PROSEDUR TETAP RUANG ICU/PICU
2 0 1 6
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG
ALUR PENDERITA ICU
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Masuknya pasien dari berbagai unit perawatan (IRD, ruang rawat inap atau rawat jalan) yang dinyatakan atau disetujui oleh dokter anasthesi/dokter jantung/dokter penanggung jawab ICU dengan indikasi dirawat di Intensive Care Unit. 1. Menyusun petunjuk tentang alur penderita ke ICU 2. Mempercepat penanganan pasien gawat 1. Undang – Undang – Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP I. KRITERIA PENDERITA MASUK ICU Prioritas I: Pasien Pasien yang memerlukan “THERAPI” Intensif Pasien sakit berat dan kritis, pasien yang tidak stabil yang memerlukan Therapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat – obatan vaso aktif melalui infus secara continue. Contoh: Pasien gagal napas berat: status asmatikus, COPD Syok dengan macam – macam – macam macam penyebab
ALUR PENDERITA ICU
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Masuknya pasien dari berbagai unit perawatan (IRD, ruang rawat inap atau rawat jalan) yang dinyatakan atau disetujui oleh dokter anasthesi/dokter jantung/dokter penanggung jawab ICU dengan indikasi dirawat di Intensive Care Unit. 1. Menyusun petunjuk tentang alur penderita ke ICU 2. Mempercepat penanganan pasien gawat 1. Undang – Undang – Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP I. KRITERIA PENDERITA MASUK ICU Prioritas I: Pasien Pasien yang memerlukan “THERAPI” Intensif Pasien sakit berat dan kritis, pasien yang tidak stabil yang memerlukan Therapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat – obatan vaso aktif melalui infus secara continue. Contoh: Pasien gagal napas berat: status asmatikus, COPD Syok dengan macam – macam – macam macam penyebab
Trauma capitis berat dengan penekanan CNS Pasca bedah jantung terbuka
Prioritas II: Intensif.
Pasien yang memerlukan “PEMANTAUAN”
Contoh: Pasca bedah besar dan luas Bedah traktus digestivus Bedah tumor Bedah syaraf (Neuro Surgery) Pasien dengan penyakit primer Jantung Paru Ginjal Syaraf Gangguan Metabolisme Untuk mengurangi atau menghindari komplikasi yang lebih berat Prioritas III: Pasien sakit kritis, dan tidak stabil serta kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat manfaat dari terapi di ICU sangat kecil. Contoh: Keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial, temponade, atau sumbatan jalan napas. Pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner II. KONTRA INDIKASI INDIKASI MASUK ICU 1) Pasien mati batang otak ( kecuali dibutuhkan untuk donor organ) 2) Pasien menolak terapi bantuan hidup 3) Pasien secara medis tidak ada harapan untuk dapat disembuhkan lagi seperti ca stadium akhir 4) Pasien yang mutlak TIDAK BOLEH masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang sangat menular (misalnya: ganggren, riwayat penyakit menular, gastroenteritis, TBC, HIV) III. KRITERIA PASIEN KELUAR DARI ICU Dianggap keadaan penderita sudah tidak memerlukan perawatan intensif dan dapat dirawat di ruangan biasa, misalnya:
1. Meninggal dunia akan dikeluarkan setelah 2 jam 2. Tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa sehingga dirawat di ruangan biasa atau dapat dipulangkan 3. Pasien tidak lagi memerlukan terapi karena keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan memburuk serta manfaat terapi intensif sangat kecil (dalam hal ini perlu persetujuan dokter yang mengirim) 4. Atas permintaan pasien dan keluarga. Untuk kasus seperti ini keluarga atau pasien harus menandatangani surat keluar ICU atas permintaan sendiri. IV. PROSEDUR MASUK ICU 1. Setiap pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter disiplin lain diluar ICU setelah konsultasi dengan dokter ICU. 2. Transportasi pasien ke ICU masih dalam tanggung jawab dokter pengirim. 3. Pasien dan atau keluarga di beri penjelasan tentang indikasi masuk ICU, tata tertib ICU, biaya dan seg ala konsekuensinya dengan menandatangani informed consent ( surat persetujuan ). UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat 2. Unit rawat jalan kardiolagi atau poli jantung 3. Seluruh unit rawat nginap
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG
KEBIJAKAN UMUM 1. Peralatan di unit intensif selalu dilakukan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Pelayanan di unit intensif selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien 3. Semua petugas unit intensif wajib memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standa r profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien. 6. Pelayanan unit intensif dilaksanakan dalam 24 jam. 7. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan. 8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali. 9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
KEBIJAKAN KHUSUS 1. Setiap pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter disiplin ilmu lain setelah konsultasi dengan dokter ICU. 2. Transportasi pasien ke ICU masih dalam tanggung jawab dokter pengirim. 3. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang indikasi masuk ICU, tata tertib, biaya dan segala konsekuensinya dengan menandatangani informed consent (surat persetujuan) 4. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan. 5. Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter intensive care, atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut). 6. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien: perawat sama dengan 1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus-kasus lainnya. 7. Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawat/terapi intensif atau minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU.
8. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup. 9. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama 24 (dua puluh empat) jam. 10. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
TAMBAHAN 1. Indikasi masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya karena kegagalan atau disfungsi satu/multiple organ atau system dan masih ad a kemungkinan dapat disembuhkan kembali oeh perawatan, pemantauan, dan pengobatan intensif. 2. Ada indikasi sosial masuknya pasien ke ICU karena ada pertimbangan sosial.
3. Beberapa petimbangan yang dapat dijadikan acuan prioritas masuk ICU: a. Pasien prioritas 1 (satu) : pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat – obat vasoaktif kontinyu. Contoh: pasien gagal napas berat : status asmatikus, COPD,syok dengan macam – macam penyebab, trauma capitis berat dengan penekanan CNS, pasca bedah bedah jantung terbuka. b. Pasien prioritas 2 (dua) : memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU Contoh: pasca bedah besar dan luas, bedah traktus digestivus, bedah tumor, bedah saraf (neuro surgery), pasien dengan penyakit primer, jantung, paru, ginjal, saraf, gangguan metabolisme. Untuk mengurangi atau menghindari komplikasi yang lebih berat. c. Pasien prioritas 3 (tiga) : pasien sakit kritis dan tidak stabil tetapi kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat manfaat dari terapi ICU sangat kecil. Contoh: pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. 4. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner. 5. Pengecualian: pasien tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU, dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa atas persetujuan kepala ICU. a. Pasien mati batang otak (brain death), bila potensial donor organ dan hanya bertujuan menunjang fungsi – fungsi organ sementara menunggu donasi organ. b. Pasien yang menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “ perawatan yang nyaman” saja. c. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen d. Pasien yang secara fisiologis stabil dan resikonya rendah un tuk memerlukan terapi ICU. Contoh: pasien pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat tapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif
6. Kontra indikasi masuk ICU: pasien dengan penyakit menular/infeksius tinggi ( contohnya: TB aktif, gangrene, dan HIV AIDS) . 7. Kriteria pasien keluar ICU: bila pasien meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa, atau permintaan keluarga bila ada informed consent khusus
NEBULISASI
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001
PENGERTIAN
Nebulisasi adalah alat intuk mengubah cairan menjadi partikel semprotan yang halus.
TUJUAN
KEBIJAKAN
Untuk memberikan obat melalui nafas spontan pada klien 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP PROSEDUR
A. Persiapan Memberikan Nebulizer Alat dan obat : 1. Oksigen set. 2. Nebulizer set. 3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai. 4. Spuit 5 atau 10 cc. 5. Mouth piece bila perlu. 6. Bengkok. 7. Tisu.
Nebulisasi
1. Lingkungan : Bersih dan tenang. 2. Petugas : 1 orang. Prosedur Memberikan Nebulizer:
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang menggunakan bronkodilator. 2. Jelaskan prosedur pada klien. 3.
Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga privasi.
4.
Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-6cc. 6. Nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara. 7.
Instruksikan klien untuk buang nafas.
8.
Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9.
Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat diuapkan. 11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif). 12. Klien dirapikan. 13. Alat dirapikan. 14. Petugas mencuci tangan. 15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perlakukan klien secara hati-hati
2.
Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat tenang
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat 2. Seluruh unit rawat inap
VENTILATOR / VENTILASI MEKANIK
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PALAYANAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN TUJUAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 Ventilasi mekanis adalah alat pernapasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dengan jangka waktu yang lama 1. Memberikan kekuatan mekanis paru untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 yang fisiologis 2. Mengambil alih (manipulasi) tekanan jalan napas dan pola pernapasan untuk memperbaiki pertukaran O2 dan CO2 secara efisien dan oksigenasi yang kuat 3. Mengurangi kerja otot jantung dengan jalan mengurangi kerja paru
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A. Indikasi 1. Gangguan ventilasi - Disfungsi otot-otot pernapasan, kelelahan otot napas - Kelainan dinding thorax - Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan kelumpuhan otot napas - Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal volume rendah - Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan napas 2. Gangguan Oksigenasi - Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau penyakit paru yang lain - Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih dari 35 x / menit) 3. Lain-lain - Keadaan yang memerlukan sedasi dan pelumpuh otot - Untuk menurunkan konsumsi oksigen otot jantung dan sistemik - Untuk stabilisasi hemodinamik pasca operasi besar - Untuk mengontrol tekanan supracranial - Untuk mencegah otelektasis - Keadaan lain yang menyebabkan Pa O2 < 60 dan Pa CO2 > 60 B. Ventilator Yang Ideal Volume atau time cycled Vt = 10 – 200 ml (bayi) 50 – 500 ml ( anak) 200 – 2000 ml (dewasa)
Arus gas inspirasi variable (sampai 150 liter/menit untuk dewasa). Rasio I : E variable Pembatasan takanan inspirasi tertinggi
60 torr (bayi)
100 torr (anak, dewasa
C. Prosedur Pemberian Ventilator Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut: 1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% 2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB 3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit 4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik 5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas) D. Kriteria Penyapihan Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB b. Volume tidal 4-5 ml/kg BB c. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar d. Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit. E. Komplikasi Ventilasi Mekanik 1. Komplikasi saluran nafas - Aspirasi - Trauma jalan nafas, kerusakan pipa suara - Dislokasi pipa ETT - Infeksi 2. Komplikasi paru - Barotrauma, volutrauma, biotrauma - Keracunan Oksigen 3. Komplikasi system hemodinamik - Penurunan curah jantung - Perfusi jaringan terganggu - Balance cairan positif 4. Komplikasi saluran cerna - Distensi abdomen - Hipomutilitas usus 5. Gangguan fungsi ginjal
6. Sedasi dan kelumpuhan otot nafas 7. Gangguan psikososial
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat penggunaan ventilasi mekanik 1. Pemasangan awal respirator Sterilisasi alat, kelengkapan alat (sambungan oksigen, udara, setting) 2. Sistem alarm Perawat harus berespon terhadap setiap alarm. Alarm tidak boleh dimatikan, ditinggikan atau diturunkan 3. Humidifikasi dan temperature Setiap penderita yang dilakukan ventilasi mekanik harus ditambahkan humidifikasi dengan temperature yang terkontrol sehingga udara dapat dihangatkan karena system pelembab alamiah dari hidung tidak berfungsi. 4. Selang sirkuit ventilator Harus sealu dijaga dari kemungkinan terlepas, tertekuk, bocor atau tersumbat. Kadang dalam waktu lama selang dapat berisi cairan yang akan mengganggu aliran udara. 5. Endotrakeal tube Selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran. Perhatikan plester agar ETT tidak tergeser atau terlepas karena pasien yang berkeringat, plester basah atau penderita yang selalu bergerak mengakibatkan ETT mudah bermigrasi. Hindari tergigitnya ETT dengan memasang pipa orofaring (guedel). Ganti ETT tiap 1-2 minggu. Pembilasan ETT dapat dilakukan dengan memasukkan NaCl 0.9 % di dalam ETT untuk mengencerkan lender sehingga lebih mudah untuk diaspirasi Ganti sirkuit alat tiap 1 – 3 hari Jaga kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi dan rongga mulut tiap pagi dengan cairan antiseptik G. Observasi Observasi yang dilakukan selama penggunaan ventilator adalah : a. Penurunan tekanan darah b. Penurunan central Venus Pressure c. Penurunan Pulmonary Artery Pressure d. Penurunan tingkat kesadaran e. Penurunan urine output
f. Pulsasi peripheral melemah g. Capilari refill lambat h. Gelisah i. Pasien tampak lemah j. Nyeri dada. Intervensi keperawatan secara umum pada klien dengan ventilasi mekanik: 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas 2. Persiapkan untuk kegawat daruratan, ambubag tersambung dengan sumber O2 3. Kaji ventilator setiap 1-2 jam, mengenai jenis, pola, tidal volume, frekuensi nafas, Fi02, dan airway pressure. 4. Evaluasi sistem alarm, temperatur, dan sistem humidifikasi. 5. Monitor seiang dari lepas, tertekuk, bocor, atau tersumbat. 6. Lakukan oral higiene, inspeksi mulut dan membran mukosa sekitar ETT. 7. Bantu mengatasi kecemasan, jika perlu dengan medikasi 8. Pemberian neuromuskular bloker, guakan seclasi 9. Cegah ekstubasi akibat kecelakaan 10. Berikan alat komunikasi dengan klien 11. Pertahankan nutrisi yang adekuat, cegah aspirasi 12. Monitor kemungkinan komplikasi. UNIT TERKAIT
3. Instalasi Gawat Darurat 4. Seluruh unit rawat inap
FISIOTERAPI DADA
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG
SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi, dan drainase postural
TUJUAN
1. Secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus.
KEBIJAKAN
4. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 5. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 6. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP
PROSEDUR Perkusi Pengertian
Perkusi atau terkadang disebut clapping, adalah pukulan kuat pada kulit dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Tujuan
Secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus. Persiapan alat
Handuk (jika perlu)
Peniti (jika perlu)
Prosedur pelaksanaan
1) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan
handuk
atau
pakaian
untuk
mengurangi ketidaknyamanan. 2) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi. 3) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mengkuk. 4) Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan
secara
cepat
untuk
menepuk dada. 5) Perkusi pada setiap bagian segmen paru selama 1-2 menit 6) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera, seperti : mamae, strernum, kolumna spinalis, dan ginjal. 2.3 VIBRASI Pengertian
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan yang diletakkan datar pada dinding dada klien. Tujuan
Vibrasi
digunakan
meningkatkan
turbulensi
setelah udara
perkusi ekspirasi
untuk dan
melepaskan mucus kental serta sering dilakukan secara bergantian dengan perkusi.
Prosedur pelaksanaan
1) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase, satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain, tangan bisa diletakkan secara bersebelahan. 2) Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat hidung atau pursed lip breathing. 3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan (kejutkan) tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran jika klien inspirasi. 4) Vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang. 5) Setelah setiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan secret ke dalam tempat sputum. 2.4 DRAINASE POSTURAL Pengertian
Drainase postural adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan gravitasi. Persiapan alat
Bantal (2 atau 3 buah)
Papan pengatur posisi
Tisu wajah
Segelas air
Sputum pot
Prosedur pelaksanaan
1) Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme. 2) Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian semua bidang paru, data klinis, dan gambaran foto dada. Agar
efektif,
tindakan
harus
dibuat
individual untuk mengatasi area spesifik dari paru yang tersumbat. 3) Baringkan
klien
dalam
posisi
untuk
mendrainase area yang tersumbat (area pertama yang dipilih dapat bervariasi dari satu klien ke klien lain). Bantu klien memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien memosisikan postur dan lengan serta kaki yang tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat. 4) Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit. Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Pada anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit. 5) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada di atas area yang didrainase. Memberikan
dorongan
mekanik
yang
bertujuan memobilisasi secret pada jalan
napas. 6) Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak dapat batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap secret yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk atau pengisapan sebelum klien dibaringkan
pada
posisi
drainase
selanjutnya. Batuk akan sangat efektif jika klien duduk dan bersandar ke depan. 7) Minta klien istirahat sebentar, jika perlu. Periode
istirahat
sebentar
drainase
postural
kelelahan
dan
di
dapat
antara
mencegah
membantu
klien
menoleransi terapi dengan lebih baik. 8) Minta klien minum sedikit air. Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu dalam ekspektorasi secret. 9) Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area
tersumbat
yang
dipilih
telah
terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual. 10) Ulangi
pengkajian
dada
pada
semua
bidang paru. Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase
selanjutnya
atau
menganti
program drainase. 11) Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme. 12) Dokumentasi pada catatan perawatan.
UNIT TERKAIT
5. Instalasi Gawat Darurat 6. Seluruh unit rawat inap
PERAWATAN KOLOSTOMI
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Suatu tindakan merawat lubang stoma pada dinding abdomen
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. 2. 3. 4. 1.
Mengevaluasi kondisi stoma Melindungi kulit dari drainase produk kolon Menjaga kebersihan stoma Mengganti balutan luka dan kolostomi bag Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP Persiapan Alat: 1. Kantong kolostomi bag dan penjepitnya 2. Kapas basah ( NaCl 0,9% atau air hangat) 3. Tissue 4. Handscoen bersih dan steril 5. Nierbeken / bengkok
6. Kantong tempat balutan kotor 7. Pot 8. Gunting 9. Handuk dan perlak/pengalas 10. Betadine (kalau perlu untuk lecet di kulit) 11. Set ganti balutan
Pelaksanaan: 1. Menjelaskan prosedur dan tujuannya 2. Memberikan privacy untuk klien 3. Mengatur posisi tidur klien ( semi fowler kalau perlu) 4. Mengkaji kembali program atau instruksi medik 5. Mengkaji kondisi kantung kolostomi 6. Mengkaji keluhan ketidaknyamanan/nyeri di sekitar stoma 7. Mengkaji post operasi 8. Mengkaji perilstaltik usus 9. Meletakkan handuk di sisi klien 10. Mendekatkan nierbeken/bengkok 11. Memakai handscoen bersih 12. Melepaskan kolostomi bag yang sudah kotor dan meletakkannya dalam nierbeken/bengkok 13. Mengganti handscoen dengan yang bersih/steril 14. Membersihkan stoma dan kulit di sekitarnya dengan
kapas basah/NaCl 15. Observasi kondisi kulit, stoma dan jahitan 16. Mengeringkan kulit di sekitar stoma 17. Memasang kantong kolostomi yang baru 18. Merapikan klien dan alat – alat Dokumen:
UNIT TERKAIT
-
Form lembar catatan perkembangan terintegrasi
-
Form observasi tanda – tanda vital
1. Instalasi Gawat Darurat 2. ICU/PICU 3. Ruang Bedah
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP)
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti jantung dan henti napas
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Mencegah berhentinya respirasi dan sirkulasi 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari klien yang mengalami henti jantung/henti napas melalui resusitasi jantung dan paru. 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A.Anamnese: Tanda – tanda kegawatdaruratan: -Adanya sumbatan jalan napas -Adanya henti napas -Adanya henti jantung -Adanya perdarahan
B. Langkah – langkah pertolongan: Sebelum memulai resusitasi, tindakan pertama adalah menetukan ketidak sadaran pasien, dengan menilai respon pasien secara cepat dengan metode AVPU. A: Alert (sadar penuh) V: Menjawab rangsang verbal (bicara) P: Bereaksi atas rangsang nyeri (pain) U: Tidak member reaksi (unresponsive) PRIMARY SURVEY: Segera lakukan primary survey yaitu: deteksi cepat dan dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Cara pelaksanaan adalah: a. Airway / Jalan Nafas: Lihat, Dengar, Raba (Look, Listen, feel) b. Breathing / Pernafasan c. Circulation / Sirkulasi B.Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik secara lebih lengkap dilakukan saat Secondary Survey. Bila pada saat secondary survey tiba – tiba keadaan pasien memburuk maka harus kembali melakukan primary survey. D.Penatalaksanaan: Penalataksanaan lebih lanjut sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan saat pemeriksaan fisik. E.Penyuluhan
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat 2. ICU/ICCU/NICU 3. Seluruh unit rawat inap
PENGGUNAAN DC SHOCK (KARDIOVERSI)
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Tindakan memberikan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan menggunakan defibrillator.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada hanti jantung dan kelainan organik jantung lainnya. 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A. Alat: 1. Alat defibrillator 2. Jelly 3. Elektroda 4. Obat – obat sedasi bila perlu B. Penatalaksanaan:
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan 3. Memberikan sedative atau analgetik bila perlu 4. Memasang elektroda dan menyalakan EKG monitor 5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah kekeliruan 6. Set kebutuhan joule sesuai indikasi ( untuk defibrilasi mulai dengan 150 joule; untuk kardioversi mulai dengan 50 joule) 7. Pegang paddle 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid sternum dan paddle 2 pada daerah dengan tangan kanan pada daerah mid axilla. 8. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri – beri aba – aba agar staff yang lain tidak ada yang menyentuh pasien ataupun bed pasien. 9. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrillator, tekan tombol DC Shock dengan jempol agar arus masuk dengan baik 10. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt second yang lebih tinggi. 11. Bila gambran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan: 1. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP 2. Tindakan DC Shock dihentikan bilamana tidak ada respon 3. Setiap perubahan gambaran EKG harus di print.
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat 2. ICU/PICU, ICCU
PERAWATAN TRAKHEOSTOMI
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Tindakan merawat lubang stoma pada
trakheostomi dan
area sekitarnya. TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Menjaga keutuhan jalan napas pasien 2. Mencegah infeksi 3. Mencegah kerusakan integritas kulit di sekitar daerah trakheostomi 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A.Persiapan Alat: 1. Tali pengikat trakheostomi 2. Kom/mangkuk steril, cairan NaCl, hydrogen p eroksida (H2O2), spuit 10 cc
3. Stetoskop 4. Suction set 5. Set ganti balutan bersih 6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril 7. Kapas apus ( swab), alkohol 70 % 8. Sikat pembersih 9. Nierbeken/bengkok, plester dan gunting 10. Handuk, perlak dan kantung plastic 11. Tromol kassa, masker, gaun/skort (kalau perlu) B. Penatalaksanaan: 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan serta dibutuhkan partisipasi dari klien 2. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien dan perawat ( supine atau semi fowler) 3. Membentangkan handuk di dada klien 4. Menjaga privacy klien 5. Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau 6. Menutup sampiran 7. Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih 8. Membuka set ganti balutan untuk membersihkan trakheostomi a. Meletakkan perlak paling bawah dan atur peralatan suction
b. Mengatur mangkuk steril kedua dekat dengan mangkuk steril pertama, jangan menyentuh bagian dalam mangkuk. c. Menuangkan hydrogen peroksida 50 ml di mangkuk kedua d.Membuka sikat steril dan meletakkan di sebelah mangkuk yang berisi hydrogen peroksida e.Membuka bungkusan kassa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa pertama, dan normal saline pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga tetap dibiarkan kering f. Membuka kapas swab dan tuangkan NaCl g. Jika trakheostomi menggunakan kanul dalam sekali pakai (disposable). Buka bungkusnya dengan hati – hati dan ambil kanul. Pertahan sterilitas kanul dalam h. Menentukan panjang tali pengikat trakheostomi yang diperlukan dengan menggandakan lingkar leher dalam dan menambah 5 cm dan gunting tali pada panjang tersebut 9. Melakukan prosedur penghisapan/suction. Pastikan telah menggunakan skort dan handscoen steril 10. Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen steril yang baru. Pertahankan agar tangan dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan. 11. Membersihkan kanul dalam 12. Mengganti kanul dalam sekali pakai (disposable – inner canule):
a. Membuka dan dengan hati – hati, lepaskan kanul dalam dengan menggunakan tangan yang tidak dominan b. Melakukan pengisapan/suction dengan teknik steril (jika diperlukan) c. Mengeluarkan kanul dalam steril dari bungkusnya dan siramkan NaCl pada kanul baru tersebut d. Memasang kanul dalam dengan hati – hati dan teliti serta kunci kembali agar posisinya tidak berubah e. Menghubungkan kembali klien dengan oksigen 13. Membersihkan kanul dalam tidak disposable: a. Melepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan, dan masukkan kanule tersebut kedalam mangkuk berisi hidrogen peroksida. b. Membersihkan kanule dalam dengan sikat (tangan dominan memegang sikat dan tangan yang tidak dominan memegang kanule. c. Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan normal saline pada kanule sampai semua bagian kanule terbilas dengan baik. Biarkan normal saline menetes dari kanule dalam. d. Memasang kembali kanule dalam dan kunci. e. Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen. 14. Membersihkan bagian luar/sekitar kanule dan kulit sekitarnya dengan menggunakan hidrogen peroksida, lalu bilas dengan NaCl dan keringkan dengan kasa. 15. Mengganti tali pengikat trakheostomi : a. Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara memasang tali yang baru. b.Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate. Melingkarkan kedua ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi lainnya faceplate dan ikat dengan kuat tetapi idak ketat. Gunting tali trakheostomi yang lama. 6. Memasang kasa pada mengelilingi kanule luar dibawah tali pengikat dan faceplate. Periksa kembali untuk memastikan
bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa trakheostomi tertahan dengan aman pada tempatnya. 17.Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakheostomi : a. Memakai handscoen steril b.Jika terdapat klem pada pada pipa cuff lepaskan klemnya dan sambungkan dengan spuit. c. Meminta klien menghirup nafas dalam bersamaan dengan secara perlahan mengaspirasi udara pada cuff (biasanya 5 cc). Mengamati adanya kesulitan bernafas. 18.Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur, dan atur kembali ketinggian tempat tidur. 9. Merapihkan peralatan. 0. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan. UNIT TERKAIT
1. ICU/PICU 2. Instalasi Gawat Darurat 4. Seluruh unit rawat inap
PEMASANGAN “CENTRAL VENOUS PRESSURE” (CVP)
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG NO.DUKUMEN: SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001
Memasukkan kateter CVP, melalui pembuluh darah tepi PENGERTIAN
sehingga ujungnya berada di muara atrium kanan (vena cava superior dan inferior)
TUJUAN
Untuk mengetahui tekanan vena sentral dan menilai jumlah cairan dalam tubuh.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A.Persiapan Alat: 1. Alat steril 1.Set CVP terdiri dari : -Manometer CVP -Kateter CVP -Three way stop cock -Semprit 20 cc -2 buah infuse set -Duk berlubang - Duk berlubang - Kain kasa -Sarung tangan 2.. Alat tidak steril -Bengkok -Plester -Perlak dan kain pengalas - Alat pengukur titik nol/water pas - Standar infus 3. Obat-obatan -Novocain/lidocain - Antiseptik
- Cairan desinfektan -Antiseptik -Alkohol 70 % B. Pasien Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan C. Pelaksanaan 1.Menggantung cairan infus pada standar infus 2.Menempelkan manometer CVP pada standar infus dengan titik nol setinggi jantung 3.Mendampingi pasien selama pemasangan CVP 4. Tindakan pemasangan CVP harus oleh dokter 5.Memantau dokter selama tindakan pemasangan CVP 6.Menyambung slang CVP dengan kateter CVP yang telah dipasang oleh dokter 7l Memberi zat desinfektan pada lubang bekas tusukan CVP 8.Memfiksasi kateter CVP 9.Menutup bekas tusukan dengan kasa steril . 10.Memasang plester lebar di atas kain kasa sampai tertutup seutuhnya Hal-hal yang perlu diperhatikan 1.Observasi 2.Fiksasi katerter CVP dengan jarak 2 cm dari lubang tusukan 3.Jangan memberikan obat melalui CVP kecuali dalam keadaan darurat 4.Gunakan
transparan
dressing
untuk
memudahkan
pemantauan adanya infeksi dini 5.Beri tanda tanggal pemasangan pada balutan CVP dan anti balutan 1 x sehari atau bila kotor
6.Lakukan foto thorax bila diperlukan untuk melihat posisi CVP UNIT TERKAIT
3. ICU/PICU 4. Instalasi Gawat Darurat 5. Seluruh unit rawat inap
CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI KE TEMPAT TIDUR
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
BRANKARD
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Memindahkan
pasien
yang
mengalami
ketidakmampuan,
keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari brankard ke tempat tidur yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat. TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Memindahkan pasien dari brankard ke tempat tidur dengan tujuan untuk perawatan atau tindakan medis lainnya. 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP A. PERSIAPAN 1. Persiapan Alat : 2. Tempat tidur pasien dan brankar 3. Sarung tangan jika perlu 4. Persiapan Pasien : 5. Pasien berada di brankar
B. PELAKSANAAN 1. Jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga 2. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur 3. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke brankar/pasien 4. Silangkan tangan pasien ke depan dada 5. Tekuk lutut anda , kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien 6. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki. 7. Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke tempat tidur pasien. 8. Lakukan gerakan mengangkat pasien dengan gerakan yang anatomis, tidak membungkuk secara berlebihan 9. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman. 10. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat. 11. Cuci tangan UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat 2. ICU/ICCU 3. Seluruh unit rawat inap
PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT (NASOGASTRIK TUBE)
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 PENGERTIAN
Pemberian makanan pada klien yang menggunakan selang melalui hidung menuju ke lambung.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Untuk mempertahankan status nutrisi dan pemberian obat. 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP Persiapan Alat : . Sejumlah makanan cair yang akan diberikan, yang sudah dihangatkan. Jumlah makanan dan air putih berkisar 300 – 500 cc. Makanan buatan rumah sakit atau buatan pabrik. 2. Corong / spuit berukuran besar (50 cc). 3. Stetoskop. 4. Alat makan, serbet makan / tissue. 5. Obat sesuai instruksi. 6. Tiang infus. 7. Handscoen bersih (kalau perlu) 8. Mencuci tangan. 9. Memakai handscoen bersih (kalau perlu). 10.Mengatur posisi klien (semi fowler, fowler atau high
fowler). 1.Mengauskultasi peristaltik usus dan mengkaji adanya ketidaknyamanan pada abdomen (distensi abdomen). 12.Meletakkan alas dibawah NGT. 13.Mengkaji kepatenan letak NGT : a. Masukkan 5 – 15 cc udara kedalam NGT dan auskultasi suara di regio epigastrik . b. Aspirasi isi residu lambung, bila lebih dari 100 cc, tunda pemberian makanan ½ - 1 jam. Mengkaji juga warna, konsistensi, dan bau dari cairan lambung. 14.Membilas NGT dengan air putih. 15.Memberikan cairan nutrisi Secara Intermitten :
1. Memasang corong dan jaga agar udara tidak masuk kedalam selang dengan menjepit selang NGT. 2. Memasukkan sejumlah susu/makanan cair/air buah yang telah disediakan. 3. Mengatur ketinggian corong (30 cm diatas lambung). Pemberian tidak boleh terlalu cepat (20 menit), maupun terlalu lambat dan sesuaikan dengan karakteristik makanan / cairan. . Pemberian makanan tidak boleh dipaksa dengan dorongan. Secara Continous : 1. Menggantungkan makanan yang hendak diberikan pada tiang infus. 2. Mengeluarkan udara yang ada didalam selang. 3. Menyambungkan selang makanan dengan NGT dan mengatur tetsan sesuai waktu yang telah ditentukan. 4. Mengunci pengatur tetesan bila semua makanan sudah masuk kedalam lambung. Hindari masuknya udara kedalam lambung. 5. Membilas dengan air putih, memasukkan obat bila bila ada, lalu bilas kembali dengan air putih. 6. Melepaskan corong/kantung/formula makanan dan tutup selang NGT. 7. Mempertahankan klien tetap posisi semi fowler selama 30 menit. 8. Merapihkan klien dan peralatan. 9. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan. 10. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT
1. ICU/ICCU 2. Seluruh unit rawat inap
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
TINDAKAN INTUBASI
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 Memasukkan pipa trakhea ke dalam trakhea melalui PENGERTIAN TUJUAN
hidung/mulut 1. MMembebaskan jalan nafas 2. Sebagai tindakan awal untuk pemasangan ventilator 3. Mempertahankan pernafasan secara adekuat pada kegagalan pernafasan 4. Mengurangi dead space pada patah beberapa tulang iga yang menimbulkan “flail chest” / respirasi paradoxal
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP siapan Alat Laringoscope lurus dan bengkok berbagai ukuran dalam keadaan siap pakai
Xylocain semprit dan xylocain jelly dalam tempatnya FTT endotracheal tube/OT dengan berbagai ukuran Magi forscep Semprit dan obat premedikasi Gudel dengan berbagai ukuran Arteri klem Cuff inflator (semprit 20 cc) Stetoscope Penghisap lendir lengkap dalam keadaan siap pakai Air viva dan masker oksigen Sarung tangan steril Plester dan gunting Bengkok Monitor EKG Alat pembuka mulut Ventilator lengkap Pasien Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan sehingga kooperatif. Posisi
pasien
diatur
terlentang
dengan
kepala
hyperekstensi Pelaksanaan Memasang monitor EKG Memberikan obat relaxan dan sedative, sesuai dengan program Menghisap sekresi sebelum dan selama tindakan intubasi berlangsung Dokter melakukan intubasi Mengisi balon pipa endotrakheal tube, sesudah dokter melakukan intubasi. Melakukan pernafasan buatan menggunakan air viva
(bagging) sebelum dan sesudah intubasi pada saat dokter melakukan pemeriksaan auskultasi Memfiksasi ETT diantara bibir atas dan lubang hidung Memfiksasi ETT di pipi kiri/kanan Hal-hal yang perlu diperhatikan Letakkan punggung tangan di atas mulut untuk menilai balon berisi udara dengan cukup Kempiskan balon secara berkala, minimal tiap 4 jam selama 10 detik untuk mempertahankan sirkulasi trachea. Ganti ETT, setiap satu minggu/sesuai kondisi pasien Ubah letak ETT setiap penggantian fiksasi UNIT TERKAIT
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
1. ICU/ICCU 2.IRD 3. OK
MEMBILAS LAMBUNG
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan PENGERTIAN
cara memasukkan air/cairan tertentu ke dalam lambung dan
mengeluarkan
kembali
dengan
menggunakan
selang
penduga lambung (NGT) TUJUAN
Membersihkan dan mengeluarkan racun/darah dari dalam lambung.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP Persiapan A.Alat dan obat -Slang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan dan corongnya. -Bengkok besar -Perlak dan alasnya -Ember penampung -Air hangat-dingin 1-2 liter / NaCl 0,9 %, sesuai kebutuhan -Gelas ukuran -Celemek dari karet -Gelas berisi air matang -Pelicin / jelly -Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai -Pinset anatomi -Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam tempatnya) B. Pasien -Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan - Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler) C. Lingkungan D.Petugas -Perawat memakai celemek karet.
E. Pelaksanaan -Memasang perlak dan alasnya di dada pasien -Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien. -Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien -Menentukan panjang slang penduga yang masuk ke dalam lambung -Memberi pelicin pada ujung penduga lambung -Menutup pangkal slang penduga lambung dengan cara menekuk/diklem -Memasukkan slang penduga pelan-pelan ke dalam lambung melalui hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan menelan slang penduga perlahan-lahan sambil menarik nafas dalam -Meyakinkan slang penduga masuk ke dalam lambung dengan cara : - Memasukkan ujung slang penduga sampai terendam dalam mangkok berisi air dan tidak tampak gelembung udara dan air. - Setelah yakin slang penduga masuk ke lambung pasien, psosisi diatur miring tanpa bantal dan letak kepala lebih rendah. - Memasang corong pada pangkal slang kemudian masukkan air/cairan. Selanjutnya ditunggu sampai air/cairan tersebut keluar dari lambung dan ditampung dalam ember. -Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan yang keluar dari lambung berwarna jernih/tidak berbau racun. . - Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan respons pasien . -Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan Cairan yang masuk dan keluar
UNIT TERKAIT
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
1. ICU/ICCU 2. Ruang Rawat Inap 3. IRD
PEMASANGAN S Y R I N G E P UM P
NO.DUKUMEN: Tanggal Terbit :
NO.REVISI:
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 Suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
medikasi intravena pada klien. 1.
Untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan klien. 2. Untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu pemberian yang lama. 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP PERSIAPAN ALAT
PROSEDUR 1. Syringe pump dan tiang penyangga 2. Spuit 10 cc/ 20 cc/ 30 cc/ 50 cc dan medikasi klien. 3. Selang penghubung. PROSEDUR KERJA
1. Bawa alat-alat ke dekat klien. 2. Siapkan spuit dan medikasi klien. 3. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan akses intravena. 4. Nyalakan syringe pump. 5. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam cc/jam. 6. Tekan start untuk memulai pemberian medikasi. 7. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan lampu yang menyala merah. 8. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan. PENYELESAIAN
1. Merapikan alat 2. Merapikan pasien 3. Pencatatan dan pelaporan
UNIT TERKAIT
1. ICU/ICCU 2. Ruang Rawat Inap 3. IRD
RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
PEMASANGAN I NFUS PUMP
NO.DUKUMEN:
NO.REVISI:
Tanggal Terbit :
Suatu PENGERTIAN
alat
yang
HALAMAN:
Ditetapkan: Direktur RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang
Drg. Dominikus Minggu, M.Kes Pembina Utama Madya NIP.19600731 198812 1001 digunakan untuk mengatur jumlah
cairan/obat yang dimasukkan ke dalam sirkulasi peredaran darah pasien secara langsung melalui vena.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan pasien 2. Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. SK Menkes No. 1333 tahun 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit 3. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tentang Pemberlakuan SOP PERSIAPAN ALAT 1. Infuse pump dan tiang penyangga 2. Cairan infus 3. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse pump . PROSEDU R KERJA 1. Bawa alat-alat ke dekat klien 2. Siapkan cairan infus dan infuse set dan gantungkan di tiang pengangga infuse pump