1
LAPORAN METODOLOGI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN CAIRAN
Disusun oleh:
Kelompok 5
Tingkat IIA
Awalia Roihana T (34403015139)
Diana Sri Nur Aisah (34403015146)
Fauzan Badruttamam (34403015154)
Katrine Permata Sari (34403015165)
Nadya Auliandina (34403015175)
Nanda Annisa Maysani (34403015176)
Qurrota'Aini (34403015183)
Sinta Kumala Devi (34403015190)
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
PROVINSI DKI JAKARTA
2016
Cairan Elektrolit dan Asam Basa
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Cairan dan Elektolit Tubuh
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:
Cairan intraselular (CIS) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3TBW atau 20% berat tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstra seluler (CES).
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah: kation dan anion (Ambarwati, 2014).
Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh
Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang.
Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata.
Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane sel melawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). Pengaturan keseimbangan cairan.
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid.
Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel.
Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal.
Atrial Natriuretic Peptide
Berperan penting dalam keseimbangan cairan, elektrolit serta mempertahankan tonus vascular. ANP berperan sebagai diuresis yang menyebabkan kehilangan natrium dan menghambat mekanisme haus.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilahinsensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 100C.
Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Usia. Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa. Laju metabolisme mereka yang lebih tinggi meningkatkan pengeluaran cairan. Bayi lebih banyak mengeluarkan cairan melalui ginjal karean ginjal yang belum matur kurang mampu menahan air dibanding ginjal individu biasa.
Temperatur lingkungan. Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g garam/hari.
Kondisi stress. Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel, konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan hormon anti-diuretik sehingga produksi urin menurun.
Keadaan sakit. Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
Diet. Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit
Ketidakseimbangan Cairan
Defisit volume cairan (fluid volume defisit). Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia.
Volume cairan berlebih (fluid volume eccess). Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia.
Edema
Pada kelebihan volume cairan, rongga intravascular dan interstisial mengalami peningkatan kandungan air dan natrium. Kelebihan cairan interstisial disebut edema. Edema biasanya paling jelas tampak di area yang tekanan jaringannya rendah, seperti disekitar mata, dan jaringan yang tergantung.
Edema tekan adalah edema yang meninggalkan cekungan atau lubang kecil setelah jari menekan area yang membengkak.
Dehidrasi atau ketidakseimbangan hyperosmolar, terjadi jika air hilang dari tubuh tidak disertai dengan kehilangan elektrolit yang bermakna.
Overhidrasi yang dikenal juga sebagai ketidakseimbangan hipoosmolar atau intoksikasi air, terjadi saat air yang diperoleh dalam jumlah yang berlebih dari elektrolit, menghasilkan osmolalitas serum yang rendah dan kadar natrium serum yang rendah. Air di tarik ke dalam sel menyebabkan sel membengkak.
Ketidakseimbangan elektrolit
Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic.
Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang.
Hipomagnesemia dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi.
Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik.
Hipofosfatemia dan 0hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum.
Gangguan Keseimbangan Asam-basa
Pada dasarnya, keseimbangan asam-basa mengacu pada pengaturan ketat konsentrasi ion hydrogen (H+) bebas di dalam cairan tubuh. Saat terjadi gangguan keseimbangan asam-basa, tubuh akan berupaya memperbaikinya melalui suatu sistem regulasi sehat yang disebut kompensasi.
Asidosis respiratorik
Adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah penyakit paru, depresi pusat pernapasan, kerusakan saraf atau otot yang menghambat kemampuan bernapas, atau oleh tindakan sederahana seperti menahan napas.
Asidosis metabolic
Asidosis metabolic,dikenal juga dengan istilah asidosis nonrespiratorik, mencakup semua jenis asidosis yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi
Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolic adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningkatan CO2.
1.2 Pengkajian
Merupakan hal yang penting untuk memahami pentingnya keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa untuk mempertahankan homeostasis. Dengan mengumpulkan data pengkajian melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dan menggunakan kemampuan berfikir kritis, perawat mengidentifikasi klien yang memiliki resiko, sehingga membantu dalam penyusunan diagnosis keperawatan yang tepat. Ajukan pertanyaan yang spesifik dan focus yang berhubungan dengan keseimbangan cairan dan elektronik (Perry, 2010).
Riwayat keperawatan. Pengkajian dimulai dengan mengkaji riwayat klien,yang dilakukan untuk mengungkapkan faktor resiko atau keadaan yang beresiko yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kaji bersama dengan klien tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya ketidakseimbangan, dan kumpulan informasi serta pengetahuan tentang pengaturan volume cairan, konsentrasi elektrolit, dan pengaturan asam basa.
Umur. Umur merupakan salah satu pengkajian yang harus Anda dapatkan. Proporsi cairan pada tubuh bayi (70-80% dari total berat badan) lebih besar dari pada anak-anak atau orang dewasa. Bayi dan anak yang masih kecil membutuhkan air yang lebih banyak dan sangat rentan mengalami gangguan volume cairan. Bayi tidak memiliki perlindungan yang mencegah kehilangan cairan karena mereka mengonsumsi dan mengeksresikan cairan yang jumlahnya relatif lebih besar dari pada dewasa sehubungan dengan system ginjal bayi yang belum matur (Hockenberry dan Wilson, 2007). Oleh karena itu, bayi memiliki resiko mengalami deficit volume cairan dan ketidakseimbangan hyperosmolar karena cairan tubuh yang hilang lebih besar daripada per kilogram berat badan.
Anak-anak yang berusia 2 hingga 12 tahun memiliki respons regulasi keseimbangan ang kurang stabil, dan anak-anak dengan penyakit cenderung memiliki respons yang sangat kurang terhdap keseimbangan cairan dan elektronik yang parah. Anak-anak sering kali berespons terhadap penyakit dengan memberikan tanda dan gejala demam yang yang tinggi dan durasinya cukup lama dari pada orang dewasa. Pada usia berapapun, demam pada anak-anak dapat meningkatkan kehilangan cairan yang tidak tampak. Orang dewasa memiliki proses metabolism yang meningkat dan produksi air mningkat karena perubahanyang cepat terjadi pada proses anatomi dan fisiologis. Perubahan keseimbangan cairan lebih besar pada remaja perempuan karena perubahan hormonal yang dihubungkan dengan siklus menstruasi.
Semua perubahan yang dialami oleh lansia karena pertambahan usia mempengaruhikeseimabngan cairan elektrolit, dan asam basa.
Faktor risiko ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asma-basa
Usia
Jenis kelamin
Lingkungan
Penyakit Kronis
Trauma
Terapi
Kehilangan Gastrointestinal
Sangat muda, sangat tua
Wanita
Diet; latihan; iklim panas dan keringat.
Kanker; penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif; penyakit endokrin seperti penyakit Cushing dan diabetes melitus; malnutrisi; penyakit pulmonari obstruksi kronik; penyakit ginjal
Cedera tabrakan; cedera kepala; luka bakar
Diuretik; steroid; terapi intravena; nutrisi parentral total (TPN)
Gastrointestinal; pengisapan nasogastrik; fistula.
Masalah Utama
Apakah anda berada dalam perawatan asuhan keperawatan untuk manjemen masalah kesehatan yang sedang terjadi seperti penyakit ginjal, jantung, endokrin, atau masalah pada tekanan darah?
Deskripsikan masalah yang baru terjadi seperti muntah, diare, atau prosedur pembedahan
Apakah Anda sedang mengkomsumsi obat-obatan secara reguler seperti substansi garam, antasida, diuretik, anti hipertensi, atau suplemen kalsium atau kalium?
Keparahan
Berapa kali dalam sehari anda pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil?
Apakah anda terus merasa haus tanpa memedulikan banyaknya air yang anda minum?
Apakah mengalami gejala ini lebih sering pada malam hari daripada pagi hari?
Apakah anda memiliki kesulitan berkonsentrasi atau bingung?
Bagaimana keadaan ini dibandingkan dengan keadaan normal anda?
Tanda dan gejala
Apakah anda kehilangan atau kekurangan berat badan tanpa upaya dalam beberapa minggu terakhir?
Apakah anda merasa haus, memiliki mulut atau kulit yang kering, atau menyadari kekurangan air mata?
Apakah anda menyadari adanya perubahan pada keluaran urin; volumenya berkurang, warnanya gelap, konsentrasinya?
Apakah anda memiliki masalah yang berhubungan dengan muntah atau diare yang baru-baru ini? Jika iya berapa lama?
Apakah anda mengalami masalah lain yang menyebabkan pembengkakan pada tangan, kaki, pergelangan kaki atau kaki bawah?
Apakah anda mengalami masalah pernafasan ketika anda berbaring pada malam hari?
Apakah anda menyadari mengalami pusing, kelemahan, keram, atau sensasi yang tidak biasanya seperti kedut?
Faktor predisposisi
Berapa kali anda minum dalam satu hari? Jenis minuman apa yang anda minum?
Jelaskan diet normal anda. Apakah anda biasanya makan makanan yang dimasak sendiri, makanan kaleng atau makanan yang didinginkan? Apakah anda menggunakan bahan makanan yang mengandung garam?
Apakah anda mengikuti program penurunan berat badan/
Apakah anda mengalami perubahan rasa atau nafsu makan baru-baru ini?
Efek pada Klien
Bagaimana gejala ini memengaruhi Anda?
Apakah Anda mengalami kesulitan tidur, merasa sensitif, atau memiliki kesulitan melakukan tugas sehari-hari?
Riwayat Medis Sebelumnya
Riwayat medis saat ini dan masa lalu
Anamnesa:
Apakah anda baru-baru ini menemui pemberi kesehatan untuk mengatasi penyakit kronis seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes insipidus, atau gangguan tiroid atau paratiroid?
Apakah anda baru-baru ini mengalami kondisi akut seperti gastroenteritis, trauma berat, cedera kepala, atau pembedahan? jika ya, uraikan kondisi tersebut.
Penyakit Akut, Pembedahan baru, trauma dada dan kepala, syok, serta luka bakar derajat dua atau tiga adalah keadaan yang menyebabkan risiko tinggi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Klien terus memiliki risiko selama fase akut hingga proses yang melatarbelakanginya teratasi. Misalnya, respons stres terhadap pembedahan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan pada hari kedua hingga kelima pasca operasi; ketika aldosteron, glukokortikoid, dan ADH disekresikan dengan jumlah yang meningkat, menyebabkan retensi natrium dan klorida, ekskresi kalium, dan penurunan urine (Monahan et al, 2007).
Pembedahan, yang ekstensif pembedahan dan kehilangan cairan selama prosedur pembedahan merupakan respons terbesar tubuh terhadap trauma pembedahan. Setelah pembedahan klien juga menunjukkan banyak perubahan asam-basa. Klien yang enggan untuk melakukan napas dalam dan batuk dapat mengalami asidosis respiratorik karena PaCO2 ditahan dalam tubuh. Klien yang mengalami pengisapan nasogastrik juga berisiko mengalami alkalosis metabolik karena kehilangan asam, cairan dan elektrolit gastrik.
Luka bakar, Semakin luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar, maka semakin besar cairan yang hilang dari tubuh. Klien yang mengalami luka bakar akan kehilangan cairan tubuh melalui salah satu rute. Pertama, plasna meninggalkan ruang intravaskular dan menjadi edema yang terperangkap Hal ini juga disebut perpindahan cairan plasma ke ruang interstisial. Hal ini diikuti dengan kehilangan protein serum. Kedua, cairan plasma dan interstisial hilang melalui eksudat luka bakar. Ketiga, air menguap dan panas menyebabkan sejumlah cairan hilang pada kulit yang mengalami luka bakar. Keempat, darah keluar dari kapiler yang mengalami kerusakan menambah kehilangan volume cairan intravaskular. Kelima, perpindahan natrium dan air ke dalam sel, yang selanjutnya memperparah volume cairan ekstraseluler (Monahan et al., 2007).
Gangguan Pernapasan. Banyak gangguan pada fungsi pernapasan memicu terjadinya asidosis respiratorik pada klien. Misalnya, perubahan terjadi pada keadaan pneumonia dan dosis sedatif yang berlebihan, diatasi dengan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Pneumonia dapat menyebabkan kongesti pulmoner, yang menyebabkan retensi CO2 akibat hipoventilasi. Karbon dioksida ditahan dalam tubuh selama hipoventasi. Mekanisme kompensasi tubuh tidak lagi mampu beradaptasi dan nilai pH menurun karena kadar karbon dioksida terus meningkat dalam pembuluh darah. Hiperventilasi yang terjadi pada keadaan demam atau ansietas dapat menyebabkan klien mengalami alkalosis respiratorik karena mengembuskan terlalu banyak karbon dioksida yang disertai peningkatan laju pernapasan.
Cedera kepala. Cedera kepala dapat menyebabkan edema serebral. Edema ini dapat menyebabkan tekanan pada kelenjar pituitari sehingga mengganggu sekresi ADH. Gangguan pertama adalah diabetes insipidus, yang terjadi ketika terlalu sedikit ADH disekresikan dan klien mengekskresikan sejumlah besar volume urine yang terlarut dengan berat jenis yang rendah. Gangguan kedua adalah sindrom hormon antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH), yaitu hormon antidiuretik terus disekresikan secara berlebihan. Hal ini menyebabkan intoksikasi air yang dicirikan peningkatan volume cairan dari hiponatremia dan hipotonisitas cairan sbagai hasil osmolalitas urine yang tinggi dan osmolalitas serum rendah (Monahan et al., 2007).
Penyakit Kronis. Penyakit kronis (seperti kanker,gagal jantung, dan penyakit ginjal) terdiri atas sejumlah keadaan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan,elektrolit, dan asam-basa. Jika terdapat penyakit kronis.Pemahaman tentang keadaan yang normal diperlukan untuk menentukan bagaimana status cairan., elektrolit, dan asam-basa dapat dipengaruhi. Anda juga harus mengetahui penatalaksanaan terapi dan durasinya terhadap penyakit yang dialami pasien.
Kanker. Jenis ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dilihat pada klien dengan kanker. Bergantung pada jenis dan perkembangan kanker dan penatalaksanaan terapi. Semua ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi dengan adanya kanker dan disebabkan oleh distorsi anatomis dan gangguan fungsional perkembangan tumor dan metabolisme akibat tumor dan ketidaknormalan endokrin. Klien dengan kanker juga berisiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit karena efek samping kemoterapi dan terapi radiasi (misalnya diare dan anoreksia).
Penyakit Kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular dapat menurunkan curah jantung, yang dapat meurangi perfusi ginjal, sehingga keluaran urine klien berkurang. Klien akan menahan natrium dan air, sehingga terjadi kelebihan cairan pada sirkulasi, dan memiliki risiko terjadinya edema paru. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dikaitkan dengan penyakit jantung dapat dikontrol dengan obat-obatan dan restriksi cairan dan natrium. 'Iujuan mengurangi cairan adalah untuk mengurangi kerja ventrikel kiri yang berlebihan dengan mengurangi kelebihan jumlah cairan yang bersirkulasi.
Gangguan Ginjal. Penyakit ginjal dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit karena retensi abnormal matrium, klorida, kalium air di ruang ekstraseluler. Kadar plasna yang berasal dari produk sisa metabolisme seperti nitrogen darah (BUN) dan kreatinin meningkait harena ginjal tidak mampu menyaring dan mengekskiesikan sisa metabolisme seluler. Asidosis metalbolik saat ion hidrogen tertahan karena menurunnya fungsi ginjal. Mekanisme kompensasi ginjal yang biasanya terjadi seperti reabsorpsi bikarbonat tidak lagi terjadi karena fungsi ginjal terganggu, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa (Monahan et al., 2007).
Tingkat keparahan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit disesuaikau dengan derajat gagal ginjal yang dialami. Gagal ginjal akut biasanya memicu terjadinya syok dan penurunan jumlah cairan ekstraseluler yang dapat diperbaiki. Meskipun gagal ginjal kronik bersifat elektrolit, dan asam-basa. Sensasi rasa haus pada lansia semakin berkurang, sehingga memengaruhi asupan cairan oral (Grandjean et al., 2003). Pada ginjal, laju filtrasi glomerulus dan penyaringan oleh nefron mengalami penurunan (Burke dan Laramie, 2004).
Perubahan ini seringkali menyebabkan penurunan atau peningkatan kadar kalium pada lansia yang fungsi tubuhnya tidak lagi mampu mempertahankan homeostasis, menyebabkan ketidakseimbangan yang semakin berat. Lansia juga memiliki risiko terhadap menurunnya kemampuan mengekskresikan obat-obatan, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan asidosis respiratorik atau metabolisme, kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan hiperosolar hiponatremia dan hipernatremia (Heitz dan Horne, 2005). Perubahan fungsi jantung yang disertai pertambahan usia dapat menyebabkan asidosis respiratorik dan ketidakmampuan untuk mengompensasi asidosis metabolik. Oleh karena itu, lansia dengan berbagai penyakit yang melibatkan fungsi ginjal, keseimbangan cairan dan elektrolit, atau volume dan osmolalitas plasma, akan cenderung mengalami akibat yang serius (Monahan et al, 2007).
Gangguan Gastrointestinal
Gastroenteritis dan pengisapan nasogastric dan menyebabkan kehilangan cairan, ion kalium, dan ion klorida. Ion hydrogen juga berkurang, menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa. Berikan pendidikan kesehatan pada orang yang merawat bayi atau anak-anak tentang pentingnya mencegah dehidrasi ketika bayi dan anak mengalami diare (Hockenberry dan Wilson, 2007). Fistula gastrointestinal dapat menyebabkan kehilangan ion kalium, meningkatkan risiko terjadinya hypokalemia. Kehilangan kalium dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan asam-basa.
Tanpa memedulikan adanya proses penyakit, perawat harus menentukan berapa lama klien menderita penyakit gastrointestinal dan jenis terapi yang baru dijalani. Selain masalah kesehatan kronis, riwayat penyakit akut yang baru terjadi harus terus digali seperti adanya gejala diare atau muntah dan keadaan seperti kolostomi, pengisapan nasogastric, atau drainase intestinal. Kondisi lainnya yang menyebabkan kehilangan cairan gastrointestinal dapat memicu terjadinya dehidrasi pada klien dan berbagai gangguan ketidakseimbangan elektrolit.
Faktor Lingkungan
Kaji informasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan klien. Klien yang melakukan latihan fisik yang berlebihan atau terpapar dengan suhu yang ekstrem dapat menunjukkan tanda klinis gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Terpapar pada suhu lingkungan tang melebihi 28-30 0C, akan menyebabkan keringat yang berlebihan dan penurunan berat badan. Kehilangan berat badan lebih dari 7% dapat mengurangi kemampuan mekanisme pendinginan tubuh untuk menyimpan air. Kehilangan cairan melalui keringat dapat bervariasi mencapai maksimal 2 liter/hari (Ignatavicious dan Workman, 2005). Penggantian cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume cairan.
Diet
Riwayat diet terbaru klien merupakan komponen yang harus dikaji. Asupan cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium, dan asupan karbohidrat, lemak, dan protein dapat mempertahankan homeostasis normal cairan, elektrolit, asam-basa. Perubahan nafsu makan yang baru dialami atau oerubahan kemampuan mengunyah dan menelan dapat memengaruhi status nutrisi dan hidrasi cairan. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh mencoba mempertahankan penyimpanan protein dengan memecah glikogen dan simpanan lemak. Ketika asam lemak bebas diproduksi secara berlebihan, asidosis metabolic dapat terjadi karena hati mengubah asam lemak bebas menjadi keton, yang merupakan asam kuat. Setelah jumlah asam lemak berkurang tubuh mulai menggunakan penyimpanan protein. Kaar protein serum berada di bawah normal dan menyebabkan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan osmotic koloid serum. Cairan yang berpindah dari ruang vascular ke ruang intestitisial area peritoneal dapat menyebabkan edema. Diet juga dapat menyebabkan keadaan asidosis, karena kehilangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan osmolar cairan.
Gaya Hidup
Kaji gaya hidup yang dijalankan oleh klien. Risiko medis yang didapatkan, seperti riwayat konsumsi alcohol dan merokok, dapat semakin mengurangi kemampuan klien untuk beradaptasi terhadap perubahan keseimbangan cairan, elektrolit, asam-basa. Misalnya, kelebihan penggunaan alcohol dan tembakau dapat menyebabkan depresi peranapasan, yang selanjutnya menyebabkan asidosis respiratorik dan perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
Obat-obatan
Kategori penting lainnya yang harus dikaji adalah riwayat penggunaan obat-obatan. Jika ada pengkajian ditemukan obat-obatan yang cenderung mengganggu ketidakseimbangan elektrolit atau asam-basa, lakukan pengkajian laboratorium.
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang menyeluruh harus dilakukan karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau gangguan asam-basa dapat memengaruhi seluruh system tubuh. Data yang didapatkan selama pengkajian fisik memberikan validasi dan memberikan tambahan informasi yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan klien. Misalnya, pengkajian kulit dapat mengungkapkan adanya masalah dehidrasi saat klien mengalami deficit cairan.
Penghitungan Berat Badan Harian dan Asupan dan Keluaran Cairan
Menghitung dan mendokumentasikan semua asupan dan keluaran cairan selama 24 jam sangat penting dilakukan saat mengkaji data dasar keseimbangan cairan dan elektrolit klien. Pengkajian asupan dan keluaran cairan sangat penting dilakukannya (misalnya penurunan keluaran urine secara bertahap dapat mengindikasikan bahwa tubuh mencoba untuk beradaptasi terhadap ketidakseimbangan hiperosmolaritas cairan atau deficit volume cairan). Pengkajian akurat status cairan, seperti asupan dan keluaran, dapat mengidentifikasi apakah klien mengalami risiko atau yang telah mengalami gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Ukur berat badan klien yang mengalami perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, setiap hari. Berat badan harian adalah indicator penting status klien (Heitz dan Horne, 2005). Setiap berat badan berkurang atau bertambah sebesar 1 kg sama dengan berkurangnya atau bertambahnya cairan dalam tubuh klien sebanyak 1 liter.
Kehilangan dan penambahan cairan mengindikasikan perubahan volume total cairan tubuh. Ukur berat badan klien di waktu yang sama setiap hari menggunakan alat pengukur yang sama dan setelah klien buang air kecil. Lakukan kalibrasi pada alat ukur setiap hari atau secara rutin. Klien seharusnya memakai pakaian yang sama atau pakaian yang beratnya sama; jika menggunakan alat timbang yang memungkinkan pasien untuk tidur, gunakan linen yang sama pada setiap pengukuran. Menentukan asupan dan keluaran adalah komponen yang sangat penting untuk mengkaji keseimbangan harian cairan.
Untuk klien pada tatanan perawatan, penghitungan jumlah asupan dan keluaran cairan merupakan pengkajian yang rutin dilakukan pada klien yang sedang mengikuti prosedur tertentu, klien yang keadaannya tidak stabil, klien yang febris, klien yang mengalami restriksi cairan, serta klien yang menerima terapi diuretic dan terapi cairan IV. Perawat mengukur asupan dan keluaran cairan pada klien dengan penyakit kardiopulmonal atau ginjal kronik dank lien yang status kesehatannya terganggu atau tidak stabil.
Tabel Pengkajian Fisik dan Perilaku untuk Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa (Perry, 2010)
Pengkajian
Ketidakseimbangan
Perubahan Berat Badan
Kehilangan sebesar 2-5%
Kehilangan sebesar 5-8%
Kehilangan sebesar 8-15%
Kehilangan sebesar >15%
Penambahan sebesar 2%
Penambahan sebesar 5-8%
Defisit volume cairan ringan*
Defisit volume cairan sedang*
Defisit volume cairan berat*
Kematian*
Kelebihan volume cairan ringan
Kelebihan volume cairan sedang hingga berat
Kepala
Riwayat:
Sakit kepala
Pusing
Observasi:
Iritabilitas
Letargi
Bingung, disorientasi
Defisit volume cairan ringan,* asidosis metabolic dan respirasi, alkalosis metabolic
Defisit volume cairan ringan,* asidosis atau alkalosis repiratorik, hiponatremia
Alkalosis metabolic atau respirasi, ketidakseimbangan hyperosmolar, hypernatremia, hypokalemia
Defisit volume cairan ringan,* asidosis atau alkalosis metabolic, asidosis respiratorik, hiperkalsemia
Defisit volume cairan ringan,* hipoagnesimia, asidosis metabolic, hypokalemia
Mata
Riwayat:
Pandangan kabur
Inspeksi:
Mata cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
Edema periorbital, papilledema
Kelebihan volume cairan
Defisit volume cairan
Kelebihan volume cairan
Tenggorokan dan Mulut
Inspeksi:
Lengket, mukosa kering, bibir pecah-pecah dan kering, air liur berkurang, alur lidah longitudinal
Defisit volume cairan, hypernatremia
Defisit volume cairan
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi:
Vena leher datar
Distensi vena leher
Bagian yang bergantung: kaki, sacrum, punggung
Pengisian vena lambat
Palpasi:
Edema: bagian tubuh yang bergantung
Disritmia (juga disertai dengan perubahan EKG)
Denyut nadi meningkat
Denyut nadi menurun
Denyut nadi melemah
Pengisian kapiler berkurang
Denyut nadi kencang
Auskultasi:
Tekanan darah rendah atau disertai perubahan ortostatik
Bunyi jantung ketiga (kecuali pada anak)
Hipertensi
Palpasi:
Hipotonisitas
Hipertonisitas
Kelebihan volume cairan
Defisit volume cairan*
Kelebihan volume cairan*
Asidosis metabolic, alkalosis dan asidosis respiratorik, ketidak seimbangan kalium, hipomagnesemia
Alkalosis metabolic, asidosis respiratorik, hiponatremia, deficit volume cairan, kelebihan volume cairan, ipomagnesemia
Alkalosis metabolic, hypokalemia
Deficit volume cairan, hypokalemia
Defisit volume cairan
Kelebihan volume cairan
Deficit volume cairan, hiponatremia, hyperkalemia, hipermagnesemia
Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan
Hypokalemia, hiperkalsemia
Hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis metabolic
Kulit
Suhu tubuh:
Meningkat
Berkurang
Inspeksi:
Kering, kemerahan
Palpasi:
Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembap basah
Hypernatremia, ketidakseimbangan hyperosmolar, asidosis metabolic
Defisit volume cairan
Defisit volume cairan, hypernatremia, asidosis metabolic
Defisit volume cairan
Fokus pengkajian fisik untuk ketidakseimbangan Cairan Elektrolit, atau Asam basa (Kozier, 2010)
Sistem
Fokus Pengkajian
Teknik
Kemungkinan Hasil Abdormal
Kulit
Warna, suhu tubuh, kelembapan
Turgor kulit
Edema
Inspeksi, palpasi
Secara lembut cubit kulit di atas sternum atau aspek bagian dalam paha pada orang dewasa, pada abdomen atau paha medial pada anak-anak
Inspeksi pembengkakan nyata disekitar mata, jari, dan ekstremitas bawah
Tekan kulit di punggung kaki, di sekitar pergelangan kaki, di atas tibia, di area sakral
Kemerahan, hangat, sangat kering, lembap atau diaforesis dingin dan pucat
Tugor kulit buruk: kulit tetap berkerut selama beberapa detik dan tidak segera kembali ke posisi normal
Kulit di sekitar mata bengkak, kelopak mata tampak membengkak; cincin menjadi sempit, bekas sepatu terlihat pada kaki
Cekungan tetap terlihat (pitting): lihat skala untuk menggambarkan edema
Membran mukosa
Mata
Warna, kelembapan
Kekenyalan
Inspeksi
Secara lembut palpasi bola mata dengan kelopak mata tertutup
Membran mukosa kering, tampak kusam; lidah kering dan pecah-pecah
Bola mata terasa lunak saat palpasi
Ubun-ubun (Bayi)
Sistem kardiovaskular
Tingkat kekenyalan
Frekuensi jantung
Nadi perifer
Tekanan darah
Pengisian kapiler
Pengisian vena
Inspeksi dan secara lembut tekan ubun-ubun depan
Auskultasi, monitor jantung
Palpasi
Auskultasi suara korotkoff
Kaji tekanan darah saat berbaring dan berdiri
Palpasi
Inspeksi vena jugularis dan vena tangan
Ubun-ubun menonjol, keras ubun-ubun cekung, lunak
Takikardia, bradikardia; tidak teratur, disritmia
Lemah dan dangkal; memantul
Hipotensi
Hipotensi postural
Pengisian kapiler melambat
Distensi vena jugularis; vena jugularis datar, pengisian vena buruk
Sistem pernapasan
Frekuensi dan pola pernapasan
Bunyi paru
Inspeksi
Auskultasi
Peningkatan atau penurunan frekuensi dan kedalaman pernapasan
Ronki basah
Neurologi
Tingkat kesadaran (LOC)
Orientasi, kognisi
Fungsi motorik
Refleks
Refleks abnormal
Observasi, stimulasi
Memberi pertanyaan
Uji kekuatan
Uji refleks tendon dalam (Deep-tendon reflex, DTR)
Tanda Chovstek: ketuk di atas saraf wajah sekitar 2 cm di depan tragus telinga
Tanda Trosseau: gembungkan manset tekanan darah pada lengan atas sampai 20 mmHg lebih tinggi dari tekanan sistolik. Biarka selama 2 sampai 5 menit
Penurunan tingkat kesadaran,
letargi, stupor, atau koma
Disorientasi, konfusi: kesulitan berkonsentrasi
Kelemahan, penurunan kekuatan motorik
Hiperaktif atau depresi refleks tendon dalam
Kedutan otot wajah termasuk kelopak mata dan bibir pada bagian yang dirangsang
Spasme karpal: kontraksi tangan dan jari pada sisi yang terkena
Asupan oral meliputi semua cairan yang diminum per oral (jus, es krim, air minum, sup) yang berasal dari selang nasogastik atau jejunostomi, cairan IV termasuk infus yang kontinyu, dan darah atau komponen darah. Klien yang mendapatkan asupan melalui selang biasanya mendapatkan obat obatan cair dalam jumlah yang spesifik, dan air yang digunakan untuk membilas selang sebelum atau sesudah pemberian obat obatan. Dalam waaktu 24 jam, cairan ini dapat dijumlahkan sebagai jumlah asupan dan dapat dicatat pada lembar pencatatan balance cairan. Keluar dalam bentuk cair meliputi urine, dan drainase yang berasal dari luka pasca pembedahan atau selang lainnya.
Instruksi klien yang dapat bergerak untuk menampung urine dalam tabung hitungnya, yang diletakan dibawah toilet duduk. Catat pengeluaran urine setiap kali buang air kecil. Jika klien terpasang kateter foley, drainase atau selang penghisapan catat jumlah cairaan yang didapatkan (misalnya cairan yang didapatkan pada akhir pergantian jam dinas atau setiap jam) sesuai dengan keadaan klien.
Kerjasama klien dan keluarga sangat penting untuk mempertahankan perhitungan asupan dan keluaran yang akurat. Klien harus memiliki kemampuan daya lihat dan motorik yang baik untuk melakukan pengkajian. Ajari klien dan kluarga tentang tujuan penghitungan dan beri tahu perawat untuk mengosongkan tabung yang berisi urine atau ajarkan tentang tata cara mengukur dan mengosongkan kantong urine. Klien yang tidak mampu membaca dan menghitung akan mengalami kesulitan menghitung jumlah total asupan kekurangan urine.
Dirumah sakit lembar dokumentasi asupan dan keluaran urine berada di papan dokumentasi klien atau diruangan klien. Hitung total jumlah urine selama 24jam sesuai kebijakan institusi. Delegasikan tugas menghitung asupan dan keluaran cairan pada personal pembantu perawat yang kompeten dalam menghitung dan menjumlah. Jangan memikirkan jumlah asupan dan kluaran klien. Personel pembantu perawat harus melaporkan temuan pada perawatan RN yang bertanggungjawab atau perawat vokasional berlisensi (Perry, 2010).
Anamnesa
Asupan makanan dan Cairan
Berapa kali dan apa jenis cairan yang anda minum setiap hari?
Uraikan diet anda pada satu hari tertentu. (Beri perhatian khusus pada asupan makanan klien yang tinggi natrium, protein dan gandum utuh. Buah-buahan, dan sayuran).
Apakah ada perubahan terbaru dalam asupan makanan atau cairan anda, misalnya, akibat program penurunan berat badan?
Apakah anda sedang menjalani diet ketat?
Apakah asupan makanan atau cairan anda baru-baru ini dipengaruhi oleh perubahan napsu makan. Mual, atau faktor lain seperti nyeri atau kesulitan pernapasan?
Haluaran Cairan
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan frekuensi atau jumlah haluaran urine anda baru-baru ini?
Apakah anda baru-baru ini mengalami masalah muntah, diare, atau konstipasi? jika ya, kapan dan berapa lama?
Apakah anda memperhatikan adanya kehilangan cairan yang tidak biasa seperti berkeringat berlebihan?
Hasil labolatorium
Kaji hasil pemeriksaan labolatorium klien untuk mendapatkan data objektif yang lebih lengkap tentang keseimbangaan cairan, elektrolit dan asam basa. Pemeriksaan tersebut meliputi kadar elektrolit serum dan urine, hematokrit, kadar kreatinin darah kadar nitrogen dalam darah, berat jenis urine dan pemmerikasaan gas darah arteri. Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah dan keseimbangan asam basa. Frekuensi perhitungan kadar elektrolit bergantung pada tingkat keparahan penyakit klien. Pemeriksaan elektrolit serum dilakukan secara rutin pada klien yang datang kerumah sakit untuk melihat perubahan atau mendapatkan data dasar untuk pembandingan di masa yang akan datang.
Banyak pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menentukan status cairan, elektrolit, dan asam-basa klien. Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan dibahas di sini.
Elektrolit Serum.
Kadar elektrolit serum biasanya secara rutin diprogramkan untuk setiap klien yang masuk ke rumah sakit sebagai sebuah uji penapisan untuk ketidakseimbangan elektrolit dan asan-basa. Elektrolit serum juga secara rutin dikaji untuk klien yang berisiko di komunitas, misalnya, klien yang diberi terapi diuretik untuk mengatasi hipertensi atau gagal jantung Pemeriksaan serum yang paling sering diprogramkan adalah pemeriksaan natrium, kalium, klorida, magnesium, dan ion bikarbonat. Nilai normal elektrolit yang biasa diukur ditunjukkan dalam Kotak 50-5
Darah Periksa Lengkap (DPL Hitung darah lengkap, uji tapis dasar yang lain, meliputi informasi mengenai hematokrit (Ht). Hematokrit mengukur volume (persentase) seluruh darah yang tersusun atas sel darah merah (SDM). Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam hubungannya dengan plasma, hematokrit dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Dengan demikian hematokrit meningkat pada dehidrasi berat dan menurun pada overhidrasi berat. Nilai hematokrit normal adalah 40% sampai 54% (pria) dan 37% sampai 47% (wanita)
Osmolalitas. Osmolalitas serum adalah pengukuran konsentrasi zat terlarut dalam darah. Partikel yang termasuk di dalamnya adalah ion natrium, glukosa, dan urea (nitrogen urea darah, atau BUN). Osmolalitas serum dapat diperkirakan dengan mengjumlah natrium serum, karena natrium dan ion klorida yang menyertainya adalah penentu utama osmolalitas serum. Nilai osmolalitas serum digunakan terutama untuk mengevaluasi keseimbangan cairan. Nilai nomal adalah 280 sampai 300 mOsm/kg. Peningkatan osmolalitas serum mengindikasikan adanya defisit volume cairan; penurunan merefleksikan adanya kelebiban volume cairan. Osmolalitas urine adalah pengukuran konsentrasi zat terlarut dalam urine, Partikel yang termasuk di dalamnya adalah sisa nitrogen, seperti kreatinin, urca, dan asam urat. Nilai normal osmolalitas urine adalah 500 sampai 800 mosm/kg. Peningkatan osmolalitas urine mengindikasikan adanya defisit volume cairan; penurunan osmolamine merefleksikan kelebihan volume cairan.
PH Urine. Pengukuran pH urine dapat diperoleh dengan analisis laboratorium atau dengan menggunakan sebuah dipstik pada spesimen kemih yang baru saja dikeluarkan. Karena ginjal berperan penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa, pengkajian pH urine dapat bermanfaat dalam menentukan apakah ginjal berespons secara tepat terhadap ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal relatif bersifat asam, berkisar antara 6,0 tetapi kisaran 4,6 sampai 8,0 dianggap normal. Pada asidosis metabolik, pH urine turun saat ginjal mengekskresikan ion hidrogen; pada alkalosis metabolik, pH naik. Berat Jenis Urine. Berat jenis adalah sebuah indikator konsentrasi urine yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah oleh personel keperawatan. Berat jenis normal berkisar dari 1,005 sampai 1,030 (biasanya 1,010 sampai 1,025). Apabila konsentrasi zat terlarut dalam urine tinggi, berat jenis meningkat; pada urine yang sangat encer dengan sedikit zat terlarut, berat jenis urine rendah secara abnormal.
Gas Darah Arteri, Gas darah arteri (GDA) dilakukan untuk mengevaluasi keseimbangan asam-basa dan oksigenasi klien. Darah arteri digunakan sebab memberikan gambaran terbenar tentang pertukaran gas dalam sistem paru dibandingkan darah vena. Gas darah dapat dilakukan oleh teknisi laboratorium, personel terapi pernapasan, atau perawat dengan keterampilan khusus. Karena arteri bertekanan tinggi yang digunakan untuk tempat pengambilan darah, penting untuk menekan tempat injeksi 5 menit setelah prosedur untuk mengurangi risiko perdarahan atau memar. Enam pengukuran umumnya dilakukan untuk menginterpretasi pemeriksaan gas darah arteri:
pH, ukuran asiditas atau alkalinitas relatif darah
PaO2, tekanan yang dikeluarkan oleh oksigen yang terlarut di dalam plasma darah arteri; pengukuran kandungan oksigen darah secara tidak langsung
PaCO2, tekanan parsial karbon dioksida di dalam plasma darah arteri: komponen penentu asam-basa dalam pernapasan
Bikarbonat HCO3, pengukuran komponen metabolik pada keseimbangan asam-basa.
Kelebihan basa (base excess, BE), perhitungan nilai kadar bikarbonat, juga merefleksikan komponen metabolik pada keseimbangan asam-basa.
Saturasi oksigen (Sao persentase hemoglobin yang tersaturasi (berkombinasi) dengan oksigen.
Nilai GDA normal tercantum dalam Kolak 50-6. Perubahan yang dijumpai pada ketidakseimbangan asam basa yang umum. Perhatikan bahwa meskipun PaO2 dan SaO2 penting untuk mengkaji status pernapasan, namun umumnya tidak memberikan informasi bermanfaat untuk mengkaji ke dalam asam-basa sehingga tidak dimasukkan ke tabel ini.
Nilai Normal Gas darah Arteri
PH
7,35-7,45
PaO2
80-100 mmHg
PaCO2
35-45 mmHg
HCO3
22-26 mEq/l
Kelebihan basa
-2 sampai +2 mEq/l
Saturasi O2
95-98%
Saat mengevaluasi hasil GDA untuk menentukan keseimbangan asam-basa, sangat penting untuk menggunakan sebuah pendekatan sistematis seperti yang tercantum dalam tabel. Perawat perlu mengkaji setiap pengukuran secara individual, kemudian perhatikan hubungannya satu sama lain untuk menentukan tipe ketidakseimbangan asam-basa yang mungkin terjadi.
Harapan klien
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa yang dialami klien sering kali sudah parah sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengkajian akan harapan klien. Namun, jika klien memiliki kesadaran yang cukup baik untuk mendiskusikan perawatan, kaji kebutuhan jangka pendek (misalnya ingin mengatasi rasa mual) atau kebutuhan jangka panjang (misalnya pemahaman tentang bagaimana mencegah perubahan yang mungkin akan terjadi). Klien harus mampu memahami arti dari perubahan cairan, elektrolit, atau asam basa sehingga klien mampu mengekspresikan harapannya akan perawatan. Tingkatkan rasa percaya klien dengan memberikan respon yang kompeten terhadap perubahan keadaan yang tiba-tiba dan melalui komunikasi dengan klien dan / atau anggota keluarga.
REFERENSI
Ambarwati.(2014).Konsep kebutuhan dasar manusia.Yogyakarta:Parama Ilmu
Kozier, Erb.Fundamental keperaatann konsep, proses, dan praktik volume 2 edisi 7.Jakarta:EGC
Perry, Potter.(2006).Fundamental Keperawatan:konsep, proses, dan praktik edisi 4.Jakarta:EGC
Perry, Potter.(2010).Fundamental of nursing edisi 7.Jakarta:Salemba Medika
Priharjo, Robert.(1996).Pengkajian fisik keperawatan.Jakarta:EGC