BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Percobaan
: Pengujian Sterilitas
1.2 Prinsip Percobaan
: Berdasarkan ada atau tidak nya mikroba yang tumbuh pada media yang berisi sediaan sampel (baik sediaan cair, semi solid dan padat)
1.3 Tujuan Percobaan
: Untuk menguji suatu sediaan steril apakah benar-benar steril atau tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan tertentu sedangkan aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali dimana tingkat kontaminasi mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu dimana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu produk. Aseptis menunjukkan keadaan steril yang “tampak” (Lachman dkk., 2008). Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan lebih efektifnya proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambil dari kemasan atau wadah akhir suatu produk, atau sebagai bagian dari tangki bulk cairan atau daribahan bulk lainnya (Lachman dkk., 2008). Pengujian sediaan farmasi steril dan alat kesehatan ini merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan/bahan Farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan steril. Tidak seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai yang mutlak. Secara historis, pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi, namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan. Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas. Ini adalah uji yang dekstruktif sehingga, hal ini tergantung pemilihan statistik sampel acak dari keseluruhan lot. Ketidakpastian akan selalu ada selama sampel secara tegas mewakili keseluruhan. Jika diketahui bahwa satu unit dari 1000 unit terkontaminasi (yakni, angka kontaminasi = 0,1%) dan 20 unit disampel secara acak dari 1000 unit, kemungkinan unit yang terkontaminasi dari 20 sampel itu adalah 0,02. Dengan kata lain,hanya 2% peluang dari yang unit yang terkontaminasi akan dipilih sebagai bagian 20 wakil sampel dari keseluruhan 1000 unit. Bahkan jika unit yang terkontaminasi satu dari 20 sampel dipilih untuk uji sterilitas, kemungkinan uji sterilitas akan gagal masih
ada untuk mendeteksi kontaminasi. Konsentrasi kontaminan mikroba mungkin saja terlalu rendah untuk terdeteksi selama periode inkubasi atau dapat saja tidak cukup berkembang cukup cepat atau tidak samasekali karena ketidakcukupan media dan inkubasi (Zinda, 2008). Syarat suatu sediaan dikatakan steril, apabila Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama atau lebih baik dari 10 -6, artinya dalam satu juta sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak steril. Uji sterilitas dilakukan dengan berdasarkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada media Fluid Thioglycollate (FTM) dan Soybean Casein Digest (SCD) pada 3035°C (bakteri) dan 20-25°C (fungi) selama 7 dan 14 hari (Zinda, 2008). Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat - sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Dalam Farmakope Edisi IV, disebutkan terdapat 3 media yang dapat digunakan dalam uji sterilitas sediaan, yaitu media tioglikolat cair, media tioglikolat alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil), dan Soybean Casein Digest Medium. Sebelum media digunakan untuk uji sterilitas, pada media dilakukan terlebih dahulu uji fertilitas untuk mengetahui kemampuan media untuk menumbuhkan bakteri. Uji fertilitas dilakukan dengan cara menginokulasi duplowadah tiap media secara terpisah dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viable dari tiap galur yang tertera dalam tabel, dan diinkubasi pada kondisi yang sesuai. Media uji memenuhi syarat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasi dalam kurun waktu 7 hari. Uji sterilitas dinyatakan tidak absah, jika media uji menunjukkan respon pertumbuhan yang tidak memadai. Selain 3 media yang telah disebutkan diatas, pada uji sterilitas dapat juga digunakan media Nutrient Agar (NA). Nutrien Agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan (Zinda, 2008).
Media segar tidak digunakan dalam waktu 2 hari, simpan dalam tempat yang gelap, lebih baik pada suhu 2° hingga 25°. Jika media siap pakai disimpan dalam wadah yang tidak tertutup kedap, dapat digunakan selama tidak lebih dari 1 bulan, dengan ketentuan media uji dalam kurun waktu 7 hari sebelum penggunaan dan indikator warna memenuhi syarat. Jika disimpan dalam wadah tertutup kedap, media dapat digunakan selama tidak lebih dari 1 tahun, dengan ketentuan fertilitas media uji setiap 3 bulan dan indicator warna memenuhi syarat (Depkes RI, 1995).
BAB III METODE PERCOBAAN Prosedur percobaan 1.1
Sediaan Cair 1mL larutan + 15mL media Homogenk Inkubasi selama 4 hari pada suhu 35-
HASI
1mL larutan + 15mL media Homogenk Inkubasi selama 4 hari pada suhu 20-
HASI
1.2
Sediaan Padat
15mL media Masukkan dalam cawan petri dan biarkan hingga padat Flambir Letakkan kassa steril menggunakan pinset diatas Inkubasi selama 4 hari pada suhu 35HASI
15mL media Masukkan dalam cawan petri dan biarkan hingga padat Flambir Letakkan kassa steril menggunakan pinset diatas Inkubasi selama 4 hari pada suhu 20HASI
1.3
Sediaan Semi Solid 15mL media
HASI
Masukkan dalam Lubangi bagian tengah cawan petri dan media, dan letakkan salep biarkan hingga mata menggunakan spatula padat Flambir Inkubasi selama 4 hari pada suhu 35yang sudah diflambir.
15mL media Masukkan dalam cawan petri dan biarkan hingga padat Flambir Lubangi bagian tengah media, dan letakkan salep mata menggunakan spatula yang sudah diflambir. Inkubasi selama 4 hari pada suhu 20HASI
BAB IV HASIL PERCOBAAN 4.1 Hasil Percobaan
No.
Gambar
Keterangan -Tidak
menunjukkan
adanya
pertumbuhan
koloni
bakteri
menandakan
bahwa
sediaan
tersebut steril. 1.
Media Steril NA Cair -Terdapat jelas banyak ditumbuhi kapang dan khamir menunjukkan bahwa
sediaan
tidak
steril
(terkontaminasi). 2.
Media Steril SDA Cair -Tidak
Media Steril NA Padat 3.
menunjukkan
adanya
pertumbuhan
koloni
bakteri
menandakan
bahwa
sediaan
tersebut steril.
Steril -Terdapat
Media
sedikit
menunjukkan NA
koloni bahwa
4.
-Koloni terlihat sangat sedikit Media
5. SDA
Semisolida Padat
sediaan
terkontaminasi (tidak steril).
Semisolida
Steril
bakteri
dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 4.1 Pembahasan Pengujian Sterilitas dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya mikroba dalam sediaan farmasi yang telah disterilisasi. Prinsip percobaan yaitu melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada media pertumbuhan yang telah dicampurkan dengan sediaan yang akan diuji. Adanya pertumbuhan mikroba menunjukan bahwa sediaan uji tidak steril. Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengujian sterilitas terhadap sediaan cair injeksi, sediaan semi solid yaitu salep, dan sediaan padat yaitu kassa steril. Ketiga sampel ini diuji dengan media NA (Nutrient Agar) dan SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Media NA merupakan media umum bagi bakteri sehingga digunakan untuk mengidentifikasi bakteri pada sediaan dan Media SDA digunakan untuk mengidentifikasi mikroba jenis kapang dan khamir. Hasil isolate yang terdapat pada media NA pada praktikum ini, ditemukan pertumbuhan bakteri pada sediaan injeksi dan sediaan salep. Sehingga sediaan injeksi dan sediaan salep pada pengujian dapat dikatakan tidak steril dari bakteri. Sedangkan pada sediaan kassa steril tidak ditemukan pertumbuhan bakteri, sehingga sediaan kassa menunjukan bahwa sterilitas pada sediaan ini steril dari bakteri. Hasil isolate yang terdapat pada media SDA pada praktikum ini, ditemukan pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan injeksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa sterilitas sediaan ini tidak steril dari mikroorganisme. Sedangkan pada sediaan kassa dan salep tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga sediaan kassa dan salem menunjukan bahwa sterilitas pada sediaan ini steril dari kapang dan khamir. Mikroorganisme yang kami temukan pada isolate sediaan cair injeksi pada media SDA adalah adanya pertumbuhan microorganism yang kami duga adalah sejenis khamir, karena menunjukan timbulnya pertumbuhan koloni yang berlendir.
4.2 Kesimpulan
1. Sediaan steril harus di uji sterilitasnya untuk membuktikan bahwa sediaan tersebut benar-benar steril. 2. Sediaan steril dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme dari lingkungan nya. 3. Bila saat uji sterilitas sediaan steril positif mengandung mikroba, maka sediaan tersebut tidak lagi steril. Dan sebaiknya tidak digunakan lagi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Lachman, L., H. A. Lieberman, dan J.L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press. 2. Zinda, R. 2008. Validasi Sterilisasi Sediaan Steril : Dasar-Dasar. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.