1
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
THINK-EXPLAIN-APPLY
(TEA) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA KONSEP HIDROLISIS GARAM (Penelitian kelas pada siswa kelas XI IPA 2 di MAN 2 Kota Bandung)
I.
LATAR BELAKANG
Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang memiliki konsep-konsep yang bersifat kompleks dan abstrak serta berlandaskan eksperimen (Yunita, 2009:7). Sebagaimana dikemukaan oleh Kementrian Pendidikan Kerajaan Inggris, bahwa pembelajaran kimia harus disertai praktikum, namun yang dilakukan adalah demostrasi eksperimen (Yunita, 2009:17). Eksperimen merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan keterampilan-keterampilan proses IPA (Yunita, 2009: 3).
Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa kimia dianggap sebagai subjek abstrak dan sulit untuk dipelajari oleh banyak siswa (Nieswandt, et al. dalam Onder & Geban, 2006:166). Penemuan alasan sulitnya konsep kimia adalah kurangnya pemahaman konsep kimia secara utuh. Padahal tujuan dari pangajaran kimia adalah membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep. Maka dari itu, pentingnya menemukan pembelajaran kimia yang dapat mendukung belajar bermakna (Onder & Geban, 2006:166). Belajar kimia menurut paragdima baru adalah memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk menguasai kimia dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan kimia tersebut. Agar siswa dapat menggunakan pengetahuan kimianya mereka perlu belajar berpikir kimia. Dengan demikian tujuan utama belajar kimia adalah agar siswa memiliki kemampuan k emampuan berpikir berpikir dan bertindak berdasarkan kemampuan kimia yang dimilikinya, atau lebih dikenal sebagai keterampilan generik kimia (Liliasari, dkk. 2007). Menurut Brotosiswoyo (dalam Sunyono, 2009 : 8), Keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagi masalah sains. Keterampilan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi sembilan indikator, yaitu : (1) pengamatan langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) kesadaran tentang skala besaran, (4) bahasa simbolik,
1
2
(5) kerangka logika taat asas, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat, (8) pemodelan matematika, dan (9) membangun konsep. Menurut Johnstone (dalam Jazilah, 2010) salah satu topik yang dianggap sulit bagi siswa dalam pembelajaran kimia adalah hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan konsep yang berdasarkan prinsip sehingga memerlukan penjelasan yang khusus dalam penyampaiannya kepada siswa. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep tersebut, bahkan banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep ini, karena siswa juga harus memiliki pengetahuan prasyarat yang banyak sebelum mempelajari konsep tersebut diantaranya adalah konsep larutan, kesetimbangan kimia, kimia larutan dan persamaan reaksi kimia. Untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan konsep tersebut guru harus mampu menyampaikan konsep dengan baik melalui pendekatan pembelajaran yang dapat memacu motivasi siswa. Berdasarkan studi pendahuluan, siswa kelas XI IPA MAN 2 Kota Bandung mengalami kesulitan dalam memahami konsep hidrolisis garam. Kesulitan tersebut diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan prasyarat dari konsep hidrolisis garam.. Dengan demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dan kesalahan tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dan kesalahan dalam konsep hidrolisis garam adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA). Pendekatan pembelajaran TEA ini adalah sebuah pendekatan pembelajaran dalam kegiatan praktikum di laboratorium yang menekankan pada proses Think (berpikir), Expla Explain in (menjelaskan) dan Apply Apply (pengaplikasian) (Öztürk at.al .,., 2008:132). Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis memberikan judul penelitian ³Penerapan Pendekatan Pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA) Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Pada Konsep Hidrolisis Garam´. II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai s ebagai berikut : Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan dalam penelitian inis adalah :
2
(5) kerangka logika taat asas, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat, (8) pemodelan matematika, dan (9) membangun konsep. Menurut Johnstone (dalam Jazilah, 2010) salah satu topik yang dianggap sulit bagi siswa dalam pembelajaran kimia adalah hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan konsep yang berdasarkan prinsip sehingga memerlukan penjelasan yang khusus dalam penyampaiannya kepada siswa. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep tersebut, bahkan banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep ini, karena siswa juga harus memiliki pengetahuan prasyarat yang banyak sebelum mempelajari konsep tersebut diantaranya adalah konsep larutan, kesetimbangan kimia, kimia larutan dan persamaan reaksi kimia. Untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan konsep tersebut guru harus mampu menyampaikan konsep dengan baik melalui pendekatan pembelajaran yang dapat memacu motivasi siswa. Berdasarkan studi pendahuluan, siswa kelas XI IPA MAN 2 Kota Bandung mengalami kesulitan dalam memahami konsep hidrolisis garam. Kesulitan tersebut diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan prasyarat dari konsep hidrolisis garam.. Dengan demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dan kesalahan tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dan kesalahan dalam konsep hidrolisis garam adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA). Pendekatan pembelajaran TEA ini adalah sebuah pendekatan pembelajaran dalam kegiatan praktikum di laboratorium yang menekankan pada proses Think (berpikir), Expla Explain in (menjelaskan) dan Apply Apply (pengaplikasian) (Öztürk at.al .,., 2008:132). Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis memberikan judul penelitian ³Penerapan Pendekatan Pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA) Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Pada Konsep Hidrolisis Garam´. II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai s ebagai berikut : Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan dalam penelitian inis adalah :
3
1. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA) untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA pada konsep hidrolisis garam di MAN 2 Kota Bandung ? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA melalui pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA) pada konsep hidrolisis garam di MAN 2 Kota Bandung ? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA melalui penerapan pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explainin Apply Apply (TEA) pada konsep hidrolisim garam di MAN 2 Kota Bandung ?
III. TUJUAN PENELITIAN
Berdasakan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh informasi tentang penerapan pendekatan pembelajaran Think Expla Explain-App in-Apply ly (TEA) untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas
XI IPA pada konsep hidrolisis garam di MAN 2 Kota Bandung. 2. Mengetahui peningkatan keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA melalui pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explain-App in-Apply ly (TEA) pada konsep hidrolisis garam di MAN 2 Kota Bandung. 3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA melalui penerapan pendekatan pembelajaran Think-Expla Think-Explainin Apply Apply (TEA) pada konsep hidrolisim garam di MAN 2 Kota Bandung
IV. MANFAAT PENELITIAN
Setiap penelitian memiliki kesamaan tujuan yang besar yaitu peningkatan potensi setiap individu yang terkait dalam pembelajaran. Adapun manfaat penelitian ini diantaranya adalah : 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari kimia yang dipandang sulit dan membosankan.
4
b. Penerapan pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) dapat meningkatkan keterampilan generik sains terutama pada konsep hidrolisis garam. 2. Bagi Guru a. Memberikan informasi mengenai peningkatan keterampilan generik sains dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Think-Expalin-Apply (TEA). b. Hasil analisis keterampilan generik sains pada konsep hidrolisis garam dapat memberikan gambaran mengenai pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif inovasi pendekatan pembelajaran di sekolah. 3. Bagi Peneliti a. Dapat menyelidiki cara peningkatan keterampilan generik sains melalui pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) yang dapat diterapkan pada konsep hidrolisis garam. b. Penerapan pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) merupakan pengalaman berharga, diharapkan pembelajaran ini dapat dikembangkan di masa datang pada pokok bahasan kimia dan mata pelajaran yang lain.
5
V. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat pada bagan atau skema berikut ini! Bagan 1.1. kerangka pemikiran
Analisis kurikulum KTSP dan silabus
Konsep hidrolisis garam
Sosialisasi pendekatan pembelajaran Think-ExplainApply (TEA)
Keterampilan sains:
generik
1. Membangun konsep 2. Pengamatan tak langsung. 3. Pengamatan langsung. 4. Pemodelan matematika. 5. Bahasa simbolik. 6. Sebab akibat.
Proses pembelaran dengan pendekatan Think-ExplainApply (TEA)
Post tes
1. Sifat larutan garam 2. Konsep hidrolisis 3. Menghitung pH larutan garam
Pr e tes
1. Think (berpikir) 2. Explain (menjelaskan) 3. Apply (mengaplikasikan)
6
VI. TINJAUAN PUSTAKA 1. Keterampilan Generik Sains a. Keterampilan generik
Keterampilan generik adalah suatu keterampilan yang berkaitan dengan sikap ilmiah. Keterampilan generik merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah IPA. Dalam suatu kegiatan ilmiah, misalnya kegiatan memahami konsep, terdiri dari beberapa keterampilan generik. Kegiatan ± kegiatan ilmiah yang berbeda dapat mengandung keterampilan-keterampilan generik yang sama. Sebagaimana definisi keterampilan generik sains diungkapkan paquette, 2007 (dalam Pertiwi, sinta dewi, 2009 : 18) bahwa: ³ A
gener ic skill i s a proce ss t hat can be a ppl ied t o knowledge in mor e t han one a ppl icat ion d omain, f or e xam ple t o per ceive , memor ize , a ssimilate , analy ze , s ynt he size , or evaluate knowledge item. A gener ic skill i s de scr ibed by an act ion ver b , somet ime s wit h per f or mance ind icat or such a s ³in new situat ion´ or ³ wit hout hel p´ t hat ser ve t o mi stak e t he skill mor e s pe si f ic, while r emainin g inde pendent f rom an y a ppl icat ion d omain´.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa : keterampilan generik merupakan suatu kompetensi ilmiah yang didalamnya terdapat berbagai keterampilan sains seperti kemampuan logika dan kemampuan menganalis suatu alasan yang dapat diterapkan dalam berbagai domain (dalam Pertiwi, sinta dewi, 2009 : 18). b.
Indikator-Indikator Keterampilan Generik Sains
Menurut Brotosiswoyo (dalam Sunyono, 2009 : 8) keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains. Ciri dari pembelajaran sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik sains kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taatasas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9)
7
membangun konsep. Berikut penjelsan mengenai masing-masing indikator keterampilan generik sains : 1) Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung adalah mengamati objek secara langsung dengan menggunakan alat indera. Sebagai contoh, indera penglihatan ketika kita menimbang gula pasir pada timbangan. Contoh lain, indera peraba, saat kita mencelupkan tangan ke dalam air yang dingin kemudian masukkan kembali tangan dalam air lain yang lebih hangat, maka terasa perbedaan antara keduanya. Contoh indera pendengaran, misalnya ketika mendengar sirine mobil yang mendekat terdengar suara sirine akan semakin kuat. Contoh indera pengecap, saat kita membedakan rasa gula yang manis dan rasa garam yang asin. Contoh indera penciuman, misalnya saat kita naik gunung berapi yang masih aktif, di dekat kawahnya akan tercium bau belerang yang sangat kuat. Aspek pendidikan yang dapat muncul dari pengamatan adalah kesadaran akan batas-batas ketelitian yang dapat diwujudkan dan sikap jujur terhadap hasil pengamatan. Baik indera kita maupun alat bantu yang kita gunakan dalam pengamatan mengandung keterbatasan, dan itulah sebabnya kita mengenal ³teori ketidakpastian´ dalam pengukuran (dalam Taufiq, 2009 : 25) 2) Pengamatan Tak Langsung
Pengamatan tak langsung adalah pengamatan yang menggunakan alat bantu karena keterbatasan alat indera kita (dalam Taufiq, 2009 : 25). Dalam melakukan pengamatan langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia, seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu seperti amperemeter, indikator dan lainlain. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung (dalam ikhsanudin, 2007 : 18). 3)
Kesadaran Akan Skala Besaran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dipelajarinya. Dengan demikian, ia dapat membayangkan bahwa yang
8
dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. Ukuran jumlah juga sangat mencengangkan, misalnya penduduk dunia lebih dari 5 milyar, maka jumlah molekul dalam 1 mol zat mencapai 6,02 X 1023 buah (dalam ikhsanudin, 2007 : 18). 4)
Bahasa Simbolik
Banyak perilaku alam yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa komunikasi sehari-hari, khususnya perilaku yang bersifat kuantitatif. Sifat kuantitatif tersebut menyebabkan adanya keperluan untuk menggunakan bahasa yang kuantitaif (bahasa komunikasi) juga (dalam Taufiq, 2009 : 26). Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, resonansi dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut (dalam ikhsanudin, 2007 : 19). 5)
Kerangka Logika Taat Asas
Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Misalnya keganjilan antara hukum mekanika Newton dan elektrodinamika Maxwell, yang akhirnya dibuat taat asas dengan lahirnya teori relativitas Einstein (dalam ikhsanudin, 2007 : 19). 6)
Inferensi Logika
Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensi logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sa ins. Misalnya, titik nol derajat kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu benar (dalam ikhsanudin, 2007 : 19). 7)
Hukum Sebab Akibat
angkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati
R
diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hubungan sebab akibat (dalam ikhsanudin, 2007 : 19).
9
8)
Pemodelan Matematika
Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematika agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan fenomena alam (dalam ikhsanudin, 2007 : 20). 9)
Memb angun konsep
Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Jadi, belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebi h lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterterapannya (dalam ikhsanudin, 2007 : 19). Adapun sub indikator dari keterampilan generik sains menurut Hartono dalam disertasinya yang berjudul ³ P embelajar an F i sik a M oder n Bag i Maha si swa Cal on Gur u´ (dalam Pertiwi, sinta dewi, 2009 :
23) dijelaskan dalam tabel berikut
ini ! Tabel 1.1 Sub Indikator Keterampilan Generik Sains
Keterampilan generik sains Pengamatan langsung
Sub keterampilan generik sains a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Mengumpulkan fakta-fakta c. Mencari perbedaan dan persamaan
Pengamatan tidak langsung a. Menggunakan alat ukur tak langsung b. Mengumpulkan fakta c. Mencari perbedaan dan persamaan Kesadaran
akan
skala a. Menyadari ukuran objek-objek alam.
besaran Bahasa simbolik
a. Menggunakan aturan matematika untuk menjelaskan masalah. b. Menggunakan aturan matematika untuk memecahkan masalah.
Kerangka logika taat azas
a. Mencari hubungan logis antara dua aturan.
Inferensi logika
a. Memahami aturan-aturan
10
b. Berargumentasi
berdasarkan
aturan-
aturan. c. Menyelesaikan masalah berdasar aturanaturan. d. Menarik kesimpulan berdasarkan aturan. Sebab akibat
a. Menghubungkan dua atau lebih variabel.
Pemodelan matematika
a. Mengungkapkan fenomena atau masalah dalam bentuk sketsa gambar atau grafik. b. Mengungkapkan fenomena dalam bentuk rumusan. c. Mengajukan
alternatif
penyelesaian
masalah. Membangun konsep
a. Menambah konsep baru (dalam Pertiwi, sinta dewi, 2009 : 23)
Liliasari dkk (dalam Sunyono, 2009 : 11) mengemukakan bahwa untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep- konsep sains yang ingin dipelajari. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara jenis konsep-konsep sains dengan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 1.2 Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains
Keterampilan generik sains Pengamatan langsung
Jenis konsep Konsep konkrit
Pengamatan langsung/ tak langsung, Konsep membangun konsep
abstrak
dengan contoh konkrit
Pengamatan tak langsung, inferensi Konsep abstrak logika Kerangka logika taat azas, hukum sebab Konsep berdasarkan akibat, inferensi logika
prinsip
Bahasa simbolik, pemodelan matematik
Konsep
yang
menyatakan simbol
11
Pengamatan langsung/ tak langsung, Konsep
yang
hukum sebab akibat, kerangka logika taat menyatakan proses azas, inferensi logika Pengamatan langsung/ tak langsung, Konsep
yang
hukum sebab akibat, kerangka logika taat menyatakan sifat azas, inferensi logika (Sunyono, 2009 : 11) Brotosiswoyo (dalam Sunyono 2009 : 15-16) mengemukakan indikator kemampuan generik untuk pengamatan langsung dan membangun konsep dapat diaplikasikan dengan praktikum di laboratorium dengan menggunakan kemampuan ±kemampuan generik sains diantaranya Mengidentifikasi objek dan fenomena, Menghubungkan objek dan fenomena dengan prinsip / teori yang berlaku, Menentukan objek dan fenomena yang harus diamati / diukur, Mengidentifikasi alat dan bahan, Menyusun desain percobaan, Mengamati / mengukur fenomena melalui praktikum, Membuat data pengamatan dalam suatu format, Mendemonstrasikan kembali percobaan yang telah dilakukan, Menjelaskan fenomena pada percobaan, Menyimpulkan hasil percobaan. Berikut ini manfaat penggunaan generik dalam pembelajaran sains IPA (dalam sunyono, 2009 : 14), yaitu : a) Kompetensi generik membantu guru mengetahui apa yang harus ditingkatkan pada siswa dan membelajarkan siswa dalam belajar cara belajar. b) Pembelajaran dengan memperhatikan kompetensi generik pada siswa, setiap siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri dan guru dapat mengatur kecepatan pembelajarannya untuk setiap siswa. c) Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena kompetensi generiknya lemah, sehingga dengan keterampilan generik ini miskonsepsi pada siswa dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. 2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA)
Pendekatan
pembelajaran
Think-Explain-Apply
(TEA)
di
dalam
laboratorium merupakan suatu pendekatan pembelajaran aktif di dalam laborarium
yang
menekankan
pentingnya
mengaplikasikannya (Öztürk at.al ., 2008 : 132).
berpikir,
menjelaskan
dan
12
Belajar aktif dapat didefinisikan sebagai siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran memberikan kontrol yang luar biasa kepada para siswa selama belajar. Sebagai pembelajaran aktif, sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh siswa. Mereka menggunakan otak mereka, mereka berpikir, mereka memecahkan masalah dan mereka menerapkan apa yang telah mereka pelajari Öztürk at.al ., 2008 : 132). Penemuan pendekatan pembelajaran TEA ini dilatarabelakangi oleh pernyataan Confius hampir 2400 tahun yang lalu. Beliau menyatakan,
³I
f or get
what I have hear d. I r emember what I have seen. I understand what I have d one´.
Jika diterjemahkan dapat diambil kesimpulan jika seseorang akan mudah melupakan apa yang telah dia dengar, seseorang akan mengingat apa yang telah dia dengar dan lihat, dan seseorang akan mengerti apa yang dipelajari jika mendengar, melihat dan melakukannya atau mengaplikasikannya. Dalam pelaksanaanya, pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) meliputi 3 tahapan yaitu : Think (Berpikir), Explain (menjelaskan) dan Apply (Aplikasi). Pendekatan Pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) ini dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan generik sains. Jadi, setiap tahapannya ditujukan untuk meningkatkan indikator-indikator keterampilan generik sains. a. Think Pada tahap ini siswa dituntut untuk berpikir dengan cara diberikan wacana berupa fakta-fakta yang disertai dengan kasus atau permasalahan. Selanjutnya, siswa harus dapat mengungkapkan fakta-fakta dari wacana tersebut dan dapat memecahkan kasus atau permasalahannya. b. Explain Explain
berati menjelaskan. Penjelasan yang dimaksud adalah meminta siswa
untuk menjelaskan fakta-fakta secara mikroskopis. Ini merupakan kelanjutan dari tahap t hink dimana siswa diminta mengungkapkan fakta-fakta kemudian pada tahap e xplain ini siswa diminta menjelaskan fakta-fakta tersebut secara mikroskopis.
13
c. Apply Pada tahap ini, siswa merancang praktikum berdasarkan fakta-fakta yang telah diungkapkan pada tahap t hink dan dijelaskan secara mikroskopis pada tahap e xplain. Penjabaran dari tahap a pply :
1) Melakukan praktikum 2) Mengamati apa yang terjadi dengan sistem indra 3) Menjelaskan apa yang diamati 4) Meminta siswa untuk menuliskan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan. 3.
Konsep Hidrolisis Garam
Garam ialah senyawa ionik yang terbentuk oleh reaksi antara asam dan basa. Garam ialah elektrolit kuat yang terurai sempurna dalam air. Istilah hidrolisis garam
menjelaskan reaksi anion atau kation suatu garam, atau
keduanya dengan air ( R aymond Chang, 2005 : 116). Menurut Keenan (1995: 414) Larutan dari garam-garam dapat bersifat asam, basa atau netral. Suatu larutan garam bersifat asam jika dapat memerahkan lakmus biru sedangkan suatu larutan garam bersifat basa jika dapat membirukan lakmus merah. Dan larutan garam bersifat netral jika tak mempunyai pengaruh pada lakmus. Mengapa larutan garam dapat bersifat netral, asam atau basa?, Hal ini karena garam terdiri kation (ion positif) dan anion (iom negatif). Kation dan anion dari garam ini ada yang dapat bereaksi dengan air dan ada yang tidak dapat bereaksi dengan air atau yang disebut dengan hidrolisis garam. Kation dan anion yang bagaimanakah yang dapat mengalami hidrolisis?. Seperti sudah kita ketahui, garam dibentuk dari reaksi asam dan basa (penggaraman). Asam dan basa itu merupakan larutan elektrolit. Kation dan anion yang berasal dari elektrolit kuat tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis). Sementara itu, yang berasal dari elektrolit lemah dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis). Seperti contoh larutan NH 4Cl. Garam NH4Cl dalam larutan air akan terionisasi menjadi ion NH 4+ dan ion Cl -. H2O(l)
NH4Cl( s)
NH4+( aq ) + Cl-( aq )
14
NH4+( aq ) + H2O( l )
NH3( aq ) + H3O+(aq) (terhidrolis bersifat asam)
Cl-( aq ) + H2O(l) Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Hidrolisis merupakan reaksi penguraian garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Hidrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam-basa Bronsted-Lowry. Komponen dari asam atau basa lemah merupakan asam atau basa konjugasi yang relatif kuat bereaksi dengan air. Hidrolisis yang menghasilkan OH - bersifat basa, sedangkan hidrolisis yang menghasilkan H3O+ bersifat asam (Wahyuni, 2004: 263). a. Macam-macam Garam dalam Reaksi H idrolisis
1) Garam dari asam kuat dan basa kuat Pada umumnya bahwa garam yang mengandung ion logam alkali atau ion logam alkali tanah (kecuali Be 2+) dan basa konjugat suatu asam kuat (misalnya Cl, Br - dan NO3-) tidak mengalami hidrolisis dalam jumlah banyak, dan larutannya dianggap netral. Misalnya NaNO3, suatu garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH dengan HNO3 larut dalam air, garam ini terurai sempurna menjadi : H2O(l)
Na+( aq ) + NO3-( aq )
NaNO3( s)
Ion Na + terhidrasi tidak memberikan pun tidak juga menerima ion H +. Ion NO3- adalah basa konjugat dari asam kuat dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+. Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na + dan NO3- akan netral dengan pH 7 (Dalam R aymond Chang, 2005 : 116). Contoh pada NaCl akan terionisasi: H2O(l)
NaCl(aq)
Na+(aq) + Cl-(aq)
Na+(aq) + H2O(l )
(tidak bereaksi)
Cl-(aq) + H2O(l )
(tidak bereaksi)
Jadi, NaCl tidak mengubah perbandingan konsentrasi H + dan OH- dalam air maka larutan NaCl bersifat netral. 2) Garam dari asam lemah dan basa kuat Garam dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial atau sebagian dalam air. Contohnya adalah penguraian CH 3COONa dalam air menghasilkan :
15
Na+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq) Na+(aq) + H2O CH3COO-(aq) + H2O
CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Ion Na+ berasal dari basa kuat (NaOH), sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis). Ion CH 3COO- berasal dari asam lemah (CH 3COOH), sehingga bereaksi dengan air. Jadi, CH 3COONa terhidrolisis parsial yaitu hidrolisis anion. Hidrolisis ini menghasilkan ion OH -, maka larutan bersifat basa (pH > 7). Konstanta kesetimbangan untuk reaksi reaksi hidrolisis ini adalah persamaan konstanta ionisasi basa untuk CH 3COO-, sehingga dituliskan :
K h =
K h =
atau
K a =
pOH = - log
pH = 14 ± pOH
3) Garam dari asam kuat dan basa lemah Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial atau sebagian dalam air. Contoh: NH 4Cl H2O(l)
NH4Cl(aq)
NH4+(aq) + Cl-(aq)
Ion Cl- tidak mempunyai afinitas untuk ion H+. Ion ammonium NH 4+ adalah asam konjugat lemah dari basa lemah NH 3 dan terionisasi sebagai : NH4+(aq) + H2O(aq)
NH3(aq) + H3O+(aq)
16
Cl-(aq) + H2O(aq)
(tidak bereaksi)
Ion NH4+ berasal dari basa lemah (NH 3), sehingga bereaksi dengan air. Ion Cl berasal dari asam kuat (HCl), sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis). Jadi, NH4Cl terhidrolisis parsial yaitu hidrolisis kation. Hidrolisis ini menghasilkan ion H3O+, maka larutan bersifat asam (pH < 7). Konstanta kesetimbangannya adalah :
K h =
=
pH = - log
dengan, K a = tetapan ionisasi asam lemah K b
= tetapan ionisasi basa lemah
K w = tetapan kesetimbangan air
M = konsentrasi komponen garam yang terhidrolisis dalam molar 4) Garam dari asam lemah dan basa lemah Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total dalam air. Contohnya pada (NH 4)2CO3 akan terionisasi, (NH4)2CO3(aq)
2NH4+(aq) +
NH4+ dari basa lemah : NH 4OH
o
o
dari asam lemah
(aq)
: H2CO3
eaksi hidrolisis yang terjadi adalah :
R
NH4+(aq) + H2O(l )
(aq) + 2H2 O(l )
NH3(aq) + H3O+(aq) H2CO3(aq) + OH-(aq)
Untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, baik kation
dan anionnya terhidrolisis. Namun, apakah larutan yang mengandung garam
17
seperti itu bersifat asam, basa, atau netral bergantung pada kekuatan relatif asam lemah dan basa lemah tersebut. Karena matematika yang berhubungan dengan jenis sistem ini agak rumit, hanya prediksi-prediksi kualitatif saja yang dibuat tentang larutannya. Sifat larutan tergantung pada harga K a dan K b. o
K a > K b. Jika K a kation lebih besar daripada K b anion, larutan akan merupakan larutan asam karena hidrolisis kation akan lebih banyak dibandingkan hidrolisis anion.
o
K a < K b. K a kation lebih kecil daripada K b anion, maka larutan haruslah larutan basa karena anion akan terhidrolisis jauh lebih banyak daripada kation. Pada kesetimbangan, akan lebih banyak ion OH- dibandingkan ion H+.
o
K a = K b. Jika K a kira-kira sama dengan K b, larutan akan netral.
Penentuan pH yang tepat dengan penghitungan yang dikaitkan dengan harga K a dan K b sukar dilakukan. (Wahyuni, 2004: 263 ± 265) VII.METODOLOGI PENELITIAN 1.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas guna untuk mendapatkan data mentah sebagai hasil dari perlakuan yang diberikan. Penelitian kelas ini dilakukan misalnya untuk efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian siswa dan lain sebagainya (Arikunto, 2002: 85). 2.
Sub jek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Kota Bandung kelas IPA dengan subjek penelitian berjumlah 42 orang siswa dan dibagi menjadi 8 kelompok. Penentuan lokasi ini berdasarkan pada observasi yang menyatakan bahwa di sekolah ini belum pernah menggunakan pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA) untuk meningkatkan keterampilan generik sains pada konsep hidrolisis garam.
18
Pengelompokan ini bedasarkan pengkategorian yang dilakukan setelah melakukan perhitungan skor rata-rata kelas dan standar deviasi, dengan rumus sebagai berikut: !
X
§ X N
Keterangan : X
= R ata-rata nilai
N = Jumlah siswa SD
2 § X !
N
¨ § X ¸ ¹ © © N ¹ ª º
2
(Arikunto, 1995: 271) Keterangan : = Standar Deviasi
SD
§ X = Kuadrat skor total 2
N
= Jumlah siswa Data hasil yang telah dihitung, kemudian dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu: a. Kelompok atas, terdiri dari semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ke atas. b. Kelompok sedang, terdiri dari semua siswa yang mempunyai skor antara í1SD + 1SD. c. Kelompok bawah, terdiri dari semua siswa yang mempunyai skor í1SD dan kurang dari itu.
19
3.
Prosedur Penelitian
Analisis Kuriulum KTSP dan kegiatan pembelajaran pada konssep-konsep
analisis konsep
Analisis Jurnal Penelitian yang R elevan
Permasalahan
Penentuan judul, tujuan, dan manfaat Pembuatan dan penyusunan instrument Validasi instrument
y
y
y
Uji coba soal y y
Pelaksanaan instrument
y
Peta konsep & analisis konsep. Deskripsi pembelajaran. Kisi-kisi soal pr e tes ± post tes Soal pre ± post test LKS Angket
Pr e-tes
Peningkatan keterampilan generik sains melalui pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA)
Post -tes
Angket Data Pengumpulan data Pengolahan data dan analisis data Kesimpulan
Observasi
20
4.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Penggunaan instrumen yang tepat akan mempengaruhi data yang diperoleh agar sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Pada tahap penyusunan instrumen ini diperlukan perangkat pembelajaran yang terdiri atas satuan pelajaran dan alat ukur prestasi belajar (tes) dalam penelitian ini digunakan diantaranya : a. Deskripsi Pembelajaran dengan pendekatan Think-Explain-Apply (TEA) Deskripsi pembelajaran pada konsep hidrolisis garam dengan menggunakan pendekatan Think-Explain-Apply (TEA) digunakan oleh guru sebagai pedoman alur mengajar selama pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya TEA adalah: (1) Think (berpikir); (2) Explain (menjelaskan) (3) Apply (pengapkiasian melalui praktikum). b. Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran dengan pendekatan Think-Explain-Apply (TEA). Data observasi diperoleh melalui pengamatan langsung dan dokumentasi. Hasil observasi kemudian di deskripsikan menjadi sebuah rangkaian pembelajaran. c. Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa (LKS) dengan menggunakan pembelajaran sebagai alat pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membangun pengetahuannya pada saat pembelajaran dengan bekerja kelompok dan untuk melihat kemampuan siswa dalam menentukan materi yang sedang dipelajari. Lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran ini digunakan Lembar kerja siswa pada tahap Think , Explain, dan Apply. d. Kriteria penskoran langkah-langkah pembelajaran pendekatan Think-Explain Apply (TEA)
Kriteria penskoran merupakan lembar penilaian yang digunakan untuk menentukan skor dari setiap tahapan pendekatan Think-Explain-Apply (TEA)
21
e. Tes Tertulis Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (suharsimi arikunto, 2006 :151). Tes yang diberikan adalah Lembar kerja Pre-Post Test terdiri atas soal-soal test konsep hidrolis garam yang diberikan sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan Think-Explain-Apply (TEA). f. Angket Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau lah lain (Suharsimi arikunto, 2006 : 151). Angket yang digunakan merupakan pertanyaan skala l ik er t yang terdiri dari satu daftar pertanyaan yang terdiri atas tingkatan-tingakatan. Angket skala likert ini merupakan pertanyaan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap. 5.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan yang diperoleh dari angket dan observasi. Sedangkan data kuantitatif adalah data berbentuk bilangan yang diperoleh dari hasil tes (pretes dan postes). Secara umum prosedur pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap persiapan Pada tahap ini dilakukan segala persiapan sebelum penelitian dilaksanakan. Persiapan ini berupa mengurus surat-surat izin penelitian dan segala surat yang berhubungan dengan penelitian, penyususnan instrumen penelitian, menentukan metode dan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Tes awal berupa pr e tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. 2) Pelaksanaan pembelajaran, yaitu penerapan pendekatan pembelajaran Think Explain-Apply (TEA).
22
3) Tes akhir, yang dilakukan setelah pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan pembelajara TEA membantu siswa memahami suatu konsep. 4) Penyebaran angket, dilakukan diakhir pertemuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran TEA . c. Tahap akhir Tahap ini merupakan tahap pengolahan data-data yang diperoleh dari testes dan angket. Kemudian, dibuat suatu kesimpulan. 6.
Teknik pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang dimaksud adalah untuk mengolah data mentah atau hasil penelitian sesuai dengan jenis data matang yang siap ditafsirkan. Analisis dilakukan terhadap hasil observasi, LKS dan hasil tes pembelajaran a. Tes Tertulis
Data yang diperoleh dari tes tertulis merupakan data hasil penguasaan konsep siswa pada konsep hidrolisis garam. Analisis data dilakukan dengan langkahlangkah berikut: 1) Menentukan kunci jawaban soal 2) Memberikan skor setiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban yang telah disiapkan sebelumnya. 3) Mengubah skor menjadi nilai dengan skala 100, menggunakan rumus sebagai berikut: X =
x 100
Keterangan: X
= Nilai
= Jumlah skor LKS
N
= Jumlah skor total LKS
4) Mengidentifikasi nilai siswa pada masing-masing kelompok (tinggi, sedang, atau rendah) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menghitung mean (rata-rata) nilai yang diperoleh siswa dengan rumus:
X =
23
Keterangan: X
= Nilai rata-rata
= Jumlah nilai total
n
= Jumlah siswa
b) Menentukan standar deviasi dengan rumus:
Keterangan:
= Standar deviasi
= Tiap niali dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi jumlah siswa = Semua skor dijumlahkan, dibagi N lalu dikuadratkan c) Ketentuan batas kelompok 1) Kelompok atas, semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor ratarata plus standar deviasi keatas. 2) Kelompok sedang, semua siswa yang mempunyai skor antara -1SD dan +1SD. 3) Kelompok kurang, semua siswa yang mempunyai skor -1SD dan yang kurang dari itu. (Arikunto, 2008 : 264) d) Mengolah data berdasarkan prestasi. e) Menjumlahkan dan merata-ratakan skor tiap indikator. f) Menafsirkan presentasi nilai yang diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 1.3 Klasifikasi Interpretasi R ata-rata
Nilai
Predikat
80 ± 100
Sangat baik
70 ± 79
Baik
60 ± 69
Cukup
24
50 ± 59
Kurang baik
0 ± 49
Gagal (Arikunto, 2008)
b.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Data yang telah diperoleh dari LKS menggambarkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan dengan bekerja kelompok dan keterampilan kerja dalam melakukan praktikum pada konsep hidrolisis garam. Maka dilakukan analisis data dengan langkah-langkah berikut:
1) Mengidentifikasi LKS yang telah diisi 2) Menyesuaikan jawaban LKS dengan kunci
jawaban yang telah dibuat
sebelumnya, kemudian memberi skor tiap jawaban. 3) Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap kelompok. 4) Mengubah skor menjadi nilai dengan skala 100, menggunakan rumus sebagai berikut:
= Nilai = Skor mentah yang diperoleh = Skor maksimum yang ideal dari tes yang bersangkutan = Bilangan tetap
5) Mendeskripsikan hasil penelitian LKS berdasarkan kelompok belajar. 6) Merata-ratakan skor LKS pada tiap kelompok. Mean = X 100 Keterangan : Mean
= R ata-rata
= Jumlah skor LKS
N
= Jumlah skor total LKS
25
7) Mengelompokkan siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah. 8) Menafsirkan hasil penilaian yang diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 1.4 Predikat Pencapaian Nilai LKS Nilai
Predikat
80 ± 100
Sangat baik
66 ± 79
Baik
56 ± 65
Cukup
40 ± 55
Kurang
30 ± 39
Gagal (Suharsimi Arikunto, 2007 : 245)
9) Mendeskripisikan hasil penilaian LKS berdasarkan kelompok belajar. c.
Kriteria penskoran pendekatan pembelajaran Think-Explain-Apply (TEA)
Penilaian yang dilakukan melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penskoran siswa menurut ketentuan. 2) Menghitung skor tiap tahapan TEA 3) Menghitung jumlah kelompok yang menjawab tiap tahapan TEA dengan tepat. 4) Menjumlahkan skor seluruh kelompok untuk tiap tahapan TEA. 5) Menghitung rata-rata skor seluruh kelompok untuk setiap tahapan TEA dengan menggunakan rumus :
ata ± rata =
R
Dimana n = jumlah kelompok 6) Mengubah jumlah skor ke dalam bentuk persentase
Persentase (%)
x 100
=
26
7) Mengkategorikan tingkat keberhasilan siswa Tabel 1.5 predikat pencapaian penerapan pendekatan TEA Persentase keberhasilan
Kategori prestasi belajar
80 % atau lebih
Sangat baik
60 % - 79 %
Baik
40 % - 59 %
Cukup
20 % - 39 %
Kurang
0 % - 19 %
Sangat kurang
d. Observasi
Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung, dideskripsikan dan diidentifikasi berdasarkan pendekatan pembelajaran Think-ExplainApply (TEA), apakah semua tahapan-tahapan pembelajaran telah teraplikasikan selama proses pembelajaran mengenai aktivitas siswa dan implementasi pembelajaran. Data ini digolongkan sebagai data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kalimat atau kata. Data yang diperoleh dari masing-masing hasil observasi pengolahannya adalah sebagai berikut :
1) Data dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan instrumen yang digunakan. Untuk subjek yang ³melakukan´ diberi nilai 1 dan untuk subjek yang ³tidak
melakukan´ diberi nilai 0. (Suharsimi Arikunto, 2007 : 242 ). Mengubah skor menjadi nilai dengan skala 100, menggunakan rumus sebagai berikut : X = x 100 Keterangan :
X
= Nilai
N
= Jumlah skor mentah = Jumlah skor total
2) Setelah data diperoleh, peneliti mendeskripsikannya dan menghubungkan dengan hasil kali posttest siswa.
27
e. Angket
Angket yang digunakan merupakan angket skala likert ini merupakan pernyataan positif dan negative mengenai suatu objek sikap. Menurut R idwan, teknik dalam menganalisis data angket adalah sebagai berikut : Tiap item dibagi ke dalam lima skala yaitu : skor 5 untuk respon sangat setuju (SS), 4 untuk respon setuju (S), 3 untuk respon ragu-ragu ( R ), 2 untuk respon tidak setuju (TS) dan 1 untuk respon sangat tidak setuju (STS). Data angket ini dengan tahap- tahap sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi angket yang telah diisi 2) Memberikan skor pada setiap item pada lembar angket 3) Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap responden 4) Merata ± ratakan skor angket dari seluruh responden S k or an g ke t
x 100 %
=
5) Menafsirkan nilai rata ± rata angket yang diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut : No
entang skor %
R
Interpretasi
1
81 ± 100
Sangat kuat
2
61 ± 80
Kuat
3
41 ± 60
Cukup
4
21 ± 40
Lemah
5
0 ± 20
Sangat lemah
6) Mendeskripsikan hasil penilaian angket.
28
7. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan desember tahun 2011 sampai dengan bulan juni 2012. Untuk menggambarkan lebih jelas jadwal penelitian dilihat pada tabel. Tabel 1.5. jadwal penelitian 2011
No
Bulan ke-
Kegiatan 12
1
Studi pendahuluan
¥
2
Pengajuan proposal
¥
3
Perbaikan proposal
¥
4
2012
Pembuatan dan perbaikan instrumen
1
2
3
¥
Validasi
6
Pengesahan dan perizinan
¥
7
Implementasi penilaian
¥
9
Pengolahan dan analisis data
6
5
¥
5
8
4
¥
¥
Penulisan skripsi y
Bab I
y
Bab II
y
Bab III
y
Bab III
¥ ¥ ¥ ¥
29
OUTLINE SKRIPSI
Abstrak Kata Pengantar Daftar Tabel Daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B.
umusan Masalah
R
C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Definisi Operasional BAB II.
PENERAPAN TSOI LEARNING MODEL (HLM TSOI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB KONSEP SIFAT-SIFAT KOLOID
A. Keterampilan berpikir kritis B. Indikator-indikator keterampilan berpikir kritis C. Penerapan TSOI Hybrid Learning Model (HLM TSOI) Untuk Meningkatan Keterampilan Berpikir Kritis D. Sub Konsep Sifat-Sifat Koloid BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian B. Subjek penelitian C. Prosedur penelitian D. Instrumen penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data G. Jadwal Penelitian
30
BAB 1V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V. PENUTUP
A. Simpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA
31
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur P enel it ian S uatu P endek atan Pr ak ti k E d. Revi si V I .
Jakarta: R ineka Cipta
Arikunto, S, dan Jabar. 2007. Evalua si pro g r am pend id ik an ( Cetak an k edua ). Jakarta : Bumi Aksara Chang, R aymond. 2004. K imia Da sar K on se p- K on se p I nt i E di si Ket i ga J il id 2. Jakarta : Erlangga Dahar, R atna Wilis. 1996. T eor i-T eor i Belajar . Jakarta: Erlangga Ikhsanudin. 2007. P embelajar an
I nk uir i
Ber ba si s T eknol o g i
I n f or ma si
U ntuk
Men gemban g ka n Keter am pilan Gener ik S ain s Dan Ber pikir K ri t i s S i swa S ma P ada T o pik H i d rol i si s Gar am.
Tesis jurusan program pendidikan IPA UPI
Bandung : tidak diterbitkan Jazilah. 2010. P ener a pan Proce ss Or iented Guided I nquir y Lear nin g ( Po g il ) P ada K on se p H id rol i si s Gar am.
Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia UIN
Bandung: tidak diterbitkan. Keenan dkk. 1995. K imia untuk U niversita s. Jakarta : Erlangga Liliasari. 2007. P enin g ka tan Kual ita s P end id ik an K imia dar i P emahaman K on se p K imia men jad i Ber pikir K imia. Penelitian. Bandung: SPs UPI.
Nopiah, Mohd Zulkifli. 2009. I m provin g Gener ic S kill s Amon g En g ineer in g S tudent s Throug h Problem Ba sed Lear nin g in S tat i st ic s En g ineer in g C ourse.
European
Journal of Scientific R esearch. 33 (2). 270-278 Önder, dan ömer Geban. 2006. The Effect Of Conceptual Change Texts Oriented Instruction On Students' Underst Anding Of The Solubility Equilibrium Concept. Eitim Fakültesi Dergisi (H.U. Journal of Education). 30. 166-173 Öztürk at.al ., 2008. The E ffect o f Think-Explain-Apply T eachin g Met hod on t he S ucce ss o f
Lea r nin g -T eachin g: A
Labor at or y
S tudy.
International Journal of
Environmental & Science Education. 2, (4), 132 ±134 Pertiwi, Sinta Dewi. 2009. M odel pembelajar an ber ba si s ma salah dan k eter am pilan gener ik sain s. Skripsi jurusan pendidikan fisika UPI Bandung : tidak diterbitkan
Sunyono. 2009. P embelajar an I P A den gan Keter am pilan Gener ik S ain s. Lampung: FKIP UNILA.
32
Taufiq. 2009. P ener a pan M odel P embelajar an S ik lu s Belajar H ipotet ik Deduk ti f U ntuk Menin g ka t ka n P emahaman K on se p Dan Keter am pilan Gener ik S ain s S i swa S ma P ada Mater i Ke set imban gan Benda T egar .
Tesis Jurusan Program Pendidikan
IPA UPI Bandung : tidak diterbitkan Wahyuni, Sri. 2004. Ma ster Mater i Rin g ka s dan S oal T er padu K imia S M A. Jakarta: Erlangga. Yunita. 2009. P anduan pen gel olaan labor at or ium kimia. Bandung : C.V. Insan Mandiri