Penyakit Asma Akibat Kerja Defenisi dan Daftar Zat Penyebab Penyakit asma akibat kerja ditandai dengan obstruksi jalur nafas sebagai akibat dari pajanan terhadap debu, uap, gas, atau asap secara tidak sengaja pada tempat kerja. Respon berlebihan bronkus terhadap agen tidak spesifik, seperti metakolin atau histamin, umumnya terjadi pada pasien ini. Pada kondisi seperti ini, asma dapat disebabkan terhadap pajanan terhadap bahan bahan pemicu tersebut, ataupun dapat tereksaserbasi oleh agen agen pemicu tersebut. The American ollege of hest Physicians !AP" consensus menyatakan untuk diagnosis dari penyakit asma akibat kerja terdiri dari beberapa kriteria yang dapat digunakan digunakan untuk diagnosa pasti maupun kemungkinan kemungkinan diagnosis penyakit !Tabel !Tabel #$ %&". TA'() #$%& AP * Defenisi Kasus Penyakit Pen yakit Asma Akibat Akibat Kerja A. Diagnosis Asma oleh Dokter '. +nset dari asma setelah masuk ke tempat kerja . ubungan antara gejala asma dan pekerjaan D. -alah satu dari /. Pajanan dari tempat tempat kerja kerja oleh oleh agen agen yang yang diketah diketahui ui dapat dapat menyebabkan penyakit asma akibat kerja 0. Perubahan Perubahan 1(2/ 1(2/ atau atau P(1 P(1 yang berhubung berhubungan an dengan dengan pekerjaan pekerjaan &. Perubahan Perubahan respon respon bronkus bronkus yang yang berhubu berhubungan ngan dengan dengan pekerjaa pekerjaan n 3. +nset asma dengan hubungan hubungan yang jelas dengan dengan pajanan pajanan terhadap terhadap agen yang mengiritasi di tempat kerja Penegakan penyakit asma akibat kerja membutuhkan A, ', , dan D!0" atau D!&" atau D!3" atau D!#" Kemungkinan penyakit asma akibat kerja membutuhkan A, A, ', , dan D!/"
Agen yang berhubungan dengan induksi penyakit asma akibat kerja dapat dikelompokkan mejadi kategori berat molekul tinggi dan berat molekul rendah !Tabel #$%3". Agen Agen agen tersebut cenderung untuk mensensitisasi indi4idu sehingga konsentrasi yang rendah dari 5at tersebut sudah dapat menimbulkan konstriksi bronkus yang signifikan. -ebagai tambahan, agen agen teretentu dapat menyebabkan konstriksi bronkus secara langsung dan hiperaktifitas saluran nafas. 1aktor Resiko Atopi terlihat sebagai faktor resiko resi ko mayor untuk berkembangnya penyakit asma akibat kerja, terutama ketika agen pemicunya memiliki berat molekul yang tinggi. Ri6ayat keluarga atau ri6a yat pribadi menempatkan indi4idu dalam resiko. Karena agen yang memiliki berat molekul yang rendah dapat menginduksi asma melalui cara non%alergi maupun mekanisme alergi, menyebabkan faktor atopi menjadi tidak penting. 7erokok juga merupakan faktor resi ko untuk berkembangnya penyakit paru akibat kerja, terutama pada pekerja yang terpajan dengan garam platinum maupun senya6a anhidrase. Ada beberapa penelitian mengenai pekerja yang merokok memiliki tingkat kemungkinan asma yang lebih tinggi terhadap agen spesifik yang tersebar melalui udara, kemungkinan karena tingkat immunoglobulin ( !8g(" yang tinggi pada perokok dibandingkan dengan yang t idak merokok. Penelitian terakhit menunjukkan bah6a terdapat peranan faktor genetik yang menjadi faktor predisposisi penyakit asma akibat kerja. Protein kompleks kelas kelas 88 penting dalam perkembangan penyakit asma akibat kerja akibat asam anhidrase, diisosianat, diisosianat, garam platinum, karet, dan protein
he6an. 'eberapa glutation s%transferase dan 9%asetyltransferase dapat menjadi prediksi perkembangan penyakit asma akibat kerja. :ambaran Klinis Penyakit asma akibat kerja terlihat memiliki gambaran yang mirip dengan jenis asma yang lain. ;ika dokter tidak menetapkan kecurigaan, gejala akan diobati namun faktor penyebab tidak dapat teridentifikasi. Dua jenis umum penyakit asma akibat kerja telah teridentifikasi. Paling umum pasien dapat menunjukkan gejala setelah beberapa periode pajanan terhadap bahan yang mengiduksi !penyakit asma akibat kerja yang diinduksi iritan"<. -ecara umum gejala klinis berhubungan engan reaksi alergi terhadap bahan iritan sementara gejala lanjutannya secara umum dimediasi tidak secara imun. Penyakit Asma Akibat Kerja dengan 7asa )aten -ecara umum pasien dengan gejala penyakit asma akibat kerja muncul setelah beberapa periode pajanan terhadap bahan bahan yang menimbulkan gejala. 'ahan bahan yang menginduksi terdiri dari molekul dengan berat molekul yang tinggi dan berat molekul yang rendah. 8ndi4idu biasanya terpajan dengan 5at 5at tersebut dalam minggu sampai bulan sebelum gejala gejala muncul. Dengan gambaran gejala, hiperaktifitas saluran nafas nonspesifik, ditentukan melalui tantangan metakolin atau hitamin, akan muncul. Dengan gambaran gejala, indi4idu mengembangkan hipersensiti4itas mulai dari konsentrasi 5at peninduksi yang rendah. 7aka dari itu, pajanan terhadap konsentasi material yang sangat rendah di tempat kerja menimbulkan konstriksi bronkus yang parah pada pasien. Pajanan terkontrol dengan agen yang menginduksi akan menimbulkan bronkokonstriksi pada pasien dengan gejala ini, terutama ketika asma disebabkan oleh molekul dengan berat jenis yang tinggi. Penyakit Asma Akibat Kerja tanpa 7asa )aten ! Asma * diinduksi bahan iritan" :ejala ini lebih jarang. :ejala muncul setelah terpajan dengan bahan dalam beberapa jam. :ambaran patologis umumnya mirip dengan asama akibat kerja dengan masa laten, meskipun perubahan epitel seperti deskuamasi dan fibrosis subepitelial dapat tidak muncul. Zat 5at yang umumnya menimbulkan sindrom ini adalah gas atau asap, seperti chlorine atau ammonia. -ebagai tambahan, agen agen tertentu seperti asam anhidrase dan isosianat dapat menimbulkan penyakit asma akibat kerja dengan atau tanpa masa laten. 'atuk dan hipersensitifitas saluran nafas dapat terjadi secara emergensi pada orang di =orld Trade enter yang rubuh mungkin akibat dari jenis as ma ini.
Tabel #$%3 Kategori dari Agen yang >mum 7enyebabkan Asma Akibat Kerja Kategori Perkerjaan yang Beresiko Senyawa dengan berat molekul yang tinggi Produk 'inatang Pera6at binatang Dokter he6an 7akanan laut Pekerja kepiting atau udang Petani kerang laut -erangga Ahli serangga Pekerja gandum Pekerja lab Pekerja sungai Kre6 pesa6at Tumbuhan Pekerja gandum Koki Pekerja kebun teh Pekerja kimia Pekerja rokok (n5im biologis Pekerja industri detergen Pekerja apotik Karet
Pekerja kesehatan Pemroduksi 'oneka Pembuat sarung tangan :etah Printer Produksi getah Senyawa dengan berat molekul rendah Diisosianat Pekerja Polyuretahne Pekerja pelastik Pekerja pengecoran Pekerja spray Anhydrate Pekerja epo?y resin Pekerja pelastik Debu kayu Tukang kayu +bjek metal +bat obatan -enya6a kimia
Tukang solder aluminium Pekerja elektronik Pekerja farmasi Pekerja rumah sakit
Komponen yang Diduga
Kulit atau protein urine Protein dari air Protein serangga
Protein dari tumbuhan
Bacillus subtilis , trypsin, pancreatin, papain, pepsin 'akers (kstrak karet
:um acacia :un tragacanth 8socyanate%protein
Protein phthalic anhydrat Asam plicatik (kstrak debu kayu Aminoethylethanol amine Antibiotik, psyllium, pipera5ine 1ormaldehyde, glutaraldehyde
7ekanisme dan patologi -enya6a dengan berat molekul yang tinggi, sangat sering senya6a dengan berat molekul tinggi, biasanya protein dibuat di tempat kerja, menginuksi asma melalui jalur klasik 8g( dependen reaksi hipersensiti4itas. Antibodi spesifik terhadap serum 8g( biasanya dapat ditemukan dan tes kulit dengan menggunakan ekstrak antibodi tersebut menghasilkan reaksi positif. 8ndi4idu atopik memiliki resiko yang lebih tinggi. Karena antibodi 8g( harus diproduksi maka periode laten untuk perkembangan reaksi ini dapat terjadi lama.
'iasanya beberapa bulan atau tahun. -ecara patologis asma karena senya6a yang berat molekulernya tinggi berhubungan dengan infitrasi bronkus oleh limfosit dan eosinofil dan sulit dibedakan dari tipe asma akibat alergi lain. Antibodi 8g( yang spesifik terhadap penyakit asma akibat kerja mengaktifkan degranulasi sel mast. Pada beberapa kasus deskuamasi epitel bronkus dan fibrosis subepitel terlihat secara patologis. -enya6a dengan berat molekul rendah -enya6a ini juga cenderung menimbulkan bronkokonstriksi akibat 8g(. Tapi berbeda dengan molekul dengan senya6a yang tinggi antibodi 8g( atau 8g: yang terproduksi pada indi4idu ini terikat pada protein serum. Ada juga bukti senya6a berat molekul rendah menginduksi asma melalui mekanisma 8g( independen, mungkin dengan memperngaruhi limfosit T secara langsung. 7enariknya patologi bronkus ini mirip baik melalui atau tidak melalui reaksi 8g(. Tambahannya senya6a engan berat molekul rendah dapat secara langsung mempengaruhi jalur ki mia yang berkembang disaluran napas. -ebagai contoh organofosfat telah menunjukkan kemampuannya untuk menginduksi bronkokonstriksi melalui efek antikolinergik. Agen agen yang lain dapat menimbulkan asma melalui jalur iritasi. Diagnosis. Ri6ayat 8ndeks curiga yang tinggi terhadap pekerjaan yang dapat menimbulkan asma harus selalu ada ketika pasien datang dengan onset asma baru. Karena asma dapat diinduksi oleh pajanan 5at%5at tertentu, maka dari itu ri6ayat pekerjaan sebelum dan sekarang sangat penting. Daftar pajanan yang terjadi di tempat kerja tersedia di dalam komputer dan memudahkan proses ini. Dokumentasi pekerjaan spesifik di tempat kerja tersebut, dan pajanan yang terjadi pada tempat kerja tersebut harus terjadi dalam ri6ayatnya. Ri6ayat dapat di4erifikasi dengan menggunakan 7-D- ! Material safety data sheets) berikut juga tingkat kebersihan dan ri6ayat penyakit pekerja dari tempat kerja. Ri6ayat penyakit yang mengarah kepada asma penyakit kerja termasuk ketika penyakit tersebut muncul ketika kerja dan membaik ketika tidak bekerja ataupun liburan. -imptom tersebut penting untuk menentukan prognosis. Pasien dengan simptom yang lebih panjang cenderung menimbulkan gejala yang kronis dan tidak hilang ketika pajanan berhenti. Pertanyaan yang harus ditanyakan mengenai penyebab paru obstruktif lainnya, pertanyaan mengenai ri6ayat merokok penting, ri6ayat penyakit asma dalam keluarga penting jika asma tidak berhubungan dengan pekerjaan. Pertanyaan ini juga penting untung penilaian kelainan jantung atau saluran nafas atas. Pemeriksaan fisik Tanda dari atopi harus diperhatikan jika asma disebabkan oleh hal yang lain maka pasien akan tampak normal diluar tempat kerja. =hee5ing menandakan adanya obstruksi jalur nafas. Tanda dari dermatitis dapat menyokong dari penyakit akibat kerja. Tes imunologi dan kulit atopi umum merupakan faktor resiko penyakit asma akibat kerja ketika disebabkan molekul berat tinggi. 7aka dari itu, tes kulit secara rutin dapat berguna. (kstrak dari tepung, kopi, produk dari binatang dapat digunakan untuk skin test. (kstrak antibodi 8g( dapat dideteksi dengan test radio alergosorbent atau ()8-A. asil positif pada test tersebut tidak langsung mengindikasi bah6a 5at tersebut lah yang menyebabkan penyakit asmanya. -emua test harus di e4aluasi dalam konteks indi4idual. Test fungsi paru pasien
dengan penyakit asma akibat kerja dapat didapati dengan tes fungsi paru yang normal ketika pasien tidak bekerja. 7aka dari itu test ini harus dilakukan ketika segera pasien terpajang dengan agen yang dicurigai. Test paru sebelum dan saat bekerja dapat efektif menge4aluasi fungsi paru yang berhubungan dengan pekerjaan. Peak flo6 monitor berguna untuk asesment dan harus dilakukan minimal empat kali perhari, saat bangun permulaan kerja dan sebelum tidur. Dua dari perekaman tersebut harus minimal 0@ ) permenit untuk menunjukkan reproduksibilitas. Pengukuran dilakukan paling sedikit dalam 3 minggu sebagai tambahan pengukuran peak flo6 setiap dua jam tapi jad6alnya sulit untuk diikuti. Karena pengukuran peak flo6 sangat tergantung terhadap usaha maka metode lain harus ditambahkan. Penting untuk selalu mencatat pasien yang die4aluasi untuk penyakit obstruksi kerja. Ketika fungsi paru sedang diperiksa operator harus 6aspada kalau penyakit akibat kerja dicurigai jadi usaha pasien dapat die4aluasi. Ketika pengukuran peakflo6 menunjukkan adanya reaksi saluran napas terhadap 5at dalam pekerjaan, operator spirometer portabel dapat dikirim di tempat kerja untuk mengukur 1( 1(2/ setiap jam saat bekerja. Pro4okasi bronkus pasien dengan penyakit asma akibat pekerjaan dapat mengembangkan hiperaktifitas bronkus terhadap agen nonspesifik. Titik potong konsentrasi yaitu penurunan 0@B 1(2/ oleh $%/C m) 5at. Pasien dengan spirogram yang normal penting untuk dilakukan pro4okasi bronkus. >ji coba dilakukan menentukan konsentrasi alergen yang spesifik. Pro4okasi brongkus spesifik dapat menjadi al at yang penting untuk menentukan apakah gejala pasien tersebut disebabkan oleh 5at tersebut. 7anu4er ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang berpengalaman karena dapat menimbulkan resiko. +bat bronkodilator dan antiinflamasi harus disiapka sebelum pajanan dan dilakukan dalam ruangan yang tertutup. Pajanan harus dilakukan dari le4el yang paling rendah dan meningkat secara konsisten sampai ke le4el tempat pajanan kerja subjek. Pola bronkoskontriksi setelah pajanan dapat berbeda%beda. Dua jenis pola yang paling umum adalah immediate reaction yang muncul setelah beberapa menit dan memuncak dalam /@%/# menit setelah pajanan. Dan reaksi lambat yang terjadi setelah beberapa jam dan memuncak dalam #%$ jam. Pola yang jarang terlihat harus dicatat. 'eberapa dari pola ini terlihat reduksi dari aliran udara satu jam setelah pajanan dan sembuh seteah &%3 jam. 'eberapa kasus yang lain menunjukkan pengurangan aliran lebih lama dari /jam, satu hari setelah pajanan dan abnormalitas dapat muncul dalam beberapa hari. -imptom asma malam juga sering timbul dalam beberapa hari setelah pajanan terhadap beberapa 5at. Penatalaksanaan Ketika sudah ditentukan apabila indi4idu itu terkena penyakit asma akibat kerja dia harus dipindahkan dari lingkungan pekerjaannya. Dalam beberapa kasus pengurangan pajanan di tempat kerja dapat memperbolehkan pekerja dapat bekerja ditempat kerjanya tanpa harus terkena simptom pernapasan yang progresif, meskipun beberapa penilitan menunjukkan penggunaan obat%obatan seperti inhalasi cromolin untuk asma tukang masak kue dapat menghambat reaksi namun perlindungan tidak komplit. Karena terkadang sulit untuk meminta pasien berganti pekerjaan sebagai alternatif dapat menggunakan masker protektif agen yang menginduksi menentukan jenis masker yang digunakan.jika pasien tetap bekerja di tempat kerjanya tes fungsi paru harus dilakukan secara berkala untuk menyingkrikan kerusakan fisiologis yang progresif.