2
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.
B.TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini untuk
Penulisan makalah ini di tujukan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata pelajaran Pengantar Bisnis.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sumber Daya Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
PENTINGNYA MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Pendekatan multidimensional
Usaha mencari dan menemukan jawaban yang logis dan rasional terhadap pernyataan tersebut tidak bisa harus menggunakan pendekatan yang multidisipliner. Berbagai pendekatan yang logis untuk digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
Pendekatan politik
Pendekatan ekonomi
Pendekatan hukum
Pendekatan sosiokultural
Pendekatan administratif, dan
Pendekatan teknologikal
Masing-masing pendekatan itu dibahas secara singkat sebagai berikut:
1. Pendekatan Politik
Pendekatan politik terhadap pemahaman pentingnya manajemen sumber daya manusia berangkat pula dari keyakinan yang semakin mendalam di kalangan para politis bahwa asset terpenting yang dimiliki olh suatu negara bangsa adalah sumber daya manusianya. Pengamatan yang amat klausal saja tentang pengalaman banyak negara yang sudah membuktikan kebenaran pendapat tersebut. Berbagai negara di dunia yang meskipun tidak memiliki sumber daya dan kekayaan alam, akan tetapi jika mempunyai sumber daya manusia yang terdidik, terampil, displin, tekun, mau bekerja keras dan setia kepada cita-cita perjuangan bangsanya, ternyata kadang membuat negara lain kagum terhadapnya.
Logikanya ialah bahwa negara-negara yang sekaligus memiliki sumber daya, kekayaan alam dan sumber daya manusia lebih mudah lagi mencapai kemajuan yang didambakan oleh masyarakat. Akan tetapi sebaliknya sumber daya non manusia dan kekayaan alam yang melimpah ternyata tidak banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. Artinya, sumber daya lain dan kekayaan alam tetap merupakan modal yang amat berharga.
Tanpa manajemen sumber daya manusia yang handal, pengelolaan, penggunaan dan pemanfaatan sumber-sumber lainnya menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna. Dalam situasi demikian tidak mustahil gambaran tentang usaha pencapaian tujuan nasional menjadi kabur yang pada gilirannya dapat berakibat pada kegelisahan atau keresahan di kalangan masyarakat.
Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi merupakan pendekatan yang paling erat hubungannya dengan pemahaman meningkatnya perhatian semakin banyak orang pada manajemen sumber daya manusia.
Dikatakan demikian karena sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa oleh satuan-satuan ekonomi. Alasan lain ialah bahwa salah satu criteria utama yang digunakan mengukur tingkat kesejahteraan ialah takaran ekonomi. Oleh karena itu, sering digunakan untuk analisis tingkat mikro. Dalam kaitan dapat dinyatakan secara kategorikan bahwa melihat manusia hanya sebagai salah satu alat produksi merupakan persepsi yang tidak tepat untuk tidak mengatakan salah sama sekali.
Apabila dilakukan penelusuran sejarah akan terlihat bahwa memandang dan memperlakukan manusia semata-mata sebagian salah satu faktor produksi bukanlah hal yang baru. Sejarah menunjukkan bahwa penemuan ilmiah di bidang teknologi, seperti mesin uap oleh james watt, yang antara lain melahirkan revolusi industri pertama di inggris, telah mengubah secara drastis metode produksi barang oleh berbagai industri niaga.
Pada dasarnya argumentasi yang berlandaskan persepsi yang tidak tepat itu adalah
Sebagai berikut: para pemilik modal menyisihkan sebagian kekayaannya untuk digunakan sebagai modal dalam menghasilkan barang atau jasa tertentu. Jadi, jelas bahwa uang memang merupakan salah satu alat produksi. Bahkan tidak jarang para pengusaha pemilik modal tersebut harus melakukan pemupukan modal dengan berbagai cara, seperti menjual saham perusahaan di pasar modal dan mengusahakan perolehan kredit dari bank. Untuk itu, semua pemilik perusahaan mempertaruhkan bukan hanya kekayaannya, akan tetapi juga reputasinya. Artinya, memupuk modal merupakan tugas yang biasanya dirasakan berat.
Persepsi yang keliru tentang peranan sumber daya manusia dapat pula timbul karena makin menonjolnya penggunaan berbagai jenis mesin sebagai salah satu alat produksi. Perkembangan teknologi antara lain berkaitan pada penemuan berbagai mesin yang semakin canggih. Penggunaan mesin-mesin itu memang memungkinkan peningkatan produksi karena bekerjanya yang akurat. Tambahan pula asal penggunaannya cermat dan pemeliharannya dilakukan dengan teliti, mesin dapat digunakan dalam kurun waktu yang panjang. Bagi sementara manajer menggunakan mesin apabila yang otomatis sering lebih menarik lagi karena berbagai pertimbangan, seperti:
Mesin tidak mengeluh
Mesin tidak melawan perintah
Mesin tidak mangkir dari tempat kerja
Mesin tidak melancarkan pemogokan
Mesin tidak terlibat dalam konflik antara yang satu dengan yang lain
Mesin tidak mengajukan tuntutan perbaikan nasib
Mesin tidak melakukan berbagai tindakan-tindakan negatif yang sering berakibat pada terjadinya distrupsi dalam proses produksi.
Hal senada dapat dikatakan mengenai metode kerja, baik yang menyangkut proses produksi maupun bidang admisnistrasi. Metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan suatu organisasi tidak tumbuh dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan waktu yang cukup lama biasanya melalui proses " trial and error" untuk menemukan berbagai teknik, metode dan mekanisme kerja yang betul-betul mendukung dan memperlancar jalannya roda organisasi. Bahkan sering terjadi bahwa karena berbagai ragam tuntutan yang timbul dan perkembangan yang terjadi, baik di dalam maupun di luar organisasi, suatu organisasi tidak lagi mampu menciptakan sendiri mekanisme kerja yang efisien, efektif dan andai. Karena itu manajer sering menuntut ketaatan pada teknik, metode dan teknik kerja sedemikian rupa sehingga ruang gerak bagi para pekerja untuk menggunakan imajinasi, inovasi dan kreativitasnya menjadi sangat sempit. Berarti tidak menempatikan sumber daya manusia sebagai unsur yang terpenting.
Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tertentu diperlukan bahan mentah atau bahan baku, kecuali oleh perusahaan besar yang bersifat oligopoly. Untuk itu sudah barang tentu diperlukan dana. Di samping untuk pembelian, diperlukan pula biaya untuk pengangkutan, penyimpanan dan pemerosesan. Dapat dipahami bila pimpinan perusahaan mengambil berbagai langkah guna menjamin bahwa:
Bahan mentah atau bahan baku dibeli dengan harga yang sederhana mungkin,
Angkutan yang paling murah tetapi paling aman,
Waktu penyimpanan yang sesingkat mungkin dengan menempuh cara yang paling aman,
Pemerosesan yang berlangsung sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemborosan.
Kesemuanya ini dapat dipahami dan dibenarkan asalkan tidak mengabalkan unsur manusia yang menangani dan mengelolanya.
Demikian pula halnya dengan metode kerja. Menciptakan teknik, metode, mekanisme dan prosedur kerja memang merupakan hal yang mutlak perlu karena manfaatnya yang sangat besar. Sebagaimana diketahui, setiap organisasi perlu melakukan kegiatan pembangunan sistem. Salah satu segi sistem yang amat penting adalah mekanisme dan prosedur kerja yang baku. Perannya yang utama adalah sebagai " peraturan permainan" yang menginkat semua orang dalam organisasi. Meskipun gaya merumuskannya dapat beraneka ragam, biasanya prosedur kerja mengatur berbagai hal, seperti:
Pola pengambilan keputusan
Pola koordinasi
Pola pendelegasian wewenang
Jalur dan saluran pertanggungjawaban
Pola hubungan kerja, baik secara vertical maupun horizontal
Dan hal-hal lain yang dipandang perlu.
Di samping itu prosedur kerja yang bersifat umum tersebut, biasanya disusun dan ditetapkan pula mekanisme dan prosedur kerja yang menyangkut bidang-bidang fungsional dalam organisasi. Bagi suatu instansi lingkungan pemerintah, misalnya, bisa saja terdapat prosedur kerja di bidang keuangan, kepegawaian, logistic, korespondensi, kearsipan, tender proyek, dan lain sebagainya. Bahkan di negara-negara yang sistem administrasinya sudah mapan, prosedur kerja tersebut biasanya dituangkan secara tertulis dalam bentuk "manual" yang sewaktu-waktu dimutakhirkan agar sesuai dengan situasi yang paling baru. Bagi suatu organisasi niaga, biasanya terdapat prosedur kerja yang menyakut berbagai aspek kegiatan perusahaan, seperti keuangan, kepegawaian, peralatan, produksi, pemasaran, hubungan industrial, promosi produk, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, harus segera ditekankan bahwa terciptanya prosedur kerja yang tersusun rapid an dinyatakan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh yang berkepentingan bukanlah tujuan, misalnya sebagai alat, prosedur kerja apabila ditaati oleh semua orang dalam organisasi membawa berbagai akibat positif. Wujud berbagai akibat positif itu antara lain adalah:
Lancarnya koordinasi
Tidak terjadi hubungan tindih atau duplikasi
Terbinanya hubungan kerja yang serasi
Kejelasan wewenang dan tanggung jawab seseorang
Terhindarnya organisasi dari berbagai jenis pemborosan
Lancarnya proses pengambilan keputusan
Terjaminnya keseimbangan antara hak dan kewajiban para anggota organisasi
Jelaskan bahwa prosedur kerja adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya. Berarti bermakna tidaknya prosedur kerja ini sangat ditentukan oleh manusia yang menggunakannya. Untuk itu, manfaat prosedur kerja harus dilihat tidak hanya dan bahkan tidak terutama untuk kepentingan yang mekanistik dan ritualistik, melainkan untuk hal-hal yang bersifat psikologis dan mental.
Pendekatan Hukum
Salah satu indikator kehidupan masyarakat modern ialah makin tingginya kesadaran para warga masyarakat akan pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-masing. Semakin meningkatnya kesadaran demikian biasanya dipandang sebagai salah satu akibat positif dari tingkat pendidikan pada masyarakat.
Instrumen utama untuk menjamin keseimbangan tersebut adalah ketentuan-ketentuan hukum. Artinya, hak para warga dijamin dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Begitu pentingnya perolehan hak tersebut sehingga hak yang bersifat asasi biasanya tercantum dalam konstitusi negara seperti hak menyatakan pendapat, hak berserikat, hak menganut agama tertentu dan menunaikan ibadah agama sesuai dengan dokrin agama yang bersangkutan, hak memperoleh pendidikan dan hak memperoleh pekerjaan yang layak. Akan tetapi, di negara mana pun, terlepas dari sistem politik, sistem pemerintahan dan sistem perekonomian yang berlaku, perolehan dan penggunaan hak tersebut bukannya tanpa batas. Situasi yang paling ideal adalah apa bila para anggota masyarakat sendiri yang mengetahui bukannya hanya batas-batas haknya itu, akan tetapi juga tata krama yang berlaku di masyarakat untuk memperoleh dan menggunakannya.
Selaku insan politik, misalnya terdapat berbagai kewajiban setiap warga negara seperti kesetiaan kepada negara, ketaatan kepada norma-norma politik yang telah disepakati bersama ketaatan kepada tata krama dan sopan santun politik yang telah diterima oleh bangsa yang bersangkutan dalam menyalurkan aspirasi masing-masing, menggunakan hak pilih secara tanggung jawab dan lain-lainnya.
Sebagai makhluk sosial, setiap orang berkewajiban menumbuhkan dan memelihara solidaritas sosial. Hal ini berarti antara lain, bahwa seorang kaya harus menyadari bahwa kekayaan yang dimilikinya itu mempunyai fungsi sosial, misalnya dalam bentuk penggunaannya untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya dapat dinikmati oleh orang-orang lain dan tidak hanya oleh sendiri dan keluarganya. Apabila dikaitkan dengan manajemen sumber daya manusia, pada tingkat mikro, yaitu pada organisasi pun harus dihindari timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi yang terlalu lebar antara pemilik modal, para pekerja di pihak lain.
Sebagai makhluk sosial pun seseorang tidak akan bebas dari keharusan menunaikan berbagai kewajibannya. Kerukunan bernegara, pemeliharaan lingkungan bersih, ketaatan kepada berbagai nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat adalah beberapa contoh konkret.
Dalam kehidupan organisasional, keseimbangan antara hak dan kewajiban pun harus diusahakan agar terus-menerus terpelihara dengan baik sebab apabila keseimbangan tersebut terganggu, kedua belah pihak, yaitu organisasi dan para anggotanyalah yang di rugikan.
Pendekatan Sosialkultural
Pemahaman tentang semakin besarnya perhatian banyak pihak terhadap manajemen sumber daya manusia juga memerlukan pendekatan sosiokultural. Pendekatan ini sangat penting karena berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia. Alasan utama lainnya ialah karena meskipun benar bahwa teori manajemen, termasuk manajemen sumber daya manusia, bersifat universal, penerapannya tidak pernah bebas nilai.
Dewasa ini semakin disabari harkat dan martabat manusia diakui, dihormati dan bahkan dijunjung tinggi. Mengakui, antara berkaitan dengan kesempatan berkarya. Artinya, kini sudah umum diterima pendapat yang mengatakan bahwa bagi seseorang, mempunyai pekerjaan tetap dengan penghasilan yang wajar tidak lagi dilihat semata-mata sebagai usaha untuk memuaskan berbagai kebutuhan yang bersifat kebendaan, akan tetapi juga kebutuhan-kebutuhan sosio-psikologis.
Perumusan kebutuhan yang bersifat sosio-psikologis tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor sosial budaya. Artinya terikat pada norma-norma sosial yang berlaku di suatu masyarakat di mana seorang menjadi anggota. Misalnya, nilai-nilai sosial yang berlaku di suatu masyarakat yang mnggabungkan individualism yang tentunya berbeda dari norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat di mana keberadaan dipandang lebih penting dari kepentingan perorangan.
Nilai-nilai sosial budaya menentukan yang lebih baik, tidak baik, benar, salah, wajar, tidak wajar, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menilai perilaku seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, termasuk kelompok kerja di mana seseorang berkarya.
Pendekatan sosial budaya terlihat lebih jelas lagi apabila diingat bahwa manajemen sumber daya manusia, baik disoroti dari sudut teori maupun aplikasinya, selalu bersifat situasional, meskipun teorinya memang sudah ditempuh dalam manajemen sumber daya manusia malahan sudah dapat dikatakan berlalu umum.
Berbagai pendekatan dapat timbul sebagai akibat faktor seperti:
Sejarah organisasi
Dasar filsafat pembentukan organisasi
Filsafat hidup pendiri organisasi
Jenis kegiatan organisasi
Konfigurasi para anggotanya
Para "stickholders" yang harus dihadapi dan dipuaskan oleh organisasi
Barang atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi
Dalam hubungan ini perlu ditekan bahwa norma-norma sosiokultural yang berlaku di masyarakat luas dan teori yang sudah diakui secara universal perlu diperhitungkan dalam menumbuhkan dan memelihara kultur organisasi yang bersangkutan.
Pendekatan Administratif
Salah satu ciri menonjol dari abad sekarang ini ialah terciptanya berbagai jenis organisasi. Adapun yang telah dicapai oleh umat manusia, seperti kemampuan menjelajahi angkasa luar, perkembangan teknologi yang sangat pesat, perluasan memperoleh pendidikan yang semakin tinggi bagi semua kebanyakan orang, komunikasi dengan berbagai sarana yang amat canggih, peningkatan taraf hidup semakin banyak orang pemahaman tentang kehidupan di dasar laut, wahana angkutan yang semakin cepat dan nyaman sehingga bumi ini terasa seolah-olah semakin kecil, kesemuannya itu dicapai dengan pemanfaatan organisasi.
Dengan perkataan lain, apakah orang berbicara tentang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, ilmu pengetahuan lainnya, kesemuanya tidak mungkin bisa dilepaskan kaitannya dengan organisasi.
Secara makro, tujuan, cita-cita dan harapan suatu bangsa diusahakan pencapaiannya dan perwujudannya melalui organisasi yang disebut negara. Secara mikro, tujuan, cita-cita dan harapan sekelompok orang yang merasa memiliki kesamaan kepentingan juga diusahakan pencapaiannya melalui organisasi, seperti organisasi politik, organisasi niaga, organisasi olahraga, yang sifatnya nirlaba. Secara atomik, yaitu pada tingkat individu, berbagai tujuan, keinginan, cita-cita, harapan dan kebutuhannya hanya bisa tersalurkan, terpenuhi dan terpuaskan dengan menggunakan berbagai jalur organisasional. Tujuan dan aspirasi politik disalurkan melalui organisasi politik. Tujuan yang didasari pada kebutuhan material diusahakan pencapaiannya melalui organisasi niaga yang bagi banyak orang berarti mempunyai pekerjaan tetap dengan imbalan yang wajar. Kepentingan aplikasi atau sosial disalurkan melalui berbagai organisasi kemasyarakatan.
Salah satu implikasi hubungan ketergantungan tersebut ialah bahwa baik untuk masa mendatang maupun di masa depan, apakah umat manusia meraih kemajuan yang lebih besar atau tidak akan sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk menciptakan organisasi dengan lebih baik dan mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Secara filsafat, terdapat paling sedikit tiga titik tolak pemikiran utama. Mengapa efisiensi, efektivitas dan produktivitas mutlak perlu ditingkatkan?
Pertama: sumber daya bukan manusia yang tersedia atau dapat disediakan oleh organisasi selalu terbatas vis a vis tujuan individual dan operasional yang tidak terbatas. Kedua: meskipun sumber daya, dana dan sarana serta prasarana kerja mutlak diperlukan, hal-hal tersebut pada dirinya tidak meningkatkan efisien, efektivitas dan produktivitas organisasi. Ketiga: manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi, sekaligus merupakan "miliknya" yang paling berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sehingga berperilaku positif dalam kehidupan organisasional.
Dalam hubungan ini kiranya masih relevan untuk memberikan pembatasan pengertian tentang istilah-istilah tersebut dan dimiliki kejelasan akan diberikan contoh-contoh. Penting pula untuk mencatat bahwa agar efisien, efektivitas dan produktivitas dapat diukur, ketiga hal tersebut harus dilihat dari sudut pandang masukan, yaitu daya, dana, sarana serta prasarana yang mengalami proses transformasi untuk menghasilkan luaran.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah pemanfaatan sumber dana, daya, sarana dan prasarana yang minimum untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu, baik dalam arti sejumlah maupun mutunya. Dari pembatasan pengertian tersebut jelas terlihat bahwa orientasi efisiensi mengandung dua hal yang sangat mendasar. Pertama: jumlah dan mutu barang atau jasa yang dihasilkan telah ditetapkan sebelumnya. Kedua: untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut diusahkan pemanfaatan sumber daya, dana, sarana serta prasarana yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu. Contoh: suatu perusahaan yang mengangkut sejumlah penumpang dan barang tertentu dengan menggunakan lebih sedikit jumlah kendaraan, awak kendaraan dan bahan bakar.
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana sarana, dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti empat hal, yaitu:
Sumber daya, dana, serta prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan dan dibatasi
Jumlah dan mutu barang tertentu yang harus dihasilkan telah ditentukan
Batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu sudah ditetapkan
Tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah dirumuskan.
Dengan sekali lagi menggunakan perusahaan angkutan sebagai contoh, perusahaan angkutan tersebut dapat dikatakan berfungsi secara efektif apabila jumlah penumpang dan barang yang harus diangkut memang terangkat dengan sejumlah kendaraan tertentu yang ditangani awak yang terampil, sopan dan ramah sehingga para penumpang dan barang itu tiba di tempat tujuan tepat waktunya dengan aman dan nyaman.
Sedangkan mengenai produktivitas dapat ditonjolkan hal-hal sebagai berikut:
Sorotan perhatian ditujukan kepada maksimalisasi hasil kerja, misalnya dalam bentuk barang atau jasa
Maksimalisasi hasil kerja itu disesuaikan dengan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana lainnya yang jumlahnya dengan sengaja ditentukan dan dibatasi
Suatu perusahaan angkutan, yang telah dijadikan contoh dalam membahas efisiensi dan efektivitas dapat dikatakan sebagai suatu perusahaan yang produktif, apabila dengan sejumlah armada dan personil tertentu mampu mengangkut lebih banyak penumpang ke tempat tujuan masing-masing.
Kenyataan bahwa ketiga orientasi tersebut digunakan "senapas" sesungguhnya berarti suatu organisasi harus merupakan usaha salah satu tantangan terberat yang harus dihadapi oleh manajemen, sekaligus merupakan salah satu criteria keberhasilannya.
Yang tidak kalah penting untuk ditekankan ialah bahwa orientasi efesiensi, efektivitas dan produktivitas tidak hanya penting bagi organisasi niaga, melainkan untuk semua jenis organisasi, apapun tujuannya, jenis kegiatannya, struktur, lokasinya dan serta sumber daya yang digunakannya.
Pendekatan Teknologikal
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap manajemen sumber daya manusia. Dilihat sepintas lalu, dampak tersebut dapat dikatakan bersifat negatif karena kesan yang segera timbul ialah pemanfaatan berbagai hasil temuan di bidang teknologi berakibat pada berkurangnya yang dilakukakan oleh manusia "diambil alih" oleh berbagai jenis mesin.
Kegiatan produksi dalam suatu organisasi niaga misalnya dapat mengalami empat tahap perkembangan, yaitu pelaksanaan kegiatan secara manual, mekanisasi, otomasi, dan robotisasi. Perkembangan dari suatu tahap ke tahap berikutnya menunjukkan makin besarnya peranan mesin dan sebaliknya berkurangnya peranan manusia. Artinya pada tahap mekanisasi intervensi manusia dalam proses produksi masih cukup besar pada tahap otomasi intensitas intervensi tersebut Nampak semakin berkurang. Pada tahap robotisasi peranan manusia dapat dikatakan menjadi sangat minim. Hal demikian tampak sangat jelas dalam pekerjaan perakitan.
Gejala sejenis terlihat pula pada kegiatan perkantoran. Mekanisasi dan otomasi berbagai kegiatan perkantoran dirasakan mempunyai dampak negatif terhadap kesempatan manusia untuk berkarya. Bahkan dengan kemajuan teknologi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan perkantoran, sekarang ini sudah banyak yang meramalkan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama akan tercipta apa yang oleh sementara orang disebut "kantor tanpa kertas" sebagai akibat kehadiran mikro film, disket, faksmile, dan lain sebagainya.
Masih banyak lagi segi-segi kehidupan organisasional yang dewasa ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Diperkirakan pengaruh tersebut akan semakin kuat di masa-masa yang akan datang karena penemuan di bidang teknologi terus berlangsung dengan hasil yang makin canggih. Pengaruh tersebut sering dirasakan menimbulkan situasi yang delimatik. Dikatakan demikian karena di satu pihak tekanan untuk memanfaatkan teknologi canggih semakin kuat terutama dengan alasan peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja organisasi. Dengan demikian, bagi suatu organisasi niaga misalnya, peluang meraih keuntungan yang lebih besar makin terbuka lebar. Di samping itu, argumentasi yang sering dikemukakan oleh penganut pandangan pemanfaatan teknologi semaksimal mungkin, banyak permasalahan yang tidak akan timbul dengan menggunakan mesin-mesin seperti konflik, kemangkiran, sakit, membantah perintah, mengajukan berbagai tuntutan yang adakalanya dirasakan tidak rasional, mogok, dan lain sebagainya.
Di lain pihak demi peningkatan kesejahteraan rakyat sebanyak mungkin lapangan kerja harus diciptakan agar tingkat pengangguran dapat ditekan hingga serendah mungkin bahkan diusahakan agar terdapat situasi "full employment". Semua negara baik yang sudah mencapai tahap yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang banyak di antaranya yang masih berada pada tahap agraris mendambakan tingkat pengangguran serendah mungkin. Di banyak negara masih terus berlangsung perdebatan antara penganut paham padat karya di satu pihak dan penganut paham modal di pihak lainnya. Sasaran sebenarnya sama, yaitu bagaimana agar kesejahteraan rakyat meningkat.
Semua orang sepakat bahwa harus dicari jalan keluar dari situasi dilematik tersebut. Yang belum disepakati benar, yaitu caranya. Yang mempertemukan dua pihak yang seolah-olah menganut dua pandangan yang berlawanan secara diametrical itu memang tidak mudah tetapi tidak mustahil merupakan suatu keharusan. Titik tolaknya ialah dengan cara menemukan titik-titik persamaan pandangan. Misalnya, baik yang menganut pandangan pemanfaatan teknologi secara maksimal maupun yang lebih menonjolkan pemanfaatan sumber daya manusia sama-sama sependapat bahwa:
Pertumbuhan ekonomi yang wajar mutlak perlu diusahakan bersama
Para pemilik modal wajar mengharapkan modalnya kembali dengan cara-cara yang wajar pula
Tingkat pengangguran harus ditekan hingga serendah mungkin
Kemajuan di bidang teknologi harus dimanfaatkan
Kemajuan di bidang teknologi harus diabaikan kepada kepentingan manusia dan bukan sebaliknya.
Dengan demikian, jelas bahwa penentuan pilihan seyogianya tidak didasarkan pada pendekatan yang dikotomi dan tidak pula didasari pada pandangan "hitam atau putih". Artinya.pilihan bukan dalam arti pemanfaatan kemajuan teknologi semaksimal mungkin dengan mengorbankan sumber daya manusia, tetapi juga tidak dengan mengabaikan sama sekali perkembangan teknologi.
Berbagai tantangan bagi manajemen sumber daya manusia
Jika diterima pendapat bahwa salah satu tantangan yang akan dihadapi olh umat manusia di masa depan adalah untuk menciptakan organisasi yang semakin beraneka ragam tetapi sekaligus menuntut pengelolahan yang semakin efisien, efektif dan produktif. Harus pula diterima pendapat bahwa ketergatungan organisasi pada manajemen sumber daya manusia yang semakin bermutu tinggi akan semakin besar pula. Tanpa mengurangi pentingnya perhatian yang tepat harus diberikan pada manajemen sumber-sumber organisasional lainya. Tidak bisa disangkal bahwa perhatian utama tidak bisa tidak harus diberikan pada manajemen sumber daya manusia. Untuk mewujudkan situasi demikian, perlu peningkatan kesadaran tentang maksud dari semua kegiatan manajemen sumber daya manusia, yaitu untuk meningkatkan sumbangan sumber daya manusia terhadap keberhasilan organisasional.
Berarti bahwa kebijaksanaan apa pun yang dirumuskan dan ditetapkan di bidang sumber daya manusia dan langkah-langkah apapun yang diambil dalam manajemen sumber daya manusia itu, kesemuannya harus berkaitan dengan pencapaian berbagai jenis tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Pada dasarnya berbagai tujuan tersebut dapat dikatagorikan pada tiap jenis, yaitu:
Tujuan masyarakat sebagai keseluruhan
Tujuan organisasi yang bersangkutan
Tujuan fungsional dalam arti tujuan manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi, dan
Tujuan pribadi para anggota organisasi
Pencapaian tujuan masyarakat
Dalam bidang apa pun suatu organisasi bergerak, dalam arti yang sebenar-benarnya ia menghasilkan suatu "produk" atau "jasa" bagi kelompok-kelompok tertentu di masyarakat. Artinya, "produk" tersebut baik berupa barang atau jasa harus diinterpretasikan dalam arti luas, tidak terbatas pengertian klasik, yaitu dalam arti barang atau jasa yang hanya dihasilkan oleh organisasi-organisasi yang bergerak di bidang keniagaan saja.
Dengan interpretasi yang demikian jelas terlihat bahwa tidak ada satu pun organisasi yang dapat mempertahankan eksistensinya dan melestarikan keberadaannya tanpa mengaitkan tujuan organisasi, dengan tujuan masyarakat luas. Sudah barang tentu diperhatikan utama ditujukan kepada mereka yang menjadi " clientele groups" dari organisasi yang bersangkutan artinya, tidak ada organisasi yang bisa mempertahankan dan melanjutkan eksistensinya dalam keadaan terisolasi dan tanpa konteks. Berarti manajemen setiap organisasi harus memiliki kepekaan terhadap tuntutan social yang ditujukan kepada organisasi mempunyai kewajiban social yang harus dipenuhi.
Bentuk nyata dari kegagalan suatu organisasi mengaitkan pencapaian tujuannya dengan pencapaian tujuan masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap organisasi yang bersangkutan. Kedua sebagai akibat hilangnya kepercayaan masyarakat tersebut tidak lagi memberikan dukungan kepada kebijaksanaan dan kegiatan organisasi tersebut. Jika suatu organisasi sudah menunaikan kewajiban social tidak semata-mata karena pertimbangan yang alturistik, meskipun pertimbangan itu penting, akan tetapi juga demi kepentingan organisasi yang bersangkutan.
Pencapaian Tujuan Organisasi
Manajemen sumber daya manusia yang baik ditujukan kepada peningkatan kontribusi yang dapat diberikan oleh para pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Tidak menjadi soal tujuan organisasioanl apa yang ingin dicapai. Dibentuknya suatu organisasi yang mengelola sumber daya manusia dimaksudkan bukan sebagai tujuan akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan.
Kenyataan ini semakin jelas terlihat apabila diingat bahwa satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia melakukan tugas-tugas penunjang bukan melakukan tugas pokok. Artinya, memang benar bahwa satuan kerja tersebut dengan nomenklatur apapun ia kenal seperti bagian kepegawaian atau istilah lain yang sejenis juga mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang diusahakan terwujud melalui berbagai langkah yang ditempuh dalam menyelenggarakan fungsinya.
Pencapaian Tujuan Fungsional
Telah umum diketahui bahwa struktur suatu organisasi menggambarkan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Yang dimaksud dengan kegiatan pokok adalah seluruh usaha yang dilakukakan berkaitan langsung dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan. Bagi suatu organisasi niaga misalnya, berbagai kegiatan pokok itu menyangkut produksi, pemasaran dan penjualan melalui perusahaan-perusahaan mana yang memperoleh keuntungan sebagai pencerminan dari kemampuan organisasi menghasilkan produk tertentu baik dalam bentuk barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh sekelompok tertentu di masyarakat yang menjadi konsumen atau pelanggannya. Sebaliknya, yang dimaksud dengan kegiatan penunjang adalah keseluruhan upaya yang dibuat oleh satuan-satuan kerja tertentu yang meskipun tidak terlibat langsung dalam suatu pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi, tetapi memberikan dukungan ke arah keberhasilan penyelenggaraan tugas pokok.
Misalnya, kegiatan di bidang administrasi keuangan, administrasi logistik, administrasi sumber daya manusia, ketatausahaan, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan.
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja baik yang bersifat tugas pokok maupun tugas penunjang dikenal dengan istilah " tugas fungsional". Berarti yang dimaksud dengan pencapaian tujuan fungsional dalam bidang manajemen sumber daya manusia ialah keseluruhan langkah dan prosedur yang harus ditempuh oleh satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia dalam organisasi.
Sehingga sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi mampu memberikan kontribusinya yang maksimal itu. Berbagai langkah dan prosedur tersebut biasanya terdiri dari perencanaan ketenagakerjaan, rekruitman, seleksi, penempatan, pengupahan dan penggajian, pembinaan karier, pendidikan dan pelatihan baik dalam pemutusan hubungan kerja maupun pensiunan.
Singkatnya tujuan fungsional yang ingin dicapai adalah tersedianya sumber daya manusia yang tidak saja ahli, terampil dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, akan tetapi juga yang memiliki berbagai atribut yang tercermin pada berbagai hal seperti kesetiaan kepada organisasi, dedikasi kepada tugas, kesediaan membawahkan kepentingan pribadi kepada kepentingan bersama, kesetiaan bekerja sama, penumbuhan, pengembangan, dan pemeliharaan perilaku positif dalam interaksinya dengan orang lain, serta kesediaan menghindari berbagai jenis perilaku negative yang dapat berakibat tidak hanya rusaknya citra organisasi, akan tetapi juga merugikan diri sendiri, serta sesuatu hal yang tentunya tidak diinginkan.
Pencapaian Tujuan Pribadi
Di muka telah ditekankan bahwa manusia modern dewasa ini tidak lagi memiliki kemampuan memuaskan semua jenis kebutuhannya yang semakin beraneka ragam tanpa menggunakan berbagai jalur organisasional. Aneka ragam tujuan pribadi tersebut berangkat dari hakikat manusia sebagai makhluk yang multifaset antara lain sebagai makhluk politik, insane ekonomi dan makhluk social di samping sebagai individu dengan jati diri khas.
Misalnya, mudah untuk menduga bahwa seseorang menjadi anggota suatu organisasi politik tertentu karena dia mempunyai keyakinan bahwa tujuan dan aspirasi politiknya akan tercapai dan tersalurkan dengan menjadi anggota organisasi tersebut. Bekerja bagi suatu organisasi dengan memperoleh imbalan juga biasanya kepada organisasi atau perusahaan itu seseorang akan dapat memuaskan berbagai kebutuhannya, tidak hanya di bidang materi seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan kebendaan lainnya, akan tetapi juga berbagai kebutuhan yang bersifat social, prestise, kebutuhan psikologi, dan intelektual.
Di sinilah peranan manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting. Sasarannya tidak lagi terbatas pada menjamin kepatuhan para anggota organisasi kepada ketentuan-ketentuan di bidang kepegawaian. Hal yang menjadi sorotan utama dari manajemen kepegawaian diarahkn kepada maksimalisasi kontribusi yang mungkin diberikan oleh setiap orang ke arah tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Peranan Pengelola Sumber Daya Manusia
Sering kurang dipahami bahwa arti yang sesungguhnya, setiap penjabat pimpinan dalam suatu organisasi merupakan manajemen sumber daya manusia. Artinya, para manajer ikut dan harus terlibat dalam mengambil berbagai langkah dan kegiatan manajemen sumber daya manusia, mulai dari perencanaan ketenagakerjaan hingga pemensiunan pegawai. Satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia merupakan satuan kerja penunjang terhadap semua satuan kerja lain dalam organisasi. Besar kecilnya satuan pengelola sumber daya manusia tentunya tergantung pada besar kecilnya organisasi yang harus dilayani.
Dengan perkataan lain, tipe organisasi yang digunakan apakah tipe "lini", "lini dan staf", "matriks" atau tipe-tipe lainnya. Dalam struktur organisasi terhadap satuan kerja yang tanggung jawab fungsionalnya adalah menangani masalah-masalah manajemen sumber daya manusia.
Sekilas Tentang Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa tidak ada organisasi yang bergerak dalam keadaan terisolasi. Artinya, tidak ada organisasi yang boleh mengambil sikap tidak peduli terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan di mana ia bergerak. Salah satu konsekuensi logis dari kenyataan demikian adalah manajemen sumber daya manusia harus peka terhadap berbagai perubahan yang terjadi sekitar organisasi, karena perubahan yang terjadi itu akan menimbulkan berbagai jenis tantangan yang harus dihadapi dalam manajemen sumber daya manusia dapat bersifat eksternal, organisasional maupun professional.
Pemahaman tentang hakikat berbagai jenis tantangan tersebut dan penemuan berbagai teori sebagai instrumen menghadapinya secara efektif perlu dikaitakan dengan perspektif sejarah. Artinya, harus diakui bahwa bidang manajemen sumber daya manusia bukanlah merupakan hal yang timbul dengan mendadak. Sejarah telah membuktikan bahwa sudah sejak lama manusia hidup berorganisasi meskipun belum pernah seintensif sekarang ini. Berarti sudah sejak lama pula manajemen sumber daya manusia dipraktikkan.
Lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah
Telah umum diketahui bahwa revolusi industri yang lahir di inggris telah "menjalar" ke berbagai bagian dunia pada permulaan abad 20 terutama ke eropa daratan dan amerika utara. Salah satu manifestasinya ialah makin banyak didirikannya perusahaan besar yang bergerak dalam kegiatan perekonomian, termasuk industri, pertambangan dan perdagangan. Perkembangan demikian telah menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada perkembangan manajemen umumnya dan manajemen sumber daya manusia khususnya.
Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Timbulnya berbagai motivasi pada tahun 1940-an dengan Abraham H. Maslow sebagai pelopornya merupakan bukti konkret. Semua teori motivasi menekankan bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks, tidak hanya menyangkut peningkatan taraf hidup dalam arti keberadaan, tetapi ada berbagai kebutuhan lain seperti keamanan, sosial, prestise, pengembangan diri yang harus dipenuhi dan dipuaskan. Serta dorongan yang bersifat ekstrinsik. Masalah-masalah keadilan, kewajaran, harapan, dan kecocokan pekerjaan dengan karakteristik tenaga sumber daya manusia yang makin banyak mendapat sorotan perhatian para ilmuwan. Bahkan masalah-masalah keperilakuan organisasional kini jadi objek yang sangat penting.
Jelaslah bahwa "benang merah" yang selalu tampak dalam pembahasan mengenai manajemen sumber daya manusia adalah karena manusia merupakan unsur terpenting organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, serta kemampuannya menghadapi berbagai tantangan baik yang bersifat eksternal maupun internal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan multidisipliner yaitu Usaha mencari dan menemukan jawaban yang logis dan rasional terhadap pernyataan tersebut tidak bisa harus menggunakan pendekatan yang multidisipliner. Dan bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah "dengan meningkatkan standar kualitas pekerjaan agar tidak terjadi demosi pada karyawan. Kontribusi yang diberikan faktor ini sangat besar, hal ini dapat dilihat bahwa faktor tersebut mempengaruhi 3 (tiga) dari 4 (empat) perspektif kinerja yang dianalisis.