ANALISIS PENGARUH TEKANAN AIR PORI TERHADAP KEMANTAPAN LERENG PADA PT. KALTIM PRIMA COAL SANGGATA, KALIMANTAN TIMUR
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh Rinaldy Nuri Agung 03111002038
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
1. Judul
: Analisis Pengaruh Tekanan Air Pori Terhadap Kemantapan Lereng Pada PT. Kaltim Prima Coal, Sanggata, Kalimantan Timur.
2. Pengusul a. Nama
:
Rinaldy Nuri Agung
b. Jenis Kelamin
:
Laki-Laki
c. NIM
:
03111002038
d. Semester
:
VIII (Delapan)
e. Fakultas/Jurusan
:
Teknik/Teknik Pertambangan
f. Alamat e-mail
:
[email protected]
g. Contact Person
:
085366878589
3. Lokasi Penelitian
:
PT. Kaltim Prima Coal
Indralaya,
Juni 2015
Pengusul,
Rinaldy Nuri Agung NIM. 03111002038 Menyetujui : Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Pembimbing Proposal,
Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT NIP. 196902091997032001
Bochori, ST, MT. NIP. 197410252002121003
A. JUDUL Analisis Pengaruh Tekanan Air Pori Terhadap Kemantapan Lereng Pada PT. Kaltim Prima Coal, Sanggata, Kalimantan Timur.
B. LOKASI PT. Kaltim Prima Coal, Sanggata, Kalimantan Timur. C. BIDANG ILMU Teknik Pertambangan
D. LATAR BELAKANG PT. Kaltim Prima Coal adalah salah satu perusahaan tambang batubara Indonesia yang bertindak sebagai produsen dalam menyediakan batubara untuk dalam negeri maupun luar negeri yang berlokasi di daerah Sanggata, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dalam melakukan aktifitas penambangannya PT. KPC menggunakan sistem surface mining yang mempunyai pola penambangan berjenjang.
Pola
penambangan
yang
berbentuk
jenjang/lereng
dapat
mengakibatkan suatu masalah yakni keruntuhan/kelongsoran pada lereng tersebut. Longsoran merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi pada lereng- lereng alami maupun buatan. Kelongsoran lereng dapat terjadi akibat infiltrasi dan rembesan dari air hujan. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan tekanan air pori pada lereng. Peningkatan tekanan air pori ini akan mempengaruhi kuat geser tanah dan sudut geser dalam yang selanjutnya berpotensi menyebabkan kelongsoran. Oleh karena itu masalah kemantapan lereng pada suatu tambang terbuka merupakan masalah yang sangat penting karena menyangkut masalah keselamatan manusia, peralatan penambangan, dan infrastruktur lainnya yang berada disekitar lereng galian. Sehingga sangatlah penting untuk menganalisis pengaruh perubahan tekanan air pori agar dapat meminimalisir terjadinya kelongsoran pada area lereng penambangan.
E. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana pengaruh tekanan air pori terhadap kemantapan lereng tambang di PT. Kaltim Prima Coal? 2. Bagaimana potensi terjadinya longsor akibat pengaruh tekanan air pori di lereng tambang PT. Kaltim Prima Coal? 3. Bagaimana geometri lereng yang tepat untuk mencegah terjadinya kelongsoran akibat pengaruh tekanan air pori di PT. Kaltim Prima Coal?
F. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh tekanan air pori terhadap kemantapan lereng penambangan di PT. Kaltim Prima Coal. 2. Menganalisis potensi terjadinya longsor yang dapat terjadi di lereng penambangan di PT. Kaltim Prima Coal. 3. Memperoleh rancangan geometri lereng yang optimum sesuai dengan kondisi yang ada di PT. Kaltim Prima Coal.
G. PEMBATASAN MASALAH Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisa pengaruh tekanan air pori terhadap kesetabilan lereng penambangan dan menganalisa jenis kelongsoran yang mungkin akan terjadi untuk merancang geometris lereng penambangan sehingga operasi penambangan dapat berangsung setiap harinya.
H. MANFAAT Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui geometri lereng yang aman, sehingga memungkinkan untuk dilakukannya produksi penambangan batubara.
2. Mengetahui pengaruh tekanan air pori terhadap kemantapan lereng. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam memutuskan kebijakan mengenai kegiatan pembuatan lereng tambang.
I. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kesetabilan Lereng Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau bantuan penyusun lereng akibat tergang-gunya kestabilan tanah atau bantuan penyusun lereng tersebut. Definisi diatas menunjukkan bahwa massa yang bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan atau pencampuran antara massa tanah dan batuan penyusun lereng. Apabila massa yang bergerak ini didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring ataupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai longsoran tanah. Analisis stabilitas tanah pada permukaan tanah ini disebut dengan analisis stabilitas lereng. (Das dan Endah, 1985) Analisis stabilitas lereng meliputi konsep kemantapan lereng yaitu penerapan pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah. Keruntuhan geser pada tanah dapat terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Karena itu kekuatannya tergantung pada gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan geser terdiri atas: 1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam tanah dan ikatan butirnya. 2. Bagian yang bersifat gesekan, yang se-banding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser. (Das dan Endah, 1985) Kestabilan dari suatu lereng individual dikontrol oleh beberapa kondisi baik gaya yang berasal dari dalam maupun gaya yang berasal dari luar. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil sehingga akan meminimalisir terjadinya kelongsoran pada lereng tersebut.
(Sumber : Hardiyatmo, Hary 2010) Gambar 1. Penamampang lereng buatan
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut (Hary :2010) : F = τ / τd …………………………………………………………………… (1) (Sumber : Hardiyatmo, Hary 2010) Dimana : F = faktor kestabilan lereng
τ
= gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
τd
= gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng longsor
Pada keadaan : F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor) F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng. Keruntuhan pada lereng alami atau buatan disebabkan karena adanya perubahan antara lain topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan kekuatan, perubahan tegangan, dan musim/iklim/cuaca (Wesley, D Laurence 2012). Akibat adanya gaya-gaya luar yang bekerja pada material pembentuk lereng menyebabkan material pembentuk lereng mempunyai kecenderungan untuk menggelincir. Kecenderungan menggelincir ini ditahan oleh kekuatan geser material sendiri. Meskipun suatu lereng telah stabil dalam jangka waktu yang lama, lereng tersebut dapat menjadi tidak stabil karena beberapa faktor seperti (Bowles, 1991) : a. Geometri lereng Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan semakin berkurang. b. Struktur batuan Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor. c. Sifat fisik dan mekanik batuan Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam batuan. 1) Bobot isi batuan Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor juga semakin besar.
Dengan demikian
kestabilan lereng semakin berkurang. 2) Porositas batuan Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil
kestabilan lereng.
Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan
tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah longsor. Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut : = C + ( - ) tan …………………………………………………… (2) (Sumber : Bowles, 1991) dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)
C
= kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3) Kandungan air dalam batuan Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang. 4) Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor). 5) Sudut geser dalam (angle of internal friction) Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil. d. Gaya dari luar Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan suatu lereng adalah : 1) Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat mekanis yang berat didekat lereng. 2) Pemotongan dasar (toe) lereng. 3) Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.
3. Tegangan dan tekanan air pori Tegangan tekan atau yang bekerja pada masa tanah sebagian akan di tanggung oleh partikel tanah dan sebagian lagi oleh tekanan air pori (pore water). Gabungan keduanya di sebut dengan tekanan total. Sehingga tekan dalam tanah dapat dibagi menjadi dua yakni (Wesley, D Laurence 2012) : a) Tegangan efektif yang dilambangkan dengan ’, yang merupakan porsi tegangan yang di tanggung oleh partikel tanah. b) Tegangan air pori yang di lambangkan dengan , yang merupakan porsi yang di taggung oleh air pori. Pada tanah yang jenuh dengan air akan tmengalami tegangan normal . Tegangan ini disebut dengan tegangan totaldan ditinjau dari kesetimbangan gaya yang bekerja (hukum Newton ketiga) maka tegangan yang ada di dalam tanah harus sama dengan pada arah sebaliknya. Reaksi terhadap tekanan normal diberikan oleh kombinasi tegangan dari butiran tanah, disebut tegangan efektif ’ dan dari air yang disebut tekanan air pori . Hubungan antara tegangan total, tekanan air pori dan tegangan efektif berlaku secara hukum dalam tanah, tidak hanya pada arah vertikal, dan ditulis sebagai berikut (Wesley, D Laurence 2012) : = ’ + …………………………………………………………………… (3) (Wesley, D Laurence 2012)
Dimana : = Tegangan total ’ = Tegangan efektif = Tekanan air pori Munurut laurance (2010), prinsip dari tegangan efektif tanah ini adalah prinsip paling penting dalam mekanika tanah. Deformasi, pemampatan atau perubahan kekuatan hanya terjadi apabila ada perubahan pada tegangan efektif bukan tegangan total. Untuk memperhatikan prilaku tanah pada keadaan apa saja,
yang harus diperhatikan adalah keadaan tegangan efektif, khususny perubahan pada tegangan ini. Pada tanah dengan kondisi muka air tanah yang tinggi dapat terjadi kelongsoran. Hal ini disebabkan akan terjadi perubahan tegangan air pori yang sama dengan tegangan efektif. Karena kekuatan geser tanah sebagian bersifat gesekan yang bergantung pada tegangan efektif normal pada bidang geser, penurunan pada tegangan efektif ini akan mengurangi kekuatan geser tanah. Penurunan ini mungkin menyebabkan longsor .
4. Klasifikasi longsoran batuan Longsoran umumnya terjadi jika tanah sudah tidak mampu menahan berat lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban pada permukaan lereng dan berkurangnya daya ikat antara butiran tanah relief. Berdasarkan proses longsornya,
longsoran batuan, Made (1993) membedakan menjadi empat macam, yaitu :
a. Longsoran Bidang Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang adalah : 1) Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng. 2) Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng (maksimum berbeda 20o). 3) Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya. 4) Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran. b. Longsoran baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. c. Longsoran busur Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian, longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur. d. Longsoran guling Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak kemiringannya
berlawanan
dengan
kemiringan
bidang-bidang
lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling). 2) Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok). 3) Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural).
5. Metode Kesetabilan Lereng dengan Metode Fellenius Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama oleh Fellenius (1927,1936) berdasarkan bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan FK dihitung dengan keseimbangan momen. Fellenius mengemu-kakan metodenya dengan menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu blok tanah pada permukaan longsor berbentuk lingkaran (sirkuler) dengan titik O sebagai titik pusat rotasi. Metode ini juga menganggap bahwa gaya normal P bekerja ditengah-tengah slice. Diasumsikan juga bahwa resultan gaya-gaya antar irisan pada tiap irisan adalah sama dengan nol, atau
dengan kata lain bahwa resultan gaya-gaya antar irisan diabaikan (Anderson, 1987).
(Sumber : Hardiyatmo, Hary 2010) Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan Dengan menggunakan prinsip dasar serta asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, maka selanjutnya dapat diuraikan analisis Faktor Keamanannya sebagai berikut:
∑ ∑
……….......………………............……(4)
(Sumber : Hardiyatmo, Hary 2010) Dimana : F = faktor keamanan = kohesi tanah (kN/m2) = sudut geser dalam tanah (derajat) = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m) = berat isian tanah ke-i (kN)
= tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2) = sudut yang didefinisikan pada gambar
Dalam persamaan ini harus diperhatikan bahwa keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya yang bekerja harus memperhatikan tekanan air pori.
J. METEDOLOGI PENELITIAN Didalam menyelesaikan permasalahan yang ada, penulis menggabungkan antara teori dengan data-data dilapangan, sehingga dari keduanya akan didapatkan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu : 1. Studi Literatur Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari: a. Instansi yang terkait b. Perpustakaan c. Jurnal-jurnal ilmiah 2. Penelitian di lapangan Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa tahap, yaitu : a. Orientasi lapangan Dilakukan
pengamatan secara langsung terhadap aktivitas pada area
lereng / jenjang penambangan serta mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. b. Pengambilan data Pengambilan data yang dilakukan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan perhitungan secara langsung selama penelitian. Sedangkan data sekunder di dapat dari pencatatan dan reveiw dari beberapa data historis perusahaan. Adapun datadata yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1) Data Primer a) Data tinggi lereng. b) Data lebar jalan angkut. c) Data lebar berm. d) Data sudut kemiringan lereng
2) Data Sekunder a) Data air tanah : tegangan efektif, tekanan air pori.. b) Data curah hujan. c) Data sifat mekanik batuan berupa ; sudut geser dalam, kohesi. d) Data sifat fisik batuan berupa : bobot isi tanah.
c. Pengolahan data Data dari pengamatan dilapangan diolah secara manual melalui dasar teori yang sudah diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang menunjang dan pengolahan menggunakan software-software yang dapat mendukung sehingga didapatkan hasil yang dapat membantu menghasilkan kesimpulan.
d. Analisis dan Penyajian Hasil Pembahasan 1) Pengkajian terhadap kesetabilan lereng yang telah diterapkan perusahaan Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji apakah lereng yang dibuat tidak terjadi kerusakan saat di lakukan aktivitas diatasnya. 2) Analisa terhadap pengaruh tekanan air pori Tahapan ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tekanan air pori terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran di area lereng tambang. 3) Perencaan ulang lereng tambang Tahapan ini bertujuan untuk merencanakan geometri lereng tambang yang tepat dengan mempertimbangankan kondisi tekanan air pori dan keadaan alam daerah setempat sehingga didapat lereng tambang yang stabil/aman.
e. Kesimpulan Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.
Bagan 1. Metedologi Penelitian
ANALISIS PENGARUH TEKANAN AIR PORI TERHADAP KEMANTAPAN LERENG PADA PT. KALTIM PRIMA COAL SANGGATA, KALIMANTAN TIMUR
Observasi Orientasi Wawancara
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Studi pengaruh tekanan air pori terhadap kekuatan geser Analisis kemantapan lereng Metode Fellenius
Studi Literatur
Perumusan masalah
Menganalisis pengaruh tekanan air pori untuk mendapatkan geometri lereng yang aman
Data sekunder
Data Primer Orentasi lereng (tinggi lereng, lebar berm, sudut kemiringan)
Analisis pengaruh tekanan air pori Analisis kelongsoran akibat pengaruh air pori Rekomendasi geometri lerengg yang aman
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Apakah terjadi kelongsoran lereng Adakah pengaruh tekanan air pori terhadap kemantapan lereng
Penolahan Dan Analisis data
Kesimpulan
Sifat fisik batuan Sifat mekanik batuan Curah hujan Kondisi air tanah
K. JADWAL PELAKSANAAN Rencana pelaksanaan kerja tugas akhir dalah mulai tanggal 3 Agustus 2015 sampai dengan 24 oktober 2015, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
Waktu Pelaksanaan No
Kegiatan
Minggu Ke 1
1.
Orientasi Lapangan
2.
Pengumpulan Data
3.
Konsultasi & Bimbingan
4.
Pengolahan Data
5.
Penyusunan Laporan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
L. PENUTUP Demikianlah proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan bagi agar dapat diterima untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. Kaltim Prima Coal. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk kelancaran penelitian tugas akhir ini. Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan penlitian tugas akhir ini adalah: 1. Adanya bimbingan selama penelitian tugas akhir. 2. Kemudahan
dalam
mengadakan
penelitian
(akomodasi)
ataupun
pengambilan data-data yang diperlukan selama melaksanakan tugas akhir. 3. Tempat tinggal dan konsumsi selama melaksanakan penelitian tugas akhir.
12
M. DAFTAR PUSTAKA Amin, Dafiq A. 2012.” Rancangan Geometri Lereng Area IV Pit D_51_1 Di PT. Singlurus Pratama Blok Sungai Merdeka Kutai Kartanegara Kalimantan Timur”. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta Anderson, M.G., Richard K.S., 1987. Slope Stability, Geotechnical Engineering and Geomorphology, John Wiley and Sons. Bowles, Joseph E., Hainim Johan K., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta, Das Bradja M., Endah Noor. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hardiyatmo, Hary Cristady. 2010. Mekanika Tanah 2. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Pangemanan, Violetta GM. 2014. “Analisis Kesetabilan Lereng Kawasan Citraland Manado”. Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Rai, Made Astawa.”Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis dan Metode Grafis”, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang Terbuka, 1993 Wesley, D Laurence. 2010. Mekanika Tanah Untuk Endapan Tanah Dan Residu. Yogyakarta. Penerbit ANDI Yogyakarta.