16
1
TUGAS ILMU SOSIAL DAN PERILAKU
PERAN SOSIOLOGI KESEHATAN TERHADAP
BIDANG ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Dosen : Dr. Elfian Zulkarnain, S.KM., M.Kes
Oleh :
Dwi Prasetyo Utomo, S.KM
NIM 152520102029
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Sosial dan Perilaku yang berjudul "Peran Sosiologi Kesehatan Terhadap Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat" ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu ujian akhir semester (UAS) semester I Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Universitas Jember tahun ajaran 2015/2016.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, MS selaku direktur pasca sarjana Universitas Jember
Dr. Isa Ma'rufi, S.KM., M.Kes selaku ketua program studi magister ilmu kesehatan Universitas Jember
Dr. Elfian Zulkarnain, S.KM., M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah ilmu sosial dan perilaku Universitas jember
Teman-teman semua yang turut membantu dan pihak-pihak lain yang telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ilmu sosial dan perilaku ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis memohon kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan bagi penulis pada khususnya.
Jember, 14 Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Sosiologi 4
2.1.1 Definisi 5
2.1.2 Hakikat Sosiologi 7
2.1.3 Objek Sosiologi 8
2.1.4 Metode-Metode dalam Sosiologi 8
2.2 Pendekatan Sosiologi Mengenai Kesehatan 11
2.3 Ilmu Kesehatan Masyarakat 13
2.3.1 Pengertian 13
2.3.2 Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat 16
BAB 3. PEMBAHASAN 18
3.1 Epidemiologi 18
3.2 Biostatistika dan Kependudukan 21
3.3 Kesehatan Lingkungan 22
3.4 Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku 24
3.5 Administrasi Kebijakan Kesehatan 29
3.6 Gizi Masyarakat 32
3.7 Kesehatan Keselamatan Kerja 33
BAB 4. PENUTUPAN 38
4.1 Kesimpulan 38
4.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya. Masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, intergrasi sosial, dan sebagainya adalah sejumlah contoh ruang kajian sosiologi. Sosiologi ras dan hubungan etnis adalah bidang disiplin ilmu yang mempelajari hubungan sosial, politik, dan ekonomi antara ras dan etnisitas pada semua tingkatan masyarakat. Bidang ini mencakup studi tentang rasisme, pemisahan permukiman, dan proses sosial rumit lainnya antara kelompok ras dan etnis yang berbeda.
Sosiologi kesehatan merupakan diartikan pula sebagai bidang ilmu yang menempatkan permasalahan penyakit dan kesehatan dalam konteks sosio kultural dan perilaku. Termasuk dalam kajian bidang ini antara lain; deskripsi dan penjelasan atau teori-teori yang berhubungan dengan distribusi penyakit dalam berbagai kelompok masyarakat; perilaku atau tindakan yang diambil oleh individu dalam upaya menjaga atau meningkatkan serta menanggulangi keluhan sakit, penyakit dan cacat tubuh; perilaku dan kepercayaan/keyakinan berkaitan dengan kesehatan, penyakit, cacat tubuh, dan organisasi serta penyedia perawatan kesehatan; organisasi dan profesi atau pekerjaan di bidang kesehatan, system rujukan dari pelayanan pera watan kesehatan, pengobatan sebagai suatu institusi sosial dan hubungannya dengan institusi sosial yang lainnya; nilai-nilai budaya dan masyarakat kaitannya dengan kesehatan, keluhan sakit dan kecacatan serta peran faktor sosial dalam kaitan dengan penyakit, khususnya ke tidak teraturan emosi dan persoalan stress yang dikaitkan dengan penyakit.
Segala bidang ilmu membutuhkan sosiologi untuk melihat suatu topik yang ingin diangkat dari berbagai perspektif. Termasuk ilmu kesehatan masyarakat banyak berhubungan dengan sosiologi kesehatan. Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain sebagai berikut epidemiologi, biostatistik/statistik kesehatan, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan ilmu perilaku, administrasi kebijakan kesehatan, gizi masyarakat dan kesehatan keselamatan kerja. Berdasarkan uraian diatas ilmu kesehatan berkaitan dengan sosiologi kesehatan maka dari itu makalah ini akan membahas peranan sosiologi kesehatan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat berdasarkan konsentrasi atau pilar utama ilmu kesehatan masyarakat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana peran sosiologi kesehatan terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat?
Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis peran sosiologi kesehatan terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi epidemiologi.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi biostatitika dan kependudukan.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi kesehatan lingkungan.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi promosi kesehatan dan ilmu perilaku.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi administrasi kebijakan kesehatan.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi gizi masyarakat.
Peran sosiologi terhadap bidang ilmu kesehatan masyarakat konsentrasi kesehatan keselamatan kerja.
TINJAUAN PUSTAKA
Sosiologi
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Beberapa pertanyaan tentang sosiologi: apakah sosiologi benar-benar rupakan suatu ilmu pengetahuan? Mengapa dianggap demikian? Dan lain sebagainya. Untuk menjawab apakah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, maka terlebih dahulu mengetahui apakah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Unsur-unsur (elements) yang merupakan bagian-bagian yang tergabung dalam suatu kesatuan adalah (Soekanto, 2012):
Pengetahuan (knowledge);
Tersusun secara sistematis;
Menggunakan pemikiran;
Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (obyektif).
Ilmu pengetahuan berkembang pada taraf yang tinggi, yaitu bila sampai pada (Soekanto, 2012):
Metode percobaan dan kesalahan;
Mempelajari atau mempergunakan efek dari metode pertama terhadap situasi yang biasa dihadapi;
Persepsi dan investigasi visual terhadap alternatif aksi potensial;
Mempelajari dengan pengamatan, didasarkan pada pengamatan terhadap usaha dan hasil aksi pihak-pihak lain;
Imitasi, pengamatan dan peniruan terhadap perilaku pihak-pihak lain;
Instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal dari pihak-pihak lain;
Pemikiran dan konfrontasi simbolis dari perilaku potensial dengan model realitas yang diadopsi;
Pengambilan keputusan secara kolektif atas dasar pengamatan terhadap kenyataan yang dilakukan oleh orang banyak dalam kondisi- kondisi yang sama.
Menurut Soekanto (2012), sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat. Banyak usaha-usaha, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat non-ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah:
Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif;
Sosiologi bersifat teoretis yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan- hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori;
Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama;
Bersifat non-etis berarti bahwa yang dipersoalkan bukanlah buruk- baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Definisi
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengelabuan Ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987;41)
Sederhananya, sosiologi (sociology) adalah studi ilmiah mengenai perilaku sosial dan kelompok manusia- Sosiologi terfokus padu hubungan sosial; bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi perilaku orang- orang; serta bagaimana masyarakat (jumlah total dari keseluruhan hubungan tersebut) berkembang dan berubah (Sehaefer, 2012),
Subjek kajian sosiologi paling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas. Sedangkan fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Sosiologi tidak begitu menitik beratkan pada apa yang terjadi di dalam diri manusia melainkan pada apa yang berlangsung di antara manusia.
Sangat sukar untuk merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat, Penyelidikan berjalan terus dan ilmu pengetahuan berjalan terus ke arah pelbagai kemungkinan dan masih diperlukan pengertian yang pokok dan menyeluruh, Adapun beberapa definisi lain tentang sosiologi sebagai berikut (Soekanto, 2012):
Pittirin Sorikin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari;
Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial;
Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial;
Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial,
Rotfcek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok,
William F. Ogbum dan Meyer F, Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial,
J. A, A, Van Doorn dan C, J, Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Selo Soemardjart dan Soelaernan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi mm ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur- unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok seria lapisan- lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
Hakikat Sosiologi
Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, meliputi
(Soekanto, 2012):
Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Pembedaan tersebut menyangkut pembedaan isi, yang gunanya untuk membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersangkut-paut dengan gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Artinya sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure Science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied sctnce). Tujuan dari sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang kongkret. Artinya bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang kongkret.
Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dan interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya sosiologi mempelai gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar manusia.
Objek Sosiologi
Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Beberapa definisi masyarakat (society) sebagai berikut (Soekanto, 2012):
Maclever dan Page yang mengatakan bahwa: "masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia".
Ralph Linton; "masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas".
Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Metode-Metode dalam Sosiologi
Cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya yaitu masyarakat. Untuk kepentingan itu sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif (Soekanto, 2012).
Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Metode kualitatif dibagi menjadi:
Metode historis
Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Seseorang sosiologi yang ingin menyelidiki akibat-akibat revolusi (secara umum) akan mempergunakan bahan-bahan sejarah untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa silam.
Metode komparatif
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam- macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang. Dan juga mengenai masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau yang mim, Dalam metode komparatif dibagi lagi menjadi beberapa metode, antara lain Metode studi study (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Metode ini dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan kelompok, masyarakat setempat (community) lembaga-lembaga maupun individu-individu. Dasarnya adalah penelaahan suatu persoalan khusus yang merupakan gejala umum dari persoalan-persoalan lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode ini sebagai berikut:
Wawancara (interview). Wawancara seringkah dipakai apabila diperlukan data penting dari masyarakat lain, Teknik ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;
Tidak tersusun
Tersusun
Langkah yang pertama pada teknik ini, penyelidik atau pewawancara menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak wawancara, kemudian pewawancara yang memimpin pembicaraan. Dalam teknik tersebut pewawancara harus sadar bahwa apa yang d ¡kemukakan kepada orang yang diajak wawancara, sedikit banyak terpengaruh.
Pertanyaan-pertanyaan (questionnaires). Teknik ini terlebih dahulu dibuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
Dari daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), Teknik ini dilakukan wawancara melalui daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu,
Participant observer technique, Pada teknik ini penyelidik ikut serta dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini penyelidik akan berusaha sedapat-dapatnya untuk tidak mempengaruh pola-pola kehidupan masyarakat yang sedang diselidikinya.
Metode historis-komparatif
Metode yang menggabungan antara metode historis dan metode komparatif sekaligus,
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya mempergunakan ilmu pasti atau matematika. Akhir-akhir ini diperoleh teknik yang dinamakan sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif.
Di samping metode-metode di atas, metode-metode sosiologi berdasarkan jenisnya dibagi menjadi:
a. Metode induktif adalah metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas.
b. Metode deduktif adalah metode yang mempergunakan proses yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
Selain itu metode sosiologi dibagi menjadi:
a. Metode empiris yang mengutamakan pada keadaan-keadaan yang nyata didapat dalam masyarakat. Dalam ilmu sosiologi modem diwujudkan dengan research atau penelitian, yaitu dengan cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah tersebut. Research dapat dibagi menjadi:
1. Basic research adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dari ilmu pengetahuan;
2. Applied research ditujukan pada penggunaan ilmu pengetahuan secara praktis.
b. Metode rasionalitas yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Metode ini banyak dipergunakan dahulu, sekarang masih ada fungsionalisme.
Pendekatan Sosiologi Mengenai Kesehatan
Berbagai perspektif sosiologi mengenai masyarakat mengembangkan berbagai peranan pengetahuan medis, dan peranan penyebab sosial terjadinya penyakit. Perspektif sosiologi juga didasarkan pada pelbagai model sosiologi tentang masyarakat, baik yang saling menyokong, maupun yang saling bertentangan. Pendekatan Marxis menekankan peranan kausal ekonomi dalam produksi dan distribusi penyakit, dan dalam kaitan itu peranan pengetahuan medis dalam melestarikan kelas sosial. Sosiologi Parsons menekankan peranan kedokteran dalam memelihara harmonis sosial, dan menunjuk arti penting basis non-pasar dari kelompok profesional. Pada saat yang sama, pisau kritik sosiologi juga dipertahankan dengan cara menjalankan fungsi kontrol sosial dari kedokteran dalam mendorong kepada kepatuhan kepada peranan-peranan sosial dalam masyarakat modern. Pendekatan Parsons bertentangan, namun sekaligus sejalan dengan Marxisme. Parsons mengangkat isu tentang pentingnya aspek non-ekonomi masyarakat, tetapi juga menekankan pentingnya peranan sakit sebagai peranan sosial yang dibentuk oleh elemen sosial dalam masyarakat modern. Jadi, Parsons itu konservatif sekaligus kritikal (White, 2012:9).
Demikian pula Foucault, memandang penting peranan sosial dari pengetahuan medis dalam mengontrol penduduk, dan seperti Parsons menekankan sifat menyebar (diffuse nature) dari hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat modern. Selain itu, sebagaimana halnya
Tabel 1.1 Skema Penyederhanaan Sosiologi Kesehatan
Teori
Model Masyarakat
Penyebab Penyakit
Peranan Profesi Medis
Marxis
Konflik dan Eksploitatif
Mendahulukan keuntungan dari kesehatan
Mendisiplin dan mengontrol kelas pekerja.; dan memberikan penjelasan individual tentang penyakit.
Parsonian
Pada dasarnya adalah perangkat jalinan peranan dan struktur sosial yang Harmoni dan stabil.
Ketegangan sosial (soclal strain) yang disebabkan oleh pertemuan kebutuhan dan peranan sosial.
Rehabilitasi individu untuk menjalankan peranan-peranan sosial.
Foucauldian
Suatu jaringan hubungan kekuasaan, tanpa sumber dominan pengawasan yang dikelola.
"Penyakit" adalah label yang digunakan- untuk menyortir dan membeda-bedakan penduduk agar mudah dikontrol.
Memaksakan kepatuhan kepada peranan sosial yang "normal"; dan untuk memastikan bahwa kita menginternalisasi norma-norma.
Feminis
Eksploitatif dan represif terhadap perempuan melalui patriarki.
Menjalankan peranan sosial perempuan sebagaimana ditentukan oleh laki-laki,(patriarki); medikalisasl t. perempuan seputar siklus hidup reproduksinya.
Memaksakan konformitas dengan norma-norma patriarkat mengenai femininitas dan keibuan.
Parsoris, ia memandang profesi, khususnya profesi menolong, memainkan peranan kunci dalam memengaruhi individu-individu untuk mematuhi peranan-peranan sosial yang "normal". bagi Foucault, masyarakat modern adalali sistem-sistem pengawasan yang terorganisasi, bahwasanya manusia melakukan pengawasan atas diri mereka sendiri, seraya menyerap model-model "profesional" dari perilaku yang selayaknya diwujudkan. Marxis-feminis mengidentifikasi cara-cara di mana kelas dan patriarki berinteraksi mensubordinasikan posisi perempuan dalam masyarakat, dari peranan sentral pengetahuan medis dalam mendefinisikan perempuan sebagai pengasuh anak dan ibu rumah tangga. Feminisme Foucauldian, di pihak lain, lebih jeli terhadap ambiguitas peranan perempuan, dan menunjukkan cara yang dapat digunakan kaum perempuan untuk menantang medikalisasi terhadap mereka. Namun, di pihak lain, pengetahuan medis, khususnya sebagaimana terwujud dalam gerakan menolong diri-sendiri dan mengawasi kesehatan diri-sendiri, adalah pervasif. Foucauldian feminis berpendapat bahwa bagian-bagian besar dari gerakan kesehatan perempuan digabungkan ke dalam jaringan patriarkal pengawasan diri-sendiri. Para sosiolog yang memusatkan perhatian pada etnisitas menyajikan suatu gambaran masyarakat yang "dirasialisasikan", yang bekerja dengan konsep ras yang secara ilmiah sudah ditinggalkan untuk membenarkan penyingkiran dan subordinasi orang-orang yang berbeda warna kulit atau identitas etnik berlainan (White, 2012:10).
Dengan demikian, ada model-model yang berkompetisi tentang masyarakat sebagai harmoni atau berkonflik, sebagai suatu perangkat struktur "melakukan sesuatu", atau individu-individu yang secara sukarela mematuhi norma-norma sosial mereka, dan kadang-kadang saling menyokong, kadang-kadang bersaing, peranan kelas, gender dan etnisitas dalam menstrukturkan produk kesehatan yang tidak setara dalam masyarakat.
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pengertian
Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah, pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi (Notoatmodjo, 2007:14).
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya. kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat (Notoatmodjo, 2007:14).
Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad kc-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, sebagai berikut: kesehatan masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui "Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat" untuk (Notoatmodjo, 2007:14):
Perbaikan sanitasi lingkungan.
Pemberantasan penyakit-penyakit menular.
Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan tersebut tersirat bahwa Kesehatan Masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui "Upaya-upaya pengorganisasian masyarakat" (Notoatmodjo, 2007:15).
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya: preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2007:15).
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya, Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan. Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan Masyarakat itu mencakup: a), sanitasi lingkungan, b), pemberantasan penyakit, c), pendidikan kesehatan (hygiene), d), manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan e), pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kegiatan Kesehatan Masyarakat tersebut, 2 kegiatan di antaranya yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini, maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal (Notoatmodjo, 2007:15).
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948), Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007:16).
Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin pokok keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social Sciences). Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin iii^ yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiolog antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisipliner (Notoatmodjo, 2007:16).
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007:16):
Epidemiologi.
Biostatistik/Statistik Kesehatan.
Kesehatan Lingkungan.
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Administrasi Kebijakan Kesehatan
Gizi Masyarakat.
Kesehatan Keselamatan Kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007:17).
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan.
c. Perbaikan lingkungan pemukiman.
d. Pemberantasan vektor.
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g. Pembinaan gizi masyarakat.
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i. Pengawasan obat dan minuman.
j. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
PEMBAHASAN
Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tenang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni:
Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran penyakit-penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologi maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kcs selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti, prevalensi, point of prevalence, dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.
Peran sosiologi dapat digunakan dalam bidang ilmu epidemiologi. Sosiolog dan epidemiolog adalah sekutu dekat, yang mengembangkan argumen-argumen bagi dasar sosial bagi populasi yang sehat. Pada abad kesembilan belas, peneliti sosial mengenai penyakit dan kondisi-kondisi sosial, ahli statistik awal dan epidemiolog, terutama adalah peneliti' peneliti kualitatif. Meminjam kata-kata seorang ahli sejarah sosiologi mereka adalah "penjelajah sosial"; (Kent, 1981). Engels, Mayhew (lan Booth, misalnya, semaunya turun ke lapangan untuk menyaksikan kondisi kaum miskin (White, 2001). Friedrich Engels, penulis pendamping Marx, faktanya tinggal bersama orang miskin itu. Laporan-laporan tentang penemuan mereka menggunakan informasi statistik mengenai pola penyakit di daerah miskin kumuh, dan dilengkapi oleh uraian tentang kondisi kehidupan, yang kelak digunakan untuk mengelaborasi penjelasan tentang mengapa kemiskinan dan penyakit saling berkelindan- Mereka mengemukakan eksplanasi yang melibatkan faktor-faktor sosial seperti hubungan sosial di pabrik, atau dipertahankannya upah pada taraf subsistensi oleh pemilik perusahaan, atau upaya meraup keuntungan yang selalu mengorbankan kesehatan pekerja. Para ahli epidemiologi awai memberikan data kualitatif yang kaya, yang didukung oleh bukti statistik gaya hidup yang menyebabkan sakit dan penyakit dan bagaimana kaum miskin mengalaminya. Namun, epidemiologi melakukan transformasi signifikan dalam hal apa yang dikajinya, dan dalam hal bagaimana kajian ini melaporkan penelitiannya semenjak abad kesembilan belas.
Kerapkali dikemukakan bahwa asal-usul epidemiologi adalah mencari suatu penyebab tunggal penyakit infeksi, khususnya penyakit seperti kolera. Pada masa kini dikemukakan bahwa, karena kompleksitas penyakit, epidemiologi harus menemukan "penyebab majemuk", sehingga kehilangan sebagian kekuatannya untuk memprediksi dan mengontrol penyakit, atau untuk menginformasikan perdebatan kebijakan. Ini adalah konstruksi sejarah epidemiologi yang sesuai dengan fokus perhatian epidemiolog masa kini. Epidemiologi klasik tidak berfokus pada penemuan mikro-organisme, dan juga para praktisinya tidak berusaha memisahkan penemuan-penemuan mereka dari lingkungan sosial dan politik di mana penyakit tersebut merebak. Kasus terkenal John Snow, yang menunjukkan transmisi kholera melalui kontaminasi feces ke dalam suplai air, Biasanya dikaitkan sebagai suatu contoh intervensi mekanis tunggal memindahkan tuas (handle) pompa Bow Street yang mengontrol suplai air untuk daerah tersebut. Implikasinya adalah bahwa solusi teknis sederhana menyingkirkan penyebab spesifik penyakit infeksi, yakni, mencegah konsumsi air yang terkontaminasi. Namun, ini bukanlah apa yang dilaporkan Snow. Melainkan, ia menunjukkan bahwa ketika kehadiran kholera dapat menyebabkan penyakit, adalah suatu kondisi khusus yang menyebabkannya menyebar dan mengakibatkan virulensi penyakit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengembangkan suatu model sosiologis penyebab-penyebab penyakit, berkebalikan dengan eksplanasi medis dan epidemiologis penyakit sebagai kejadian individual yang inheren. Sosiolog berpendapat bahwa alih-alih menggolongkan penyakit sebagaimana adanya pada tingkat individual, penyakit tersebut; seyogianya digolongkan menurut penyebab sosial. Pendekatan ini mengingatkan kita pada faktor-faktor lingkungan yang dapat diubah, dan berarti mencegah penyakit-penyakit berkembang lebih lanjut, bukan mengubah individu-individu (Syme, 1996). Selain itu, dikemukakan pula isu, antara lain oleh Cassell (1976) bahwasanya kondisi sosial yang sama dapat mendorong rentang luas penyakit. Yang dimaksud adalah, kondisi lingkungan sosial, politik, dan ekonomi spesifik yang menyebabkan suatu rentang luas penyakit, dan nilai prediktif kondisi-kondisi ini lebih kuat daripada suatu fokus pada faktor-faktor gaya hidup saja
Biostatistika dan Kependudukan
Penilaian atau ''assessmen" terhadap kesehatan individu didasarkan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan-pemeriksaan lain terhadap kesehatan orang yang bersangkutan. Sedangkan penilaian terhadap kesehatan masyarakat didasarkan kepada kejadian-kejadian penting yang menimpa penduduk atau masyarakat, yang kemudian dijadikan sebagai indikator kesehatan masyarakat, seperti angka kesakitan, angka kematian, angka kelahiran, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut berkaitan dengan pencatatan dalam penilaian kesehatan, baik individu maupun masyarakat ini disebut statistik kesehatan.
Secara lebih terinci statistik kesehatan adalah suatu cabang dari statistik yang berurusan dengan cara-cara pengumpulan, kompilasi. pengolahan dan interpretasi fakta-fakta numerik sehubungan dengan sehat dan sakit kelahiran kematian, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan populasi manusia. Apabila kegiatan pencatatan itu ditujukan khusus pada kejadian-kejadian kehidupan manusia tertentu, yakni: kelahiran, kematian. perkawinan dan perceraian, disebut statistik vital atau sering juga disebut statistik kehidupan (bio statistik).
Statistik seperti telah dijelaskan pada butir terdahulu adalah pengetatan yang berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan penganalisis, penyajian dan penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan berdasarkan data dan kegiatan analisis yang dilakukan. Dengan kata lain, setiap data yang dibutuhkan adalah data yang dapat dipercaya dan tepat waktu. Melalui data yang dapat dipercaya dan tepat waktu diharapkan seluruh kegiatan pengolahan data akan menghasilkan informasi untuk mengasap suatu keputusan yang tepat. Kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang telah dicoba untuk dieliminasi sekecil mungkin melalui berbagi metode yang dikembangkan dalam statistik, akan sangat membantu j dalam setiap kegiatan perencanaan program.
Statistik dalam arti sempit merupakan data ringkasan berbentuk angka maka hal ini sangat membantu di dalam suatu kegiatan monitoring. Oleh karena secara umum yang dilakukan dalam kegiatan monitoring adalah memonitor seluruh keseluruhan dan kelemahan program yang menyangkut berbagai variabel yang berbentuk data ringkasan, (misalnya: jumlah bayi yang ditimbang, jumlah penduduk, jumlah peserta K8, jumlah balita yang diimunisasi dan sebagainya).
Dengan mengetahui berbagai data yang dapat dipercaya maka selanjutnya kita dapat menganalisis dan memutuskan yang baik dan yang buruk. Selain itu melalui berbagai data yang ada kita dapat membandingkan dan selanjutnya membuat suatu generalisasi dari sampel yang kecil kepada populasi.
Peran sosiologi kesehatan dalam merangkul statistik dalam berarti menjauh dari analisis dan upaya memproduksi suatu argumen tentang mengapa penyakit eksis sebagaimana adanya. Sebagaimana dikemukakan Smith, epidemiolog telah memproduksi "tumpukan besar data yang tak tersentuh Oleh pikiran manusia" (Smith, 1985). Informasi statistik adalah tumpukan penemuan dan korelasi yang tidak saling berkaitan mengenai faktor-faktor risiko. Namun, mereka tentu sudah menjalankan fungsi sosial dalam masyarakat kita: pengetahuan yang diberikan oleh epidemiolog menimbulkan dampak besar terhadap kita sebagai individu dalam kehidupan kita sehari-hari. Epidemiolog mengkonstruksi kategori-kategori risiko yang kita sebagai individu diperingatkan akan keberadaannya. Khususnya, epidemiologi, saling berkelindan dengan representasi media (Markova dan Farr, 1995) dan didukung oleh kelompok kesehatan profesional, kini menghasilkan "epidemik risiko". Seperti dikemukakan Forde:
Meningkatnya kecemasan karena penyakit, kecelakaan, dan kejadian- kejadian buruk lainnya, epidemik risiko memperkuat ketergantungan pelayanan kesehatan dan konsumsi pelayanan kesehatan, Lebih lanjut, dan barangkali lebih serius, epidemik risiko ini mengubah cara berpikir orang tentang kesehatan, penyakit, dan kematian. Pesan odd ratio dari penelitian epidemiologi mendukung perspektif rasionalistik, individualistik, dan kehidupan prospektif di mana maksimalisasi kontrol dan minimalisasi ketidakpastian dilihat sebagai sasaran paling penting (Forde, 1998:1155),
Kesehatan Lingkungan
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah ''sehat-sakit" atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan status kesehatan dipengaruhi keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan. perilaku dan pelayan kesehatan) di samping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan vang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan tergeser ke arah di bawah optimal.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.
Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modem). Dengan perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir. Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing). pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah (air kotor), maka hanya akan dibahas kelima masalah tersebut.
Kondisi perumahan cukup dikenal sebagai faktor yang berdampak terhadap kesehatan dan penyakit. Blane menunjukkan data perbedaan 12 kali lipat lebih besar kematian kecelakaan di rumah-rumah penduduk miskin karena pemukiman yang terlalu padat dan kondisi yang tidak aman. Kualitas perumahan yang buruk berdampak besar terhadap Chronic Obstructive Airways Disease (COAD), baik pada anak-anak maupun ketika mereka menanjak dewasa.
Polusi atmosfer berdampak besar terhadap kesehatan individu, khususnya sebagai efeknya kerap kali terbatas pada area tertentu. Area tersebut meliputi industri-industri spesifik seperti pabrik asbestosis, atau pabrik energi nuklir. Selain itu, juga dialami sebagai konsekuensi struktur kota, dengan jalan-jalan industri dengan frekuensi lalu-lalang sangat tinggi melintasi pemukiman penduduk miskin yang berkualitas buruk. Misalnya, 27 % anak-anak Afrika-Amerika yang tinggal di area miskin dalam kota meningkatkan kadar timah dalam darah, dibandingkan dengan 2 % di pemukiman pinggiran kota. Seperti dikemukakan peneliti yang melakukan penelitian di daerah itu, "kita sedang mengekalkan suatu populasi anak-anak minoritas miskin yang kecerdasan mereka terkikis oleh toksin semisal timah hitam, dan mereka yang akan melanjutkan generasi yang secara lingkungan, medis maupun ekonomi tidak beruntung" (Freíd, 2000).
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Promosi Kesehatan
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa promosi kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan promosi kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, dan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena pendidikan adalah merupakan 'behavioral investment' jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjurnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan.
Ilmu Perilaku
Sebelum kita bicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat suatu batasan terlebih dahulu tentang perilaku itu sendiri, Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atari aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjurnya. Sedangkan lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).
Skinner dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons, Ia membedakan adanya dua respons, yakni:
Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam ini disebut eliciting Stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkan.
Respondent respons (respondent behavior) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat- jingkat karena senang, dan sebagainya.
Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan olah organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
Di dalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (respondent respons atau respondent behavior) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behavior merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.
Cara berpikir yang diterima demikian saja tentang sakit dan penyakit dalam masyarakat kita disebut model kedokteran [medical model) (Engel, 1981). Yakni, kebanyakan kita yakin bahwa menjadi sakit tak lain adalah kejadian fisik langsung. Sakit adalah konsekuensi masuknya bibit penyakit atau virus atau bakteri ke dalam tubuh dan menyebabkan malfungsi. Pengobatan atau solusi masalah terletak pada nasihat medis profesional, dan biasanya dalam bentuk obat-obatan yang menyapu bersih organisme penyebab sakit dan memulihkan kondisi tubuh kita menjadi sehat kembali secara fisik jadi bagi kebanyakan kita, menjadi sakit adalah proses biokimia yang alamiah dan tidak benar-benar terkait dengan kehidupan sosial kita.
Model medis ini diterapkan untuk rentang sangat terbatas kondisi medis akut. Namun, eksplanasi medis perilaku di sekitar kita, pada per-tunjukan TV, cerita-cerita "keajaiban kedokteran" di Koran-koran, dan di bagian swalayan toko-toko buku. Bagaimana kedokteran, dengan daerah praktis yang relatif sempit, menjadi begitu kokoh? Fungsi-fungsi apa saja yang dijalankannya dalam kehidupan sosial selain daripada perbaikan teknis tubuh?
Unsur kunci dalam perspektif sosiologi mengenai kedokteran adalah untuk mengetahui cara-cara penyakit atau sakit dilabel dan diobati sebagai suatu bentuk kontrol sosial, dan bahwa apa yang dilabel sebagai penyakit mungkin hanya terkait secara tangepsial dengan kejadian biologis dalam tubuh (Zola, 1972). Dengan cara lain; apa yang didefinisikan sebagai penyakit dan bagaimana diobati tidak semata-mata produk biologis, melainkan sebagai aspek pengharapan sosial yang lebih luas mengenai apa yang dimaksud sebagai perilaku sosial yang sesuah Kegagalan kita dalam memenuhi ekspektasi itu dapat mendorong kita meyakini sesuatu yang dilabel sebagai sakit dan penyakit. Dan hal ini dengan mudah mendorong kita untuk mematuhi ketentuan-ketentuan pengobatan kimia, bedah, atau elektrik untuk mendorong kita taat kepada peranan-peranan sosial.
Oleh karena itu, kita harus berpikir tentang penyakit sebagai proses sosial sama pentingnya dengan proses produk biologi alamiah. Sakit dan penyakit adalah produk tataran sosial, baik dalam pengertian apa yang menyebabkan kita sakit, dan siapa saja yang terkena sakit. Oleh karena itu, sakit dan penyakit bukanlah kategori alam yang statis, melainkan bagian dari proses sosial yang terus berlangsung dalam kehidupan. Marilah kita mulai dengan suatu contoh historis yang singkat tentang bagaimana sakit adalah produk hubungan-hubungan sosial, baik apa yang disebut sebagai penyakit dan dalam konteks siapa yang menderita sakit. Contoh ini juga menggambarkan peranan yang dimainkan oleh profesi kedokteran dalam memberikan pembenaran ilmiah bagi memaksa individu-individu masuk ke dalam peranan-peranan sosial mereka yang "normal".
Ilustrasi di atas memberikan landasan bagi penjelasan sentral pan sosiolog mengenai fungsi-fungsi sosial kedokteran. Pertama, para sosiolog menjadikan kita peka terhadap fakta bahwa kedokteran adalah suata institusi pengendalian sosial. Kedokteran dalam masyarakat modern adalah mekanisme untuk mengendalikan-—dari perspektif kelompok yang memiliki kekuasaan—aktivitas-aktivitas menyimpang dari kelompok kelompok dan individu-individu lain. Kedua, apa yang didiagnosis sebagai penyakit kerap kali adalah produk lingkungan sosial dan politik, dan khususnya interaksi antara kelas, gender, dan etnisitas. Ketiga, praktik- praktik ilmiah maupun teknis kedokteran yang tampaknya murni - seperti pembedahan mengangkat ibu jari kaki dalam kasus drapetomania, atau bedah psikologikal lainnya, atau pemberian sedatif pada kasus-kasus lainnya - semuanya secara eksplisit ditujukan kepada mendorong kepatuhan atas peranan-peranan sosial. Praktik ilmiah dan teknis kedokteran bukanlah pekerjaan yang bebas nilai dari ilmu pengetahuan yang tidak memiliki kepentingan melainkan produk hubungan-hubungan sosial. Harus diingat bahwa hak-hak kedokteran untuk mendefinisikan perilaku normal dan kontrolnya terhadap teknologi bedah dapat bekerja bersama-sama dalam pengobatan atas apa yang didefinisikan sebagai Hnot coping" atau "depresi": antara 40.000 dan 50.000 orang Amerika yang mengalami lobotomi frontal pada 1950-an dan 1960-an (Shuman, 1977).
Administrasi Kebijakan Kesehatan
Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut "Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat". Sebagian orang menyatakan bahwa proses pengaturan kegiatan untuk mencapai tujuan ini disebut "Administrasi" sehingga proses pengaturan kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut "Administrasi Kesehatan Masyarakat". Di sini timbul kerancuan, karena proses kegiatan sama, namun istilah berbeda "Manajemen" dan "Administrasi".
Banyak ahli yang telah membuat batasan tentang manajemen ini antara lain:
The accomplishing of a predetermined objectives through the effoft other people atau: Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan orang lain, (Robert D. Terry)-
Manajemen adalah "the process, by which the excution of given purpose is put in to operation and supervised atau: Manajefltf11 adalah proses di mana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan dan diawasi. (Encyclopasdia of social Sciences).
"Getting things done throngh the effort of people, and that funtion breaks down in to at least 2 major responsibllitties, one of whlch is planning, the other contrror (manajemen adalah membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecah sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab utama, yakni perencanaan dan pengawasan).
Management is the proccess under taken bay one or more persons to coordinate the activities of other persons to achieve results not attainable bay any one person acting alone, atau: Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich, 1989).
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang manajer dalam mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut." Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan."
Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (sub sistem) yang saling berhubungan di dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub sistem di dalam suatu unit atau di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit, Balkesmas dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan. Dengan demikian, maka manajemen kesehatan masyarakat adalah proses manajemen di tiap-tiap sub sistem pelayanan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa manajemen itu suatu seni mengatur orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi atau unit pelayanan, maka manajemen tersebut mempunyai fungsi-fungsi, K. berbagai pendapat para ahli dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi manajemen itu pada garisnya terdiri dari:
Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian {Organizing)
Penyusunan personalia (Staffing)
Pengoordinasian (Coordinating)
Penyusunan anggaran {Budgeting)
Peran sosiologi dalam AKK ini dapat diketahui melalui sudut pandang sosiologi. Pertama, sosiolog tidak mencoba memberitahu praktisi kesehatan tentang bagaimana mereka melaksanakan pekerjaan mereka, meski sebagian dari penemuan mereka dapat memberitahu kita hal-hal yang menarik tentang bagaimana kedokteran dan keperawatan dipraktikkan. Sebagai contoh, kajian tentang pekerjaan sehari-hari praktisi umum menunjukkan kepada kita pola-pola pengobatan, diagnosis, dan pedoman yang sama bagi semua praktisi umum (dokter umum) yang memiliki karakteristik bersama - sebagai contoh, lama pendidikan, apakah mereka berada di kota maupun desa, praktik sendirian atau berkelompok, laki-laki atau perempuan (White, 1994).
Hal di atas membawa kita ke butir penting kedua yang menjadi karakter perspektif sosiologi. Fokusnya bukan individu melainkan kelompok di mana individu adalah anggotanya. Jadi, ketika sosiolog dihadapkan dengan seorang yang sakit, pertanyaannya bukan, mengapa orang itu sakit? Melainkan, dalam kelompok seperti apa orang yang sakit itu hidup yang menyebabkan dirinya menyandang risiko sakit? Sosiolog berpikir tentang masyarakat bukan sebagai individu-individu yang berkongkmerasi menjadi kelompok, yang merupakan perspektif psikologi, melainkan sebagai seperangkat struktur-struktur yang akan memproduksi kesempatan hidup tertentu bagi individu-individu di dalam kelompok. Kita dilahirkan ke dalam kelompok ini - laki-laki atau perempuan, hitam atau putih, anggota kelas ini atau itu, etnik ini atau itu dan dalam ruang yang luas, apa pun maksud dan keinginan kita, posisi kita tidak akan berubah di dalamnya. Dengan kata lain, perspektif sosiologi tidaklah mengenai individu, melainkan kelompok di mana individu menjadi anggotanya. Bagi sosiolog, seseorang sakit apa. bagaimana ia diobati, dan mengapa ia meninggal bukan produk personalitas atau, terutama biologikal, melainkan posisinya dalam seperangkat hubungan kekuasaan yang terbentuk di luar akses sociai goods yang menjamin kualitas kehidupan. Variabel antara yang bersifat kunci yang memfasilitasi atau menghambat akses kepada benda dan jasa {goods and Services) adalah kelas, gender, dan etnisitas.
Butir ketiga adalah suatu elemen kunci dalam perspektif sosiologi mengenai penyakit adalah untuk melihat cara kita melabel dan mengobati sakit sebagai bentuk kontrol sosial. Apa yang didefinisikan sebagai sakit dan bagaimana diobati tidak selalu merupakan produk kebutuhan biologis, melainkan sebagai aspek dari asumsi sosial yang lebih luas mengenai perilaku apa yang selayaknya. Ambillah contoh, 'percobaan yang tidak beruntung di Auckland Women's Hospital di Selandia Baru. Profesor Herbert Green berpikir bahwa lebih baik memiliki perempuan subur tapi berumur pendek daripada yang sehat tapi mandul. Oleh karena itu, ia tidak menganggap kanker sebagai iri situ serviks. Perempuan tetap subur, tetapi banyak di antara mereka yang meninggal. Pendapatnya yang nonmedis adalah produk pandangan bahwa perempuan adalah pengasuh anak-anak sama pentingnya dengan pandangan kedokteran klinik (Bunkle, 1988).
Gizi Masyarakat
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan, karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, di samping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk:
a) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.
b) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
c) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,, mineral dan cairan tubuh yang lain.
d) Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Agar makanan dapat berfungsi seperti ini, maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekadar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi. Dengan perkataan lain makanan yang kita makan sehari-hari harus dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu makanan dan kesehatan.
Peran sosiologi kesehatan dapat mengetahui faktor budaya sebenarnya masalah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan yang tentunya berdampak pada masalah gizi. Perilaku masyarakat kota dan desa di sertai dengan budaya-budaya mereka sangat-sangat berbeda kebutuhan pangan dan status sosial mereka berbeda. Dari perbedaan ini kita bisa membandingkan bahwa masyarakat kota tingkat pengetahuan mereka akan masalah gizi dan pola-pola hidup yang mereka jalani lebih cenderung pada kemajuan teknologi, ekonomi, pengetahuan status gizi mulai dari menu seimbang untuk pola konsumsi mereka. sedangkan masyarakat pedesaan lebih dekat pada masalah kemiskinan, artinya banyak kekurangan mulai dari kurangnya pengetahuan akan maslah gizi, kurangnya ketersediaan pangan, sampai kurangnya kualitas lingkungan yang baik.
Tanah air kita ini memiliki bermacam-macam budaya di dalamnya dari sabang sampai Merauke, dengan suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda pula, hal ini telah memberikan struktur sosial yang memenuhi menu makan maupun pola makanya, kecenderungan muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat bergantung pada potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Pengaruh budaya terhadap gizi terdapat pengaruh yang negatif dan ada pengaruh yang positif, dampak negatifnya munculnya masalah kekurangan gizi di masyarakat sekitar karena masyarakat sulit meninggalkan kebiasaan-kebiasaan mereka, mereka lebih percaya pada hal-hal yang di anggap tabuh dalam budaya mereka sehingga apa yang sebenarnya tubuh butuhkan tidak terpenuhi sehingga banyak menimbulkan penyakit.
Kesehatan Keselamatan Kerja
Dalam uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa yang menjadi objek kajian ilmu kesehatan masyarakat adalah masyarakat terutama dari aspek kesehatannya, atau yang menjadi pasien kesehatan masyarakat adalah "masyarakat". Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Apabila di dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan kerja maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok.
Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah: "Penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah", maka upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Di samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit- penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif berpedoman, bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga produktivitas kerja. Oleh sebab itu, upaya pokok kesehatan kerja yang kedua adalah promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.
Seperti halnya pada kesehatan masyarakat, meskipun fokus kegiatannya pada preventif dan promotif, tetapi tidak 'berarti meninggalkan sama sekali upaya-upaya kuratif. Dalam kesehatan kerja juga tidak meninggalkan sama sekali upaya-upaya kuratif, dalam batas-batas pelayanan dasar (primary care). Hal ini berarti kesehatan kerja di dalam suatu perusahaan, meskipun upaya pokoknya pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, serta Promosi kesehatan pekerja, namun perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau keluarganya. Keluarga pekerja memang bukan secara langsung menjadi anggota masyarakat pekerja, namun peranan keluarga (istri atau suami) sangat penting dalam mencegah penyakit dan kecelakaan kerja serta peningkatan kesehatan pekerja.
Dari aspek ekonomi penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu perusahaan adalah sangat menguntungkan, karena tujuan akhir dari kesehatan kerja ialah untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin. Dengan tidak terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja maka berarti tidak adanya absentisme pada pekerja. Selain itu, dengan meningkatnya status kesehatan yang seoptimal mungkin bagi setiap pekerja sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas. Tidak adanya absentisme (atau rendahnya angka absentisme dan meningkatnya status kesehatan pekerja ini jelas akan meningkatkan efisiensi, yang bermuara terhadap meningkatkan keuntungan perusahaan.
Dari uraian tersebut di atas dirumuskan, kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan- gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari "Occupatiunal Health" yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya, dan sebagainya.
Secara implisit rumusan atau batasan ini, bahwa hakikat kesehatan kerja mencakup dua hal, yakni: Pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja di sini mencakup antara lain: buruh atau karyawan, petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non formal, pegawai negeri* dan sebagainya. Kedua, sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas. (Sumakmur, 1991). Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk operasional, maka tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat- syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan/pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic), dan sebagainya.
Peran sosiologi dalam kesehatan dan keselamatan kerja untuk upaya memilah-milah kontribusi faktor-faktor material bagi menyebabkan penyakit-penyakit tertentu (Blane et al., 1997). Pemilahan itu meliputi menghimpun bukti mengenai peranan pekerjaan sebagai penyebab, diet, perumahan dan polusi atmosfer terhadap kanker, penyakit jantung koroner, kecelakaan dan penyumbatan jalan pernapasan kronis. Setiap penyakit ini berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan. Semakin besar penghasilan, sejalan dengan pekerjaan yang semakin baik dan kurang berbahaya, memberikan akses yang lebih baik kepada akomodasi, meningkatnya pilihan diet, dan menentukan lokal- lokal dalam suatu kota di mana penduduk hidup. Namun, faktor-faktor tersebut dapat dipisahkan secara empirik.
Pekerjaan mendedah kita ke bentang luas gangguan fisik dan psikososial. Sebagai contoh, pendedahan terhadap agen penyebab kanker, jelas, ada industri yang berisiko tinggi di mana pekerjaan dengan mudah dianggap sebagai penyebab kanker satu-satunya, seperti pada industri asbestos. Akan tetapi, di luar itu, jurnal ilmiah bergengsi Nature melaporkan bahwa 20 % dari semua kematian karena kanker disebabkan oleh pekerjaan. Kajian yang lebih resen mendukung temuan itu, dengan the World Health Organization pada 2006 melaporkan bahwa penyebab proporsi dari semua kematian karena kanker di negara-negara industri dialamatkan kepada ekspos pekerjaan antara 4 - 20 %. Lebih lanjut, kanker adalah salah satu dari penyebab utama kematian terkait dengan pekerjaan, yang memberikan kontribusi bagi proporsi fatalitas yang jauh lebih tinggi daripada kecelakaan atau luka-luka di tempat bekerja (Hamalainen et al., 2007).
Data tentang kematian terkait dengan pekerjaan mengindikasikan hal penting, khususnya karena hal ini nyaris tidak pernah dilaporkan. Sebagai contoh, kematian karena tabrakan kendaraan di jalan raya tidak dianggap sebagai kecelakaan pekerjaan. Di Australia, statistik terakhir menunjukkan bahwa antara 300 hingga 700 pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja (Australien Safety and Compensation Council, 2006). Suatu kiraan 5.000 kanker invasif dan 34.000 kanker kulit nonmelanoma per tahun di Australia disebabkan oleh ekspos terkait dengan pekerjaan, dan sekitar 1.5 juta orang terekspos karsinogen yang diketahui. Semakin diketahui bahwa kesehatan pekerja individual tidak harus secara fisik bersikap terhadap dampak praktik pekerjaan kapitalis. Kurangnya otonomi pada pekerjaan, kurangnya kontrol atas proses produksi dan pemisahan dari sesama pekerja komponen kunci dari teori alienasi Marx-semuanya kini terdukung dalam penelitian empirik sebagai penyebab penyakit (Fritschi dan Driscoll, 2006).
PENUTUPAN
Kesimpulan
Berdasarkan ulasan makalah di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Epidemiologi
Peran sosiologi dapat digunakan untuk mengembangkan argumen-argumen bagi dasar sosial bagi populasi yang sehat. Dapat mengemukakan eksplanasi yang melibatkan faktor-faktor sosial seperti hubungan sosial di masyarakat. Kerapkali dikemukakan bahwa asal-usul epidemiologi adalah mencari suatu penyebab tunggal penyakit infeksi, khususnya penyakit seperti kolera. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengembangkan suatu model sosiologis penyebab-penyebab penyakit, berkebalikan dengan eksplanasi medis dan epidemiologis penyakit sebagai kejadian individual yang inheren. Sosiolog berpendapat bahwa alih-alih menggolongkan penyakit sebagaimana adanya pada tingkat individual, penyakit tersebut; seyogianya digolongkan menurut penyebab sosial.
Biostatistika dan Kependudukan
Peran sosiologi kesehatan dalam statistik untuk upaya memproduksi suatu argumen tentang mengapa penyakit eksis sebagaimana adanya. Informasi statistik adalah tumpukan penemuan dan korelasi yang tidak saling berkaitan mengenai faktor-faktor risiko. Epidemiolog mengkonstruksi kategori-kategori risiko yang kita sebagai individu diperingatkan akan keberadaannya. Khususnya, epidemiologi, saling berkelin dan dengan representasi media dan didukung oleh kelompok kesehatan profesional, kini menghasilkan "epidemik risiko". Peran odd ratio dari penelitian epidemiologi mendukung perspektif rasionalistik, individualistik, dan kehidupan prospektif di mana maksimalisasi kontrol dan minimalisasi ketidakpastian dilihat sebagai sasaran paling penting.
Kesehatan Lingkungan
Peran sosiologi digunakan untuk mengetahui faktor sosial apa saja yang dapat mendukung kesehatan lingkungan guna mengentaskan masalah kesehatan. Selain itu sosiologi dapat mengangkat fenomena yang melatarbelakangi suatu permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan, sehingga dengan pendekatan sosiologi akan mendapatkan informasi yang lebih baik dan dapat menyelesaikan masalah.
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Peran sosiologi dalam konsentrasi promosi kesehatan dan ilmu perilaku menggunakan pendekat-pendekatan sosial digunakan untuk melakukan edukasi kesehatan supaya masyarakat dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih sehat. Selain itu juga mempelajari fenomena-fenomena sosial yang terjadi pada suatu kultur masyarakat untuk mendekatkan diri pada masyarakat untuk memudahkan komunikasi dan perubahan perilaku sehat dalam sehari-hari.
Administrasi Kebijakan Kesehatan
Sosiologi tidak mencoba memberitahu praktisi kesehatan tentang bagaimana mereka melaksanakan pekerjaan mereka, meski sebagian dari penemuan mereka dapat memberitahu kita hal-hal yang menarik tentang bagaimana kedokteran dan keperawatan dipraktikkan. Fokusnya bukan individu melainkan kelompok di mana individu adalah anggotanya. Sosiolog berpikir tentang masyarakat bukan sebagai individu-individu yang berkongkmerasi menjadi kelompok, yang merupakan perspektif psikologi, melainkan sebagai seperangkat struktur-struktur yang akan memproduksi kesempatan hidup tertentu bagi individu-individu di dalam kelompok. perspektif sosiologi mengenai penyakit adalah untuk melihat cara kita melabel dan mengobati sakit sebagai bentuk kontrol sosial.
Gizi Masyarakat
Peran sosiologi kesehatan dapat mengetahui faktor budaya sebenarnya dapat menjadi masalah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan yang tentunya yang dapat mengarah pada masalah gizi. Sosiologi dapat menganalisis dengan berbagai pendekatan untuk mengetahui bagaimana budaya dalam mempengaruhi status gizi masyarakat pada wilayah tertentu.
Kesehatan Keselamatan Kerja
Peran sosiologi dalam kesehatan dan keselamatan kerja untuk upaya memilah-milah kontribusi faktor-faktor material bagi menyebabkan penyakit-penyakit tertentu. Pemilahan itu meliputi menghimpun bukti mengenai peranan pekerjaan sebagai penyebab terhadap kanker, penyakit jantung koroner, kecelakaan dan penyumbatan jalan pernapasan kronis. Setiap penyakit ini berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan. Semakin besar penghasilan, sejalan dengan pekerjaan yang semakin baik dan kurang berbahaya, memberikan akses yang lebih baik kepada akomodasi, meningkatnya pilihan diet, dan menentukan lokal- lokal dalam suatu kota di mana penduduk hidup. Namun, faktor-faktor tersebut dapat dipisahkan secara empirik.
Saran
Sebagai bagian akhir dari makalah ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah:
Perlu digambarkan secara lebih terperinci berdasarkan konsep-konsep yang ada pada setiap pilar utama ilmu kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Blane, D., Bartley, M. dan Davey, S. G. 1997. Disease Aetiology and Materialist Explanations of Socioeconomic Mortality Defferentials. European Journal of Public Health.
Bunkle, P. 1988. Second Opinion. Auckland: Oxford University Press.
Cassel, J. 1976. The Contribution of the Social Environment to Host Resistance. American Journal of Epidemiology.
Doyle, S., Skoner, W., Rabin, B. dan Gwaltney, J. 1997. Social Ties and Susceptibility to the Common Cold. Journal of the American Medical Association.
Engel, G. L. 1981. The Need for a New Medical Model: A Challenge for Biomedicine. MA: Addison-Wesley
Forde, G. 1998. Is Imposing risk Awareness Cultural Imperialism? Social Science and Medicine.
Freid, M. 2000. Poor Children Subject to Environment Injustice. Journal of the American Medical Association.
Fritschi, L dan Driscoll, T. 2006. Cancer Due to Occupaition in Australia. Australian and New Zealand Journal of Public Health 30.
Hamalainen, P., Takala, J. dan Saarela, K. 2007. Global Estimates of Fatal Work-Releated Diseases. American Journal od Industrial Medicine.
Haron, P. B. & Hunt, C. L. 1987. Sosiologi Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
Kelly, S., Hertzman, C. dan Daniel, M. 1997. Searching for the Biological Pathway Between Stress and Health. Annual Review of Public Health.
Kent, R. 1981. A History of British Emperical Sociology. Aldershot: Gower
Markova, I dan Farr, R. 1995. Representations oh Health, Illnes and Handicap. Chur: Harwood
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Schaefer, R. T. 2012. Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Shuman, S. 1977. Psychosurgery and the Medical Control of Daviance. Detroit: Wayne State University Press.
Smith, A. 1985. The Epidemiology Basis of Comunity Medicine. Edinburgh: Churchill Livingstone
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sumakmur.1991. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV. Masagung.
Syme, S. 1996. Rethinking Disease: Where Do We Go from Here? Annals of Eprdemiology.
White, K. 1994. Social Construction of Medicine and Health. Pamerston North: Dunmore Press.
White, K. 2001. The Early Sociology of Health, six volume. London: Routledge.
White, K. 2012. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajawali Pers.
Zola, I, 1972. Medicine as an Institution of Social Control. American Journal Sociology Review.
4
i
iii
41