ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN POSTMATUR A.Tinjauan Dasar Medis 1.
Pengertian Persalinan postmatur adalah persalinan dari kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ).
2.
Etiologi Penyebab terjadinya persalinan post matur belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1)
Masalah ibu: Cervix belum matang Kecemasan ibu Persalinan traumatis Hormonal Factor herediter
2)
Masalah bayi: Kelainan pertumbuhan janin Oligohidramnion
3.
Tanda dan Gejala
a.
Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x / menit.
b.
Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari: Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum ( kehijuan di kulit. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit dan tali pusat.
c.
Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur
d.
Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
e.
Rambut kepala lebih tebal.
4.
Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi Ibu Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena kontraksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Bayi Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, diantaranya berat janin bertambah, tetap atau berkurang.
5.
Pemeriksaan Penunjang USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine. Pemeriksaan sitologi vagina.
6.
Penatalaksanaan Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama dan
terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
7.
Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). B.Konsep Dasar Keperawatan
a.
Pengkajian Identitas Klien Status kehamilan Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan
b.
Pengkajian fungsional Tinjauan ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section caesarea. Sirkulasi : pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL ) Integritas ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran. Eliminasi: urine, bising usus. Makanan / cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat badan, mual, muntah. Neurosensori : kerusakan gerakan, tingkat anastesi Nyeri : trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering. Pernafasan : bunyi nafas Keamanan : balutan abdomen, eritema, bengkak. Seksualitas : Kontraksi fundus, letak, lochea
Aktivitras : kelelahan, kelemahan, malas.
c.
Pengkajian lanjutan Observasi tanda – tanda vital. Pengkajian head to toe
d.
Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan pada bayi
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia. 2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen. 3) Hipotermi berhubungan dengan hilangnya lemak subkutan. 4) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan distress janin. 5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengelupasan kulit.
Diagnosa keperawatan pada ibu 1) Ansietas berhubungan dengan partus macet 2) Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauteri dengan ekstrauteri
c.
Rencana asuhan keperawatan
Rencana bagi bayinya Diagnosa keperawatan Gangguan pertukaran gas Diharapkan berhubungan
Rencana keperawatan
Tujuan mampu
klien
dengan menunjukkan
asfiksia
Intervensi Tinjau
ulang
Rasional yang
informasi
Persalinan
perbaikan berhubungan dengan kondisi bayi, resiko
lama
meningkatkan
hipoksia,
dan
depresi
pertukaran gas/pertukaran gas seperti lamanya persalinan, Apgar pernapasan dapat terjadi setelah normal dengan kriteria hasil scor, obat-obatan yang digunankan pemberian atau penggunaan obat sebagai berikut:
ibu selama kehamilan, termasuk oleh ibu.
Mempertahankan kadar Po/Pco, betametason. Perhatikan usia gestasi, berat badan, Neonatus lahir lebih dari 42 minggu dalam batas normal 40-70 cm dan jenis kelamin.
H2O
beresiko
Suara napas normal (vesikuler) RR normal 40-50x/menit.
aspirasi
menandakan
distress
mekonium. Kaji status pernapasan, perhatikan
Takipnea
Tidak terjadi sianosis pada tanda-tanda distress pernapasan pernapasan, (mis., takipnea, pernapasan cuping pernapasan pasien.
Tidak terjadi aspirasi mekonium
terjadinya
Status (normal).
pernapasan
eupnea
hidung, ronki, atau krakels).
khususnya lebih
besar
bila dari
60x/menit setelah 5 jam kehidupan pertama.
Gunakan
pemantau
oksigen
transkutan atau oksimeter nadi.
Memberikan
pemantauan
noninvasif konstan terhadap kadar oksigen.
Hisap hidung dan orofaring dengan
Mungkin
perlu
untuk
hati-hati, sesuai kebutuhan.
mempertahankan kepatenan jalan
Pantau masukan dan haluaran cairan.
napas.
Dehidrasi merusak kemampuan Observasi terhadap tanda dan lokasi untuk membersihkan jalan napas sianosis.
saat mucus menjadi kental.
Pantau pemeriksaan laboratorium, Sianosis adalah tanda lanjut dari dengan tepat grafik seri GDA.
PaO2 rendah.
Hipoksemia,
Pantau jumlah pemberian oksigen dan asidosis durasi pemberian.
hiperkapnia,
menurunkan
dan
produksi
surfaktan. Kadar oksigen serum tinggi yang lama disertai dengan tekanan tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dapat
mempredisposisikan
bayi
Catat fraksi oksigen dalam udara pada displasia bronkopulmonal. inspirasi (FIO2) setiap jam.
Jumlah oksigen yang diberikan, diekspresikan ditentukan
sebagai secara
FIO2 individu,
berdasarkan sampel darah kapiler. Mulai drinase postural, fisioterapi Memudahkan penghilangan sekresi. dada, vibrasi lobus setiap 2 jam, Lama waktu yang digunakan setiap sesuai indikasi, perhatikan toleransi lobus
dihubungkan
dengan
bayi terhadap prosedur.
toleransi bayi. Menurunkan kebutuhan oksigen,
Berikan makanan dengan selang meningkatkan
istirahat,
nasogastrik atau orogastrik sebagai menghemat energi, menurunkan pengganti
pemberian
makanan resiko aspirasi.
dengan ASI, bila tepat. Berikan obat-obatansesuai indikasi: Penggunaan natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat
yang hati-hati dapat membantu mengembalikan
pH
kedalam
rentang normal.
Resiko
cedera
berhubungan
janin Diharapkan
klien
dengan mempertahankan
distress janin.
mampu
Auskultasi
dan
laporkan
irama Menandakan kesejahteraan janin.
kehamilan jantung janin, perhatikan kekuatan , PTK
membantu
memberikan
sampai janin benar-benar viable regularitas, dan frekuensi. Perhatikan perkiraan kasar tentang usia janin
untuk hidup dengan kriteria hasil adanya
perubahan
sebagai berikut:
Catat
janin.
pada
perkiraan
gerakan untuk
membantu
merencanakan
tanggal kesempatan viabilitas.
Tidak ada cedera yang terjadi kelahiran ( PTK ) dan tinggi fundus. pada pasien.
Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi Bila dilatasi servik berlanjut ( 4 cm uterus atau tanda-tanda lain dari atau lebih ) atau terjadi kontraksi ancaman kelahiran
uterus
teratur,
kemungkinan
mempertahankan kehamilan adalah kecil.
Siapkan
ibu
untuk
prosedur Pemasangan jahitan servik dapat
pembedahan, sesuai indikasi ( rujuk mempertahankan pada DK: cedera, resiko terhadap ibu sampai )
janin
kehamilan mencapai
tahap
viabilitas
Bantu dengan ultrasonografi, bila Memberikan gambaran lebih akurat diindikasikan.
dari maturitas dan usia gestasi janin.
Gangguan jaringan dengan
Catat
perubahan
perfusi Diharapkan pasien menunjukkan kesadaran berhubungan peningkatan
perfusi
keluhan
jaringan pusing,
dalam sakit
terjadinya
tingkat
Perubahan dapat
menunjukkan
kepala, penurunan perfusi pada SSP akibat defisit iskemia atau infark.
penurunan dengan kriteria hasil sebagai sensori/motor
pasokan oksigen.
berikut:
Pantau tanda vital. Catat kehangatan, Perubahan menunjukkan penurunan
Tanda-tanda vital dalam batas pengisian kapiler.
sirkulasi/hipoksia meningkatkan oklusi kapiler.
normal
TD : 80/46 mmHg RR : 40-50 x/menit Suhu : 370 Nadi : 120-140 x/menit
yang
Pertahankan
pemasukkan
adekuat. Awasi haluaran urin.
Dehidrasi
tidak
menyebabkan
cairan hipovolemia tetapi menyebabkan oklusi kapiler. Penurunan sirkulasi perifer sering
Kapileri refill kurang dari 3 Kaji ekstremitas bawah untuk tekstur menimbulkan perubahan dermal
detik.
kulit, edema, luka.
dan pelambatan penyembuhan.
Akral hangat.
Tidak terdapat sianosis
Mencegah
vasokonstriksi,
membantu dalam mempertahankan Pertahankan suhu lingkungan dan sirkulasi dan perfusi.
kehangatan tubuh.
Mendukung
volume
sirkulasi/perfusi ke jaringan. Berikan cairan (IV/peroral) sesuai Dapat memperbaiki atau mencegah indikasi
memburuknya hipoksia.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
Hipotermi berhubungan Diharapkan
klien
mampu Kaji suhu tubuh dengan sering.
dengan hilangnya lemak menunjukkan peningkatan suhu 370C)
dengan
sebagai berikut:
kriteria
membuat
bayi
cenderung pada stress dingin.
tubuh/suhu tubuh normal (36,5 Tempatkan bayi pada penghangat,
subkutan.
Hipotermia
hasil isolate,
incubator,
tempat
Mempertahankan
lingkungan
tidur termonetral, membantu mencegah
terbuka dengan penyebaran hangat.
stress dingin.
Peningkatan suhu 36,5-370C. Gunakan lampu pemanas selama
Pasien tidak mengalami stress prosedur. dingin.
Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yang lebih dingin dari
Bayi tenang dan tidak rewel.
Kurangi pemajanan pada aliran udara, ruangan. hindari pembukaan pagar isolate yang tidak semestinya.
Menurunkan karena
kehilangan
panas
konveksi/konduksi.
Ganti pakaian atau linen tempat tidur Membatasi kehilangan panas. bila basah. Pertahankan kepala bayi Menurunkan kehilangan melalui tetap tertutup.
evaporasi.
Berikan penghangatan bertahap untuk bayi dengan stress dingin.
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat
menyebabkan
konsumsi
oksigen berlebihan dan apnea. Resiko
kerusakan Diharapkan
integritas berhubungan
klien
dapat Kaji /catat ukuran, warna, keadaan
kulit mempertahankan keutuhan kulit luka/kondisi sekitar luka.
Mengidentifikasi
terjadinya
komplikasi.
dengan dengan kriteria hasil sebagai Lakukan kompres basah dan sejuk. Merupakan tindakan protektif yang
pengelupasan kulit.
berikut:
Lakukan perawatan luka dan hygiene dapat mengurangi nyeri.
klien tidak tampak adanya (seperti
mandi),
sesudah
itu Memungkinkan pasien lebih bebas
pengelupasan dan meserasi pada keringkan kulit dengan hati-hati dan bergerak kulit.
taburi bedak yang tidak iritatif.
dan
meningkatan
kenyamanan pasien.
Tidak ada kulit kering pada bayi. Berikan prioritas untuk meningkatkan
Terjaga kulitnya.
kelembabannya kenyamanan dan kehangatan pasien. Mempercepat proses rehabilitasi pasien
Rencana bagi ibunya No
Diagnosa keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan
Ansietas berhubungan Diharapkan dengan partus macet.
klien
menunjukkan rasa
cemas
Intervensi
mampu Jelaskan prosedur intervensi Pengetahuan
berkurangnya keperawatan dan
positif dengan criteria hasil klien sebagai berikut:
tindakan. untuk
diskusikan
aktifitas
ini
dapat
dengan ketidaktahuan.
kemungkinan dan
efek hasil,
Klien merasa tenang dan pertahankan sikap optimis. Orientasikan
Klien dapat menggunakan pasangan
klien
pada
dengan Membantu klien dan orang
lingkungan terdekat merasa mudah dan
teknik relaksasi distraksi atau persalinan.
lebih nyaman pada sekitar kita.
napas dalam dengan efektif. Menggungkapkan pemahaman situasi
individu
kemungkinan hasil akhir.
tentang alasan
komunikasi menurunkan rasa takut dari
samping
optimis dengan persalinannya.
dan
mampu Pertahankan
mempertahankan koping yang terbuka,
Rasional
Anjurkan
tehnik
Memungkinkan klien untuk
relaksasi merileksasikan otot-otot supaya
dan seperti teknik distraksi atau tidak tegang. napas dalam Dapat membantu menurunkan
Anjurkan penggungkapan rasa ansietas dan merangsang Klien tampak rileks, tandaidentifikasi perilaku koping. tanda vital dalam batas normal takut atau masalah. TD : 120/80 mmHg RR : 18-24 x/menit Nadi: 80-100 x/menit
infeksi Diharapkan
berhubungan
dengan menunjukkan bebas dari tanda-
terbukanya
klien
mampu Pantau tanda-tanda vital.
Resiko
intrauteri tanda infeksi dengan kriteria
dengan ekstrauteri
hasil sebagai berikut:
TTV dapat berubah karena ansietas.
Tekankan
pentingnya
cuci
tangan yang baik dan tepat.
Kontaminasi
yang
infeksius.
Gunakan teknik aseptik selama dapat melakukan
diminimalkan.
resiko
menyebabkan penyebaran agen
Suhu tubuh normal 36,5-370C.
Menurunkan
Membantu
pemeriksaan pertumbuhan
Cairan amniotic jernih, hampir vagina (VT).
membatasi
mencegah bakteri,
kontaminasi
dari
pencapaian ke vagina.
tidak berwarna dan berbau.
Pantau tanda-tanda vital dan Dalam 4 jam setelah membrane pemeriksaan rupture, insiden korioamnionitis laboratorium jumlah leukosit nilai leukosit. meningkat secara progresif, dalam batas normal yaitu Pada
5000-10000 mm3.
Pantau karakteristik amniotic.
dan
gambarkan ditunjukkan dengan perubahan dari
cairan TTV dan jumlah sel darah pulih. Pada infeksi cairan amnionitik menjadi lebih kental dan kuning pekat dengan bau yang tidak sedap.
Daftar Pustaka 1. Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC, 1995. 2. Hamilton PM, Dasar – dasar keperawatan maternitas Ed 6, Jakarta : EGD. 1995.
3. Mansjoer, Arif, Kapita selekta kedokteran jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media Aesculapius. 1999
4. Mochtar R. Sinopsis obstetric jilid 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998
5. Dongoes, Moorhouse, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 1, Jakarta : EGC 2001.