendiri tidak terakreditasi. 'S% ol Abund!ani saat ini sedang dalam proses akreditasi yang pelaksanaannya setengah isi dan setengah kosong.
komprehensi& kepada masyarakat !uga sebagai pusat pendidikan $alon tenaga kesehatan. %an yang lebih penting lagi adalah baha rumah sakit !uga harus men!alankan &ungsi sosialnya. 7ntuk men!alankan &ungsi sosialnya ini sebaiknya anggaran untuk pos sosial tersebut tersedia dalam A<% dan diatur dengan kemudahan#kemudahan pengelolaannya tetapi tetap dengan pengaasan yang ketat. ita pela!ari %alam perkembangannya rumah sakit sasta yang dikelola oleh yayasan keagamaan seperti rumah sakit slam sangat kesulitan dalam memenuhi &ungsi sosialnya oleh karena kesulitan dalam hal pendanaan. Hal ini membuat banyak rumah sakit sasta bahkan yang dikelola oleh yayasan keagamaanpun berubah men!adi lembaga &or pro&it sebagai !aaban terhadap perubahan lingkungan yang yang ter!adi diluar rumah sakit akibat pengaruh globalisasi. (alaupun demikian masih banyak rumah sakit keagamaan masih melihat perubahan yang ada tanpa strategi pengembangan yang !elas ;risnantoro, 200?9. Hal ini dapat membaa suatu resiko yaitu rumah sakit keagamaan akan men!adi lembaga usaha yang praktis untuk men$ari keuntungan atau menghidupi S%M, akibat hilangnya subsidi dan semakin mahalnya alat dan tenaga kesehatan yang pada akhirnya menuntut pendapatan yang tinggi. Subsidi yang menge$il atau bahkan tidak ada sama sekali menyebabkan rumah sakit keagamaan kesulitan men$ari sumber dana bagi orang miskin yang sakit, sementara penggalian dana#dana kemanusiaan sama sekali tidak dikelola se$ara sistematis.