PROPOSAL PENELITIAN STRUKTUR KOMUNITAS RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PULAU LEMUKUTAN KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN KALIMANTAN BARAT
Disusun oeh: Rika Antonia; H1081151044; 2015
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2 1.4 Urgensi Penelitian ........................................................................ 2 1.5 Temuan dan Kontribusi Terhadap Iptek ...................................... 3 1.6 Luaran yang diharapkan .............................................................. 3 1.7 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3 2.1 Rumput Laut ................................................................................ 3 2.2 Habitat Rumput Laut ................................................................... 3 2.3 Klasifikasi dari Rumput Laut....................................................... 4 2.3.1 Divisi Cyanphyta (alga biru) ................................................ 4 2.3.2 Divisi Chlorophyta (Alga hijau) ........................................... 4 2.3.3 Divisi Euglenophyta ............................................................. 4 2.3.4 Divisi Phyrophyta (alga api) ................................................. 4 2.3.5 Divisi Chrysophyta (alga keemasan) .................................... 4 2.3.6 Divisi Phaeophyta (alga perang)........................................... 4 2.3.7 Divisi Rhodophyta (alga merah)........................................... 4 2.4 Manfaat Rumput Laut ................................................................. BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................... 4 3.1 ...................................................................................................... 4 3.2 ..................................................................................................... 5 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 7
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ...............................................................................................................4
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut ( seaweed) merupakan nama dalam dunia perdagangan internasional untuk jenis - jenis rumput laut. Secar a taksonomi rumput laut (makro alga) termasuk ke dalam divisi Thalophyta (tumbuhan berthallus). Sifat divisi ini primitif artinya badannya sedikit atau tidak terbagi - bagi dalam alat vegetatif (Romimohtarto dan Juwana, 2005). Rumput laut adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini dapat menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut (Kordi, 2011). Rumput terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta (Anggadiredja et al., 2009). Tumbuhan ini memiliki rhizoma, akar, daun, bunga, dan jaringan – jaringan yang dilapisi lignin sebagai penyalur bahan makanan, air dan gas. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Adapun yang membeda-kan dengan tumbuhan di darat adalah pada rumput laut tidak ditemukan adanya stomata (Susetiono, 2004). Ekosistem rumput laut telah dikenal secara luas sebagai ekosistem di perairan dangkal. Oleh karena itu keberadaan rumput laut pada suatu perairan akan mendukung produktivitas perairan itu di dalam menyediakan keragaman, kelimpahan, biomassa dan produksi ikan serta stok biota-biota laut ekonomis lainya seperti teripang dan udang. Keberadaan ekosistem rumput laut berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung di perairan pantai sebagai tempat mencari makan dan persinggahan bagi berbagai tumbuhan serta hewan, Sebagai stabilisator sedimen dan garis pantai, asuhan dan habitat bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata Zieman (Susetiono, 2004). Selain itu, ekosistem rumput laut yang berada pada terumbu karang dan di sekitar area perairan estuari berperan sebagai tempat terkumpulnya nutrien, penyaring nutrien dan pemasukan unsur-unsur zat hara bagi lingkungan perairan di sekitarnya (Susetiono, 2004). Secara ekologis, komunitas ini berperan pada lingkungan sekitar yaitu sebagai tempat asuhan dan perlindungan (nursery grounds), tempat pemijahan (spawning grounds) serta tempat mencari pakan alami bagi ikan jenis tertentu dan hewan herbivora ( feeding grounds). Selain berperan dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan pantai, menyerap bahan polutan serta memproduksi bahan organik dan oksigen untuk organisme akuatik di lingkungan perairan. Secara ekonomis tumbuhan ini dimanfaatkan secara luas baik dalam bentuk raw material (material mentah) seluruh bagian tumbuhan maupun dalam bentuk olahan. Dalam bentuk raw material digunakan sebagai lalapan, sayuran, manisan dan asinan. Dalam bentuk olahan, tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat-obatan, bahan makanan dan bahan penambah dalam berbagai industry misalnya industri makanan, industri minuman, industri bioteknologi, industri tekstil dan lain-lain.
2
Berdasarkan pentingnya peranan rumput laut, maka perlu dilakukan pendataan struktur komunitas rumput laut. Pulau Lemukutan terletak pada 0 042'29" - 0048'57" Lintang Utara (LU) dan 108 040'49" - 108049'20" Bujur Timur (BT). Pulau Lemukutan memiliki karakteristik perairan yang jernih dan ombak besar sehingga tanaman ini dapat hidup dan berkembang biak. Perairan pulau Lemukutan memiliki sebaran rumput laut yang cukup luas dan ekosistem rumput laut yang beragam. Menurut Data Kawasan Konservasi Perairan Pulau Lemukutan Kabupaten Bengkayang (2004), jenis-jenis Rumput laut yang banyak dijumpai di daerah ini adalah jenis Eucheuma sp., Caulerpa sp., Sargassum sp., Padina sp dan Gracilaria sp. Namun belum ada penelitian tentang struktur komunitas rumput laut, berkaitan hal ini diperlukan data yang merujuk kepada pengelolaan rumput laut. Saat ini informasi dan data tentang pengelolaan rumput laut di Pulau Lemukutan masih minim terutama mengenai struktur komunitas rumput laut yang meliputi frekuensi, penutupan dan indeks nilai penting rumput laut di perairan Pulau Lemukutan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaiman mengetahui jenis-jenis rumput laut yang berada di perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 2. Bagaimana mengetahui Frekuensi, Penutupan dan Indeks Nilai Penting (INP) yang terdapat di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 3. Bagaimana mengetahui kondisi umum Kimia-fisika perairan di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari pelaksanaan penelitian ini meliputi: 1. Mengetahui jenis-jenis rumput laut yang berada di perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 2. Mengetahui Frekuensi, Penutupan dan Indeks Nilai Penting (INP) yang terdapat di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 3. Mengetahui kondisi umum Kimia-fisika perairan di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 1.4 Urgensi Penelitian Penggunaan plastik sintesis yang semakin meningkat akan menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan sifat plastik sintesis yang tidak mudah terdegradasi secara alamiah. Selain itu, plastik sintesis dibuat dari bahan bakar fosil yang tidak terbarukan. Oleh karena itu, alternatif lain pengganti plastik perlu dikembangkan, salah satunya bioplastik yang barasal dari bahan terbarukan dan mudah didegradasi. Sifat yang dimiliki oleh bioplastik yang
3
dihasilkan ditentukan oleh sifat bahan-bahan baku yang diperoleh dari alam, yaitu: pati dari buah mangrove api-api A. marina dan selulosa alga merah. 1.5 Temuan dan Kontribusi Terhadap Iptek Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal mengenai struktur komunitas rumput laut di perairan Pulau Lemukutan Kalimantan Barat, khususnya dalam bidang ekologi dan pengolahan rumput laut. Selain itu, berperan penting sebagai sumber data primer yang dapat digunakan sebagai pedoman ilmu dan ekologi dalam pengembangan rumput laut. 1.6 Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan adalah informasi mengenai struktur komunitas rumput laut di perairan Pulau Lemukutan Kalimantan Barat. Penelitian ini juga akan memberikan informasi mengenai jenis-jenis rumput laut yang ada di perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 1.7 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai struktur komunitas, bahan kajian dalam pengelolaan rumput laut di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut termasuk beberapa jenis (species) dari alga atau ganggang, dimana alga ini dikenal sebagai ”vegetasi perintis” (tanaman perintis). Alga mengandung klorofil, karotenoid, dan juga kromatophora (butiran-butiran zat warna), seperti hijau, biru, keemasan, dan lain sebagainya. Alga atau phyton dalam bahasa latin mempunyai nama dan istilah Indonesia yaitu ganggang. Ganggang ini berbeda sekali dengan ganggang (Hydrilla spp). Orang sering keliru dalam penamaan serta pengenalannya, jadi berhati-hatilah dalam mengenali dan memberi nama rumput laut. Di Indonesia sendiri, rumput laut mempunyai bermacam-macam nama, sesuai dengan daerah tempat dia ditemukan. Di pulau Jawa dikenal dengan nama kades, ganggang atau rambu kasang. Di pulau Bali disebut bulung, di pulau Lombok namanya lelusa. Sedang di kepulauan Maluku dikenal dengan nama arien. Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam Divisio Thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada ber macam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler). Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi ataumengandung zat kapur (calcareous), lunak bagaikan tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongeous)
4
dan sebagainya (Soegiarto et al, 1978). Menurut Luning (1990), Indonesia memiliki tidak kurang dari 628 jenis rumput laut dari 8000 jenis rumput laut yang telah di temukan di seluruh indonesia. Keberadaan rumput laut sebagai organisme produsen memberikan sumbangan yang berarti bagikehidupan hewan akuatik terutama organisme - organisme herbivora di perairan laut. Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Sumich, (1992). Kondisi perairan yang mempengaruhi kehidupan rumput laut secara umum di pengaruhi oleh faktor Fisika dan Kimia periaran agar keberlangsungan hidup rumput laut terjaga, kisaran suhu untuk rumput laut antara 27-32 °C, perairan salinitas biasanya berkisar antara 34 - 35 0/00, dan kecepatan arus merupakan pangaruh positif untuk keberlanjutan kehidupan rumput laut. Kecepatan arus yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan rumput laut berkisar antara 0,15 - 0,35 m/detik, Menurut pendapat Soesono (1988) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan. 2.2 Habitat Rumput Laut Habitat atau tempat hidup alga adalah di air, baik itu air ta war, payau, maupun laut, selain itu dapat pula di tanah yang lembab. Umumnya dia hidup sebagai plankton (jasad renik), yang terdiri dari: 1. Zooplankton, plankton yang dapat bergerak sendiri. 2. Phytoplankton, plankton yang tidak dapat bergerak sendiri, sifatnya lebih mendekati sifat tanaman. 3. Benthos, yaitu ganggang atau alga yang hidup di dasar perairan, sedangkan yang hidupnya terapung disebut Neuston Sebagian jenis alga lagi hidupnya menempel pada tumbuhan lain, hewan, karang yang mati, potongan karang, dan substrat keras lainnya, baik yang alami maupun buatan (artificial) yang biasa disebut periphyton. 2.3 Klasifikasi dari Rumput Laut Alga atau ganggang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh divisi, berdasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh alga, yaitu : 2.3.1 Divisi Cyanphyta (alga biru) Tepat hidup dari alga divisi ini umumnya di tempat lembab, air tawar, dan dapat hidup mulai dari suhu 0 o-75o. Beberapa genus (marganya) ada yang hidup bebas, epifit (hidup pada kulit tumbuhan), epizoik (hidup pada kulit hewan), endofit (hidup dalam jaringan tumbuhan), dan menempel pada dasar perairan, juga ada yang bersimbiosis. Susunan tubuhnya ada yang bersel satu (uniseluler), membentuk koloni dan filamen. Alga biru dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan
5
tepung sianofise dan sianofisin (sejenis protein). Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil ”a” dengan karotenoidnya beta (β). 2.3.2 Divisi Chlorophyta (Alga hijau) Divisi Chlorophyta ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu : 1. Chlorophyceae (alga hijau) Tempat hidupnya kelompok alga hijau ini umumnya pada tempat yang lembab, di air tawar, payau, maupun air laut, hidup bebas dan menempel, namun ada juga yang hidup secara epifit, endofit, epizoik, serta bersimbiosis. Susunan tubuhnya ada yang bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (poliseluler), tetapi ada juga di antaranya yang membentuk kolomi dan filamen. Alga dari divisi ini dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan amilum dan lemak. Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil “a” dan “b”, karotenoidnya alfa (α) dan beta (β). Perkembangbiakannya secara sporik, namun ada juga yang gametik. 2. Charophyceae (alga karang) Tempat hidupnya, umumnya di dasar air tawar dan melekat. Susunan tubuhnya bersel tunggal, tetapi ada juga yang bersel banyak (poliseluler). Alga karang ini memiliki persamaan dengan alga hijau. Persamaanya terlet ak pada cadangan makannanya, yaitu amilum dan lemak. Perkembangbiakannya, umumnya secara vegetatip dan gametic. 2.3.3 Divisi Euglenophyta Lingkungan hidupnya di kolom-kolom air tawar yang banyak bahan organik. Hidupnya sering dijumpai sebagai zooplankton dan endozoik. Susunan tubuhnya bersel tunggal dan ada sebagian yang hidupnya berkelompok. Pigmentasinya antara lain klorofil “a” dan “b”, serta karotenoidnya beta (β). Perkembang biakannya secara vegetatif saja, yaitu dengan pembelahan longitudinal. 2.3.4 Divisi Phyrophyta (alga api) Divisi ini hanya mempunyai satu kelas saja, yaitu Dinophyceae (alga yang gerakannya memutar) Tempat hidup alga ini umumnya di air laut, tetapi ada juga beberapa jenisnya yang hidup di air tawar. Tubuhnya umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas Dinophyceae ini antara lain, klorofil “a” dan “c”. Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun gametik. 2.3.5 Divisi Chrysophyta (alga keemasan) Divisi Chrysophyta atau alga keemasan ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebagai berikut : 1.Xanthophyceae
6
Alga ini memiliki warna dominan kekuningan. Tempat hidupnya di air tawar, laut dan juga tanah yang agak lembab, dengan sifat hidupnya ada yang melekat dan ada pula yang bebas. Susunan tubuh dari alga ini adalah sel tunggal, dan ada juga yang membentuk filamen dan tubular. Pigmentasinya antara lain, klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya dapat terjadi seca ra vegetatif, sporik, maupun gametik. 2.Chrysophyceae (alga keemasan) Alga keemasan tempat hidupnya kebanyakan di laut, tetapi ada juga yang hidup di air tawar. Susunan tubuhnya umumnya bersel tunggal (uniseluler), dan ada juga yang membentuk koloni-koloni. Mengandung klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya umumnya secara vegetatif dan sporik. 3.Bacillariophyceae (alga kersik, diatome) Tempat hidup alga kersik atau diatome ini umumnya di air laut, namun ada juga sebagian yang hidup di air tawar dan tanah yang lembab. Susunan tubuhnya, umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas ini antara lain, klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dan gametik 2.3.6 Divisi Phaeophyta (alga perang) Lingkungan hidupnya umumnya di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di muara sungai yang berair payau. Susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat dibedakan antara helaian (lamina), tangkai (stipe), dan pangkal yang bentuknya menyerupai akar (haptera). Pigmentasi yang dimiliki alga perang, antara lain, klorofil ”a” dan ”c”, sedangkan cadangan makanannya berupa Manitol (senyawa alkohol) dan Laminarin (senyawa karbohidrat). Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, sporik, dan gametik. 2.3.7 Divisi Rhodophyta (alga merah) Tempat hidupnya di air laut, mulai dari tepi pantai sampai laut yang agak dalam. Untuk susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (misalnya Porphyridium) dan sering juga membentuk filamen (bengang). Pigmentasi yang dimiliki alga merah antara lain, klorofil ”a” dan “d”. Cadangan makanannya berupa tepung florida. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, yaitu dengan fragmentasi, sporik dan gametik 2.4 Manfaat Rumput Laut Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di negeri Jepang, Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori, kombu, puding atau dalam bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran. Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang cukup tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang terdapat di dalamnya. Di samping digunakan
7
sebagai makanan, rumput laut juga dapat digunakan sebagai penghasil alginat, agaragar, carrageenan, fulceran, pupuk, makanan ternak dan Yodium. Beberapa hasil olahan rumput laut yang bernilai ekonomis yaitu : 1. Alginat, digunakan pada industri farmasi sebagai emulsifier, stabilizer, suspended agent dalam pembuatan tablet, kapsul; 2. kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan cream, lotion, dan salep 3. makanan : sebagai stabilizer, emulsifier, thickener, additive atau bahan tambahan dalam industri tekstil, 4. Agar-agar, banyak digunakan pada industri/bidang : kertas, keramik, fotografi dan lain-lain ; mikrobiological : sebagai cultur media. BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, refraktometer, sechidisk, tali dan botol, GPS, alat tulis, kamera digital dan transek. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, tissue, rumput laut, kantong plastik, kaertas label, buku identifikasi dan alkohol 70%. 3.2 Prosedur Kerja Penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi pati dan selulosa dari alam sebagai bahan baku bioplastik. Pembuatan bioplastik dilakukan dengan penambahan pati dan selulosa dengan plasticizer gliserol. Metode ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik kuat tarik dan persen perpanjangan dari bioplastik yang dihasilkan, serta mengetahui ada tidaknya modifikasi bioplastik akibat penambahan selulosa.
3.2.1 Metode Sampling Pengambilan data dilakukan pada saat surut terendah mengikuti garis transek kuadrat, sebelumnya telah dilakukan survey jelajah untuk menentukan lokasi. Parameter lain yang diamati yaitu suhu, salinitas, derajat keasaman (pH). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, yaitu untuk menguraikan sifat dari suatu fenomena sebagaimana adanya. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran yang jelas tentang suatu gejala, serta menjadi dasar dalam mengambil kebijakan atau penelitian lanjutan (Arikunto, 2006). Pramesti, 2016 Cara pengambilan sampel bersifat Sample Survey Method yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat sebagian kecil populasi tetapi dapat menggambarkan sifat populasi yang diamati. Metode ini merupakan metode yang secara kuantitatif menentukan generalisasi
8
(pengambilan keputusan atau kesimpulan secara umum) dengan keadaan lingkungan alam yang dipelajari (Hadi, 1979). Penentuan stasiun pengamatan digunakan metode systematic sampling , yaitu pengambilan sampel didasarkan dari populasi yang telah diberi nomor unit atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu atau ruang dengan urutan yang seragam (Hadi, 1979). Dalam tahapan ini, digunakan metode petak tunggal yang merupakan salah satu bagian dari metode petak. Metode ini merupakan prosedur yang umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2006). Satu petak contoh dibuat dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran minimum petak contoh dapat ditentukan menggunakan kurva spesies area. Luas minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto, 1994; Kusmana, 1997). Pengambilan sampel rumput laut dilakukan pada daerah pasang surut menggunakan transek dengan jarak antar transek garis 50 meter dan panjangnya 30 meter ke arah laut di setiap stasiun pengamatan. Teknik sampling yang digunakan mengikuti transek garis, kemudian setiap jarak 10 meter dilakukan pengamatan dengan menempatkan transek kuadran berukuran 2×2 meter yang masing-masing subtranseknya berukuran 50×50 cm. Pengamatan dan pengambilansampel di Pantai Krakal dilakukan pada saat pantai mengalami surut terendah . Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu, jika satu koloni dari spesies yang sama dipisahkan oleh satu koloni lainnya maka tiap bagian yang terpisah itu dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di antara koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Kondisi dasar dan kehadiran substrat yang diketemukan di lokasi juga dicatat (English et al ., 1994). Sampel yang diperoleh kemudian diidentifikasi secara morfologi dan anatomi. Pengambilan data parameter lingkungan berupa suhu, salinitas, pH, dan kecerahan yang dilakukan secara insitu setiap transek. Data substrat, predasi dan competitor rumput laut yang ditemukan di setiap transek dicatat sebagai data penunjang (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Pengolahan data dianalisis secara deskriftif, dari semua jenis rumput laut yang di temukan kemudian di identifikasi untuk mengetahui jenis - jenis yang tersebar di perairan Pulau Lemukutan dan menentukan Struktur Komunitas Rumput Laut dengan mencari nilai komposisi jenis, frekuensi, penutupan dan indek nilai penting rumput laut dan pengukuran parameter fisika kimi Perairan. 1. Frekuensi a. Frekuensi jenis (F) Frekuensi jenis (F), yaitu peluang suatu jenis ditemukan dalam titik sampel yang diamati. Frekuensi jenis rumput laut dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007).
9
Fi =
∑
Dimana : Fi = Frekuensi Jenis ke-i Pi = Jumlah petak sampel tempat ditemukan jenis ke-i ΣP = Jumlah total petaksampel yang diamati
b. Frekuensi Relatif (FR) Frekuensi Relatif (FR), yaitu perbandingan antara frekuensi jenis ke-i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis. Frekuensi Relatif rumput laut dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007):
FR =
x100%
Di mana : FR = Frekuensi Relatif Pi = Frekuensi jenis ke-i ΣF = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis 2. Penutupan (Ci) a. Penutupan Jenis (P) Penutupan Jenis yaitu luas area yang ditutupi oleh jenis -i. Penutupan jenis rumput laut dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Fachrul, 2007).
P = ai / A Dimana : P = Luas area yangtertutupi ai = Luas total penutupan ke-i A = Luas total pengambilan sampel b. Penutupan Relatif (PR) Penutupan Relatif yaitu perbandingan antara penutupan individu jenis ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis. Penutupan relatif jenis rumput laut dapat dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007).
PR =
100%
Di mana : PR = Penutupan relative jenis
10
Ci = Luas penutupan jeniske-i Ci = Luas total penutupan seluruh jenis 3. Indeks Nilai Penting (INP) Indeks nilai Penting (INP), digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan jenis rumput laut di dalam satu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut (Fachrul, 2007). Rumus yang digunakanuntuk menghitung INP adalah :
INP = FR + PR Di mana : INP = Indek Nilai Penting FR = Frekuensi Relatif PR = Penutupan Relatif DAFTAR PUSTAKA Amaluddin, 2014. Struktur Komunitas Rumput Laut di Perairan Pulau Matak Kecamatan Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas
Baba, I. Ferdinand F Tilaar, Victor NR Watung. 2012. Struktur Komunitas Dan Biomassa Rumput Laut (Seagrass) di Perairan Desa Tumbak Kecamatan Pusomaen. J Ilmiah Platax I-1: 2302-3589 Fachrul. M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kordi, K.H.G.M. 2011. Ekosistem Lamun (seagrass) : fungsi, potensi, pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta, 191 hal. Luning, K. 1990. Seaweeds, There Environment Biogaphy And Ecophysiology A Willey Interscience Publication. John Wiley and Sons. Canada. . Pramesti, R., AB. Susanto, Wilis A. S., Ali Ridlo, Subagiyo, Yohanes Oktaviaris. 2016. Struktur Komunitas dan Anatomi Rumput Laut di Perairan Teluk Awur, Jepara dan Pantai Krakal, Yogyakarta. J Kelautan Tropis. 19(2):81 – 94. Romimohtarto K dan Juwana. 2005. Biologi Laut . Penerbit Djambatan. Jakarta. Soesono. 1989. Limnology. Direktora tJenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Bogor.
11
Susetiono, 2004. Fauna Padang Lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. 106 hal.