PRESENTASI PRESENTASI KASUS SUBDURAL EMPYEMA
DISUSUN OLEH dr. dr. Wahid Hilmy Hi lmy Sulaiman Sula iman
PEMBIMBING dr. A!" #!$!n%& S".BS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROPINSI BANTEN
'()*
KATA KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Puji Pu ji syuku syukurr penuli penulis s panjat panjatka kan n kepada epada All Allah ah SWT, SWT, yang yang senant senantias iasa a melimpahk ahkan
rahm ahmat
dan
hidayahNya Nya,
sehingga
penulis
dapa apat
menyelesaikan makalah presentasi kasus ini. Shalawat dan salam semoga tetap tetap tercur tercurahk ahkan an kepad kepada a Nabi Muhamm Muhammad ad SA SAW, W, yang yang telah telah memba membawa wa umatnya ke aman yang penuh ilmu pengetahuan. Adapun judul yang penulis pilih untuk penulisan makalah presentasi kasus kasus ini adalah adalah !Subdur !Subdural al "mpye "mpyema! ma!.. #alam #alam penyus penyusunan unan makala makalah h ini, ini, penulis penulis telah mencurahkan mencurahkan segala pikiran pikiran dan kemampu kemampuan an yang dimiliki, dimiliki, namun tetap ada hambatan dan kendala yang harus dilewati. $arena itu, penu penuli lis s meng mengha hara rapk pkan an masu masuk kan dan dan sara saran n yang ang memb memban angu gun, n, untu untuk k membuat karya tulis yang lebih baik lagi. Penuli enulis s mengu mengucap capkan kan terim terima a kasih kasih kepad kepada a dr. dr. Asep Asep %eceng %eceng,, Sp.&S Sp.&S selaku pembimbing makalah presentasi kasus dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
&anten, '' April '()*
TIN+AUAN PUSTAKA
Penulis
+neksi pada sistem sara pusat terjadi melalui berbagai macam cara, dimana banyak diantaranya akan berujung pada kematian atau morbiditas yang parah jika tidak didiagnosa dan diberikan tatalaksana segera. +neksi biasa terjadi akibat penyebaran secara hematogen atau penularan langsung dari tulang, jaringan lunak, atau sinus yang berdekatan. Pathogen yang dapat menyebabkan ineksi pada sistem sara pusat meliputi -irus, jamur, dan bakteri. $asus ineksi yang paling sering terjadi adalah meningitis bakterial akut dan abses serebri. &edah sara masuk ke dalam manajemen ineksi sistem sara pusat disebabkan oleh banyaknya pasien yang datang dengan maniestasi berupa perburukan kondisi neurologis secara progresi. +neksi mungkin terjadi pada satu atau lebih bagian system sara dan bagian yang menutupinya. +neksi sistem sara pusat diklasikasikan sebagai berikut/ ). '. 1. 2. *.
+neksi rongga kranium "0tradural abses atau empyema Subdural abses atau empyema Meningitis Abses serebri dan ensealitis
ABSES,EMPYEMA SUBDURAL Abses atau empyema subdural termasuk penyakit yang jarang terjadi namun
merupakan
ineksi
yang
mengancam
nyawa
dan
memiliki
kemungkinan gejala sisa neurologis serius bagi pasien yang selamat. Abses atau empyema yang terjadi biasanya merupakan penyebaran dari ineksi pada sinus paranasal, terutama sinusitis yang mengenai sinus rontalis dan, pada kasus yang lebih jarang, ineksi pada tulang mastoid. "mpyema subdural juga dapat terjadi akibat dari luka yang menembus langsung ke dalam jaringan otak, atau akibat dari tindakan operasi. Pada bayi, empyema subdural dapat terjadi akibat dari ineksi pada rongga subdural akibat dari meningitis.
"mpyema subdural adalah sebuah ineksi supurati yang terbentuk pada rongga subdural, yang tidak memiliki pertahanan antomis untuk mencegah penyebarannya. &erbeda dari abses yang terbentuk di dalam substansi
otak,
dikelilingi
dan
dibatasi
oleh
reaksi
jaringan
berupa
pembentukan kapsul kolagen dan brin. $arenanya, empyema subdural merupakan kasus yang lebih emergensi. "mpyema subdural dapat disertai adanya abses serebri 3pada '(4'*5 kasus6, thrombosis -ena kortikal dengan resiko inark -ena, dan serebritis.
EPIDEMIOLOGI "mpyema
subdural
adalah
kasus
yang
lebih
jarang
terjadi
dibandingkan dengan abses serebri dengan perbadingan abses/ empyema */). Sedangkan perbandingan antara pria dan wanita adalah 1/). 7okasi yang sering terjadi empyema subdural adalah pada kon-eks
38(49(56 dan
paraalcine 3)(4'(56.
ETIOLOGI $asus terbanyak yang menyebabkan empyema subdural adalah penyebaran langsung dari ineksi local 3pada beberapa kasus empyema subdural
menyebar
pada
kondisi
sepsis6.
Penyebaran
ineksi
ke
kompartemen intrakranial dapat terjadi melalui pembuluh darah balik, dan seringkali berhubungan dengan tromboplebitis. Penyebab empyema subdural dan angka kejadian dapat dilihat dalam tabel berikut/ Penyebab Sinusitis paranasal 3khususnya sinus rontalis6 ;titis 3khususnya otitis media kronis6 Pasca operasi Trauma Meningitis 3lebih sering terjadi pada anak4 anak6 Penyakit jantung kongenital 7ain4lain
Angka kejadian 356 :848* )2 2 1 ' ' 1
Mikroorganisme penyebab empyema subdural bergantung kepada mekanisme terbentuknya empyema subdural. Pada empyema subdural yang diakibatkan oleh sinusitis dan otitis media kronik, mikroorganisme yang sering ditemukan adalah streptokokus aerob dan anaerob. Sedangkan empyema subdural yang disebabkan karena trauma dan tindakan operati, mikroorganisme yang sering ditemukan adalah stalokokus dan bakteri gram negati lainnya. Mikroorganisme
yang
didapatkan
pada Angka kejadian 356
empyema subdural dengan penyebab sinusitis pada kasus dewasa Streptokokus aerobik Stalokokus Streptokokus anaerobik
1(4*(5 )*4'(5 )*4'*5 *4)(5 *4)(5
MANI-ESTASI KLINIS
atau sinus -enosus. "mpyema subdural seharusnya dapat dicurigai pada pasien dengan meningismus
dan
disertai dengan disungsi
hemiser
unilateral. Seringkali pasien menunjukkan rasa nyeri pada penekanan atau perkusi
pada
area
sinus
yang
diduga
merupakan
sumber
ineksi.
Pembengkakan dahi atau mata dapat terjadi akibat trombosis -ena. Sedangkan decit neurologis okal dan>atau kejang biasanya terjadi pada ase lanjut. Perbedaan jelas yang terlihat pada pasien empyema subdural dengan pasien abses adalah pasien tampak sakit berat, demam, dan munculnya tanda4tanda iritasi meninges.
Tanda dan gejala empyema subdural #emam Nyeri kepala Meningismus Perubahan status mental $ejang Nyeri, bengkak, dan in=amasi sinus Mual dan>atau muntah @emianopsia homonimus $esulitan berbicara "dema papil
Angka kejadian 356 ?* 9: 91 8: 22 2' '8 )9 )8 ?
PEMERIKSAAN PENUN+ANG %T scan dengan kontras akan sangat berguna pada pemeriksaan empyema subdural. @al ini disebabkan oleh hasil %T scan tanpa kontras seringkali sulit dinilai karena empyema subdural biasanya akan menunjukkan hasil
iso atau hipodense. @asil
%T scan akan memperlihatkan lesi
ektraserebral lentikular yang membesar, dengan sedikit hiperdens pada membran medial. Temuan hasil %T scan lainnya yang sering didapatkan adalah posisi yang salah antara substansia alba dan grisea dimana substansia grisea berada pada posisi lebih di dalam dari biasanya, distorsi -entrikular, dan menghilangnya sisterna basalis. 7umbal pungsi tidak disarankan untuk dilakukan karena berbahaya dan tidak digunakan untuk mendiagnosis empyema subdural. ;rganisme dapat muncul hanya pada empyema subdural yang disebabkan oleh meningitis. ;rganisme
penyebab
empyema
subdural
ber-ariasi,
tergantung
kepada sumber ineksi penyebab. &akteri tersering yang ditemukan pada empyema subdural pun merupakan bakteri yang terdapat pada mekanisme tersering penyebab empyema subdural, yaitu streptokokus yang merupakan bakteri pada sinusitis dengan 1(4*(5, diikuti stalokokus dan gram negati aerob yang sering ditemukan pada empyema subdural post trauma dan prosedur bedah sara dengan )*4'(5. Sedangkan bakteri anaerob lainnya yang mungkin ditemukan memiliki angka kejadian *4)(5.
TATA LAKSANA "mpyema subdural merupakan penyakit ineksi yang membutuhkan operasi segera. Prinsip tata laksana untuk empyema subdural adalah/ ). Tata laksana adekuat pada sumber ineksi penyebab empyema subdural. '. #rainase pus, baik dengan burr-hole maupun dengan kraniotomi atau kraniektomi jika dibutuhkan. 1. +dentikasi mikroorganisme penyabab ineksi. 2. Tata laksana antibiotik adekuat yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab ineksi. Sebagian besar kasus empyema subdural ditata laksana dengan drainase. @anya sedikit sekali kasus yang dilaporkan dapat diselesaikan hanya dengan pemberian obat4obatan yang adekuat. Pada empyema yang belum lama terjadi, pus yang ada biasanya lebih cair, sehingga drainase pus bisa dilakukan dengan burr-hole dan, bila diperlukan, dilakukan pengulangan tindakan. Sedamgkan pada empyema subdural yang sudah lanjut, maupun pada kasus dengan posisi pus tidak terlokalisasi dan tidak berada di perier, pilihan teknik yang dilakukan adalah kraniotomi maupun kraniektomi untuk melakukan debridemen dan drainase. Pada saat operasi berlangsung, rongga subdural harus diirigasi dengan cairan antibiotik, lalu diletakkan kateter pada rongga subdural agar drainase dapat terus berlangsung setelah operasi selesai dilakukan. $ateter ini dapat pula digunakan untuk irigasi antibiotik pasca operasi. Terapi antibiotik yang adekuat harus tetap diberikan meskipun tata laksana operasi drainase sudah dilakukan. ika bakteri penyebab belum diketahui, pada pasien dapat diberikan penisilin dan generasi ketiga sealosporin. Pemberian metronidaole dilakukan bila dicurigai adanya ineksi bakteri anaerob. Modikasi pemberian antibiotik dilakukan bila hasil kultur sudah selesai, sehingga antibiotik yang diberikan dapat disesuaikan dengan bakteri penyebab ineksi. Pemberian antibiotik pasca operasi biasanya berlangsung selama 24: minggu. ;bat4obatan lain yang diberikan adalah anti kon-ulsan bila pada pasien ditemukan kejang.
PROGNOSIS Prognosis empyema subdural tergantung kepada seberapa cepat tatalaksana emergensi dilakukan dan seberapa berat empyema subdural yang terjadi. Pada **5 pasien yang dipulangkan setelah perawatan dari rumah sakit didapatkan desit neurologis. Sekitar 125 pasien ditemukan kejang yang menetap. #iikuti dengan hemiparese yang menetap pada )85 pasien. Sedangkan angka kematian mencapai )(5 yang didapatkan pada pasien yang telah terjadi inark.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN Nama
/ An. A
No. BM
/ ((4??422
enis kelamin
/ laki4laki
Csia
/ )2 tahun
Pekerjaan
/ pelajar
&angsa>suku
/ +ndonesia>sunda
Alamat
/ $p. Susukan BT (8 BW (' #esa Sukarame, $ec. %arita, Pandeglang, &anten
Pendidikan
/ SMP
Masuk +<#
/ '2 Debruari '()*
ANAMNESIS #ilakukan di +%C BSC# Propinsi &anten tanggal '* Debruari '()*.
K!luhan uama $esulitan berbicara dan kelemahan anggota gerak tubuh sebelah kanan yang semakin memberat sejak 2 hari SMBS.
K!luhan am/ahan Nyeri kepala
Ri0aya P!nya1i S!1aran% Akhir anuari '()*, ) bulan SMBS, pasien mengeluhkan nyeri kepala. Nyeri muncul mendadak tanpa sebab, tidak hilang dengan beristirahat ataupun tidur. Nyeri hilang setelah pasien mengonsumsi oskadon dan aspirin. )( Debruari '()*, pasien mengeluhkan nyeri kepala yang lebih hebat dari sebelumnya. Nyeri kepala muncul mendadak dan dapat hilang hanya setelah pemberian
obat4obatan
untuk
meredakan myeri
kepala.
Pasien
juga
mengeluhkan demam yang berangsur meninggi. #emam dapat turun dengan obat4obatan penurun panas, namun naik kembali. )1 Debruari '()*, pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat, demam tinggi, dan menggigil. Pasien muntah sebanyak '0 tanpa didahului rasa mual sebelumnya. Pasien dibawa ke BS 7abuan oleh keluarganya dan diputuskan oleh dokter untuk dirawat inap. Selama perawatan, pasien mengeluhkan nyeri kepala dan mual.
)* Debruari '()*, keluarga memutuskan untuk pulang dari BS 7abuan atas permintaan sendiri. Menurut pengakuan keluarga, kondisi pasien telah membaik. Pasien sudah tidak ada keluhan mual dan demam. Nyeri kepala yang dirasakan pasien berkurang. '( Debruari '()*, pasien kembali mengeluhkan nyeri kepala hebat dan demam tinggi. $ali ini keluhan nyeri kepala disertai dengan tangan dan kaki kanan terasa lemah, sehingga pasien harus dipapah ketika berjalan. &icara pasien mulai sulit sehingga sulit dimengerti. ;leh keluarga, pasien dibawa ke BS 7abuan, namun karena keterbatasan asilitas 3oleh dokter pasien dianjurkan melakukan %T Scan6, pasien dirujuk ke BSC# Pandeglang. #i BSC#
Pandeglang
pasien
diputuskan
untuk
dirawat
inap
dan
tidak
membutuhkan %T Scan segera. #alam masa perawatan, kondisi pasien tidak membaik. Pasien tidak dapat bicara sama sekali dan hanya bisa mengerang, tangan dan kaki pasien lemas sehingga pasien tidak dapat berjalan. Pasien dirujuk ke BS Sari Asih Serang. '2 Debruari '()*, pasien masuk ke BS Sari Asih Serang dan melakukan %T Scan. ;leh BS Sari Asih pasien langsung dirujuk ke BSC# Propinsi &anten tanpa sempat masuk ke ruang rawat inap. Pasien datang ke +<# BSC# &anten dengan keluhan kelemahan tubuh sebalah kanan yang semakin memberat dan sulit untuk berbicara.
Ri0aya P!nya1i Dahulu $eluarga pasien mengakui bahwa saat pasien berusia ' bulan, pasien terserang penyakit sehingga keluar cairan berwarna bening dari telinga kiri dan kanan. Saat itu pasien tidak dibawa berobat karena keluarnya cairan berhenti dengan sendirinya. Sejak keluarnya cairan bening pertama kali, setiap tahun pasien mengalami hal yang sama, yaitu keluarnya cairan dari telinga. Setiap tahun cairan yang keluar berwarna hijau, dan lebih sering keluar dari telinga kiri. '
tahun belakangan cairan berwarna hijau tidak hanya keluar dari lubang telinga, tetapi juga dari kulit di belakang telinga yang sebelumnya membengkak dan tampak seperti bisul berukuran besar. $eluarga tidak pernah membawa pasien berobat karena diyakini bahwa keluarnya cairan merupakan salah satu cara pasien untuk dihapus dosanya dan dihilangkan penyakitnya.
Ri0aya P!nya1i K!luar%a Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan yang dialami pasien.
Ri0aya S2ial Pasien tinggal di keluarga dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. 7ingkungan tempat tinggal pasien kurang terjaga kebersihannya, termasuk air yang digunakan untuk mandi dan mencuci.
PEMERIKSAAN -ISIK Tanda 3ial $eadaan umum
/ tampak sakit berat
$esadaran
/ sopor
Sikap
/ berbaring pasi
$operasi
/ kurang kooperati
Tekanan darah Drekuensi nadi
/ )((>:( mm@g pada brachialis de0tra / ?(0>menit, regular, isi cukup
Drekuensi napas / ''0>menit, tanda sesak 346 Suhu tubuh
/ 1:,2 o% pada aksila
Sau G!n!rali $epala
/ normoseal
Mata
/ konjungti-a anemis 4>4, sklera ikterik 4>4 Pupil bulat isokor 1mm>1mm
Be=eks cahaya langsung E>E Be=eks cahaya tak langsung E>E Telinga
/ teraba benjolan kistik pada retroaurikular sinistra. $ulit pada benjolan tampak kemerahan, hangat pada perabaan. Nyeri tekan TF#. Tidak teraba perbesaran kelenjar getah bening. Produksi cairan 4>4
@idung
/ tidak ada kelainan
Mulut
/ tidak ada kelainan
7eher
/ trakea letak tengah, tidak teraba perbesaran kelenjar getah bening.
Toraks antung
/ ictus kordis tidak tampak +ctus kordis teraba di +%S *, mid cla-icula sinsitra &atas jantung dalam batas normal & )4' reguler, murmur 346, gallop 346
Paru
/ deormitas 346, statis>dinamis simetris -okal remitus kananGkiri perkusi sonor SN Fesikuler E>E, rhonki 4>4, wheeing 4>4
Abdomen
/ tampak datar &ising usus 3E6 10 normal Perkusi timpani Nyeri tekan TF#, hepar>lien tidak teraba membesar
"kstremitas
/ akral hangat, edema 346, %BT H1!
Sau N!ur2l2%i <%S
/ "' F' M2 G 9
Tanda Bangsang Meningeal
$aku kuduk
/ 3E6
&rudinsky )
/ 346
&rudinsky '
/ 346
7aseIue
/ H8(o>H8(o 3E6
$ernig
/ H)1*o>H)1*o 3E6
Ner-us $ranialis N. +
/ TF#
N. ++
/ TF# 3unduskopi tidak dilakukan6
N. +++, +F, F+ $edudukan bola mata
/ ortoposisi
Pergerakan bola mata / dollJs eye 3E6 "ksotalmus
/ 4>4
Ptosis
/ 4>4
Nistagmus
/ 4>4
Pupil bulat isokor 1mm>1mm. B%7 E>E, B%T7 E>E Be=ek akomodasi
/ TF#
Be=ek kon-ergensi N. F
/ TF#
N. F++
/ TF#
/ TF#
N. F+++ Festibularis
/ nistagmus 346
$oklearis
/ TF#
N. +K, K
/ TF#
N. K+
/ TF#
N. K++ Pergerakan lidah / tidak ada de-iasi Atro
/ 346
Dasikulasi
/ 346
Tremor
/ 346
Sistem motorik
/ TF#
/ 4>4
%horea
/ 4>4
Atetose
/ 4>4
Miokloni
/ 4>4
Tics Sistem sensorik
/ 4>4 / TF#
Dungsi serebellar Ata0ia
/ TF#
Tes Bomberg
/ tidak dilakukan
#isdiadokokinesia
/ TF#
ari4jari
/ TF#
ari4hidung
/ TF#
Tumit4lutut
/ TF#
Bebound phenomen
/ TF#
@ipotoni
/ TF#
Dungsi luhur
/ TF#
Dungsi otonom Miksi
/ terpasang kateter, produksi urin baik
#eekasi
/ produksi eses baik
Sekresi keringat / baik
Be=eks Disiologis &iceps
/ E'>E'
Triceps
/ E'>E'
Badius
/ E'>E'
7utut
/ E'>E'
Tumit Be=eks Patologis
/ E'>E'
@oLman Tromer / 4>4 &abinsky
/ E>E
%haddok
/ 4>4
;ppenheim
/ E>E
/ 4>4
Schaeer
/ 4>4
/ 4>4
$lonus lutut
/ 4>4
$lonus tumit
/ 4>4
$eadaan Psikis +ntelegensia Tanda regresi #emensia
/ TF# / TF# / TF#
PEMERIKSAAN PENUN+ANG 7aboratorium tanggal ') Debruari '()* jam (?.': Pemeriksaan @ematologi @emoglobin @ematokrit "ritrosit 7eukosit Trombosit +ndeks eritrosit M%F M%@ M%@% 7"# +munoserologi Widal
@asil
Nilai normal
Satuan
)),' 12 2,8 11.9(( 2'8.(((
)24)8,* 2(4*' 2,84:,) 2.(((4)(.((( )*(.(((42*(.(((
g>d7 5 uta>7 >7 ribu>7
8' '2 11 1(
8(4?: '141) 1(41: H)*
7 Pg g>d7 mm>jam
S. Typhi ; S. Typhi @ S. Paratyphi A4; S. Paratyphi &4; S. Paratyphi %4; S. Paratyphi A4@ S. Paratyphi &4@ S. Paratyphi %4@ #engue &lot +g< +gM
)>1'( )>1'( )>9( 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4
4 4
7aboratorium tanggal ') Debruari '()* jam )*.)) Pemeriksaan @ematologi @emoglobin @ematokrit "ritrosit 7eukosit Trombosit +ndeks eritrosit M%F M%@ M%@% 7"# +munoserologi Widal S. Typhi ; S. Typhi @ S. Paratyphi A4; S. Paratyphi &4; S. Paratyphi %4; S. Paratyphi A4@ S. Paratyphi &4@ S. Paratyphi %4@
@asil
Nilai normal
Satuan
)(,* 1' 2,2 11.2(( 2'*.(((
)24)8,* 2(4*' 2,84:,) 2.(((4)(.((( )*(.(((42*(.(((
g>d7 5 uta>7 >7 ribu>7
8' '2 11 )('
8(4?: '141) 1(41: H)*
7 Pg g>d7 mm>jam
)>1'( )>):( 4 4 )>1'( 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
7aboratorium tanggal '1 Debruari '()*
Pemeriksaan @ematologi @emoglobin @ematokrit "ritrosit 7eukosit Trombosit +ndeks eritrosit M%F M%@ M%@% $imia klinik S<;T S
@asil
Nilai normal
Satuan
)(,( 1( 2,1 )?.*(( 1)9.(((
)24)8,* 2(4*' 2,84:,) 2.(((4)(.((( )*(.(((42*(.(((
g>d7 5 uta>7 >7 ribu>7
8( '1 11
8(4?: '141) 1(41:
7 Pg g>d7
)'* ?8 '(,* (,2(
)(4*( )(4*( ):,:429,* (,:84),)8
C>l C>l mg>d7 mg>d7
@asil
Nilai normal
Satuan
)(,2 1(,? 2,2 )'.9(( 21?.((( ))(
)14): 18428 2,*4* *.(((4)).((( )*(.(((4*((.((( H)(
g>d7 5 uta>7 >7 ribu>7 mm>jam
))( )12
))41? ))41?
>u7 >u7
7aboratorium tanggal '2 Debruari '()* Pemeriksaan @ematologi @emoglobin @ematokrit "ritrosit 7eukosit Trombosit 7"# Dungsi @ati S<;T S
Albumin $arbohidrat
%T Scan tanggal '2 Debruari '()*
',*
1,*4*,*
g>d7
9'
H'((
mg>d7
'2 (,:
)*42( (,24),1
mg>d7 mg>d7
)1* *,9 )(:
)1*4)** 1,:4*,* ?*4)(8
mmol>7 mmol>7 mmol>7
$esan %T scan/
Midline shit O*mm ke kanan 7esi hipodens subdural os rontoparietal sinistra dan oksipital sinistra
RESUME Pasien anak laki4laki, )2 tahun, datang dengan keluhan kelemahan tubuh sebelah kanan, sulit bicara, dan nyeri kepala. Penurunan kessadaran 3E6 terjadi selama masa perawatan. Biwayat demam 3E6, mual 3E6, muntah 3E6. Biwayat keluar cairan berwarna hijau dari telinga kiri sejak pasien berusia ) tahun, terjadi ) tahun sekali. Pasien tampak sakit berat, kesadaran sopor dengan <%S "'F'M2 G 9, TTF normal. Pada pemeriksaan telinga teraba massa kistik di area retroaurikular sinistra. Tanda rangsang meningeal kaku kuduk 3E6, laseIue 3E6, kernig 3E6. Be=eks patologis babinsky 3E6 dan ;ppenheim 3E6. #ari
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
adanya
leukositosis.
Sedangkan hasil %T scan menunjukkan adanya midline shit ke kanan sebanyak O*cm yang diakibatkan oleh lesi hipodens di area subdural pada os rontoparietal sinistra dan oksipital sinistra.
DIAGNOSA KER+A #iagnosa klinis
/ hemiparese de0tra, sealgia, penurunan kesadaran sopor
#iagnosa etiologis #iagnosa topis
/ empyema subdural
/ rontoparietal sinistra oksipital sinistra
TATA LAKSANA +FD# B7 )( tpm makro Meropenem ' 0 )gr +F $emicetin 2 0 *((mg +F Phenitoin ' 0 )((mg +F Pro op cranio>ectomy dekompresi
PROGNOSA
Ad -itam
/ dubia ad bonam
Ad unctionam
/ dubia ad malam
Ad sanationam
/ dubia ad malam