AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN BAB III PERLAKUAN AKUNTANSI PADA SAAT LIKUIDASI PERSEKUTUAN
Oleh: Kelompok 7
Putu Lindya Puspita Sari
(01)
Ni Kadek Meity Mirliandari
(05)
Ni Nengah Sundari
(08)
I Gede Omy Wira Dharma
(25)
Intan Mutiara Sakti
(26)
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2017
3.1. DEFINISI LIKUIDASI DAN PERBEDAANNYA DENGAN DISOLUSI 3.1.1. Likuidasi
Likuidasi
adalah
berhentinya
kegiatan
operasi
perusahaan
(pembubaran usaha) secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi. Berhentinya
persekutuan
sebagai
bisnis
mencakup
penghentian
aktivitas bisnis persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan. 3.1.2. Disolusi
Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya
sekutu
lama
akan
mengakibatkan
disolusi
(pembubaran)
persekutuan. Tetapi disolusi tidak selalu terjadi dengan berhentinya operasi persekutuan atau berhentinya usaha dan akuntansi persekutuan. Disolusi persekutuan menurut Undang-undang adalah "perubahan pada hubungan sekutu ketika ada sekutu yang tidak lagi terlibat dalam menjalankan usaha yang berbeda dengan penyelesaian (winding up) usaha ters ebut (Bagian 29 Undang-undang). Disolusi persekutuan adalah berubahnya para hubungan sekutu yang menyebabkan berhentinya persekutuan sebagai entitas hukum. Pada disolusi, entitas persekutuan bisa berjalan terus jika ada perjanjian baru. Ketika persekutuan secara hukum resmi disolusi, baik dengan masuknya sekutu baru atau dengan pengunduran diri atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan baru perlu dibuat untuk kelanjutan usaha persekutuan. Jadi, dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti / bubar secara hukum dan secara bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.
3.2. PROSES LIKUIDASI
Umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal : 1. Mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas 2. Mengakui keuntungan dan kerugian serta biaya likuidasi yang timbul selama likuidasi 3. Menyelesaikan seluruh kewajiban 4. Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir modal mereka Penjelasan umum mengenai proses likuidasi meng-asumsi-kan bahwa persekutuan mampu membayar hutang-hutangnya, dengan kata lain aktiva yang dimiliki melebihi kewajiban. Juga diasumsikan bahwa semua sekutu memiliki bagian dalam aktiva bersih persekutuan, tidak ada hutang yang berasal dari pinjaman kepada sekutu, dan seluruh aktiva dikonversikan menjadi kas sebelum kas didistribusikan kepada sekutu. Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu,jumlah yang diinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba ,jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya Seluruh saldo laba atau rugi dan prive harus ditutup keperkiraan modal sebelum distribusi dilakukan. Kekayaan persekutuan tidak boleh didistribusikan kepada sekutu yang memiliki saldo modal negative. Maka dari itu saldo pinjaman sekutu harus ditutup dengan saldo modal untuk menentukan jumlah yang dibagikan kepada sekutu. 3.2.1.Likuidasi Persekutuan Sederhana
Likuidasi persekutuan yang sederhana mengkonversi seluruh aktiva sekutu menjadi kas dan mendistribusikan kas kepada sekutu pada penyelesaian akhir persekutuan. Jumlah kas yang didistribusikan kepada sekutu sama dengan saldo modal masing-masing setelah seluruh kerugian yang terjadi dari likuidasi diakui. Kerugian selama likuidasi dibebankan langsung ke perkiraan modal. Rasio pembagian laba dan rugi digunakan selama likuidasi kecuali jika perjanjian persekutuan menyebutkan metode pembagian laba dan rugi yang lain
selama
likuidasi. Jika dalam perjanjian menyebutkan penyisihan untuk gaji dan bunga, maka rasio pembagian sisal aba dan rugi yang digunakan selama likuidasi. Ini dikarenakan keuntungan dan kerugian atas likuidasi merupakan penyesuaian atas laba sebelumnya yang akan dibagikan dengan rasio pembagian laba sisa, jika telah diakui sebelum disolusi.
3.2.2.Saldo Modal Debit dalam Persekutuan Likuid
Dalam melikuidasi persekutuan yang likuid, sumber dana yang tersedia dipakai untuk membayar kreditur dan sisanya dibagikan untuk sekutu. Tetapi proses likuidasi bisa saja menghasilkan kerugian yang menyebabkan perkiraan modal sekutu menjadi bersaldo debit. Jika ini terjadi, sekutu yang memiliki saldo debit tersebut mempunyai kewajiban terhadap sekutu yang modalnya bersaldo kredit, dan mereka diminta untuk menggunakan harta pribadi mereka untuk menyelesaikan kewajibannya. Apabila sekutu yang memiliki saldo debit tidak memiliki harta ppribadi, maka sekutu yang masih memilikii kekayaan diasumsikan rugi sebesar saldo debit. Kerugian ini dibagi berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.
3.3. PEMBAYARAN AMAN UNTUK SEKUTU
Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas mungkin akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi sebelum aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk mendistribusikan kas yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum keuntungan atau kerugian diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak kas yang bias didistribusikan secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah distribusi yang bias dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak perlu dikembalikan kepada persekutuan. Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini: 1. Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada perusahaan), 2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas harus dipertimbangkan rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman). Selain itu, ketika mengkalkulasi pembayaran yang aman persekutuan juga memegang sejumlah tertentu kas untuk menutupi biaya likuidasi, kewajiban, yang belum tercatat dan kontijensi lainnya.
3.3.1 Penerapan Skejul Pembayaran Aman
Asumsikan persekutuan Budi, Mina, dan Nani sedang dalam proses likuidasi, dan saldo perkiraan mereka adalah sebagai berikut:
Kredit
Debit
Kas Piutang Mina Tanah
Rp80.000.000
Pinjaman Nani
Kepada
Rp10.000.000 Rp20.000.000
Modal Budi (50%) Modal Mina (30%)
Rp50.000.000 Rp70.000.000
Rp140.000.000 Rp250.000.000
Modal Nani (20%)
Rp110.000.000 Rp250.000.000
Rp20.000.000
dari
Bangunan neto
Seluruh kewajiban
selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu
memperkirakan penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan. Maka dari itu, mereka sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, di luar Rp 10.000.000 untuk menutup biaya dan kontijensi, harus diidstribusikan secepatnya. Dengan informasi ini, skedul pembayaran aman dipersiapkan untuk menentukan jumlah kas yang bias didistribusikan secara aman untuk tiap sekutu.
.
Skedul pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada tabel berikut
Persekutuan Budi, Mina dan Nani Skedul Pembayaran Aman (Jumlah dalam ribuan)
Rugi yang Mungkin Ekuitas Sekutu (Modal ± saldo pinjaman) Rugi yang mungkin atas aktiva nonkas Nilai buku tanah dan bangunan
Rp160.000
Ekuitas Budi (50%)
Ekuitas Ekuitas Mina (30%) Nani (20%)
Rp50.000
Rp60.000
Rp130.000
(Rp80.000)
(Rp48.000)
(Rp32.000)
(Rp30.000)
Rp12.000
Rp98.000
(Rp5.000)
(Rp3.000)
(Rp2.000)
(Rp35.000)
Rp9.000
Rp96.000
Rp35.000
(Rp21.000)
(Rp14.000)
Rp -
(Rp12.000)
Rp82.000
Rp12.000
(Rp12.000)
Rp -
Rp70.000
Rugi yang mungkin atas kontinjensi Kas yang ditahan untuk kontinjensi
Rp10.000
Rugi yang mungkin dari Budi Saldo debet Budi dialokasikan 60:40 kepada Mina dan Nani
yang
Rugi yang mungkin dari Mina Saldo debet Mina yang dibebankan ke Nani
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard E., Valdean C. Lembke. 2010. AkuntansiKeuanganLanjutan. Jakarta: SalembaEmpat. http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/distribusi-kas.html http://warta-ekonomi.blogspot.co.id/2010/11/rencana-distribusi-kas.html http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/likuidasi-dan-disolusi.html http://yana-anggraini.blogspot.co.id/2012/10/likuidasai-bertahap.html