MAKALAH PRAKTIKUM COMPOUNDING DISPENSING
Promosi Kesehatan Masyarakat
“Interaksi Obat”
Disusun oleh: KELOMPOK 6 – B2 B2 – ANGKATAN ANGKATAN XXXIV:
Rani Widyastuti
1720343813
Resawati Perwata Dewi
1720343814
Retno Asih Riyanti
1720343815
Ricilliane
1720343816
Riris Wahyuningsih
1720343817
PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017
BAB I PENDAHULUAN
Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita
makan
mempengaruhi
obat
yang
sedang
kita
gunakan,
sehingga
mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi anatara obat dan makanan dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll. Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong, selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau sumplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efeksamping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat dan makanan, diantaranya : Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat, beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan mineral tidak bekerja secara tepat ditubuh, menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan, obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh, Obat herbal dapat berinteraki dengan obat modern. Selain itu, besar kecilnya efek interaksi obat dengan makanan antara tiap orang dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti : Besarnya dosis obat yang diminum, usia, kondisi tubuh dan kondisi kesehatan pasien, waktu konsumsi makan dan waktu konsumsi obat. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat dan makanan, bukan berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat dan makanan untuk dikonsumsi dalam waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari terjadinya interaksi antara obat dengan makanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROMOSI KESEHATAN Pengertian Promosi Kesehatan
Pengertian kesehatan secara luas tidak hanya meliputi aspek medis, tetapi juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan, sedangkan pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini berarti, kesehatan tidak hanya diukur dari aspek fisik mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010). Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan
derajat
kesehatannya.
Bertolak
dari
pengertian
yang
dirumuskan WHO, Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan adalah
upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
masyarakat
melalui
pembelajaran dari bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasana kesehatan (Depkes RI, 2005).
Promosi Kesehatan dan Perilaku
Masalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit, ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu faktor perilaku dan non perilaku (faktor sosial, ekonomi, politik dan sebagainya). Oleh sebab itu, upaya penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditujukan pada kedua faktor utama tersebut. Upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan pelayanan kesehatan dan sebagainya adalah upaya intervensi terhadap faktor fisik (non perilaku). Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yakni : a. Pendidikan (educational) Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarnnya melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap, karena didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendidikan kesehatan ini adalah hasilnya lama karena perubahan melalui proses pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama. b. Paksaan atau tekanan (Coercion) Paksaan atau tekanan yang dilakukan kepada masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan meraka sendiri. Tindakan atau perilaku sebagai hasil tekanan ini memang cepat, tetapi tidak akan langgeng karena tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka berperilaku seperti itu.
Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Visi promosi kesehatan (khususnya di Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam UndangUndang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial ekonomi. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga visi promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Mewujudkan visi promosi kesehatan tersebut, maka diperlukan upayaupaya. Upaya-upaya untuk mewujudkan visi ini disebut sebagai misi promosi kesehatan. Secara umum misi promosi kesehatan ini, sekurang-kurangnya ada tiga hal yakni : a. Advokat (Advocate) Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat, dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan, bahwa program kesehatan yang dijalankan tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari para pejabat tersebut. b. Menjembatani (Mediate) Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan perkataan lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan sangat penting, sebab tanpa kemitraan, niscaya sektor kesehatan mampu menangani masalah-masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. c. Memampukan (Enabling) Sesuai dengan visi promosi kesehatan, yakni masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan hanya memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan.
Sasaran dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Maulana (2009) dalam bukunya “Promosi Kesehatan” menjelaskan sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khusus, rinci, dan jelas agar promosi kesehatan lebih efektif. Adapun sasaran dari adanya promosi kesehatan adalah individu/ keluarga, masyarakat, pemerintah/ lintas sektor/ politisi/ swasta dan petugas atau pelaksan program. Sehubungan dengan hal itu, promosi kesehatan dihubungkan dengan beberapa tatanan, antara lain tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan institusi
kesehatan,
tatanan
tempat-tempat
umum.
Agar
lebih
spesifik
sasarankesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Sasaran primer, adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku tersebut b. Sasaran sekunder, adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer. c. Sasaran tersier, adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak pihak yang berpengaruh di berbagai tingkat (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa/ kelurahan). Selain membutuhkan sasaran yang jelas, maka promosi kesehatan juga harus mempunyai ruang lingkup. Sehingga semua berjalan dengan jelas. Berdasarkan
Konferensi
Internasional
Promosi
Kesehatan
dikelompokkan
menjadi lima area, yaitu: a. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (health public policy) Kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apa pun harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat. b. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create partnership and supportive environment) Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin
organisasi masyarakat, serta pengelola tempat-tempat umum, dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat. c. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat. d. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills) Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya. e. Mamperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action) Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif, jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat, sehingga lebih dapat berkembang.
Menurut buku Maulana (2009), ada lima pendekatan promosi kesehatan, yaitu: a. Pendekatan medik Pendekatan ini mempunyai tujuan yaitu membebaskan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker, dan jantung. Pendekatan ini melihat intervensi kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan. Pendekatan ini memberikan arti penting terhadap tindakan pencegahan medik, dan merupakan tanggung
jawab profesi kedokteran, membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan. b. Pendekatan perubahan perilaku Pendekatan ini bertujuan mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat, sehingga mereka mengadopsi gaya hidup sehat. Pendekatan ini meyakinkan kita bahwa gaya hidup sehat merupakan hal penting bagi klien. c. Pendekatan pendidikan Pendekatan
ini
bertujuan
memberikan
informasi
dan
memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. d. Pendidikan berpusat pada klien Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai kepentingan dan nilai mereka. e. Pendekatan perubahan sosial Pendekatan ini pada prinsipnya mengubah masyarakat, bukan pada perilaku setiap individu. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik diberbagai tingkat.
Strategi Promosi Kesehatan
Strategi adalah penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada tiga komponen dari defenisi yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak dan alokasi daya untuk mencapai tujuan itu. Tipe-tipe strategi berikut ini sering dianggap sebagai suatu hirearki. Tipetipe strategi yang dimaksud adalah : a. Strategi organisasi (corporate strategy)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatifinisiatif strategi yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan yaitu apa yang dilakukan untuk siapa. b. Strategi program (program strategy) Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi startagi dari program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila program tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. c. Strategi pendukung sumber daya (resource support strategy) Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. d. Strategi kelembagaan (institusional strategi) Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiataif strategi B. Interaksi Obat Definisi
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat
lain
dan
menimbulkan
pengaruh
klinis.
Efek-efeknya
bisa
meningkatkan atau mengurangi efektifitas atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Tetapi interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah) seperti glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatika. Interaksi obat dengan makanan bisa terjadi karena
obat resep atau obat bebas dan obat bebas terbatas seperti antasida, vitamin dan zat besi. Makanan yang mengandung zat-zat aktif yang berinteraksi dengan obat-obat tertentu dapat menimbulkan efek buruk yang tidak diharapkan. Zat-zat gizi termasuk makanan, minuman dan suplemen makanan bisa mengubah efek obat yang digunakan pasien. Obat yang Berinteraksi dengan Makanan
Tidak semua obat dipengaruhi makanan, namun banyak obat yang dapat dipengaruhi oleh makanan dan waktu makan. Misalnya, minum obat bersamaan dengan waktu makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat. Makanan dapat memperlambat dan menurunkan absorpsi obat. Itulah sebabnya obat-obatan ini mesti diminum saat perut dalam keadaan kosong. Disisi lain, beberapa obat lebih mudah ditoleransi ketika diminum pada waktu makan.sebaiknya ditanyakan ke dokter atau apoteker apakah obat bisa digunakan bersamaan dengan snack atau makanan utama, atau apakah obat mesti digunakan ketika perut dalam keadaan kosong. Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat didalam traktus gastrointestinalis dengan mengubah pH lambung, sekresi, dan motilitas saluran pencernaan, serta waktu transit. Hal ini menyebabkan perubahan kecepatan absorpsi atau tingkat absorpsi obat. a. Absorpsi obat yang meningkat karena adanya makanan Obat
Mekanisme
Perhatian
Eritromisin
Tidak diketahui
Gunakan bersama makanan
Griseofulvin
Obat larut dalam lipid, absorpsi
Gunakan bersama makanan
lebih tinggi dengan makanan
dengan kadar lemak tinggi
kaya lemak. Karbamazepin
Peningkatan produksi
-
empedu,pelarutan dan penyerapan lebih tinggi. Hudralazin,
Makanan dapat menurunkan
Minum saat makan dengan
Labetalol, dan
ekstraksi dan metabolisme
makanan yang kaya lemak.
Metaprolol
pertama.
Nitrofurantoin,
Perlambatan pengosongan
Fenitoin, dan
gastrik meningkatkan pelarutan
Propoksifen
dan penyerapan.
Minum saat waktu makan
b. Absorpsi obat yang tertunda atau menurun karena adanya makanan Obat
Mekanisme
Am
Mengurangi volume cairan
Pisilin
perut
Amoksisilin
Mengurangi volume cairan
Perhatian
Gunakan bersama air
Gunakan bersama air
perut INH
Makanan akan menaikkan pH
Minum saat perut
saluran cerna dan
kosong
memperlambat waktu pengosongan lambung Linkomisin
Mekanisme tidak diketahui
Minum saat perut kosong
Sulfonamida
Mekanisme tidak diketahui
Gunakan bersama dengan makanan yang akan memperpanjang waktu pengosongan lambung
Tetrasiklin
Berikatan dengan ion kalsium
Gunakan 1 jam atau 2
dan garam besi membentuk
jam setelah makan, dan
kelat yang tidak larut
hindari susu
Metenamin
Hindari makanan beralkali
Kinidin
Efeknya meningkat karena
Hindari makanan
terlalu banyak kinidin
beralkali
Kinin
Efeknya meningkat karena
Hindari makanan
terlalu banyak kini akan
beralkali
mengakibatkan efek samping yang merugikan Benzodiazepin
Dengan jus anggur
tertentu (seperti
menghambat enzim yang
triamzolam),
terlibat dalam metabolisme
Antagonis kalsium
sehingga mengidentifikasi
(felodipin,
efek obat tertentu.
Hindari Jus Anggur
nifedipin, dan nisoldipin) Antikoagulan
Makanan yang kaya vitamin K
Asupan makanan
(seperti brokoli, tauge, bayam,
seperti ini mesti
dan kangkung) dapat
dibatasi, dan jumlah
menurunkan efektivitas
yang dikonsumsi setiap
antikoagulan sehingga
hari tetap konstan.
meningkatkan risiko pembekuan. Bisfosfat
Makanan bahkan jus jeruk,
Alendronat dan
(alendronat,
kopi, atau air mineral, dapat
risedronat diminum
ibandronat dan
menurunkan absorpsi dan
dengan air putih paling
risedronat)
efektivitas obat-obatan ini.
tidak setengah jam sebelum makanan, minuman, atau obat pertama pada hari itu diminum, dan ibandronat mesti diminum paling tidak satu jam sebelumnya
Pengurangan Efektifitas Obat oleh Makanan
a. Teh mengandung senyawa tannin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat sehingga sukar diabsorpsi atau diserap dari saluran pencernaan. b. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorpsi zat-zat aktif tertentu
terutama
antibiotika
(misalnya
ampisilin,
amoksilin,
kloramfenikol dan lain-lain). Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat
atau
kemanjurannya
juga
akan
berkurang.
Sehingga
penyembuhan mungkin tidak akan tercapai. Jika ingin minum susu juga, sebaiknya tunggu sekitar dua jam setelah atau sebelum minum antibiotika, agar penyerapan obat antibiotika tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu. c. Ada beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan. Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat sedikit mengurangi daya kerja obat-obat tersebut, namun
efek
perlindungannya
terhadap
iritasi
lambung
lebih
bermanfaat dibandingkan dengan efek penurunan da ya kerja obat yang sangat sedikit. Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang biasa diberikan untuk meredakan atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal) seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon, dan lain-lain. d. Kopi mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang susunan syaraf pusat. Jadi, agar efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola, dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink) ketika sedang dalam pengobatan
menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin. e. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh sehingga dapat mengganggu atau bahkan mengubah respons tubuh terhadap obat yang diberikan. Contohnya, obat-obat antihistamin atau antialergi (biasanya diberikan untuk meringankan gejala alergi, flu atau batuk) umumnya menyebabkan mengantuk. Konsumsi antihistamin bersama dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan memperlambat performa mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan risiko perdarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi
bersama
obat-obat
penghilang
rasa
sakit
seperti
parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker
seperti
misalnya
propranolol.
Kombinasi
alkohol-
propranolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan keselamatan jiwa pasien. Sebelum Mengkonsumsi Obat
Hal-hal yang harus diingat tentang interaksi obat dan makanan antara lain: 1. Bacalah aturan pakai pada kemasan obat 2. Baca semua aturan, peringatan dan pencegahan interaksi yang ditulis pada label obat dan kemasan. Bahkan obat bebas pun dapat menyebabkan masalah. 3. Gunakan obat dengan segelas air putih, kecuali dokter menyarankan cara pakai yang berbeda. 4. Jangan mencampur obat ke dalam makanan/ minuman atau membuka cangkang kapsul karena dapat mempengaruhi khasiat obat.
5. Jangan mencampur obat dengan minuman panas karena panas dapat mempengaruhi kerja obat. 6. Jangan pernah minum obat dengan minuman beralkohol. Cara Menghindari Interaksi Obat
1. Jelaskan kepada apoteker obat apa saja yang pernah digunakan dalam beberapa minggu terakhir sebelum pergi ke dokter saat itu, termasuk obat-obat bebas, vitamin, suplemen maupun herbal yang telah anda gunakan. 2. Jelaskan
pada
apoteker
mengenai
obat-obatan
yang
pemberiannya pernah dihentikan atau bahkan diulang kembali. 3. Informasikan pada apoteker tentang apa yang dijalani saat ini, misalnya mengenai bentuk , olahraga, diet, dan sebagainya. 4. Jelaskan pada apoteker mengenai apa saja yang biasa dikonsumsi. 5. Tanyakan kepada apoteker mengenai apa yang memungkinkan terjadinya interaksi obat.
DAFTAR PUSTAKA
Ester Muki Apriyani. 2013. Farmakologi Veteriner I: Interaksi Obat dengan Makanan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar Muttschler Ernest. 1999. Dinamika Obat: Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit: ITB, Bandung Pramono. 2012. Interaksi Obat dan Makanan. Diakses dari: http://rsulinkalseprov.go.id/berita-127-interaksi-obat-dan-makanan.html (9 maret 2015) Theeya Doux. Interkasi Obat dan Makanan. Diakses dari: http://thyadoux.blogspot.com/2011/02/interaksi-obat-dan-makanan.html