Pembahasan tentang profil politik luar negeri Indonesia yang bersifat low profile dan hard profile dapat dibaca di Ganewati Wuryandari (ed), 2008, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik Domestik, P2P-LIPI, Jakarta, Pemberian istilah hard profile pada politik luar negeri yang diterapkan pada masa Orde Lama merujuk pada model kebijakan yang diterapkan oleh presiden Soekarno waktu itu dalam menanggapi berbagai permasalahan internasional. Soekarno memiliki keberanian untuk menolak kebijakan Barat dan mengambil posisi yang berseberangan dengan negara Barat dalam konteks tertentu dan justru mengadakan hubungan dekat dengan negara Komunis hingga membentuk Poros Jakarta-Peking-Pyongyang. Sedangkan pada masa Orde Baru, kebijakan luar negeri Indonesia dibawah presiden Soeharto lebih lunak dibandingkan dengan pendahulunya. Soeharto menerapkan kebihakan yang lebih pro Barat atas nama pembangunan nasional. Soeharto juga mengubah kebijakan yang keras terhadap negara-negara dikawasan menjadi kebijakan yang lebih "bersahabat" dan mencoba mengambil
kepercayaan dari negara-negara di kawasan dan internasional dengan meyakinkan mereka melalui pembentukan ASEAN dan masuknya kembali Indonesia ke PBB, dikutip dari Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan Presiden 2009, http://tonnydian.staff.umm.ac.id/files/2012/09/The-Indonesian-Foreign-Policy-Agenda-Post-Presidential-Election-2009.pdf, diakses pada 5 Juni 2014 pukul 20.36.
Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5, http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05 Juni 2014, 17.03 WIB
Politik luar negeri RI era orde baru, dikutip dari file:///D:/Tugas/Semester%204/PLNI/kelompok%20PLNI/Andraina%20A.F.htm, diakses pada tanggal 03 juni 2014, 12.15 WIB
Ganewati Wuryandari dkk.2008. "Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik Domestik". Jakarta : Pustaka Pelajar dan LIPI, hlm. 113
Reni Windiani, Politik Luar Negeri Indonesia dan Globalisasi, hal 1-3 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/4894/4438, diakses pada tanggal 5 Juni 2014, 19.24 WIB
Moenir Ari Soenanda, Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional, http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31, diakses pada tanggal 05 Juni 2014, 14.22 WIB
Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5, http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05 Juni 2014, 17.03 WIB
Lihat Zihad Falahi, Memikirkan kembali arti million friend zero enemy dalam era paradox of plenty, hal. 229, http://journal.unair.ac.id/filerPDF/10%20Ziyad%20Falahi%20-%20Memikirkan%20Kembali%20Arti%20Million%20Friends%20Zero%20Enemy%20dalam%20Era%20Paradox%20of%20Plenty%20%281%29.pdf , diakses pada tanggal 4 Juni 2014, 16.00 WIB.
Lihat Susilo Bambang Yudhoyono, "SBY Pidato Pelantikan: Text" Jakarta Globe(20 Oktober 2009), dikutip dalam http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses pada tanggal 4 Juni 2014, 15.12 WIB.
Lihat e-Book Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia "Diplomasi Indonesia 2010", http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf, hal.i (RingkasanEksekutif), diakses pada tanggal 4 Juni 2014, 15.25 WIB.
Ganewati Wuryandari dkk.2008. "Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik Domestik". Jakarta : Pustaka Pelajar dan LIPI, hlm. 113
Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5, http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05 Juni 2014, 17.03 WIB
Lihat Susilo Bambang Yudhoyono, "SBY Pidato Pelantikan: Text" Jakarta Globe(20 Oktober 2009), dikutip dalam http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses pada tanggal 4 Juni 2014, 15.12 WIB.
POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA ERA ORDE BARU DAN REFORMASI PADA REZIM SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Anggota:
NISRINAH ISMAIL (201210360311004)
KHAIRUNNISA (201210360311006)
M.MUFLI AKBAR (201210360311015)
ADITA YULIA. E (201210360311 )
ABDUL AZIZ (201210360311040)
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013/2014
Pendahuluan
Kebijakan politik luar negeri merupakan cerminan dari kepentingan nasional suatu negara, oleh karena itu kebijakan luar negeri suatu negara dengan negara lain berbeda. Pembuatan kebijakan politik luar negeri sebuah negara guna untuk memaksimalkan pencapaian kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan wujud dari suatu instrument untuk menghadapi dunia global dan sebagai alat interkasi dengan negara lain untuk mencapai tujuan nasional yang dikemas dalam kepentingan nasional. Kebijakan Luar Negeri suatu negara akan berjalan sesuai dengan perkembangan lingkungan internasional dan domestik. Kebijakan luar negeri Indonesia sangat dipengaruhi oleh konstelasi politik internasional dan juga kondisi politik didalam negeri.
Profil kebijakan luar negeri Indonesia yang dugunakan pada masa orde lama cenderung bersifat hard profile dengan pendekatan yang keras, hal tersebut tidak dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru cenderung menerapkan kebijakan luar negeri Indonesia yang berubah 180 derajad dari pendahulunya yaitu pendekatan yang lebih bersifat low profile. Pendekatan low profile dilakukan oleh Soeharto dengan melakukan pendekatan yang lebih lunak dan terkesan bersahabat dalam hubungannya dengan luar negeri. Salah satu contoh adalah pendekatannya terhadap negara-negara tetangga terdekat di Asia Tenggara. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memberikan usulan tentang pembangunan sebuah hubungan persahabatan diantara negara-negara di Asia Tenggara dalam sebuah forum kerjasama yang bernama ASEAN.
Berbeda halnya dengan kebijakan luar negeri maupun politik luar negeri yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada era reformasi. Beliau adalah tipe pemimpin yang cenderung liberalis karena beliau sangat terbuka dengan yang namanya kerjasama. Banyak kerjasama yang telah dilakukan oleh Indonesia, baik itu dengan negara-negara di kawasan ASEAN maupun negara-negara lain.
Pada masa pemerintahannya Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini berarti bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam ASEAN , Indonesia secara khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan nasional Indonesia.
Dari pengantar diatas, dapat kita lihat bagaimana perbedaan kebijakan maupun politik yang digunakan kedua rezim. Hal itu banyak dipengaruhi oleh keadaan domestik dan lingkungan internasional yang berbeda antara orde baru dengan reformasi saat. Dalam tulisan ini kami akan melampirkan apa yang mempengaruhi politik luar negeri dan kebijakan luar negeri dan bagaimana politik dan kebijakan luar negeri pada era orde baru dan reformasi
Pembahasan
Politik Luar Negeri Indonesia Era Orde Baru
Era orde baru merupakan masa dimana lengsernya Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia yang kemudian digantikan oleh Bapak Soeharto. Era orde baru merupakan salah satu rezim pemerintahan yang berjalan paling lama di Indonesia. Soeharto memerintah selama kurun waktu tiga dekade yang dimulai sejak tanggal 12 maret 1967 sampai dengan 21 mei 1998. Saat kepemimpinan Soeharto Negara Indonesia mengalami banyak perubahan.
Pada masa pemerintahannya, banyak sekali tekanan-tekanan berupa perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia atas sikapnya yang otoriter. Kebijakan politik luar negeri yang diambil pada era pemerintahan Soeharto sangat berbeda dengan era pemerintahan Soekarno karena latar belakang Soeharto yang sangat kental dengan adat jawanya dan juga dilatar belakangi dengan militer yang sudah melekat pada disi Soeharto.
Pada tahun 1966 merupakan transisi masa orde lama ke orde baru, hal itu ditandai dengan adanya pergesaran pusat perhatian pemerintah yang pada awalnya terfokuskan pada pembangunan bangsa ke pembangunan perekonomian. Namun demikian, pemerintah juga menyadari pentingnya keberadaan stabilitas politik sebagai suatu kondisi penting bagi terlaksananya pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, muncul perhatian yang serius untuk menata kembali sistem politik Indonesia diharapkan akan dapat menciptakan kondisi tersebut untuk menunjang kegiatan pembangunan ekonomi Indonesia.
Proses penataan ini semakin mendesak dilakukan ketika prioritas pembangunan ekonomi berorientasi pada pertumbuhan, dimana juga mengintegrasikan diri dalam sistem ekonomi internasional yang bercorak kapitalis. Dengan demikian, keterikatan pada pola–pola ekonomi maupun politik internasional mempunyai signifikasi yang tinggi untuk memahami dinamika internal yang menjadi faktor determinan dalam memengaruhi polugri pada masa pemimpinan Soeharto.
Kebijakan politik luar negeri merupakan cerminan dari kepentingan nasional suatu negara. Pembuatan kebijakan politik luar negeri sebuah negara guna untuk memaksimalkan pencapaian kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan wujud dari suatu instrument untuk menghadapi dunia global dan sebagai alat interkasi dengan negara lain untuk mencapai tujuan nasional yang dikemas dalam kepentingan nasional. Pada masa Era Soeharto (ORBA) banyak kegiatan dan kebijakan yang lebih mengarah pada rebuilding image. Pengubahan akan citra negara dari yang sebelumya, pemerintah banyak melakukan kegiatan serta membuat kebijakan yang berhubungan dengan perubahan image di perspektif global maupun dalam negeri.
Kepentingan nasional pada orde baru lebih terfokuskan pada pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan internasional yang termasuk dalam ekonomi pembangunan demi meningkatkan ekonomi negara. Dengan adanya program pembangunan ekonomi, Soeharto banyak melakukan hubungan dan relasi kerjasama dengan negara lain, terlebih pada Barat, dan banyak turut serta dalam organisasi internasional maupun regional seperti, masuk kembali menjadi anggota PBB dan mengusulkan pembentukan organisasi regional, ASEAN. Hal ini semua untuk menunjang keberhasilan program pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada perbaikan keadaan ekonomi dan kesejahteraan nasional untuk masyarakat. Pencapaian program pembangunan ekonomi yang sesuai target akan dapat menghasilkan negara dalam keadaan yang sejahtera, pada waktu itu. Soeharto memang lebih memfokuskan pada kerjasama internasional dengan ditandai interaksi dan kerjasama dengan berbagai negara.
Disisi lain Soeharto juga menekankan pada ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang berangkat dari pembangunan ekonomi yang dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang mempunyai pengaruh dibidang ekonomi dan pertanian di kawasan regional maupun dunia global. Bahkan dengan ketahanan nasional Indonesia yang cukup kuat, Indonesia pada wktu itu diprediksikan dapat menjadi macan asia. Indonesia dengan ketahan nasionalnya (termasuk ketahan pangan) memperkuat peran Indonesia di dunia global dan menjadi salah satu peran penting di kawasan Asia Tenggara. Indonesia mulai unjuk gigi dalam taraf internasional. Akuan dan kepercayaan dari dunia internasional terbukti dengan berbagai prestasi yang telah dicapai Indonesia, antara lain pernah menjabat menjadi ketua organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ketua Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi pada Rezim Susilo Bambang Yudhoyono
Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai.Kepentingan nasional dapat dicapai dalam wilayah negara itu sendiri dan dapat pula dicapai di luar wilayah negara.Dalam hal pencapaian kepentingan nasional dilakukan di luar batas wilayah negara, instrument yang digunakan ialah Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri merupakan refleksi dari kondisi dalam negeri dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh perubahan – perubahan dinamis dari lingkungan regional dan internasional. Hal ini juga terlihat jelas pada implementasi Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI) yang tampak memiliki karakteristik dan gaya berbeda – beda ditiap – tiap periode pemerintahan. Periode Orde Lama PLNRI memiliki karakteristik berhubungan akrab dengan kubu negara – negara komunis, serta bergaya Konfrontatif.Periode Orde Baru PLNRI memiliki karakteristik berhubungan karib dengan kubu negara - negara Barat serta bergaya Low Profile-Kooperatif. Sedangkan pada periode Orde Reformasi PLNRI memiliki karakteristik berkawan dengan semua negara serta bergaya Aktif-Diplomatis.
Tumbangnya Orde Baru digantikan dengan Orde Reformasi, pada era ini ada dua kabinet yaitu : Pertama adalah Kabinet Gotong Royong (2001-2004) yang mengoperasionalkan PLNRI melalui Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 yang menekankan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi krisis ekonomi dan krisis nasional pada tahun 1997, UU no.37 tahun 1999 tentang pengaturan aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri, UU No.24 tentang Perjanjian Internasional yang menekankan pada pentingnya penciptaan suatu kepastian hukum dalam perjanjian internasional, dan perubahan UUD 1945 pada beberapa pasal, khususuntuk hubungan luar negeri perubahan ada pada pasal 13 . Kabinet kedua adalah Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009). Kabinet ini meletakkan landasan operasional PLNRI pada tiga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun 2004 - 2009 yang isinya:
1. Pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi Indonesia dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan kontribusi bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional.
2. Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerja sama internasional, terutama kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri indonesia.
3. Penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam rangka membangun dan mengembangkan semangat multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan terhadap hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi masalah keamanan internasional. Komitmen terhadap perdamaian internasional relevan dengan tujuan hidup bernegara dan berbangsa, sebagaimana dituangkan dalam alinea IV pembukaan undangundang dasar 1945.
Masa pemerintahan SBY adalah Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid I (Era SBY- JK) = (2004-2009). Kemunculan Orde Reformasi masih tetap mewarisi kondisi ekonomi yang buruk akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997- 1998. Prioritas lainnya yaitu pemulihan citra Indonesia dimata internasional. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di dunia Internasional dilaksanakan melalui diplomasi. Dengan total diplomasi Diplomasi Indonesia yang dilaksanakan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) turut mengaktualisasikan program dan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang pada intinya adalah melakukan diplomasi total untuk ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman dan damai, adil, demokratis dan sejahtera.
Kepentingan nasional Indonesia diterjemahkan kedalam visi Departemen luar negeri yang disebut sebagai "Sapta Dharma Caraka", yaitu: (1) Memelihara dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia; (2) membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerja sama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih tekonologi; (3) meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN, peran aktif di Asia-Pasifik, membangun kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara berkembang; (4) memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme; (5) meningkatkan citra Indonesia di masyarakat internasional sebagai negara demokratis, pluralis, menghormati hal asasi manusia, dan memajukan perdamaian dunia; (6) meningkatkan pelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri serta melancarkan diplomasi kemanusiaan guna mendukung tanggap darurat dan rekontruksi Aceh dan Nias dari bencana gempa dan tsunami; (7) melanjutkan benah diri untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, budaya kerja dan profesionalisme pelaku diplomasi serta peranan utama dalam koordinasi penyelenggaraan kebijakan dan hubungan luar negeri.
Untuk mencapai kepentingan nasional, sebuah negara harus memiliki politik luar negeri. Oleh karena itu politik luar negeri yang dianut setiap negara terhadap negara lain berbeda- beda sesuai dengan kepentingan nasional masing- masing. Saat ini lingkungan internasional sedang menghadapi isu-isu seperti demokrasi, HAM, lingkungan hidup, ketahanan pangan dan krisis energi. Pendekatan politik luar negeri yang dilakukan pasa era Presiden SBY memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
Opportunity Driven, yaitu mendayagunakan segala kesempatan yang ada secara optimal.
Win Win Solution, yaitu memberikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Constructive, yaitu bahwa Indonesia akan berperan dalam kegiatan- kegiatan yang mendorong terciptanya kestabilan regional.
Rasional dan Pragmatis, yaitu menggunakan rasio dalam berpikir dan perimbangan keputusan serta berpikir secara pragmatis atau manfaat.
Soft Power, yaitu mengandalkan dan mempelajari cara- cara halus dalam melakukan diplomasi seperti yang dilakukan di negara- negara Canada, Norwegia dan Australia.
Personal, yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap pemimpin tiap- tiap negara untuk mengamil hati dan menjalin persahabatan.
Dengan pendekatan yang dianut tersebut, maka Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini berarti bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam ASEAN , Indonesia secara khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan nasional Indonesia.
Mengimplementasi konsep thousand friend zero enemy tidak terlepas dari diplomasi itu sendiri karena kedua faktor ini sangat berkaitan erat yang dipandang dari sudut politik luar negeri bebas aktif. Membahas tentang konsep thousand friend zero enemies tentu saja kita mengamati bagaimana kebijakan luar negeri yang dikeluarkan Indonesia yang lebih mengarah kepada soft diplomacy di banding hard diplomasinya. Saat ini konsep-konsep politik bebas aktif ini diibaratkan seperti mendayung diantara banyak karang.
Thousand friend zero enemies diimplementasiakan sebagai upaya untuk menjaga reputasi Indonesia di mata dunia internasional. Karena sebuah sikap berpihak berpotensi membahayakan reputasi pemerintah. Sehingga pemerintah memerlukan sosialisasi bahwa pemerintah bersikap netral. Pemilihan pemerintah dalam sebuah pencitraan bukan berarti tanpa resiko karena segala sesuatu bergerak secara bersamaan dalam pemerintahan Indonesia.
Berangsur-angsur Indonesia mengalami transisi kearah citra yang lebih baik dimata internasional. Dengan kata lain citra positif tersebut sangat di pengaruhi oleh peran Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Preiden Republik Indonesia, salah satu buktinya yaitu terlihatnya Indonesia dalam G-20. Sedangkan dalam kancah regional Asia Tenggara, Indonesia di daulat sebagai tuan rumah ASEAN di tahun 2010. Bahkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara pribadi sempat menjadi salah satu kandidat peraih nobel perdamaian, serta yang terbaru yang diwacanakan sebagai kandidiat Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Salah satu bentuk implementasi dari konsep thousand friend zero enemies ini adalah dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak negara. Dengan kata lain, Indonesia sekarang ini sesungguhnya sedang menjadi negara netral yang di tunjukan dengan sikap tidak menggunakan idiom teman dan musuh dalam berdiplomasi karena sama saja dengan bekepihakan. Dalam hubungan Internasional, teman atau musuh merupakan istilah yang problematic. Maka berteman dengan suatu pihak merupakan musuh bagi pihak lain. Bahkan hubungan pertemanan tidaklah permanen karena negara atau aktor internasional bukanlah suatu institusi yang statis. Setiap perubahan dapat merubah persepsi setiap aktor terhadap aktor lainnya. Dengan demikian, banyak sekali variabel yang berpotensi adanya perubahan status teman menjadi musuh atau sebaliknya.
Salah satu contoh bentuk dari konsep yang di keluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut adalah dengan memberikan grasi kepada WNA yaitu pada kasus Corby , warga negara Australia yang membawa ganja 4,2 kg ke Bali, grasi tersebut di berikan agar WNI di Australia bisa memperoleh hal yang sama, presiden juga beranggapan bahwa dengan memberikan grasi tersebut dapat menjaga kepercayaan antara negara Indonesia dan Australia dan apabila kepercayaan ini telah tercipta maka daapat dilakukannya kerja sama dalam bidang apapun baik itu ekonomi, politik, keamanan dalan lain-lain.
Tidak hanya dengan negara Australia saja, Indonesia membuat kebijakan agar thousand friend zero enemies ini dapat diimplementasikan secara optimal tetapi kepada negara lain pula agar diharapkan setelahnya muncul kepercayaan sehingga dapat melakukan kerjasasama yang berujuan untuk mensejahterakan negara masing-masing.
Selain itu Indonesia juga menerapkan dynamic equilibrium. Istilah keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) berangkat dari sudut pandang politik luar negeri bebeas aktif. Dynamic equilibrium memiliki kecenderungan untuk membangun kawasan yang stabil, dan damai. Dynamic equilibrium ini memiliki dimensi-dimensi bagi kepentingan ekonomi Indonesia yang dapat sangat menguntungkan Indonesia apabila dirumuskan pada pembuatan kebijakan luar negri yang lebih konkrit. Indonesia juga telah menahandiridarimemihakantaraAmerikaSerikatdan China meskipun meningkatnya ketegangan sekarang di sekitar wilayah Laut China Selatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya ketegangan regional secara langsung, Indonesia telah memilih untuk "bebas dan aktif", dan lebih memilih "kekuatan menengah" melalui serangkaian kemitraan strategis atau komprehensif.
Pada tataran kawasan yang lebih luas, Indonesia kembali menunjukan intellectual leadershipnya dalam perdebatan tentang regional architecture building , untuk menciptakan kawasan Asia Pasifik yang lebih stabil , damai dan sejahtera berdasarkan pada dynamic equilibrium, dimana ASEAN terus memainkan peran utama. Hal ini terjabarkan antara lain melalui perluasan keanggotaan East Asia Summit dengan di terimanya AS dan Rusia secara bersamaan.
Beberapa hal yang penting mengapa dinamic equilibrium penting diterapkan seperti, pertama, regionalisme dikawasan Asia pasifik memiliki banyak bentuk selain ASEAN yang menjadi pilar utama kerjasama regional, sehingga penguatan terhadap ASEAN itu sendiri dirasa sangat diperlukan untuk mengembangkan ASEAN itu sendiri. Kedua, pencapaian kepentingan nasional itu sendiri serangkali menjadi sumber konflik, olek karana itu di harapkan tidak ada kekuatan dominan tunggal didalam kawasan dan berbagai negara di kawasan regional sehingga dapat breinteraksi secara damai dan bersifat mutualisme. Ketiga, dinamic equilibrium dijadikan sebagai bagian dan antisipasi dinamika perubahan global yang secara ekonomi mengalami pengunduran berkepanjangan, dan secara politik telah merubah tatanan dan persepsi global.
Keempat, perubahan pandangan dan pendekatan yang berbeda dianggap mampu menyelesaikan hubungan-hubungan yang tadinya menjadi sumber instabilitas sekarang bergerak sebaliknya yakni mencari pijakan baru tanpa menuju kepada sebuah konflik terbuka. Kelima, merupakan kerangka kerjasama yang strategis yang mempengaruhi berbagai kepentingan dan kekuatan dominan. Keenam, konsep ketergantungan dan keterpaduan yang saling menguntungkan pembangunan dan perkembangan negara-negara ASEAN. Ketujuh, merupakan perwujudan menyeluruh yang memgarihi hegemonisme. Kedelapan, landasan penting membedakan kebangkitan negara-negara ASEAN berdasarkan asas kesetaraan dan menjadikan kemajemukan menjadi total integrasi baru menghadapi persoalan global. Kesembilan, sebagai upaya global melakukan komersialisasi ekonomidan perdagangan internasionalisasi sebagai kesejahteraan bersama. Beberapa faktor tersebut diangggap sebagai alasan mengapa dynamic equilibrium sangat tepat diterapkan untuk kawasan regional.
Kesimpulan
Era orde baru merupakan masa dimana lengsernya Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia yang kemudian digantikan oleh Bapak Soeharto. Era orde baru merupakan salah satu rezim pemerintahan yang berjalan paling lama di Indonesia. Soeharto memerintah selama kurun waktu tiga dekade yang dimulai sejak tanggal 12 maret 1967 sampai dengan 21 mei 1998. Saat kepemimpinan Soeharto Negara Indonesia mengalami banyak perubahan.
Pada tahun 1966 merupakan transisi masa orde lama ke orde baru, hal itu ditandai dengan adanya pergesaran pusat perhatian pemerintah yang pada awalnya terfokuskan pada pembangunan bangsa ke pembangunan perekonomian. Proses penataan ini semakin mendesak dilakukan ketika prioritas pembangunan ekonomi berorientasi pada pertumbuhan, dimana juga mengintegrasikan diri dalam sistem ekonomi internasional yang bercorak kapitalis. Dengan demikian, keterikatan pada pola–pola ekonomi maupun politik internasional mempunyai signifikasi yang tinggi untuk memahami dinamika internal yang menjadi faktor determinan dalam memengaruhi polugri pada masa pemimpinan Soeharto.
Pada masa Era Soeharto (ORBA) banyak kegiatan dan kebijakan yang lebih mengarah pada rebuilding image. Pengubahan akan citra negara dari yang sebelumya, pemerintah banyak melakukan kegiatan serta membuat kebijakan yang berhubungan dengan perubahan image di perspektif global maupun dalam negeri. Kepentingan nasional pada orde baru lebih terfokuskan pada pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan internasional yang termasuk dalam ekonomi pembangunan demi meningkatkan ekonomi negara. Dengan adanya program pembangunan ekonomi, Soeharto banyak melakukan hubungan dan relasi kerjasama dengan negara lain, terlebih pada Barat, dan banyak turut serta dalam organisasi internasional maupun regional.
Sedangkan pada masa pemerintahan SBY adalah Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid I (Era SBY- JK) = (2004-2009). Kemunculan Orde Reformasi masih tetap mewarisi kondisi ekonomi yang buruk akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997- 1998. Prioritas lainnya yaitu pemulihan citra Indonesia dimata internasional. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di dunia Internasional dilaksanakan melalui diplomasi. Dengan total diplomasi Diplomasi Indonesia yang dilaksanakan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) turut mengaktualisasikan program dan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang pada intinya adalah melakukan diplomasi total untuk ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman dan damai, adil, demokratis dan sejahtera.
Untuk mewujudkan harapan tersebut Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini berarti bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam ASEAN , Indonesia secara khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan nasional Indonesia.
Salah satu bentuk implementasi dari konsep thousand friend zero enemies ini adalah dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak negara. Dengan kata lain, Indonesia sekarang ini sesungguhnya sedang menjadi negara netral yang di tunjukan dengan sikap tidak menggunakan idiom teman dan musuh dalam berdiplomasi karena sama saja dengan bekepihakan. Dalam hubungan Internasional, teman atau musuh merupakan istilah yang problematic. Maka berteman dengan suatu pihak merupakan musuh bagi pihak lain. Bahkan hubungan pertemanan tidaklah permanen karena negara atau aktor internasional bukanlah suatu institusi yang statis. Setiap perubahan dapat merubah persepsi setiap aktor terhadap aktor lainnya. Dengan demikian, banyak sekali variabel yang berpotensi adanya perubahan status teman menjadi musuh atau sebaliknya.
Selain itu Indonesia juga menerapkan dynamic equilibrium. Istilah keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) berangkat dari sudut pandang politik luar negeri bebeas aktif. Dynamic equilibrium memiliki kecenderungan untuk membangun kawasan yang stabil, dan damai. Dynamic equilibrium ini memiliki dimensi-dimensi bagi kepentingan ekonomi Indonesia yang dapat sangat menguntungkan Indonesia apabila dirumuskan pada pembuatan kebijakan luar negri yang lebih konkrit. Indonesia juga telah menahandiridarimemihakantaraAmerikaSerikatdan China meskipun meningkatnya ketegangan sekarang di sekitar wilayah Laut China Selatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya ketegangan regional secara langsung, Indonesia telah memilih untuk "bebas dan aktif", dan lebih memilih "kekuatan menengah" melalui serangkaian kemitraan strategis atau komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Wuryandari, Ganewati et, all. 2008. Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik Domestik. Jakarta : Pustaka Pelajar dan LIPI
Sumber Online, internet, website
Effendi, Tonny Dian. Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan Presiden 2009. http://tonnydian.staff.umm.ac.id/files/2012/09/The-Indonesian-Foreign-Policy-Agenda-Post-Presidential-Election-2009.pdf, diakses pada 5 Juni 2014
Falahi, Zihad. Memikirkan Kembali Arti Million Friend Zero Enemy dalam Era Paradox of Plenty, http://journal.unair.ac.id/filerPDF/10%20Ziyad%20Falahi%20-%20Memikirkan%20Kembali%20Arti%20Million%20Friends%20Zero%20Enemy%20dalam%20Era%20Paradox%20of%20Plenty%20%281%29.pdf hal.229, diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia "Diplomasi Indonesia 2010", http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf, hal.i (RingkasanEksekutif), diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Politik luar negeri RI era orde baru, file:///D:/Tugas/Semester%204/PLNI/kelompok%20PLNI/Andraina%20A.F.htm, diakses pada tanggal 03 juni 2014
Sikumbang, Yarnis. Politik Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05 Juni 2014
Soenanda, Moenir ARI. Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional. http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31, diakses pada tanggal 05 Juni 2014
Susilo Bambang Yudhoyono, "SBY Pidato Pelantikan: Text" Jakarta Globe(20 Oktober 2009), dikutip dalam http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Windiani, Reni. Politik Luar Negeri Indonesia dan Globalisasi. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/4894/4438, diakses pada tanggal 5 Juni 2014