SMA KARYA IMAN
Perang Aceh Perlawanan Indonesia melawan Penjajah Irina Natasha Novita Rizky Amelia XI IPS
2012/2013
A. Pendahuluan Perlawanan Bangsa Indonesia melawan bangsa asing sudah dimulai sebelum tahun 1800. Perlawanan tersebut dimulai ketika Portugis memasuki Indonesia tepatnya di Ternate. Lama kelamaan semakin Portugis memasuki daerah – daerah lain di Indonesia. Berbagai perlawananpun tak terelakan. Beberapa perlawanan berubah menjadi perang. Ada banyak perang perlawanan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah Perang Aceh yaitu perang melawan Belanda. Berikut pengenalannya: Perang Aceh merupakan salah satu perang terbesar yang pernah dilakukan oleh Belanda. Perang ini adalah perang antara Kesultanan Aceh dengan Belanda. Perang yang berlangsung selama 4 periode ini dimulai pada 1873 hingga 1904.Kesultanan Aceh menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut. Pada tanggal 26 Maret 1873 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pantai di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Johan pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, Köhler,
dan
langsung
bisa
menguasai Masjid
Raya
Baiturrahman. Köhler Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira.
B. Latar Belakang
Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan karena banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda berambisi untuk mendudukinya. Sebaliknya,
orang-orang
Aceh
tetap
ingin
mempertahankan
kedaulatannya. Ketika Belanda dan Inggris sepakat membawa masalah Aceh ke meja perundingan, dengan hasil perjanjian yang dikenal dengan T r a k t at at L o n d o n ( Treaty of London / 1824 ). Sejak saat itulah Belanda
punya kekuasaan di Aceh, namun ia kurang leluasa karena salah satu isi dari Traktat London London menyebutkan agar agar Belanda menghormati kedaulatan kedaulatan kerajaan Aceh. Maka untuk lebih leluasa lagi dalam menjalankan praktek kolonialnya Belanda mengajak Inggris ke meja perundingan sekali lagi. Ternyata usaha Belanda itu berhasil, kemudian hasil perundingan adalah Traktat Sumatra. Dalam perjanjian itu Belanda diperbolehkan meluaskan kekuasaan di Aceh. Sampai dengan tahun 1871, Aceh masih mempunyai kebebasan sebagai kerajaan yang merdeka. Situasi ini mulai berubah dengan adanya Traktrat Sumatra (yang ditandatangani Inggris dengan Belanda pada
tanggal 2 November 1871). Isi dari Traktrat Sumatra 1871 itu adalah pemberian kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatra, termasuk Aceh. Dengan demikian, Traktrat Sumatra 1871 jelas merupakan ancaman bagi Aceh. Karena itu Aceh berusaha untuk memperkuat diri, yakni mengadakan hubungan dengan Turki, Konsul Italia, bahkan dengan Konsul Amerika Serikat di Singapura. Tindakan Aceh ini sangat mengkhawatirkan pihak Belanda karena Belanda tidak ingin adanya campur tangan dari luar. Belanda memberikan ultimatum, namun Aceh tidak menghiraukannya. Selanjutnya, pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda memaklumkan perang kepada Aceh.
Perang Aceh disebabkan karena:
Belanda menduduki daerah Siak. daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858. Di mana
Sultan
Ismail
menyerahkan
daerah Deli, daerah Deli, Langkat Langkat,Asahan ,Asahan dan Serdang dan Serdang kepada
Belanda,
padahal
daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda, Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh.
Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian berakhirlah perjanjian London tahun 1824. 1824. Isi
perjanjian
London
adalah
Belanda
dan
Britania
Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps. Lesseps. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
Ditandatanganinya Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Britania memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat di Selat Malaka. Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guyana di Guyana Barat kepada Britania. kepada Britania.
Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan
Konsul Amerika
Serikat, Kerajaan
Italia,Kesultanan Italia,Kesultanan
Usmaniyah di Singapura. di Singapura. Dan Dan mengirimkan utusan ke Turki ke Turki Usmani pada tahun 1871. tahun 1871.
Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh.
Wakil
Presiden
Dewan
Hindia Frederik
Nicolaas
Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
C. Periode Perang
Perang
Pertama (1873-1874)
Aceh
Polim dan Sultan
Mahmud
dipimpin
Syah melawan
dipimpin Köhler dipimpin Köhler .Köhler .Köhler dengan
3000
oleh Panglima oleh Panglima
Belanda
yang
serdadunya
dapat
dipatahkan, dimana dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 tanggal 14 April 1873. April 1873. Sepuluh Sepuluh hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kelompok pasukan. Ada di Peukan Aceh, Lambhuk, Aceh, Lambhuk, Lampu'uk, Lampu'uk, Peukan Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya. Beberapa ribu orang juga berdatangan dari Teunom, dari Teunom, Pidie, Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain. P e r an an g A c e h K e d u a (1874-1880), di bawah Jend. Jan Jend. Jan van Swieten,
Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Sultan, 26 Januari 1874, Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda. 31 Belanda. 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 wafat 26 Januari 1874, Januari 1874, digantikan digantikan oleh Tuanku oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indragiri. masjid Indragiri. Perang
pertama
dan
kedua
ini
adalah
perang
total
dan
frontal, dimana frontal, dimana pemerintah masih berjalan mapan, meskipun ibu kota negara berpindah-pindah ke Keumala Dalam, Indrapuri, Dalam, Indrapuri, dan dan tempat-tempat lain. Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan
dikobarkan
perang fi
sabilillah. sabilillah.
Dimana
sistem
perang
gerilya
ini
dilangsungkan sampai tahun 1904. Dalam perang Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku
Umar bersama
Panglima
Polim
dan
Sultan.
Pada
tahun 1899 tahun 1899 ketika terjadiserangan terjadiserangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya. Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan
perorangan
dengan
perlawanan,
penyerbuan,
penghadangan
pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.
dan
D. Snouck Hugronje
Untuk mengalahkan pertahanan dan perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh ( Aceh (De De Acehers). Acehers). Dalam buku itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh. Usulan
strategi
Belanda Joannes
Snouck
Hurgronje
Benedictus
kepada
van
Gubernur
Heutsz adalah,
Militer supaya
golongan Keumala golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) dengan pengikutnya
dikesampingkan
dahulu.
Tetap
menyerang
terus
dan
menghantam terus kaum ulama. kaum ulama. Jangan mau berunding dengan pimpinanpimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat
baik
Belanda
kepada
rakyat
Aceh,
dengan
cara
mendirikan langgar, mendirikan langgar, masjid, masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Ternyata siasat Dr Snouck Hurgronje diterima oleh Van Heutz yang menjadi Gubernur militer dan sipil di Aceh (1898-1904). Kemudian Dr Snouck Hurgronje diangkat sebagai penasehatnya Laporan-laporan Snouck Hurgronje membuat pasukan Van Heutsz lebih percaya diri. Mereka jadi tahu seluk-beluk geografi setempat, adat istiadat masyarakat, serta soal ajaran agama yang dianut oleh "raja-raja biadab" (ces princes sauvages) tersebut. Pada 1898, kapal-kapal perang Belanda kembali membuka layar menuju Pulau Sumatera. Sayang, rasa percaya diri yang tinggi dan pengetahuan memadai tak cukup untuk menaklukkan Aceh. Banyak korban jatuh di pihak Belanda. Selama setengah abad bertarung dengan Aceh, lebih dari 100 ribu orang mati dan 500 juta gulden terbuang percuma. Pers di Batavia pun turut mencibiri kegagalan itu. Mengapa duet Van Heutsz-Snouck tak berjaya? Seorang mantan Gubernur Aceh bekas opsir militer, C. Deykerhoff, pernah menulis keraguan atas strategi yang dikembangkan Snouck.
gerilyawan... (yang) " Andaikata Dr. Snouck Hurgronje mengenal watak para gerilyawan... sangat mengenal medan dan jarang sekali memberi kita kesempatan memukulnya," tulisnya, "Memukul gerilyawan, sedapat mungkin dengan menghindarkan terlibatnya penduduk walaupun ada di antaranya yang bersikap ragu-ragu, seperti yang diinginkan oleh Dr. Snouck Hurgronje, adalah khayal belaka."
Paul van 't Veer mengungkap pula nama R.A. Kern, pejabat penasihat untuk urusan bumi putra dan golongan Arab, yang juga mengkritik kebijakan Snouck.
Kern
mengatakan,
Snouck
keliru
karena
strateginya
justru
memperkukuh kekuasaan kaum uleebalang untuk melawan kaum ulama fanatik. Snouck berpikir, dengan menguasai kaum ulama, Belanda bisa menguasai Aceh-tapi yang terjadi justru sebaliknya. Namun Snouck tak selamanya kalah. Dalam pertarungan di Tanah Gayo dan Alas, ia membuktikan bahwa hasil studi ilmiahnya bisa dipakai untuk kepentingan militer Belanda. Pada 8 Februari-23 Juli 1914, di bawah pimpinan Letkol G.C.E. van Daalen, pasukan Belanda mencoba menaklukkan Tanah Gayo dan Alas. Untuk ekspedisi ini, Gubernur Van Heutsz memilih sejumlah perwira dan brigade terbaiknya. Pertempuran hebat terjadi dan banyak jatuh korban dari kalangan orang Gayo. Sebanyak 2.902 orang tewas-1.159 di antaranya perempuan dan anak-anak. Belanda kehilangan 26 serdadu, yang mati, dan 70-an terluka. Keterangan : Kesimpulan hasil penyelidikan Dr. Snouck Hurgronje adalah: 1. Belanda harus mengesampingkan Sultan, karena Sultan hanya sebagai lambang
pemersatu,
Kekuatan
justru
terletak
pada
Hulubalang
dan
Ulebalang. 2. Untuk menaklukkan rakyat Aceh, harus dilakukan serangan serentak di seluruh Aceh. 3. Setelah nanti mampu menduduki Aceh, mestinya pemerintah HindiaBelanda harus meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh. .
E. Taktik Perang Taktik
perang
gerilya
Aceh
ditiru
Heutz, dimana Heutz, dimana dibentuk pasukan dibentuk pasukan maréchaussée maréchaussée yang
oleh
dipimpin
Van
oleh Hans oleh Hans
Christoffel dengan pasukan Colone pasukan Colone Macan yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh. Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Sultan Tuanku Ibrahim. Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 tanggal 5 Januari 1902 Januari 1902 keSigli keSigli dan berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse menyergap Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim
meletakkan
senjata
dan
menyerah
ke Lhokseumawe pada ke Lhokseumawe
Desember 1903. 1903. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulupenghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim. Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta di Kuta Reh (14 Juni 1904) Juni 1904) dimana dimana 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan. Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. ke Sumedang.
F. Berakhirnya Perang Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek (korte
verklaring ,
Traktat
Pendek)
tentang
penyerahan
yang
harus
ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Pada tahun 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk menan-datangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut. 1) Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya. 2) Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain dengan belanda. 3) Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda. Dengan ini, berarti sejak 1904 Aceh telah berada di bawah kekuasaan pemerintah
Belanda.
Perjanjian
pendek
ini
menggantikan
perjanjian-
perjanjian terdahulu yang rumit dan panjang dengan para pemimpin setempat. Walau demikian, wilayah Aceh tetap tidak bisa dikuasai Belanda seluruhnya, dikarenakan pada saat itu tetap saja terjadi perlawanan terhadap Belanda meskipun dilakukan oleh sekelompok orang (masyarakat). Hal ini berlanjut sampai Belanda enyah dari Nusantara dan diganti kedatangan penjajah baru yakni Jepang (Nippon).
G. Kesimpulan Kesimpulan dari Perang Aceh :
Perang Aceh menjadi menjadi Perang terlama di Indonesia Indonesia dan perang terbesar yang dilakukan Belanda
Rakyat Aceh Aceh yang mau berjuang dan pantang menyerah membela daerahnya.
Rakyat Aceh mampu mampu melawan Belanda Belanda walau melalui beberapa Perang terlebih dahulu
Traktat Pendek tidak mampu membuat rakyat Aceh diam dan menyerah pada Belanda
H. Daftar Pustaka Badrika, I Wayan. 2006.Sejarah 2006.Sejarah untuk SMA Jilid 2 Kelas XI Program Ilmu Sosial . Jakarta: Erlangga id.wikipedia.org/wiki/Perang_Aceh http://www.scribd.com/doc/55360015/MAKALAH http://erakas.blogspot.com/2011/01/perlawanan-di-aceh-18731904.html http://www.atjehcyber.net/2012/01/perang-aceh-kisah-kegagalansnouck.html http://www.g-excess.com/3774/perlawanan-menentang-penjajah-perangaceh-1873-%E2%80%93-1904/ Google.co.id
I. Lampiran