1 Ahmadi, Rohani. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta. Rineka Cipta. 1991: 106
Agustina Manguma. Gambaran Epidemiologi Perilaku Merokok pada Remaja Usia 10-19 Tahun di Kecamatan Tondon Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 (Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin) Makassar. 2007:18
Manguma Loc.sit. hlm.14-15
Manguma Loc.sit.
5 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. 2004: 112.
PROPOSAL
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG RISIKO MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI, KABUPATEN BULUKUMBA
HUDRIANI JAMAL
K111 10 004
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011
JUDUL: PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG RISIKO MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA
Pendahuluan
Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan mengingat bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko utama dari beberapa penyakit kronis yang dapat mengakibatkan kematin (Sirait, 2002). Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya yang dimana lebih mempunyai kemungkinan terkena risiko 2 kali lebih besar dari pada perokok aktif tersebut sehingga akan berdampak pada meningkatnya kasus atau penyakit yang berhubungan dengan rokok. Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tak terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut WHO, tetapi lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan hal tersebut. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker).
Reaksi terhadap perang anti rokok melalui media massa akan membentuk sikap positif untuk berhenti merokok, tetapi sering hanya untuk jangka pendek, dan tingkah merokok akan kambuh lagi. Karena adanya pengaruh lingkungan sekitar.
Konsumsi rokok di Indonesia antara tahun 1992-2000 menurut laporan UNDP (2002) adalah 1.504 batang per orang per tahun. Hal ini menyebabkan konsumsi rata-rata rokok di Indonesia menjadi 189,2 juta batang per tahun. Selain itu, jumlah perokok di Indonesia juga memiliki kecenderungan meningkat utamanya kaum remaja. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan hasil bahwa usia mulai merokok adalah usia antara 15-20 tahun. (Musdalipa, 2003:3)
Sikap sebagian remaja Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, kebutuhan untuk "Gaul", kebutuhan untuk santai atau berbagi alasan lain yang membuat merokok adalah hal biasa.
Oleh karena itu, pemberian informasi kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai kelompok remaja yang biasa dianggap sebagai kelompok yang "Labil" dan gampang meniru perilaku tertentu merupakan suatu hal yang penting dipikirkan dan dipertimbangkan. Hal ini sesuai pendapat yang menyatakan bahwa:
Lingkup persekolahan peserta didik tidak semata belajar dalam artian penumpukan pengetahuan dari kegiatan intruksional. Dalam proses belajar, peserta didik menghadapi situasi-situasi dalam kehidupan pribadinya, dan mereka bergelut pula dengan pergaulan sosialnya. Oleh karena itu, bimbingan dalam lingkup persekolahan sangat diperlukan.
Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap remaja atau siswa SMA dalam hal merokok utamanya pada aspek pencegahan merupakan salah satu hal yang dapat menentukan meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok, dan untuk itu akan dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko merokok.
Berdasarkan latar belakang di atas dan pengalaman selama mengikuti pendidikan di SMA, yakni di SMA Negeri 1 Bontobahari dengan melihat banyaknya siswa yang telah mulai merokok bahkan telah terang-terangan memperlihatkan kepada temannya yang lain, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko merokok pada siswa SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba dalam bentuk karya ilmiah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan siswa SMAN 1 Bontobahari tentang risiko merokok?
Bagaimana gambaran sikap siswa SMAN 1 Bontobahari tentang risiko merokok?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan rumusan masaah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang risiko merikok pada siswa SMA Negeri 1 Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
Untuk mendapatkan gambaran sikap tentang risiko merokok pada siswa SMA Negeri 1 Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
Bagi peneliti menjadi bahan acuan atau referensi untuk mengkaji lebih dalam sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko merokok.
Bagi Siswa, Sebagai informasi dan masukan untuk membantu dirinya dalam mengetahui dan menyikapi risiko merokok agar dapat menghindarinya.
Bagi Mahasiswa, Diharapkan dapat dijadikan bahan pelajaran atau rujukan kedepannya jika sudah terjun kelapangan sebagai seorang penyuluh kesehatan.
Bagi orang tua, sebagai masukan akan pentingnya mengetahui risiko merokok untuk mengembangkan pribadi yang positif pada anak.
II. Kajian Pustaka
Tinjauan Umum tentang Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat pentng untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Menurut Bloom bahwa pengetahuan merupakan bagian dari "cognitif domain" yang secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut:
Knowledge, bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya.
Coinprehension, bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan menerangkan kembalisecara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.
Application, bila seseorang teah mampu menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari satu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain.
Analysis, bila kemampuan seseorang lebih meningkat lagi sehingga ia dapat menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu entuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang lainnya.
Syntesis, bila seeorang di samping mempunyai kemampuan untuk menganalisis, ia pun mampu menyusun kembali ke bentuk semual atau ke bentuk lain.
Evaluation, bila seseorang telah mampu untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajrinya.
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingindiukur dari subyek peneliti atau responden. Ke dalam pengetahuan yang kita inginkan, kita ketahui atau kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.
Mengukur pengetahuan seseorang tentang apa pun, dapat diukur dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas (Musdalipa, 2003:8-9)
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulas atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari meupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmojo, 1993)
Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalh predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakn reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi tehadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. (Musdalipa, 2003:9)
Allport dalam Musdalipa (2003:10), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Tinjauan Umum Merokok
Pengertian Rokok
Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional yang mengandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain tar, nikotin, benzopyrin, metilklorida, aseton, amonia, dan karbon monoksia. Di antara sekian banyak zat berbahaya ini, ada tiga yang paling penting, khususnya dalam hal kanker, yakni tar, nikotin, dan karbon monoksida. (Bustan, 2000)
Pengertian Merokok
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dengan mengingat bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko utama dari beberapa penyakit kronis yang dapa mengakibatkan kematian. (Sirait, 2002)
Perilaku merokok dewasa ini seolah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan rokok yang mengidentikkan perokok dengan kejantanan, kesegaran, dan keperkasaan. Bagi pria, semakin muda usia merokok, makin tumbuh rasa bangga yang besar. Dan ironisnya, bagi kaum wanita, merokok merupakan bagian dari life style modern (Mangoenprasodjo, 2005)
Klasifikasi Perokok
Tipe perokok menurut WHO (Manguma, 2007:13) dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yakni:
Perokok ringan (< 10 batang/hari)
Perokok sedang (10-20 batang/hari) dan
Perokok berat (>20 batang/hari)
Bahan-bahan yang terkandung dalam Rokok
Di antara sekian banyak zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, ada tiga yang paling penting, khususnya dalam hal kanker, yakni tar, nikotin, dan karbon monoksida. (Manguma, 2007: 12)
Tar
Bahasa Indonesianya disebut ter. Zat ini sejenis cairan kental berwarna cokelat atau hitam yang diperoleh dengan cara distilasi sari kayu atau arang. Ter juga dapat diperoleh dari getah tembakau. Ter terdapat daam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia, dan apabila zat-zat tersebut terhisap pada saat merokok akan mengakibatkan kanker paru.
Karbon Monoksida
Merupakan jenis gas yang tidak mempunyai bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun. Oksigen dan karbon monoksida dapat dibawa oleh hemoglobin ke dalam otot-otot dalam seluruh tubuh. Satu molekul hemoglobin dapat membawa 4 molekul oksigen. Apabila hemoglobin dibebani dengan karbon monoksida, maka oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya tubuh kekurangan O2. Oleh karena itu banyak ATP yang dibutuhkan untuk otak dari fungi otot, racun CO akan membuat seseorang mudah capek dan grogi.
Nikotin
Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa perih yang sangat. Nikotin dapat menghalangi kontraksi rasa lapar. Hal inilah yang menyebabkan seorang perokok tidak mudah lapar dan ketika berhenti merokok akan menjadi gemuk karena dia mudah merasakan lapar dan ingin terus makan.
Penyakit yang Timbul Akibat Merokok
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rokok sangat banyak, di antaranya ialah:
Kanker
Penyakit kanker dapat menyerang berbagai macam sel: sel hati, sel kulit, sel jantung, sel darah, sel-sel pada saluran pencernaan seperti lambung dan usus, sel paru-paru dan sebagainya.
Kanker bukanlah penyakit tunggal penyebabnya yang belum ada dan
mungkin tidak akan ada satu penyebab tunggal yang dapat ditunjuk sebagai kuasa kanker. Namun, kebiasaan merokok merupakan ancaman yang serius dan luas bagi penyakit kanker karena merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat.
Penyakit pernapasan
Permukaan paru sangat luas dan hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi. Hal ini menyebabkan paru mudah kemasukan benda asing dan bakteri bersama dengan udara.
Asap rokok merupakan iritan pada saluran pernapasan yang menyebabkan timbulnya reaksi radang dalam sistem pernapasan. Akibat reaksi radang ini akan dikeluarkan zat-zat yang menyebabkan konstriksi saluran napas.
Kardiovaskuler
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1999, dilaporkan bahwa mortalitas penyakit kardivaskuler di Indonesia 12,8% dan berada pada peringkat ketiga. Penyakit kardiovaskuler yang timbul pada usia muda sering berhubungan dengan kebiasaan merokok. Timbulnya Infark Miokard Akut (IMA) berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap. Dan banyak peneliti sepakat bahwa rokok merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
Penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh merokok terhadap kehamilan dapat berupa abortus spontan, kelahiran premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal.
Penyakit Gastrointestinal
Rokok menyebabkan peninggian kejadian ulkus peptikum dan menghambat penyembuhannya karena penurunan aktifitas sfingter esofagus dan pitorus, selain itu rokok menghambat kerja obat antaginis reseptor H2. (Musdalipa, 2003:15-17)
Tinjauan Umum Remaja Merokok
Pengertian Remaja
Mubarok dalam (http://id.shvoong.com diakses pada 20/5/2011) mengemukakan bahwa masa remaja yaitu masa di mana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju fase dewasa. Pada umumnya masa remaja yaitu antara 12-21 tahun. Pada perkembangan manusia, terdapat tuntutan-tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, jika tidak maka akan menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Remaja pun juga seperti itu, jika tuntutan itu tidak dipenuhi, maka akan menimbulkan dampak yang signifikan dalam perkembangannya menuju kedewasaan.
Ciri-ciri khusus pada remaja antara lain :
pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
emosinya tidak stabil.
perkembangan seksual sangat menonjol.
cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat).
terikat erat dengan kelompoknya.
Alasan Remaja Merokok
Menurut Joemana (2004) (online) http://fajarjuliansyah. wordpress.com /2010/02/07 diakses: 20 Mei 2011 mengemukakan bahwa:
Beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive).
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Masa remaja bisa jadi masa di mana individu mengkonsumsi rokok. Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Lebih jauh lagi Data WHO dalam Republika (1988) mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja.
Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi remaja untuk merokok. Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.
Faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991), bahwasanya perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fisik. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang dialaminya. Gejala ini dapat djelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). (http://fajarjuliansyah.wordpress.com/2010/02/07 diakses pada 20/5/2011)
Metodelogi Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini survey dengan pendekatan deskriptif yang dimasukkan untuk memperoleh informasi pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba pada bulan Januari 2012 untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya merokok. SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bontobahari.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
Ruang belajar yang terdiri dari 18 kelas, perpustakaan 1 ruangan, laboratorium 2 ruang, dan kelas komputer 1 ruang.
Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah dan wakilnya, ruang guru, tata usaha, dan ruang tamu.
Ruang penunjang yang terdir dari: gudang, kamar mandi/WC, ruang BP/BK, ruang Ibadah/Mushalla, tempat parkir dan rumah penjaga/pelayan sekolah.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan hal mutlak sebagai sunber data dan informasi penelitian. Sugiyono (2007: 117) mengemukakan "populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya". Hal ini berarti, populasi penelitian meliputi semua obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diteliti guna menjawab permasalahan penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki di SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba pada tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 342 0rang. Adapun gambaran populasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1. Keadaan populasi penelitian siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba.
No
Kelas
Jumlah siswa
Pop. Penelitian
1
XII
183
91
2
XI
229
114
3
X
281
137
Jumlah
693
342
(sumber: tata usaha SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba)
Sampel
Menurut Nana & Ibrahim (2004 : 85) "Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang yang sama dengan populasi". Pertimbangan bahwa populasi penelitian sebanyak 342 orang siswa dipandang besar, maka ditetapkan untuk dilakukan penarikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki Kelas X, XI, dan XII SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba yang terpilih sebagai sampel dan ditarik secara proporsional yaitu berdasarkan metode proportional stratified random sampling sehingga setiap siswa dalam kelas memiliki kesempatan yang sama menjadi sampel penelitian (responden). Besarnya sampel ditetapkan 15% dari populasi 342 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 51 siswa.
Berdasarkan uraian di atas bahwa besarnya sampel penelitian dengan mengacu pendapat berikut :
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih bergantung kemampuan peneliti.
Adapun gambaran sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2. Tabel keadaan sampel penelitian siswa kelas XI SMA Neg. 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba.
No
Kelas
Jumlah Siswa
Sampel penelitian
1
XII
43
17
2
XI
229
17
3
X
43
17
Jumlah
229
51
(sumber: tata usaha SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat dibutuhkan dalam penelitian, sebab dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengumpulan data yang cukup valid.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada
respon untuk dijawabkan. Kuesioner dibuat oleh peneliti yang isinya menyangkut tentang pengetahuan dan sikap tentang risiko merokok kepada subyek penelitian.
Sebelum Angket digunakan untuk penelitian lapangan, angket terlebih dahulu divalidisasi oleh dosen validator Jurusan Kesehatan Masyarakat, kemudian diuji coba di lapangan dan kemudian dilakukan uji validitas dan relibilitas angket penelitian.
Teknik Wawancara
Dalam wawancara ini, peneliti yang melakukan wawancara secara langsung dengan informan penelitian yakni siswa guna mendapatkan informasi yang mendukung mengenai masalah yang akan diteliti. Pedoman wawancara merupakan instrumen dalam pengumpulan data penelitian untuk mengungkap pengetahuan dan sikap tentang risiko rokok pada siswa di SMA Negeri 1 Bontobahari, dengan menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan informan. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2007: 197)
Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari Instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian.
Teknik Pengolahan Data
Data diolah dengan meggunakan program aplikasi komputer dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai dengan penjelasan-penjelasan (narasi).
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskritif.
Teknik analisis data penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis atau menggambarkan data hasil angket berkaitan dengan pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Bontobahari tentang risiko merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A & Rohani, A. 1991. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bustan, N.M. 1993. Epidemiologi Penyakit Menular. Ujungpandang: FKM UNHAS
(http://fajarjuliansyah. wordpress.com/2010/02/07 diakses pada 20 Mei 2011)
Mangoenprasodjo. 2005. Manusia Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing
Manguma, Agustina. 2007. Gambaran Epidemiologi Perilaku Merokok pada Remaja Usia 10-19 Tahun di Kecamatan Tondon Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007. Makassar: FKM UNHAS
Mubarok. Remaja dan Perilaku Merokok (online) (http://id.shvoong.com/medicine-and-health diakses pada 20 Mei 2011)
Musdalipa. 2003. Pengetahuan dan Sikap Siswa SMU tentang Risiko Merokok pada Siswa SMU Negeri Bungoro Kabupaten Pangkep. Makassar: FKM UNHAS
Nana & Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Anggota IKAPI
Notoadmojo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta: Pradipta Publishing
Roan. 1999. Pengaruh Paparan Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan Masyarakat. Jakarta: IAKMI
Sirait et.al . 2002. Perilaku Merokok di Indonesia. Majalah Cemin Dunia Kedokteran Vol. 30 No. 3
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.