PENGOLAHAN TANAH SAWAH
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 8
Felomenaria Saores Pardede (141510501005)
Dhanu Triyoso (141510501136)
Dheka Nur F (141510501066)
Muhammad Fauzy (141510501166)
Rona Alkanza (141510501120)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan tanah merupakan langkah dasar yang menjadi fondasi dari setiap kegiatan membudidaya suatu tanaman. Faktor keberhasilan mengolah lahan dipengaruhi oleh kemampuan memahami kondisi lingkungan dengan jenis tanaman yang ingin dibudidayakan. Lahan yang diolah harus sesuai dengan kebutuhan hara akan jenis tanaman yang akan ditanam pada lahan yang akan diolah karena setiap tanaman memiliki kemampuan dan kebutuhan akan hara dan mineral lain dengan takaran yang berbeda-beda sesuai dengan morfologi dan kebiasaan hidupnya.
Indonesia merupakan kawasan wilayah tropika yang mempunyai topografi dan jenis tanah yang beragam. Perbedaan jenis tanah dan topografi di Indonesia mengakibatnya banyaknya cara dan metode pengolahan tanah pada sistem budidaya pertanian di Indonesia. Pengolahan tanah di wilayah Indonesia juga disesuaikan dengan sistem adat dan budaya pada tiap-tiap daerah. Para petani tradisional di Indonesia memiliki ilmu mengolah tanah yang didapat secara turun-temurun, namun kini telah banyak usaha dari pemerintah dengan penyuluhan maupun relawan yang berbagi ilmu pengolahan tanah secara baik dan benar melalui penelitian secara ilmiah.
Kesalahan pada pengolahan tanah akan berakibat fatal pada kemampuan pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Apalagi banyak kendala yang dihadapi para pembudidaya tanaman pada saat ini seperti penyempitan lahan dan perubahan iklim secara ekstrim. Perubahan keadaan iklim ini menyebabkan perubahan dan pengembangan sistem dan cara pengolahan tanah agar menjaga dan meningkatkan kemampuan produksi suatu komoditas ditengah berbagai kendala lingkungan yang saat ini terjadi.
Tujuan
1. Mengetahui cara mengolah tanah sawah menggunakan traktor.
2. Mengetahui tahapan pengolahan tanah sawah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Saridevi, dkk (2013), tanah merupakan hasil campuran dari pelapukan batuan dan jasad mahkluk hidup yang lah mati dan membusuk. Akibat pengaruh cuaca, jasad mahkluk hidup yang membusuk tadi menjadi lapuk dan mineral-mineralnya terurai atau terlepas dan kemudian membentuk tanah yang subur yang menjadi lapisan atas bumi. Pembentukan tanah merupakan pembentukan dan pelapukan batuan dan jasad mahkluk hidup yang cukup rumit. Tanah terwujud melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang panjang dan berjuta-juta tahun umurnya.
Menurut Lumbanraja (2013), tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman. Tanah adalah sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia. Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentu memerlukan pola pengolahan yang beragam juga. Hasil pertanian dalam volume besar dapat diperoleh dengan sumberdaya tanah dalam pertanian dengan tanah sebagai media tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada kemampuan tanah yang menyediakan unsur hara, air dan udara bagi tanaman.
Keadaan fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman akan menghasilkan produksi tanaman yang lebih baik. Pengolahan tanah yang efektif dapat membentuk keadaan fisik tanah yang baik. Selain membentuk keadaan fisik tanah, pengolahan tanah juga dapat mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan sesuai dengan jenis tanah dan komoditas yang akan diusahakan. Pengolahan tanah yang biasa dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan mencacah sisa-sisa tanaman dan mencampurkannya kedalam tanah. Pengolahan tanah dengan cara ini akan memakan energi yang cukup banyak untuk pengolahan tanah pertama yang diikuti oleh pengolahan tanah kedua untuk membasmi gulma dan menyiapkan lahan pertanaman. Manfaat pengolahan tanah masih banyak diragukan, banyak yang berpendapat bahwa pengolahan tanah justru membawa dampak negatif terhadap usaha pertaniannya. Dampak negatif berupa erosi pada lahan-lahan miring yang semakin membesar akibat pengolahan tanah, mineralisasi bahan organik tanah yang akan dipercepat sehingga berakibat menurunnya kemantapan agregat pada tanah yang diolah.masih banyak para petani yang kurang mengerti dalam melakukan pengolahan tanah yang benar. Mereka cenderung membakar sisa-sisa tanaman begitu saja, padahal hal itu dapat mengurangi kandungan bahan organik tanah dan hingga pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanah yang akan menurunkan kualitas sumberdaya tanah (Intara dkk, 2011).
Tujuan umum pengolahan tanah menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur (2013) yaitu untuk menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum mungkin. Tujuan khusus pengolahan tanah menurut Kepner, et al (1972) dalam Dinas Perkebunan Jawa Timur (2013) yaitu untuk menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk pesemaian atau tempat tumbuh benih, meningkatkan kecepatan infiltrasi, menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi. Pengolahan tanah dapat menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu, membenamkan tumbuhan yang diatas tanah sehingga menambah kesuburan tanah, membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Menurut Hardjowigeno dan Rayes (2005) dalam Palembang, dkk (2013), tanah sawah adalah tanah atau media tanam yang digunakan untuk meletakkan bahan tanam untuk bertanam padi sawah. Penanaman padi pada tanah sawah dapat dilakukan terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah dalam ilmu taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti tanah perkebunan maupun tanah pertanian lainnya. Irigasi merupakan sumber air bagi sawah irigasi, sedangkan sawah yang mengandalkan air hujan disebut sawah tadah hujan. Pada daerah pasang surut ditemukan sawah surut sedangkan pada daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak.
Sifat tanah dapat mengalami perbedaan dengan adanya perbedaan pola tanam. Perbedaan pola tanam yang menyebabkan perbedaan lama penggenangan menjadi penyebab perbedaan pada sifat tanah sawah. Perubahan pola tanam menyebabkan perubahan baik fisika maupun kondisi biologis tanah sawah. Pada setiap musim, sifat tanah mengalami perbedaan karena pola tanam yang digunakan pada setiap musim menggunakan pola tanam dan jenis tanaman yang berbeda (Palembang dkk, 2013).
Menurut Mawardiana dkk (2013), upaya peningkatan kualitas tanah sawah dapat dilakukan dengan melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Jenis pupuk yang mengandung unsure esensial yang bersifat baik bagi tanah maupun pertumbuhan tanaman adalah pupuk yang mengandung unsur N seperti NPK. Penambahan nitrogen kedalam tanah dapat meningkatkan kualitas tanah. Penambahan nitrogen ke dalam tanah dapat dilakukan melalui air huja, dimana jumlah yang masuk kedalam tanah tergantung dari iklim dan untuk daerah tropis penambahan nitrogen akan lebih banyak melalui air hujan. Pupuk dan bahan organik yang diaplikasikan dapat menambahkan unsur nitrogen kedalam tanah. Kehilangan unsur nitrogen dapat terjadi karena diabsorsi tanaman, volatilisasi, pencucian, erosi dan kehilangan panen.
Pengolahan tanah pada tahap persiapan lahan dilakukan sebelum penanaman padi. Pengolahan lahan pada tahap persiapan lahan dilakukan dengan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari tumbuhan liar maupun gulma. Biasanya petani membutuhkan waktu selama 7-14 hari pada lahan bekas ladang atau perkebunan, sedangkan untuk lahan baru membutuhkan waktu selama 20-30 hari. Pengolahan lahan pada tahap pemeliharaan tanaman padi yaitu dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan memperbaiki pematang dan saluran drainase (Katanja, 2011).
Pengolahan tanah meliputi beberapa tahap pengerjaan antara lain, membersihkan lahan, membajak, mencangkul dan meratakan tanah dengan melumpurkan tanah (menggaru atau gelebek). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Seluruh kegiatan harus lakukan dengan teknik pengerjaan yang benar. Kesalahan pada pengerjaan akan berpengaruh pada kualitas tanah tempat menanam padi ataupun pembibitan padi. Pengolahan tanah dapat menggunakan alat seperti traktor, cangkul, parang arit dan sebagainya (Auliaturridha dkk, 2012).
Pengolahan tanah pada tanah sawah dapat dilakukan dengan menggunakan traktor tangan secara modern maupun penggunaan alat tradisional seperti cangkul maupun ternak sapi. Penggunan traktor tangan pada pengolahan tanah padi sawah diarahkan untuk menunjang konsep mekanisasi pertanian selektif. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan traktor merupakan penyesuaian dari perkembangan industri. Traktor merupakan antisipasi terhadap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengolahan tanah. Penggunaan traktor dapat menghemat biaya dan tenaga dalam pengembangan usahatani padi dibandingkan penggunaan alat bajak tradisional yang mengandalkan tenaga ternak maupun tenaga manusia (Prabawa, 2011).
Pengolahan tanah dengan menerapkan teknik yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan pada tanah. Hancurnya sebagian besar agregat tanah adalah akibat daya rusak alat-alat pengolahan tanah. Dengan penerapan yang sesuai, atau dengan teknik pengolahan tanah yang sudah dianjurkan oleh para ahli berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dampak kerusakan pada tanah akibat daya rusak alat-alat pengolahan tanah dapat ditekan. Akibat perlakuan-perlakuan yang tidak sesuai, agregat tanah menjadi kurang mantap dan keadaan demikian akan menyebabkan tanah menjadi peka terhadap daya kerusakan (Kartasapoetra dan Mul, 1988).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar teknologi pertanian tentang "Pengolahan Tanah" yang dilaksanakan UPT Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada hari jumat 28 Maret 2014 pukul 07.00 - selesai
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Traktor
Cangkul
Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Modul praktikum
2. Sawah lahan basah
3.3 Cara Kerja
1. Membersihkan areal persawahan dari sisa jerami atau rumput.
2. Memperbaiki dan memeriksa kembali saluran aliran ir serta galengan.
3. Melakukan pembajakan sawah menggunakan hand tractor.
4. Mengolah bagian sawah yang tidak terjangkau oleh hand tractor menggunakan cangkul.
5. Menjalankan traktor sesuai dengan pola alur yang ditentukan.
6. Memberokan/membiarkan tanah dalam keadaan jenuh air selama beberapa hari setelah selesai dibajak. Kemudian melakukan penggaruan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH
1
Pembersihan Petak Sawah
1.
1.
Tahap Pekerjaan:
Membersihkan petak sawah dari sisa-sisa jerami dan rumput.
Pembersihan petak sawah dilakukan dengan menggunakan cangkul ataupun sabit.
2.
Pengamatan Hasil :
Sawah/petak yang telah dibersihkan dari sisa-sisa jerami dan rumput menjadi lebih mudah dan bersih untuk melakukan tahap selanjutnya, dan juga saluran air menjadi lancar dan bersih dari gulma.
Petak sawah bersih dari gulma dan tanaman yang tidak diinginkan.
3.
Keterangan:
Sebaiknya sisa-sisa jerami dan rumput yang telah dibersihkan, jangan dibakar. Lebih baik dijadikan kompos. Jika dibakar akan mengurangi kandungan unsur hara tanah. Jerami dibiarkan membusuk didalam tanah untuk menambah kesuburan tanah.
2.
Perbaikan Saluran dan Galengan
1.
Tahapan Pekerjaan :
Persiapan alat cangkul untuk memperbaiki galengan dan saluran
Saluran dan galengan mulai dicangkul dengan kemiringan tidak lebih dari 45°
2.
Pengamatan Hasil:
Galengan yang baik dalah galengan yang tingginya cukup untuk dapat menahan air dengan baik agar air tidak dapat keluar saat proses penjenuhan lahan.
3.
Keterangan :
Galengan dan saluran air berguna untuk penyaluran air kedalam lahan dan penahan air keluar dari sawah atau petakan.
3.
Pencangkulan
1.
Tahapan Pekerjaan :
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan mudah diolah
Pencangkulan dilakukan bersamaan dengan perbaikan galengan yang bocor.
Lahan sawah yang telah dibajak, diamati dan dicari bagian sawah yang belum terjangkau traktor. Lalu mencangkul bagian sawah yang tidak terkena traktor.
2.
Pengamatan Hasil :
Tanah akan menjadi lunak, karena kandungan unsur hara terbalik ke atas.
Seluruh tanah dalam petakan sawah dalam keadaan terbalik dan tercampur aduk rata.
3.
Keterangan :
Lahan yang biasa dicangkul adalah lahan yang berada di bagian pojok sawah yang tidak terjangkau oleh traktor.
4.
Pembajakan
1.
Tahapan Pekerjaan :
Sebelum pembajakan, tanah harus digenangi air terlebih dahulu sampai kondisi jenuh tetapi tidak sampai tergenang.
Pembajakan dimulai dari tepi / dari tengah petakan sawah dengan kedalaman mata bajak 15-25 cm.
2.
Pengamatan Hasil :
Tanah akan terbalik, unsur hara berada di bagian atas tanah.
Rumput akan mati.
3.
Keterangan :
Pembajakan dilakukan 2 kali dengan arah memanjang dan melintang.
5.
Penggaruan
1
Tahap Pekerjaan :
2
Pengamatan Hasil :
3
Keterangan :
Pembahasan
Mengolah tanah adalah suatu proses dimana tanah digemburkan atau dilembekkan dengan alat-alat seperti cangkul, bajak atau garu dengan menggunakan tenaga manusia, hewan maupun mesin. Kegiatan mengolah tanah adalah kegiatan awal yang umumnya dilakukan para petani sebelum melakukan kegiatan penanaman tanaman budidaya. Pengolahan tanah berfungsi untuk menyiapkan terlebih dahulu lahan yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan menanam tanaman. Tujuan dasar dari pengolahan tanah yaitu untuk menyiapkan tanah sebelum ditanam dengan membolak balik tanah agar tanah yang berada dibawah permukaan tanah menjadi diatas permukaan tanah. Pengolahan tanah berfungsi untuk membentuk fisik dan biologis tanah agar lebih baik dan menjadi lahan yang baik dan siap untuk ditanami, membunuh gulma yang akan menyebabkan persaingan hara terhadap tanaman budidaya, mencampur pupuk dengan tanah, membunuh serangga dengan perubahan tempat tinggal dan sinar matahari, merotasi udara dengan memasukkan oksigen kedalam tanah. Sistem pengolahan tanah yang akan dilakukan harus menyesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam. Lahan yang diolah sebaiknya diolah dengan metode yang benar, agar tanaman yang ditanam pada tanah tersebut akan baik pertumbuhan dan perkembangannya.
Berdasarkan pengamatan dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan di Agrotechnopark (ATP) Jubung pada hari Sabtu, 23 Maret 2015, pengolahan tanah dilakukan sebelum melakukan kegiatan menanam. Pangolahan tanah yang dilakukan menggunakan alat traktor tangan. Teknik mengolah tanah yang benar yaitu dengan melakukan pengolahan tanah satu atau dua bulan sebelum penanaman. Cara atau metode pengolahan tanah terbagi menjadi dua yaitu pengolahan tanah modern dan pengolahan tanah tradisional. Pengolahan tanah modern yaitu pengolahan tanah dengan pengaplikasian perkembangan teknologi terkini seperti penggunaan traktor yang digerakkan dengan bantuan mesin. Pengolahan tanah tradisional adalah pengolahan tanah yang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan dengan alat yang sederhana. Alat pengolahan tradisional umumnya hanya menggunakan tenaga manusia maupun hewan seperti cangkul dan pembajakan sawah dengan menggunakan hewan ternak.
Mengolah tanah dapat mempengaruhi kualitas dan kandungan hara yang tersedia didalam tanah. Pada proses pengolahan tanah ada beberapa hal yang harus perhatikan untuk menjaga dan mempertahankan tingkat kesuburan tanah serta keberhasilan dalam kegiatan pembudidayaan tanaman. Terdapat banyak jenis tanah yang tersebar di permukaan bumi, setiap tanah pada suatu wilayah akan memiliki sifat dan karakter masing-masing jenis tanah. Sifat tanah akan dipengaruhi oleh tekstur dan struktur penyusun tanah. Pengolahan tanah sangatlah perlu untuk memperhatikan jenis tanah, struktur dan tekstur tanah sebelum melakukan penanaman tanaman. Selain jenis tanah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan tanah seperti kemiringan tanah, vegetasi, sebaran batuan, tanaman yang akan dibudidayakan dan kadar air tanah. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi pada sistem dan cara yang akan digunakan saat melakukan proses pengolahan tanah. Tanah yang diolah tanpa memperhatikan tersebut akan sangat sulit untuk meningkatkan usahatani yang sedang diusahakan atau tanaman yang sedang dibudidayakan. Menurut Palembang, dkk (2013), sifat pada tanah akan menentukan jenis tanaman dan pengelolaan tanah yang akan digunakan. Sifat pada tanah dapat berubah jika melakukan penanaman dengan jenis tanaman yang berbeda karena perbedaan jenis tanaman tersebut akan terjadi perbedaan pada perlakuan pada tanah tempat tanaman tersebut ditanam. Untuk itulah perlunya memperhatikan sifat dan jenis tanaman dalam melakukan proses pengolahan tanah agar menekan dampak kerugian terhadap penurunan kualitas tanah dan penurunan pada produktivitas tanaman yang sedang dibudidayakan. Pengolahan tanah yang dilakukan dengan baik dan memperhatikan segala aspek yang berkaitan akan menghasilkan keuntungan dari segi kesuburan tanah dan tingkatan produktivitas tanaman yang dbudidayakan.
Kegiatan mengolah tanah dilakukan satu atau dua bulan sebelum melakukan kegiatan menanam tanaman budidaya. Sebelum melakukan kegiatan pengolahan tanah, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Untuk tanah yang akan digunakan sebagai pesemaian, tanah pesemaian harus mulai diolah ±25-40 hari sebelum penanaman. Pada kegiatan praktikum di ATP Jubung, sistem penanaman padi yang digunakan adalah padi basah. Untuk menyiapkan persiapan yang dilakukan sebelum pembajakan pengolahan tanah yaitu tanah yangakan diolah harus bersih dari sisa-sisa tanaman seperti rumput maupun jerami. Pengolahan tanah atau pembajakan tanah akan memerlukan air untuk melunakkan tanah, untuk itu diperlukan kegiatan perbaikan saluran agar air dapat tertahan didalam lahan yang akan dibajak. Perbaikan saluran dan galengan yang bocor dapat dilakukan dengan menggunakan alat cangkul. Sebelum dibajak, tanah harus digenangi air agar tanah menjadi lunak sampai tanah dalam kondisi jenuh tetapi tidak sampai menggenangi tanah yang akan dibajak.
Pengolahan tanah yang dilakukan dengan baik dan benar akan memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Kegiatan mengolah tanah memerlukan pola-pola tertentu untuk mengefisiensikan penggunaan waktu dan tenaga. Dengan adanya pola pada pengolahan tanah, diharapkan pengolahan tanah dapat berlangsung lebih cepat karena jika pengolahan tanah yang dilakukan dengan pola, tanah yang sudah diolah tidak perlu diolah kembali. Selain menghemat waktu dan tenaga, pola pada pengolahan tanah terbukti lebih merata dibandingkan dengan pengolahan tanah tanpa pola atau alur olah tanah. Terdapat beberapa pola pengolahan tanah yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam melakukan kegiatan pengolahan tanah yaitu pola tengah, pola tepi, pola keliling tengah, dan pola keliling tepi. Keempat pola tersebut tentu saja memiliki jalur pembajakan tanah yang berbeda. Tipe pola pembajakan dapat disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebiasaan petani.
Gambar 1. Pola Tengah
Gambar 1. Pola Tengah
Gambar 2. Pola Tepi
Gambar 2. Pola Tepi
Gambar 3. Pola Keliling Tengah
Gambar 3. Pola Keliling Tengah
Berdasarkan kegiatan acara praktikum pengolahan tanah yang dilaksanakan, pola pengolahan tanah yang digunakan merupakan pola pengolahan tanah dengan tipe pola tepi. Pola pengolahan tanah dengan tipe pola tepi dilakukan dari tepi dengan membujur lahan. Traktor diputar ke kiri dan pembajakan dilakukan dari tepi lahan dengan arah yang sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara memutar traktor ke kiri sampai ke tengah lahan. Sisa pinggir lahan yang tidak terkena bajak dengan traktor dapat diolah secara manual dengan menggunakan alat tradisional (cangkul).
Sawah yang telah selesai dibajak dialiri air dan dibiarkan tergenang dengan kedalaman 2,5 cm selama 1 minggu. Penggenangan pada sawah tanaman padi selama beberapa periode akan dapat mengubah sifat kimiawi, mikrobiologi dan ketersediaan nutrient dalam tanah. Perubahan lingkungan tersebut selanjutnya mempengaruhi keberadaan dan aktivitas mikroba yang berada didalam tanah. Aktivitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan produktivitas tanah. Selain mengubah fisik tanah melalui aktivitas mikroba akibat perubahan lingkungan, pembiaran pada tanah yang telah dibajak berfungsi sebagai waktu untuk membiarkan sisa-sisa tanaman yang telah tercampur aduk bersama tanah agar membusuk dan menjadi pupuk tambahan bagi kesuburan tanah, sedangkan air berfungsi sebagai media pembantu yang mempercepat proses pembusukan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman, rumput dan gulma (Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).
Pengolahan tanah dengan membajak tanah memerlukan air untuk melembutkan permukaan tanah. Selain melembutkan permukaan tanah agar mudah dibalik oleh mata traktor, tanah yang lembut akan terhindar dari melekatnya tanah pada mata traktor. Tanah yang siap dibajak adalah tanah yang jenuh air tetapi tidak tergenang untuk menghindari tanah yang terlalu lembek supaya tidak terlalu berlumpur. Tanah yang terlalu berlumpur tidak dapat dilakukan pembajakan secara optimal. Tanah yang jenuh adalah tanah yang mampu menampung air dengan kapasitas yang diharapkan untuk pembajakan tanah. Tanah yang siap dibajak tidak boleh tergenang oleh air (nyemek, Jawa). Setelah dilakukan pembajakan, tanah yang telah siap dibajak digenangi air selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman serta melunakkan bongkahan tanah. Bongkahan tanah yang telah lunak pada lahan yang telah selesai dibajak, siap untuk digaru atau diratakan. Proses penggaruan adalah proses untuk meratakan tanah dengan tujuan untuk meratakan pupuk yang telah dicampur pada proses pembajakan. Hal terpenting dalam proses penggaruan adalah kadar air. Air yang berada dalam petakan sawah tidak diperkenanankan untuk dikeringkan atau habis, untuk itu saluran pemasukan dan pengeluaran air harus ditutup.
Pada panen musim tanam sebelumnya, terdapat sisa-sisa tanaman padi yang masih tertinggal pada lahan. Saat proses pembajakan tanah, sisa-sisa tanaman tersebut dibiarkan dilahan dan dibiarkan untuk diaduk bersama tanah yang dibajak. Sisa-sisa tanaman yang diaduk kedalam tanah akan membusuk dan menjadi pupuk tambahan bagi kesuburan tanah. Kegiatan pembiaran pada sisa-sisa tanaman ini akan lebih bermanfaat jika sisa tanaman tersebut dibakar. Pembakaran pada sisa tanaman dilahan akan menurunkan mutu kesuburan tanah karena pembakaran sisa-sisa tanaman dapat menghilangkan hara yang terkandung dalam tanah. Pantogen yang terdapat pada sisa-sisa tanaman akan ikut mati, karena pembalikkan pada tanah akan mengubah tempat hidup dan terik matahari akan membantu membunuh organisme pengganggu.
Tanah pada lahan yang akan dibajak haruslah tanah yang benar-benar subur dan sudah teraliri oleh air. Air berfungsi sebagai media pelunak tanah. Tanah yang telah lunak akan mempermudah proses pembajakan tanah. Kedalaman dalam kegiatan pengolahan tanah dengan pembajakan tanah sekitar ±15-25 cm. tanah yang dibajak harus benar-benar teraduk dan berbalik supaya tujuan dan manfaat dari pembajakan tanah dapat terwujud.
Pada pembajakan tanah, sisa-sisa tanaman berupa batang padi sebaiknya dibiarkan dan ikut teraduk bersama tanah yang dibajak karena sisa-sisa tanaman yang terlihat tidak berguna sebenarnya memiliki manfaat yang baik bagi kesuburan tanah jika diolah secara benar. Sisa-sisa tanaman yang ikut terbajak bersama tanah akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Batang sisa tanaman tersebut berperan sebagai pupuk tambahan saat membusuk dan tercampur dengan tanah saat dibajak. Menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur (2013), pengolahan tanah dapat menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu, membenamkan tumbuhan yang diatas tanah sehingga menambah kesuburan tanah, membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Seiring perkembangan jaman yang diikuti perkembangan teknologi terutama pada pengembangan sektor pertanian, terdapat macam-macam perlakuan pada tanah guna meningkatkan hasil dan kualitas produk pertanian terutama pada bidang pangan. Saat ini terdapat dua perlakuan yang berbeda pada teknik pengolahan tanah, yaitu sistem budidaya padi sawah dengan olah tanah dan sistem budidaya padi tanpa olah tanah. Pada sistem budidaya padi dengan olah tanah, pengolahan tanah dilakukan secara runtut mulai dari penyiapan pengolahan tanah berupa pembersihan lahan, perbaikan bedengan dan saluran, pencangkulan, proses pembajakan, pembiaran tanah selama 5-7 hari, dan pemberoan tanah. Sistem olah tanaha secara konvensional tersebut memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Sistem budidaya padi sawah tanpa olah tanah merupakan alternative pada permasalahan kelangkaan tenaga kerja pada saat ini. Budidaya padi tanpa olah tanah merupakan penyiapan lahan sawah yang dilakukan dengan mengandalkan herbisida dengan takaran yang cukup banyak dan merata pada seluruh areal sawah. Pengaplikasian sistem budidaya padi tanpa olah tanah ini dilakukan hanya dengan penyemprotan herbisida dengan hanya melibatkan 4-5 orang untuk menyemprotkan herbisida pada setiap hektarnya. Penyemprotan herbisida harus tepat dosis dan waktunya. Dosis yang terlalu sedikit tidak akan memberikan dampak posistif bagi tanaman budidaya dan dosis yang terlalu banyak akan menghabiskan modal yang cukup banyak dan otomatis akan mengurangi nilai keuntungan dari usahatani. Penyemprotan dilakukan secara merata dan berulang-ulang. Setelah penyemprotan, tanah dibiarkan selama 5-7 hari (Prasetiyo, 2002).
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengolahan tanah berfungsi untuk menciptakan kondisi fisik dan biologis tanah agar menjadi lebih baik, membalikkan tanah dan merotasi udara dengan memasukkan oksigen kedalam tanah.
Tek nik pengolahan tanah tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan. Teknik pengolahan harus memperhatikan banyak aspek untuk menekan kegagalan dalam pengolahan tanah.
Tanah dipersiapkan dengan melakukan pembersihan tanah dari rumput dan jerami.
Jenis tanah, ketinggian tempat, vegetasi yang tumbuh pada lahan, sebaran batuan, jenis tanaman yang dibudidayakan dan kadar air tanah merupakan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengolahan lahan.
Terdapat 4 pola alur pembajakan yaitu pola tepi, pola tengah, pol keliling tepi, dan pola keliling tengah.
Tanah dibiarkan selama 5-7 hari dengan tujuan untuk pembusukkan sisa-sisa tanaman yang ikut tercampuraduk bersam a tanah yang dibajak.
Air berfungsi sebagai pelunak tanah dan mencegah tanah menempel pada mata traktor.
Sisa-sisa tanaman pada masa tanam sebelumnya jika dibiarkan membusuk didalam tanah akan menjadi pupuk tambahan yang meningkatkan kesuburan tanah.
Kedalaman tanah yang ideal yaitu sekitar ±15-25 cm.
Pengaruh sisa-sisa batang padi yang sengaja dibiarkan ikut terbajak yaitu sebagai pupuk tambahan bagi kesuburan tanah jika dibiarkan membusuk setelah dilakukan pembajakan tanah.
Sistem budidaya padi tanpa olah tanah merupakan alternative pengolahan tanah dengan penyingkatan waktu olah tanah dengan mengandalkan pengaplikasian herbisida untuk membunuh gulma dan tanaman liar lainnya.
5.2 Saran
Pengolahan tanah merupakan fase awal dalam kegiatan menanam tanaman budidaya. Pengolahan tanah seharusnya dilakukan dengan benar agar tanaman yang dibudidaya dapat berkembang dan menghasilkan hasil panen dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Pengolahan tanah juga seharusnya memperhatikan aspek lingkungan agar kualitas tanah atau kesuburan tanah tetap terjaga dan tidak mengganggu aktivitas atau mematikan organism dalm tanah yang baik bagi kesuburan tanah. Peran pemerintah dalam mendukung pertanian dengan kebijakan dan penyuluhan tentang cara tanam petani sangat dibutuhkan. Kegiatan praktikum ini harapkan supaya dapat terlaksana dengan lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Auliaturridha, W. S., Nina B., dan Luki A. 2012. Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat. Agribisnis Perdesaan, 2(1): 11-23.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2013. Mekanisme Pengolahan Tanah dan Pasca Panen Tembakau Rajangan Jawa. Surabaya: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.
Intara, Y. I., Asep S., Erizal, Namaken S., dan M. H. B. Djoefrie. 2011. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum onnuum L.). Embryo, 8(1): 32-39.
Kartasapoetra, A. G., dan Mul M. S. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kastanja, A. Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Gogo Varietas Lokal. Agroforestri, 4(2): 111-128.
Lumbanraja, Parlindungan. 2013. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Pertumbuhan Vegetativ Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) pada Ultisol Simalingkar. Prosiding Seminar Nasional BKS-PTN Wilayah Barat Indonesia, 1(1): 599-607.
Mawardiana, Sufardi, Edi H. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukn NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Padi Musim Tanam Ketiga. Konservasi Sumber Daya Lahan, 1(1): 16-23.
Palembang, Junita N., Jamilah, Sarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah Sawah dengan Pola Pertanaman Padi Semangka di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Agroekoteknologi, 1(4): 1155-1162.
Prabawa, Sigit. 2011. Model Stimulasi Kebutuhan Traktor Tangan Untuk Pengolahan Padi Sawah. Agritech, 31(2): 124-130.
Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi TOT (Tanpa Olah Tanah). Yogyakarta: Kanisius.
Saridevi, G. A. A. R., I Wayan D. A., I Made M. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223.
LAMPIRAN
Gambar 1. Proses Pembajakan dengan Hand Tractor.
Gambar 1. Proses Pembajakan dengan Hand Tractor.