03/07/98
DTM FTUI
Dasar Proses Manufaktur (Fundamentals of Manufacturing Processes)
Dr. Ir. Gandjar Kiswanto, MEng Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
1
1
03/07/98
DTM FTUI
Pengajar dan Referensi • • • • •
Pengajar : Gandjar Kiswanto, Jos Istiyanto Office : Manufacturing Laboratory, Dept. of Mechanical Eng. UI Telepon : 7270032 ext. 222 E-mail :
[email protected] Referensi :
Lindberg, R. A., Process and materials of manufacture, Allyn and Bacon, 4th edition, 1990. Black, S. C., et. al., Principles of engineering manufacture, Arnold, 3rd edition, 1996. Degarmo P. E., et. al., Materials and Process in Manufacturing, Prentice-Hall, 8th edition, 1997. Groover M. P., Fundamentals of modern manufacturing – materials, processes and system, Jhon-Wiley, 1998. Schey J. A., Introduction to manufacturing processes, McGraw-Hill, 2nd edition, 1987.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
2
2
03/07/98
DTM FTUI
Topik kuliah 1.
Proses pengecoran logam (Casting)
2.
Proses pembentukan logam : Forging, Rolling, Extrusion, Drawing, Sheet Metal Forming
3.
Proses penyambungan (Joining)
4.
Proses pemesinan konvensional (Conventional Machining)
5.
Optimasi proses pemesinan
6.
Proses pemesinan non-konvensional (Non-Conventional Machining)
7.
Rekayasa balik (Reverse Engineering)
8.
Rapidprototyping
9.
Praktikum (Lab section)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
3
3
03/07/98
Tahap dari desain hingga proses manufaktur Conceptual design
Design
Preliminary design Prototype Verification Revised design Final design
Process selection, design and planning
Tool selection and design Tool construction and installation
Production planning and scheduling
Tooling
Plan for production
DTM FTUI
Manufacturing
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
4
4
03/07/98
DTM FTUI
Material untuk proses manufaktur
Evolusi Material Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
5
5
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Material dan Proses Manufaktur Manufacturing Processes Materials Ferrous •Cast Iron •Steel
Alloys
Heat treatment
Non-Ferrous
Casting
• • • • • •
Forging
Alumunium Copper Zinc Titanium Magnesium Nickel
Rolling Extrusion Forming Machining
Composites
Polymers
Joining Surface treatment
Ceramics
Rapidprototyping (Material Incress Manufacturing) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
6
6
03/07/98
DTM FTUI
PROPERTIES OF MATERIALS
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
7
7
03/07/98
DTM FTUI
MATERIALS METALLIC
NONMETALLIC
Ferrous (Stainless Steel, Cast Iron, etc) Non Ferrous (Copper, Bronze, Aluminium, etc)
• •
Wood Polymer Composite
Physical Properties Mechanical Properties Static Properties Dynamic Properties Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
8
8
03/07/98
DTM FTUI
PHYSICAL PROPERTIES Beberapa properties fisik penting dari material yang harus dipertimbangkan adl: Physical Properties
Metallic Materials
Nonmetallic Materials
Specific Heat
<<<
>>>
Thermal Conductivity
>>>
<<<
Thermal Expansion
>>>
<<<
Electrical Conductivity
>>>
<<<
Magnetic Response
>>>
<<<
Density
>>>
<<<
Melting Point
>>>
<<<
Light Reflection
>>>
<<<
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
9
9
03/07/98
DTM FTUI
UNIAXIAL TENSILE TEST Why ???
Parameter yang akan didapat : • Engineering Stress-Strain Curve • Yield Strength • Ultimate Tensile Strength • Percent Elongation • Young Modulus • Calculated Fracture Energy • Modulus of Resilience
Standards : ASTM D638, D882 Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
10
10
03/07/98
DTM FTUI
ENGINEERING STRESS-STRAIN CURVE
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
11
11
03/07/98
DTM FTUI
STRAIN HARDENING What is strain hardening? What is Damping Capacity?
= K n
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
12
12
03/07/98
DTM FTUI
HARDNESS Hardness : Ketahanan suatu metal untuk mengalami deformasi plastik, biasanya dilakukan dengan cara indentasi; ketahanan goresan, abrasi atau pemotongan. Hardness Measurements : Brinell Hardness Tests Rockwell Test Vickers Hardness Tests Knoop Hardness Test Mohs HardnessTest Durometer Hardness Test (rubber, ASTM D2240) IRHD Test (rubber, ASTM D1415, ISO S48)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
13
13
03/07/98
DTM FTUI
BRINELL HARDNESS TESTS
• Invented by J.A. Brinell in 1900 (the oldest hardness testing method) • Using Standard : ISO 6506 (part 1,2,3), ASTM E10 • Dingunakan hanya untuk material dan kondisi yang spesifik. Brinell Test tidak dapat digunakan bila a.l. : oMaterial terlalu lunak/keras oSpecimen tidak cukup tebal oTest dikenakan hampir berada di tepi material/specimen oBila diinginkan tidak ada indentasi pada produk/part akhir oTepi dari indentasi susah untuk dilihat • 15HBW10/100, 15 HBS 10/100, Apa artinya ?? Material
Load (kg)
Besi (Fe)
187.5
Tembaga (Cu)
62.5
Aluminium (Al)
31.25
Mengapa berbeda ?
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
14
14
03/07/98
DTM FTUI
ROCKWELL HARDNESS 15T SUPERFICIAL TEST • Keuntungan/keunggulan : Rapid test, biasanya kurang dari 10 detik Direct readout, no questionable optical measurements required. Non-destructive, part normally can be used • Kekurangan : Multiple test scales (30) needed to cover the full range of metal hardness. Conversions between scales can be material dependant. Samples must be clean and have a smooth test point to get good results. • Standards: ASTM E18 ISO 6508-1
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
15
15
03/07/98
DTM FTUI
VICKERS HARDNESS TESTS
• HV = Constant x test force / indent diagonal squared ; HV = 1.854(F/D2) • HV are then kilograms force per square millimetre (kgf/mm²) • To convert HV to MPa multiply by 9.807 • 356HV0.5, what does it mean? • Dapat digunakan hampir oleh semua material, hanya terbatas oleh ukuran • Standards yang digunakan : ASTM E384 - 10g to 1kg ASTM E92 - 1kg to 100kg ISO 6507-1,2,3 – micro and macro ranges • Digunakan untuk mengecek kekerasan phase Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
16
16
03/07/98
DTM FTUI
KNOOP TEST • Digunakan untuk menentukan area suatu permukaan material dengan akurat • HK = 14.229(F/A) (kg/mm2) • Standards : ASTM D1474
organic coatings
ASTM D785
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
17
17
03/07/98
DTM FTUI
HARDNESS TESTS SELECTION
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
18
18
03/07/98
DTM FTUI
HARDNESSES COMPARISONS
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
19
19
03/07/98
DTM FTUI
DYNAMIC PROPERTIES Dynamic properties is the properties of material due to dynamic load. In mechanical engineering, many components work in dynamic load. Impact test Fatigue and the endurance limit Fatigue failures
Beach mark failure type
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
20
20
03/07/98
DTM FTUI
IMPACT TEST • Charpy Impact Test (U, V notched) (EN 10045) • Izod Impact Test (ASTM D256) • Transition temperature ??
Mengapa berbentuk seperti ini ?
Transition temp. range Ductile failures
Energy to rupture
Brittle failures Mixed failures
Temperature
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
21
21
03/07/98
DTM FTUI
FATIGUE , ENDURANCE LIMIT, AND TEMPERTURE EFFECT Fatigue : Failure due to CYCLIC loads (S
S = stress amplitude unsafe
case for steel (typ.)
Sfat safe 103
105 107 109 N = Cycles to failure
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
22
22
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
23
23
03/07/98
DTM FTUI
CREEP
First stage (primary) : Creep rate decrease due to strain hardening Second stage (secondary) : Creep at constant rate
(c)2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein under license.
Third stage (tertiary) : Creep rate acceleration
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
24
24
03/07/98
DTM FTUI
CREEP (CONT.)
(c)2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein under license.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
25
25
03/07/98
DTM FTUI
EQUILIBRIUM PHASE DIAGRAMS Dan Sistem IRON CARBON
Dr. Ir. Gandjar Kiswanto, MEng Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
26
26
03/07/98
DTM FTUI CHAPTER 4 PHASE EQUILIBRIUM PHASE DIAGRAM P-T DIGRAM
TEMPERATURE-COMPOSITION DIAGRAM
COOLING CURVE
PARTIAL EQUILIBRIUM DIAGRAM SOLUBILITY INSOLUBIITY
Utilization of Diagram Solidification process IRON-CARBON EQUILIBRIUM DIAGRAM CAST IRON
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
27
27
03/07/98
DTM FTUI
EQUILIBRIUM PHASE DIAGRAM Phase yaitu bentuk sederhana dari material yang memiliki susunan dan jenis karakteristiknya sendiri. Phase memiliki Definable structure A Uniform and identifiable chemistry Distinc Boundaries or interfaces
Equilibrium Phase diagram yaitu pemetaan grafik terhadap perlakuan asli suatu material atau sistem material yang disesuaikan dengan semua kondisi. • • • •
P-T Diagram Temperature-Composition Diagram Cooling Curves Partial Equilibrium diagram
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
28
28
03/07/98
DTM FTUI
P-T Diagram Salah satu bentuk diagram paling sederhana dari PhaseDiagram 3 Parameter yang penting dalam diagram ini yaitu Temperatur Tekanan Komposisi
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
29
29
03/07/98
DTM FTUI
Temperature-Composition Diagram Garis Vertikal menunjukkan garis Constant Composition Scan Garis Horizontal menunjukkan garis Isothermal Scan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
30
30
03/07/98
DTM FTUI
Cooling Curve
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
31
31
03/07/98
DTM FTUI
Cooling Curve
e
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
32
32
03/07/98
DTM FTUI
Perkembangan microstructure pada isomorphous alloys Equilibrium (very slow) cooling
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
33
33
03/07/98
DTM FTUI
Partial Equilibrium Diagram
• Garis a – c – f – h – l menunjukan temperatur terendah dari seluruh material dalam keadaan cair • Garis d – f – j menunjukan reaksi dari 3 fase berbeda
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
34
34
03/07/98
DTM FTUI
Solubility adalah kemampuan suatu material untuk dapat menyatu secara total dengan material lainnya : • Complete solubility baik pada fase cair dan fase padat • Partial solid solibility
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
35
35
03/07/98
DTM FTUI
Insolubility Insolubility terjadi apabila satu atau dua komponen tidak dapat terlarut secara total satu sama lain.
Equilibrium Diagram of two materials
Liquid A + Liquid B Solid A + Liquid B Solid A + Solid B
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
36
36
03/07/98
DTM FTUI
Pemanfaatan Diagram Diagram ini berguna untuk menyediakan gambaran keseluruhan dari suatu sistem campuran atau untuk mengidentifikasi titik transisi untuk beragam perubahan dalam suatu phase. The Phases present The Composition Of Each Phase The Amount Of Each Phase Present
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
37
37
03/07/98
DTM FTUI
Solidification process Perubahan dari satu phase ke lainnya tidak terjadi dalam seketika tapi membutuhkan waktu,yang tergantung dari massa dan koefisien konduktivitas thermal suatu logam. Proses ini mengalami dua tahapan : Nukleasi Pertumbuhan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
38
38
03/07/98
DTM FTUI
Iron-Carbon Equilibrium diagram
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
39
39
03/07/98
DTM FTUI
REAKSI TIGA-FASE
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
40
40
03/07/98
DTM FTUI
INTERMETALLIC COMPOUND
Diagram ini dapat dianggap sebagai dua diagram eutektik yang digabungkan, untuk Mg-Mg2Pb dan Mg2Pb-Pb. Dalam kasus ini gabungan/campuran Mg2Pb dapat dianggap sebagai satu komponen
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
41
41
03/07/98
DTM FTUI
Struktur Fasa Besi karbon Fasa yang terjadi: Besi Delta Ferrite Austenite Cementite Perlite Ledeburite
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
42
42
03/07/98
DTM FTUI
Simplified Iron Carbon Diagram (Steel Portion)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
43
43
03/07/98
DTM FTUI
Cast Iron Suatu campuran besi karbon yang memiliki kandungan karbon lebih dari 2,11% Jenis-jenis cast iron: Gray Cast Iron • Laju pendinginan rendah
White Cast Iron • Laju pendinginan tinggi
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
44
44
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (Perlakuan Panas ) Suatu proses pemanasan dan pendinginan pada suatu logam untuk mengubah sifat fisis/mekanik yg diinginkan. Tujuan dari proses Heat Treatment a.l. (tergantung proses yg dilakukan) : • Meningkatkan kekerasan dan ketangguhan suatu material. • Mengurangi tekanan dan regangan pada bagian dalam material. • Memperhalus kekasaran material. • Mengeluarkan gas. • Meningkatkan ketahanan terhadap panas. • Meningkatkan kemampuan menahan terhadap korosi dan panas • dll. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
45
45
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (Perlakuan Panas ) (cont’d) Pada umumnya Heat Treatment dpt di klasifikasikan atas 3 tahapan 1. Pemanasan sampai suhu dan kecepatan yang tertentu. 2. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga temperatur merata. 3. Pendinginan dengan media pendingin ( air, minyak, udara ). Ketiga hal tersebut tergantung dari sifat – sifat yang diinginkan. Pemanasan
Penjagaan Temperatur
Pendinginan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
46
46
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) Syarat proses Heat Treatment : Suhu Pemanasan harus naik secara teratur dan merata. Alat ukur suhu hendaknya seteliti mungkin.
Klasifikasi proses Heat Treatment : 1. Annealing 2. Normalizing 3. Hardening 4. Tempering
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
47
47
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 1. Annealing Adalah suatu proses perlunakan sehingga besi / baja yang keras dapat dikerjakan melalui permesinan atau dengan pengerjaan dingin Tujuan : - Mengurangi kekerasan - Memperbaiki utiliti - Memperbaiki kekuatan - Menghaluiskan ukuran butiran Macam – macam Proses Annealing :
• • • •
Full Annealing Recrystalisasi Annealing Stress Relieve Annealing Spherodizition Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
48
48
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 2. Normalizing Suatu proses untuk mendapatkan strukutur butiran yang halus dan segaram dan untuk menghilangkan tegangan dalam Prosesnya dengan memanaskan sedikit diatas suhu kritis + 60 0 C , kemudian setelah suhu merata didinginkan di udara Hasilnya untuk baja – baja konstruksi, baja rol dapat dimesin dengan baik
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
49
49
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening Proses pemanasan baja sampai pada suhu didaerah atau di atas daerah kritis. Tujuannya : untuk mengubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur baja yang keras. Prosesnya adalah dengan cara menaikkan suhu baja sampai sekitar 770°C sampai dengan 830°C. Kemudian ditahan beberapa saat kemudian didinginkan secara mendadak dengan mencelupkan kedalam air, oli atau media pendingin lain. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
50
50
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening (cont’d) Proses hardening dapat dilakukan juga dgn mengeraskan permukaan benda yang dapat dibagi 4 proses yaitu : 1. Carborizing 2. Flame hardening 3. Nitriding 4. Blaken dan Brownir
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
51
51
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening (cont’d) Carborizing : Carborizing adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghasilkan permukaan baja yg berkadar karbon rendah (0,3%). Proses carborizing didasarkan atas kemampuan baja untuk menyerap carbon pda suhu 900°C - 950°C. Caranya Baja yang akan diproses dimasukkan kedalam besi yg berisi arang kayu atau batu bara + barium karbonat kemudian suhu dan waktu pemanasan tercapai kemudian dapur didinginkan kira-kira suhu 350°C benda di keluarkan dan didinginkan di udara. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
52
52
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening (cont’d) Flame Hardening : •Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan yang keras dari baja yang kandungan carbonnya lebih dari 0,4%. •Permukaan baja dipanaskan dengan cepat hingga suhu kritisnya dgn perantaraan semburan api atau dengan induction coil frekwensi tinggi, kemudian segera di quenching untuk mendapatkan struktur baja.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
53
53
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening (cont’d) Nitriding : •Proses menyerapkan nitrogen ke dalam logam, dgn maksud untuk mendapatkan lapisan logam yang lebih keras daripada logam semula. •Baja yang di nitriding baja paduan rendah yang mengandung molybdenum, chromium, alumunium, dan vanadium. •Proses nitriding ini dilakukan dalam kotak gas yang berisi sirkulasi gas ammonia. Temperatur yang digunakan adalah 500°C s/d 600°C. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
54
54
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 3. Hardening (cont’d) Blaken dan Brownir : Blaken adalah proses memberi warna hitam pada permukaan benda kerja, agar tahan terhadap korosi. Brownir adalah proses memberi warna cokelat pada permukaan benda kerja agar tahan terhadap korosi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
55
55
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 4. Tempering : Proses memanaskan kembali baja yg telah dikeraskan dan didinginkan secara perlahan-lahan untuk menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi kekerasannya. Suhu yg biasa di gunakan dalam proses ini berkisar 150°C sampai 650°C. Tujuan Tempering a.l. : Mengurangi tegangan sisa yang timbul selama quenching mengurangi kekerasan Mengurangi kerapuhan Meningkatkan keuletan baja Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
56
56
03/07/98
DTM FTUI
Heat Treatment (cont’d) 4. Tempering (cont’d): Macam-macam Tempering : Tempering suhu rendah ( 150°C sampai 300°C ) : Untuk mengurangi tegangan dalam dan mengurangi kerapuhan dari baja. Digunakan pada alat-alat yang tidak mengalami pembebanan yang berat. Misalnya pada : alat-alat potong, mata bor, dll.
Tempering suhu sedang ( 300°C sampai 500°C ) : Untuk menambah keuletan dan kekerasan. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban berat. Misalnya : palu, pahat, pegas, dll.
Tempering suhu tinggi ( 500°C sampai 600°C ) : Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
57
57
03/07/98
DTM FTUI
Pengelompokan Proses Manufaktur Expendable mold Casting Multiple use mold Conventional Machining Machining Non-conventional Machining
Forming
Welding Brazing Soldering Adhesive Bonding Mechanical Bonding
Turning Milling Drilling, Boring Taping Grinding, Honing, Lapping Etching Electro Discharge machining Electro Polishing Water jet Laser beam Forging Rolling Extrusion Bending Deep Drawing Spinning Swaging
Hot Forming Cold Forming
Joining
Sand casting Shell casting Investment casting Lost foam casting Die Casting Permanent mold casting
Oxyfuel Arc Plasma Laser Discrete fastener Integral fastener Shrink fit Press fit
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
58
58
03/07/98
DTM FTUI Expendable mold Casting Multiple use mold Conventional Machining Machining Non-conventional Machining
Forming
Hot Forming Cold Forming
Welding Joining
Brazing Soldering Adhesive Bonding Mechanical Bonding
Sand casting Shell casting Investment casting Lost foam casting Die Casting Permanent mold casting Turning Milling Drilling, Boring Taping Grinding, Honing, Lapping Etching Electro Discharge machining Electro Polishing Water jet Laser beam Forging Rolling Extrusion Bending Deep Drawing Spinning Swaging Oxyfuel Arc Plasma Laser Discrete fastener Integral fastener Shrink fit Press fit
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
59
59
03/07/98
DTM FTUI
Casting (pengecoran) Definisi ? : • Sebuah proses dimana metal (logam) atau material cair dialirkan dengan gravitasi atau gaya lain ke-dalam cetakan (mold) sehingga logam (material) cair tersebut membeku di dalam rongga cetakatan. • Bentuk produk casting a.l. : • Ingot • Produk bentukan • Biasanya dikerjakan di foundry (dapur casting pengecoran -penuangan
History of casting (sejarang pengecoran) : • Dimulai 6000 thn lalu casting perunggu 3000 SM di Mesopotamia • Pengocaran besi kasar secara besar tjd pada abad ke-14 ketika Jerman-Itali merubah tanur primitif beralas datar menjadi tanur tiup berbentuk silinder • Pengecoran dgn menggunakan cetakan pasir yang dikenal dengan sand casting telah dikenal selama beratus-ratus tahun yang lalu. • Secara umum pengecoran modern dibagi atas 3 masa 1) tahun 1700an, 2) pertengahan 1700-1800an, 3) 1875 sampai dengan sekarang. • Benda cor produk tahun 1900-1940an cenderung tebal dan performancenya lebih baik. Kualitas proses produksi mencapai puncaknya dimulai pada tahun 1920-1940an. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
60
60
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Keuntungan dan kekurangan Casting : Keuntungan dalam penggunaan proses casting (pengecoran)? : • Part yg dibuat memiliki bentuk internal dan external (cavities) yg kompleks e.g. asymetric parts tidak dapat atau sulit di jangkau (inaccessible) oleh pahat dalam proses pemesinan. • Part yg dibuat memiliki cavity (cross sectional area) yg besar dan mungkin memerlukan penghilangan material yang banyak. • Part yg dibuat dpt mencapai spesifikasi toleransi yang mendekati spesifikasi toleransi akhir close tolerance (net-shape). • Mengurangi directional properties dari material (metals). Kualitas anisotropic yang lebih baik dibandingkan dengan material yang di kempa (melalui proses forging) atau pembentukan. • Metal berharga (precious metals) tidak ada atau sedikit kehilangan material. • Membutuhkan material yg memiliki karakteristik redam (damping) yg baik e.g. Gray Cast Iron.
Kekurangan dalam proses casting (pengecoran)? : • Keterbatasan dalam sifat mekanik (mechanical properties) Porositas • Keterbasan dalam ke-akurasi-an dimensi (ukuran) & permukaan akhir utk beberapa proses casting • Keamanan bekerja dengan metal cair yg panas • Tungku peleburan yang mengeluarkan limbah padat dan polusi udara • Part dpt di manufaktur dengan proses lain yg lebih mudah dan hemat biaya (cost effective) : deep drawing, atau punch-press, dll Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
61
61
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Contoh produk casting
Camera case
Disc brake
Transmission housing
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
62
62
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Alur proses casting (garis besar) Pembuatan mold (cetakan)
Peleburan material metal (logam)
Penuangan metal cair ke dalam mold Proses pembekuan metal cair Pengangkatan produk cetakan dan pembersihan
Sand casting : Daur ulang sand mold (pasir cetak) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
63
63
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Jenis Mold untuk Casting 1. Tipe MOLD berdasarkan mampu pakainya : a. Expendable mold (single-use mold) Mold dari produk hasil pengecoran (metal cair yg kemudian mengeras) harus di hancurkan untuk mendapatkan produk tsb. Dibuat dari pasir (sand), plaster & material sejenis Lebih ekonimis laju produksi kecil
b. Multiple-use mold Mold dapat digunakan berulang kali untuk menghasilkan produk casting Dibuat dari metal atau graphite Biaya tinggi laju produksi besar
2. Tipe MOLD berdasarkan keterbukaan moldnya : a. Open Mold b. Close Mold
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
64
64
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Jenis Mold untuk Casting (cont’d)
a)
Open mold Mold dgn bentuk sederhaana spt kontainer (wadah) yg berbentuk produk yg diinginkan
b)
Closed mold Geometri mold lebih kompleks dan memerlukan sistem gating utk bentuk produk yg lebih kompleks (internal & eksternal)
Gambar : Jenis mold dan komponen-komponen pada mold Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
65
65
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Komponen-komponen Mold
1. Mold : Cetakan tempat dimana material cair di tempatkan dan memiliki cavity yg merupakan bentuk dari produk yg di inginkan. 2. Mold cavity : Rongga yg memiliki bentuk sesuai dengan bentuk part yg akan di hasilkan dan tempat di mana material cair dituang 3. Pattern : Duplikat/tiruan dari produk akhir yg di-inginkan dan digunakan dalam pembuatan mold (cavity). Pertimbangkan shringkage allowance lebih besar (e.g. 2% dari aslinya). 4. Flask : Box (wadah) yg men-support/menampung bahan/material mold. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
66
66
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Komponen-komponen Mold (cont’d)
5. Core : Bagian yg ditambahkan (disisipkan) ke dalam mold cavity sebagai bagian untuk membentuk produk casting (utk menghasilkan bentuk geometrik yg diinginkan) lubang yg memang ada pada disain dr produk. 6. Core print : Bagian yg ditambahkan ke dalam pattern untuk menyangga core. 7. Riser : Extra rongga yg dibuat di dalam mold yg juga di isi oleh material (e.g. metal) cair sebagai cadangan (reservoir) metal cair yg dpt juga mengalir kedalam mold cavity untuk kompensasi tjd-nya shringkage proses pembekuan. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
67
67
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Komponen-komponen Mold (cont’d)
8. Gating system : pouring cup, sprue (kanal vertikal dari gating), runner (kanal horizontal) utk mengalirkan material cair, vents (way-out udara/gas di dlm mold). 9. Cope : Bagian atas mold, pattern, core dan flask. 10. Drag : Bagian bawah mold, pattern, core dan flask. 11. Parting surface (line) : interface yg memisahkan cope dan drag termasuk : flask, pattern atau core (pd sebagian proses castin). 12. Draft : taper yg memungkinkan produk casting dapat di tarik dari mold Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
68
68
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Material untuk casting Material yang dapat di lebur dan mengalami pembekuan setelahnya : Metal, alloy, polymers, dll
Non Ferrous : • Alumunium • Cast iron (besi cor) • Copper (Tembaga) • Steel (baja) • Zinc (Seng) • Timah Hampir semua logam dapat dicasting • Magnesium Yang lebih baik memiliki sifat : • Nickel Titik lebur rendah • Titanium Beda titik lebur dengan titik didih cukup jauh Fluiditasnya baik Tidak terlalu reaktif dengan udara pada suhu tinggi
Contoh yg umum : Metal Ferrous :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
69
69
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Persyaratan dasar dalam proses casting 6 syarat dasar yg berhubungan dengan hampir semua proses casting : 1. Mold cavity : • Memiliki bentuk dan ukuran sesuai yg di inginkan ( spek. geometri dari casted part yg di-inginkan harus ada di cavity). • Harus mempertimbangkan allowance utk shringkage (penciutan) material yg membeku. • Material Mold harus tahan dan tidak bereaksi terhadap material cair (e.g. metal) produk tidak boleh mengandung material mold. 2. Melting process (Proses pelelehan) : • Harus dapat menghasilkan metal/logam/material cair pada suhu yg sesuai dan pd jumlah & kualitas yang diinginkan dgn harga yg beralasan. 3. Pouring technique (metoda/teknik Penuangan) : • Harus memiliki mekanisme untuk mengalirkan material (e.g. metal) cair ke dlm mold • Harus ada mekanisme utk menghilangkan udara/gas yg ada (terjebak) didlm cavity sebelum proses penuangan full dense (porositas sesuai spek)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
70
70
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Persyaratan dasar dalam proses casting (cont’d) 4. Solidification process (Proses pembekuan) : • Harus di rancang dan di kendalikan dengan baik proses pembekuan (solidifikasi) dan penciutan (shringkage) karena pembekuan material (metal) cair tdk boleh menyebabkan porositas dan rongga (void). • Mold tidak boleh membatasi terjadinya shringkage pada proses pendinginan (cooling) secara berlebihan casting mudah crack (retak) dan kekuatannya rendah. 5. Mold and (casted) part removal : • Harus dapat membuka mold dan melepas produk (casted material) dengan mudah dan tidak menyebabkan cacat pada part. 6. Finishing operation cleaning, finishing + inpection : • Pembersihan pada permukaan produk thd : material mold, material lebih (dari material produk itu sendiri) yg terbentuk saat penuangan dan solidifikasi sepanjang parting line !
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
71
71
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Penggunaan Energi dalam metal casting
Melting 55 % Heat Treatment 6 % Post cast 7 % Core making 12 % Mold making 12 % Lainnya 12 %
Energy Use in Metal casting 12% Melting
12%
Heat Treatment Post Cast
8%
55%
Coremaking Moldmaking Other
7% 6%
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
72
72
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pemanasan Metal (logam) • Energi panas (heat energy) yg di butuhkan adalah penjumlahan dari : Heat (kalor) untuk menaikan suhu ke titik lebur Heat of fusion untuk merubah padat (solid) ke cair (liquid) Heat utk menaikan metal cair ke suhu penuangan yg diinginkan
H V Cs Tm To H f Cl Tp Tm
(1)
H
= total heat required to raise the temperature of the metal to the pouring temperature, Btu (J) = density, lbm/in3 (g/cm3) Cs = weight specific heat for the solid metal, Btu/lbm-Of (J/g-oC) Tm = melting temperature of the metal To = starting temperature, usually ambient, oF (oC) Hf = heat of fusion, Btu/lbm (J/g) Cl = weight specific heat of the liquid metal, Btu/lbm-oF (J/g-oC) Tp = pouring temperature, oF (oC) V = volume of metal being heated, in3 (cm3) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
73
73
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pemanasan Metal (cont’d) Contoh : One cubic foot of a certain eutectic alloy will be heated in a crucible from room temperature to 200o above its melting point for casting. The properties of the alloy are density = 0.15 lbm/in3, Melting point = 1300 oF, specific heat of the liquid metal = 0.082 Btu/lbm-oF in the solid state; and heat of fusion = 72 Btu/lbm. How much heat energy must be added to accomplish the heating, assuming no losses? Solusi : Assume ambient temperature in the foundry = 80 oF and that the densities of liquid and solid states of the metal are the same. Nothing that 1 ft3 = 1728 in3 and substituting the property values into eq. (1), we have : H = (0.15) (1728) {0.082 (1300 – 80) + 72 + 0.071 (1500 – 1300)} = 48,273.4 Btu
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
74
74
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Penuangan Metal cair • Pouring temperature (Suhu penuangan) Suhu penuangan (suhu metal cair saat dituang ke dalam mold)
• Pouring rate (Laju penuangan) Laju volumetrik penuangan metal cair ke dalam mold
• Turbulence Perubahan kecepatan fluida yg tidak teratur, baik besar maupun arahnya erosi mold yg berlebihan tjd keausan pada badan mold (karena aliran metal cair)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
75
75
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Analisa proses penuangan (pouring) • Laju aliran (Flow velocity) :
v 2 gh
(2)
• Laju volumetrik aliran (Volume rate of flow) :
Q v1 A1 v2 A2
(3)
• Waktu pengisian mold dgn volume V (Time required to fill a mold cavity of volume V) :
MFT
V Q
(4)
MFT = mold filling time, sec (s) V = volume of mold cavity, in3 (cm3) Q = volume flow rate, in3/sec (cm3/s) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
76
76
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Analisa proses penuangan (cont’d) Contoh : A certain mold has a sprue whose length is 8.0 in. and the cross-sectional area at the base of the sprue is 0.4 in2. The sprue feeds a horizontal runner leading into a mold cavity whose volume is 100 in.3. Determine (a) velocity of the molten metal at the base of the sprue, (b) volumetric flow-rate , and (c) time to fill the mold Solusi : (a) The velocity of the flowing metal at the base of the sprue is given by eq (2):
v 2 gh 2(386.6)(8.0) 78.65 in. / sec (b) The volumetric flow rate is
Q vA (0.4 in.2 )(78.65 in. / sec) 31.5 in.3 / sec (c) The time required to fill a mold cavity of 100 in.3 at this flow rate is
MFT
V 100 3.2 sec Q 31.5 Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
77
77
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Proses pembekuan (solidification process) Pada proses pembekuan : •Karakteristik struktur yg menentukan properties (sifat) dari produk di-set •Dapat terjadi Cacat produk casting (cor) porositas gas dan penciutan produk Sifat-sifat proses pembekuan diketahui melalui Cooling curve kurva yg menggambarkan transisi pada struktur material (metal) dari liquid ke padat menurut perubahan suhu-waktu penting utk proses penuangan dan pembekuan !!! Dua tahap pembekuan (Solidification stages) : Nucleation (nukleasi) growth (perambatan beku) • Nukleasi : terbentuknya partikel solid yg stabil dari material cair (molten liquid) • Growth : terjadi saat heat-of-fusion yg terlibat terlepas secara kontinyu dari material cair. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
78
78
03/07/98
Casting
Proses pembekuan (cont’d) Pelepasan panas transisi liquid ke solid!
superheat
DTM FTUI
Figure : Cooling curve for a pure metal during casting Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
79
79
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Proses pembekuan (cont’d) Total liquid
Freezing range
Total solid
Two phase
Figure : (a) Phase diagram for a copper-nickel alloy system, and (b) associated cooling curve for a 50%Ni-50%Cu composition during casting Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
80
80
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Waktu pembekuan (Solidification Time)
Sh = Pt - Ft
(5)
•Semakin besar superheat semakin banyak waktu yg di ijinkan bagi material untuk mengalir kedalam detail cavity sebelum mulai pembekuan !
Chvorinov’s Rule (memperkirakan waktu pembekuan) :
V TST Cm A
n
(6)
Dimana : TST = Total solidification time, min V = volume of the casting, in.3 (cm3) A = surface area of the casting, in.2 (cm2) N = Sbh exponent (umumnya n = 2) Cm = mold constant, min/in.2 Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
81
81
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Penciutan (Shringkage) Volumetric reduction of the casted parts due to solidification and cooling (Penciutan (pengurangan ukuran) volumetrik castedpart karena proses solidifikasi dan pendinginan). Shringkage tjd dalam 3 proses : 1.
Liquid contraction
2.
Solidification
3.
Solid thermal contraction
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
82
82
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Penciutan (Shringkage) (cont’d) Volumetric contraction due to: Solidification shrinkage, %
Solid thermal contraction, %
Aluminum
7.0
5.6
Aluminum alloy (typical)
7.0
5.0
Gray cast iron
1.8
3.0
0
3.0
Low carbon cast steel
3.0
7.2
Copper
4.5
7.5
Bronze (Cu-Sn)
5.5
6.0
Metal
Gray cast iron, high carbon
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
83
83
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Struktur produk cor (casted part) 1.
Chill zone : zone kristal yg sempit dan ber-orientasi secara random dan membentuk permukaan benda cor. Proses nukleasi yg cepat (pembentukan partikel solid) terjadi pada zone ini karena adanya dinding mold dan pendinginan permukaan yg relatif cepat.
2.
Columnar zone : Zone yg berbentuk kolom terbentuk karena saat terjadinya chill zone Laju pelepasan panas + laju pembekuan menurun kristal berkembang ke arah perpendikular (tegak lurus) permukaan casting paralell kristal yg sangat terarah !
3.
Equiaxed zone : Kristal spheris yg terorientasi secara random !
Permukaan casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
84
84
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Permasalahan dalam metal-cair 1.
Dross atau Slag metal oxida (i.e. ceramic material), yg tjd karena reaksi antara Oxygen dengan metal cair dan sekelilingnya, yg terbawa saat penuangan dan pengisian (mold) cavity terjebak dalam produk cor memperburuk permukaan produk cor (casted part), mampu mesin (machinibility) dan sifat mekanik (mechanical properties).
Pencegahan a.l. : •
menutup/melindungi metal cair sebelum dan saat penuangan, atau pelelehan (peleburan) dan penuangan material cair dilakukan di dalam ruangan terkendali atau vakum.
•
Membuat pour ladle (alat penuang metal cair) khusus yg dapat menutup kemungkinan reaksi antara lingkungan (udara/oxigen) dgn metal cair.
•
Merancang gating system untuk menjebak dross sehingga tidak masuk kedalam mold cavity.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
85
85
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Permasalahan dalam metal-cair (cont’d) 2.
Gas porosity tjd karena gas bercampur dengan metal cair membentuk rongga/gelembung udara (bubbles) di dalam produk cor (casting).
Pencegahan a.l. : •
Peleburan di lakukan dalam : ruang vakum, lingkungan yg memiliki gas yg solubilitas-nya rendah, atau dengan penutup yg menghindari kontak dengan udara.
•
Menjaga suhu superheat rendah untuk meminimasi solubilitas.
•
Penanganan proses penuangan yg hati-hati untuk mencegah turbulens yg dpt menyebabkan bercampurnya udara dengan material cair.
•
Gas flushing : melewatkan gelembung-gelembung gas reaktif dgn gas yg larut dalam metal cair (e.g. bubles dari nitrogen/chlorine menghilangkan hydrogen di dlm alumunium cair).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
86
86
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tingkat ke-cair-an (Fluiditas / fluidity) Kemampuan metal cair untuk mengalir (flow) dan kemudian mengisi (fill) mold cavity.
•Cacat produk cor tjd bila metal cair mulai membeku sebelum seluruhnya mengisi mold cavity misruns atau cold sluts •Tergantung pd : komposisi, suhu pembekuan, range pembekuan dari materal cair (metal, alloy). Plg dipengaruhi suhu penuangan, atau jumlah superheat ! Suhu penuangan
=
Fluiditas
Hindari Suhu Tuang yg terlalu tinggi ! metal cair penetrasi ke permukaan mold (mengisi rongga/celah pada mold) pada sandcasting : metal cair bagian luar menyusup pada permukaan pasir permukaan produk cor mengandung pasir !
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
87
87
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Gating system Gating system dan Laju Pengisian (penuangan)
• Laju pengisian yg cepat erosi pada gating system dan mold cavity = ikutnya material mold/gating kedalam produk cor. • Laju pengisian yg rendah (slow filling) dan heat loss pada metal cair cepat membeku misruns dan cold sluts.
Pertimbangan dalam merancang gating-system mempengaruhi ke-mampu-aliran (flowdity/flowditas) metal cair : Kanal pendek dan penampang bundar atau persegi dari gating system
menghindari Kerugian Panas (Heat loss). Gates lebih dari satu atau dua (Multiple gates) mempercepat distribusi
metal cair ke dalam mold cavity (utk big cavity). Panjang Sprue yg pendek (Short sprue) mempercepat jalannya metal cair
ke-dalam mold. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
88
88
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Gating system (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
89
89
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Riser Extra rongga yg dibuat di dalam mold yg juga di isi oleh material (e.g. metal) cair sebagai cadangan (reservoir) metal cair yg dpt juga mengalir kedalam mold cavity untuk kompensasi tjd-nya shringkage proses pembekuan. •Riser harus membeku setelah produk cor (casting) bila sebaliknya : metal cair dari mold cavity akan mengalir ke riser shringkage lebih banyak !!! •Proses casting harus di rancang agar arah pembekuan berjalan dari mold cavity ke riser ! shg riser dpt memberikan mold cavity tambahan material (metal) cair utk kompensasi penciutan ! •Pembuatan multiple risers dimungkinkan agar kompensasi shringkage pada mold cavity : lebih cepat dan merata. Desain Riser yg BAIK ? : 1. Luas permukaan yg kecil pembekuan yg panjang. 2. Berbentuk spheris/cone/silinder. 3. Di tmpkan pd bagian casting dgn ketebalan tertinggi. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
90
90
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pattern (Pola) : karakteristik
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
91
91
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pattern (Pola) (cont’d) Pattern : • Pertimbangkan allowance A) shringkage allowance dibuat lebih besar dari dimensi asli produk (Kontraksi casting karena proses pendinginan e.g. 2% tergantung dari metal/material yang di casting). B) Machining (finishing) allowance. C) Distortion allowance • Mold dibuat menjadi 2 atau lebih bagian mempermudah pengambilan pattern dan produk casting. • Buat DRAFT untuk mempermudah pelepasan pattern yg memiliki permukaan tegak-lurus parting-line (parallel dgn arah penarikan mold).
No
Material
Allowance untuk kontraksi
1
Cast Iron
0.8-1.0%
2
Steel
1.5-2.0%
3
Alumunium
1.0-1.3%
4
Brass
1.5% Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
92
92
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pattern (Pola) (cont’d) Penambahan DRAFT
Contoh Shrink rule dan allowances
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
93
93
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pattern (Pola) (cont’d) Penambahan DRAFT
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
94
94
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pertimbangan dalam perancangan casting •Parting plane mempengaruhi : 1. Jumlah core : perubahan parting line dpt menghilangkan core ! 2. Penggunaan gating system yg efektif dan ekonomis 3. Berat akhir produk casting 4. Metode untuk menyangga core 5. Ke-akurasian dimensi akhir 6. Kemudahan molding •Ketebalan minimum bagian casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
95
95
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pertimbangan dalam perancangan casting (cont’d) •Pemakaian fillet pada perpotongan dua bagian casting mengurangi konsentrasi tegangan. Fillet berlebihan Hot Spot !
Gambar : Aturan dalam pemakaian fillet
Hot Spot
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
96
96
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Alur Casting pembuatan Baja (Steel)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
97
97
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Alur Casting pembuatan Baja (Steel)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
98
98
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Jenis proses Casting 1.
Berdasarkan tipe MOLD : a. Expendable mold (single-use mold) casting
Mold dari produk hasil pengecoran (metal cair yg kemudian mengeras) harus di hancurkan untuk mendapatkan produk tsb. Dibuat dari pasir (sand), plaster & material sejenis Lebih ekonimis laju produksi kecil
b. Multiple-use mold casting
2. 3.
Mold dapat digunakan berulang kali untuk menghasilkan produk casting Dibuat dari metal atau graphite Biaya tinggi laju produksi besar
Jenis MATERIAL mold : Sand (pasir) sand casting, metal, atau material lain. Proses Penuangan (POURING process): gravity (gravitasi), sentrifugal (centrifuge), vacum, tekanan (low/high pressure).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
99
99
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Proses Casting : Keuntungan dan keterbatasannya
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
100
100
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Kekasaran permukaan (Ra) & proses casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
101
101
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Karakteristik Umum berbagai proses Casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
102
102
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Expendable Mold Casting 1.
Single-use mold dengan multiple-use pattern
2.
Single-use mold dengan single-use pattern
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
103
103
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Sand casting
Gambar : produk sand-casting frame air compressor (680 kg) (Elkhart foundry, Indiana)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
104
104
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tahapan Proses Sand Casting
Sand
Raw material
Core making (if needed)
Pattern making
Preparation of sand
Mold making
Melting
Pouring
Solidification and cooling
Cleaning and inspection
Removal of sand mold Finished casting
Gambar : Tahapan proses sand casting (termasuk pembuatan pattern dan mold) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
105
105
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tahapan Proses Sand Casting (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
106
106
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tahapan Proses Sand Casting (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
107
107
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tahapan Proses Sand Casting (cont’d) Perhatikan urutan !!!
Drag Board
Pemampatan pasir di DRAG Dibalik
Cope
Cope Board
Pemampatan pasir di COPE
Drag
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
108
108
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tahapan Proses Sand Casting (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
109
109
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Tipe-tipe Pattern (Pola)
a. One-piece pattern atau Solid pattern plg mudah dan murah : utk produk sederhana dan jumlah casting sedikit. b. Split pattern jumlah produk casting lebih banyak dari solid pattern. c. Match-plate pattern jumlah produk casting lebih banyak dari split pattern. d. Cope and drag pattern dimensi produk casting besar dan dalam jml besar.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
110
110
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pembuatan Core (inti) Karakteristik Core yang baik untuk casting : • Memiliki kekerasan dan kekuatan yg cukup untuk tahan terhadap penanganannya dan gaya dari metal cair. Compressive strength berada pada 100-500 psi. • Kekuatan yg cukup sebelum hardening untuk memungkinkan penanganan pada kondisi tersebut. • Permeabilitas yg sesuai untuk memungkinkan dilalui oleh gas. • Collapsibility yg cukup spt pattern. • Refractoriness yg baik. • Permukaan yg halus. • Menghasilkan gas yg minimum saat di panaskan selama proses penuangan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
111
111
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pembuatan Core (inti) (cont’d)
Gambar : Engine blok V-8 dam lima dry-sand core nya Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
112
112
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Sand Conditioning (Pengkondisian Pasir) SAND Silica (SiO2), zircon atau olivine (forsterite dan fayalite) + bahan additive.
1.
Refractoriness kemampuan utk tahan terhadap suhu tinggi sifat alami dari sand.
2.
Cohesiveness (bond atau strength of sand) kemampuan untuk mempertahankan bentuk yg dibuat saat di tempatkan di mold didptkan dengan melapiskan biji (partikel) pasir dgn clay (pelekat) : bentonite, kaolite, atau illite.
3.
Permeability kemampuan untuk dilalui gas fungsi dari ukuran partikel pasir, jumlah dan tipe dari pelekat (clay), kelembaban, dan tekanan pemampatan pd pasir.
4.
Collapsibility kemampuan untuk membiarkan metal menciut setelah proses pembekuan yg akhirnya berguna utk melepaskan produk casting. SAND TESTING
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
113
113
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Sifat Sand yg baik untuk Casting 13 sifat 1. Tidak mahal dalam jumlah besar 2. Tahan terhadap proses transportasi dan penyimpanan 3. Dapat mengisi flask secara merata 4. Dapat di mampatkan dgn metode yg sederhana 5. Memiliki elastisitas yg cukup untuk tahan thd proses penarikan (pemisahan) pattern 6. Dapat tahan suhu tinggi dan menjadi ukurannya hingga metal (material) membeku 7. Cukup permeable untuk melepaskan (melewatkan gas) 8. Cukup padat untuk mencegah penetrasi metal cair 9. Cukup cohesive untuk mencegah terlepasnya agregat kedalam penuangan 10. Tahan reaksi terhadap metal (material) yg di cast 11. Dapat membiarkan solidification dan thermal shringkage mencegah crack (retak) dan sobekan 12. Memiliki collapsibility untuk memungkinkan pelepasan produk casting dengan mudah 13. Dapat di daur ulang (recycled dipakai lagi) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
114
114
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pembuatan Mold Berbagai jenis teknik pembuatan sand mold :
Flat-head squeezing
Profile-head squeezing
Jolting
Equalizing squeez pistons Flexible diaphragma
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
115
115
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Pembuatan Mold (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
116
116
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Klasifikasi Sand Mold Greensand: Dibuat dari campuran sand (pasir), clay (tanah liat), and air. Kekuatan yang baik, good collapsibility, good permeability, good reusability, dan plg tidak mahal. Dry-sand: Dibuat dari pengikat organik ketimbang tanah liat (clay), dan mold di panggang dalam sebuah oven yg besar pada suhu antara 400 o to 600oF (204o to 316oC). Dimensi akhir yg lebih baik tapi lebih mahal . Skin-dried: Dengan cara mengeringkan permukaan mold hingga kedalaman 0.5 hingga 1 in (2.5 cm) pada permukaan cavity mold, menggunakan tork (torches), lampu pemanas, dll.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
117
117
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Shell-Mold Casting Alur proses Shell molding
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
118
118
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Shell-Mold Casting (cont’d) Karakteristik Shell-mold casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
119
119
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Shell-Mold Casting (cont’d) Contoh sand mold casting :
Pattern untuk Sand-mold casting
Dua shell sebelum clamping dan produk akhir Shell mold
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
120
120
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Vacuum Molding
Vacuum molding : Menggunakan cetakan pasir bersamaan dengan tekanan vakum tidak adanya binder = tidak ada moisture related defects (e. g. fumes = binder yg terbakar). Jenis Vacuum molding: Vacuum assisted molding Vacuum injection molding
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
121
121
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Vacuum Molding (cont’d)
Alur proses Vacuum Molding Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
122
122
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Vacuum Assisted Molding
Menggunakan bentuk plastik reinforced yang harganya murah dalam tekanan yang mengapit bentukan atas dan bentukan bawah.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
123
123
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Vacuum Injection Molding
Mesin injection molding
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
124
124
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Investment Casting Pengecoran presisi menghasilkan produk berukuran teliti dengan permukaan yang sangat halus. Investment casting yang paling khas adalah lost wax process.
Gambar : Contoh investment casting untuk pembuatan Stator Compresor dengan 108 airfoils terpisah (courtesy Howmet Corp.)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
125
125
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Alur proses Investment Casting
Gambar : urutan proses investment-mold casting (investment casting institute) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
126
126
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Investment Casting (cont’d) Keuntungan :
Fleksibilitas desain dapat membuat bentuk apapun yang sesuai dengan keinginan, bentuk yang rumit dan detail yang sangat teliti. Dapat diperoleh permukaan yang rata dan halus tanpa garis pemisah. Banyaknya pilihan logam dan paduan yang dapat menggunakan proses casting ini. Menghilangkan set-up tooling dengan menawarkan konfigurasi nearnet-shape maka akan mengurangi atau menghilangkan biaya perlengkapan. Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan investment casting tidak memerlukan modal atau biaya permesinan yang besar.
Kerugian :
Proses mahal. Terbatas untuk benda cor yang kecil. Sulit, bila diperlukan inti. Lubang harus lebih besar dari 1,6 mm dengan kedalaman maksimal 1,5 kali diameter.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
127
127
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Investment Casting (cont’d) Karakteristik Investment-mold casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
128
128
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Expanded Polystyrene Casting
•Casting dimana pattern yg terbuat dari polystyrene tidak perlu di lepas dari mold sebelum dan saat penuangan metal cair ke dalam cavity, karena pattern menguap saat metal cair di tuang kedalam mold cavity keuntungan dibanding investment-mold casting ! •Disebut juga full-mold casting.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
129
129
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Expanded Polystyrene Casting (cont’d) Karakteristik Full-mold (expended polystyrene) casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
130
130
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Multiple-use Mold Casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
131
131
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Permanent Mold casting Proses dasar Permanent Mold casting: Tidak perlu mengalami pergantian cetakan. Dibentuk dari 2 bagian buka tutup. Ditambah cores untuk membentuk bagian dalam produk. Proses :
Pemanasan cetakan sampai 2000C. Pelapisan cetakan + dituangkan (metal cair mengalir karena gaya gravitasi). Cetakan dibuka. Keuntungan : Permukaan baik Ketelitian dimensi baik Produk kuat
Kerugian : Terbatas pada logam Bentuk sederhana
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
132
132
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Permanent Mold casting (cont’d) Karakteristik Permanent-mold casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
133
133
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Proses dasar Permanent Mold casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
134
134
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Parameter pengaruh umur Mold 1. 2. 3. 4. 5.
Alloy yg di cast (cor) semakin tinggi titik lebur, semakin pendek umur mold. Material mold gray cast iron memiliki thermal fatigue yg terbaik dan dpt di mesin dgn mudah banyak digunakan sbg mold. Suhu penuangan Semakin tinggi suhu penuangan, semakin pendek umur mold, meningkatkan masalah penciutan (shringkage). Suhu mold bila suhu terlalu rendah, misruns dpt terjadi. Bila suhu terlalu tinggi, erosi mold dpt terjadi. Konfigurasi mold perbedaan ukuran dari bagian2 mold atau produk yg di cor, dpt menurunkan umur mold.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
135
135
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Variasi dari Permanent Mold Casting Slush Casting hanya memungkinkan metal cair berada di mold cavity hingga shell dengan ketebalan tertentu terbentuk (metal cair selebihnya di tuang kembali keluar) menghasilkan produk casting yg hollow. Low-Pressure Casting menggunakan tekanan rendah 5-15 psi thd metal cair di dlm cavity. Vacuum Permanent Mold Casting pem-vakum-an mold cavity untuk menarik metal cair ke dalam mold (cavity).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
136
136
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Die Casting Pengertian : Penginjeksian logam cair dengan tekanan tinggi. Sejarah : Dari mesin Linotype , dikembangkan oleh O. Margenthaler Digunakan komersial pertama kali di New York oleh The Tribune Pematenan pertama mesin Die Casting oleh H. Doehler (1906) 1907 , E. Wagner menggunakan mesin ini untuk mencetak teropong dan masker gas.
Gambar : skema umum mesin (cold chamber) die-casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
137
137
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Siklus cold chamber Die Casting
Gambar : Siklus dalam cold-chamber casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
138
138
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Siklus hot chamber Die Casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
139
139
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Proses Die Casting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
140
140
03/07/98
DTM FTUI
Casting
Die Casting Karakteristik Die-casting :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
141
141
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
142
142
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy)
Sebuah proses manufaktur dimana part yang dihasilkan dari serbuk metal (plastik injection molding). Serbuk dimampatkan menjadi suatu bentuk tertentu. Lalu di panaskan untuk membuat ikatan dari partikel serbuk menjadi keras dan kokoh (Sintering)
Mengapa memakai Powder Metalurgy ? :
Part dapat di produksi masal dalam bentuk net-shape atau near netshape Sedikit menghasilkan material scrap/tdk terpakai (waste) Part memiliki tingkat porositas yg dispesifikasikan Metal tertentu sulit untuk di produksi dengan metoda lain tungsten ! Dapat menghasilkan kombinasi metal alloy tertentu Dapat di otomatisasi untuk produksi yg lebih ekonimis
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
143
143
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy) (cont’d) Kekurangan Powder Metalurgy ? :
Biaya tooling dan peralatan yg tinggi Serbuk metal yg mahal Kesulitan dalam menyimpan dan menangani serbuk metal ( degradasi kualitas) Keterbatasan geometri part karena serbuk metal tidak langsung mengalir di dalam die selama proses penekanan Variasi dalam kepadatan material pada part akhir
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
144
144
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy) (cont’d) Ukuran Screen Mesh
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
145
145
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy) (cont’d) Berbagai bentuk partikel :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
146
146
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Proses Metalurgi Serbuk
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
147
147
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Produksi Metalurgi Serbuk Gas atomization
Water atomization
Centrifugal atomization
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
148
148
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Produksi Metalurgi Serbuk (cont’d) Urutan proses pembuatan serbuk metal
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
149
149
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Perangkat Blending dan Mixing Metalurgi Serbuk
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
150
150
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Compacting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
151
151
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Sintering
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
152
152
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Cold isostatic pressing
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
153
153
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Rolling Powder
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
154
154
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Produk PM
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
155
155
03/07/98
DTM FTUI
Metalurgi Serbuk
Produk PM (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
156
156
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Proses pembuatan Part Leg Shield kanan/kiri pada Sepeda motor
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
157
157
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Pemilihan Material
Produk Leg Shield pelindung kaki pada sepeda motor + penahan angin dari arah depan sifat yang dibutuhkan : kokoh, kuat, tahan terhadap tumbukan dan tahan terhadap cuaca. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan material plastik yang digunakan untuk part Leg Shield R/L = thermoplastik jenis ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
158
158
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Sifat Material Faktor mekanik : kokoh, kuat, stabil, tahan tumbukan, tahan pengikisan Faktor ketahanan : high electric resistance, chemical resistance Faktor temperatur : baik untuk penggunaan pada temperatur rendah Material untuk part LEG SHIELD , RIGHT/ LEFT Material yang digunakan : 1.
ABS RESIN NATURAL Mpf 100-11XS77 Type : MPF 100 – 11XS77 Made by : Toray Plastics (Malaysia) Sdn. Bhd.
2.
HAIMASTER 9802 Grade : Black 9802 Made by : PT. Halim Samudra Interutama Indonesia
CAMPURAN : ABS Natural 100 kg + Haimaster 1,5 kg SUHU HOPPER : 85 C - 95 C
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
159
159
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Charging
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
160
160
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Clamping/Die Closing
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
161
161
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Barrel forward & injection
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
162
162
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Barrel backward, cooling & metering
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
163
163
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Mold open, ejection & pelepasan part
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
164
164
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
165
165
03/07/98
DTM FTUI
Injection Molding
Pengambilan dan pelepasan produk
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
166
166
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
167
167
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Cakupan Topik Metal Forming 1. Klasifikasi Proses Proses Bulk Deformation Pengerjaan Logam Lembaran (Sheet Metalworking)
2. Perilaku Material dalam Metal Forming Flow Stress Average Flow Stress
3. Suhu dalam Metal Forming 4. Efek dari Laju Regangan (strain rate) 5. Gesekan dan Pelumasan (Friction and Lubrication)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
168
168
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Bulk Metal Forming 4 jenis proses yang umum • Rolling – Proses penekanan (kompresi) untuk mengurangi ketebalan sebuah slab oleh sepasang mekanisme roll. • Forging – Proses penekanan (kompresi) yang dilakukan oleh sepasang dies. • Extrusion – Proses penekanan (kompresi) material hingga mengalir ke bukaan dies. • Drawing – Proses menarik kawat atau batang melalui bukaan dies.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
169
169
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Bulk Metal Forming (cont’d)
Rolling
Forging
Extrusion
Drawing Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
170
170
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Pengerjaan Logam Lembaran (sheet metalworking) Proses pembentukan pada metal lembaran, strip dan gulungan kawat (coils). Normalnya proses cold working yang menggunakan satu set punch dan die. Bending – Peregangan dari lembaran metal (logam) untuk membentuk sebuah sudut bending. Drawing – Pembentukan sebuah lembaran sehingga berbentuk hollow (berlubang secara axial) atau cekungan. Shearing – Proses pengguntingan material (logam) bukan proses pembentukan. gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
171
171
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Pengerjaan Logam Lembaran (cont’d)
Bending
Drawing
Shearing Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
172
172
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Perilaku Material dalam Metal Forming Y f K n
K n Yf 1 n Yf Flow Stress
Maximum strain untuk proses forming
K Strength coefficient Y n
f
Average flow stress Strain hardening exponent Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
173
173
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming Perhitungan Tekanan dan Gaya pada proses Deformasi Plastik harus mempertimbangkan 4 hal : 1. Analisa stress state (kondisi tegangan) Yield Criteria 2. Flow stress harus di ketahui 3. Efek dari gesekan (friction) harus ditentukan (pengaruhnya) 4. Inhomogenuous deformation (deformasi tidak homogen)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
174
174
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Stress-state • triaxial = tegangan (stress) bekerja ke semua arah, biaxial = tegangan bekerja pada dua arah (plane stress) !! • terdiri dari principal-stresses (bila shear stress dihilangkan) : 1 , 2 , dan 3 harus memenuhi yield-criteria (flow-criteria) menghubungkan principle-stresses dgn tensile atau compressive yield strength (dari material). • Yield-criteria berdasarkan Tresca :
max min f 2 2
• Yield-criteria berdasarkan von Mises :
1 2
2
2
2
2 3 3 1 2 2f
• Safety factor Critical stress = 1.15 f flow-stress ! (von Mises) Perhatikan Kurva Tresca dan von Mises ! Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
175
175
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Gambar : Kurva Tresca yield Hexagon dan von Mises yield ellipse Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
176
176
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Flow-stress • f tegangan untuk memelihara plastic-deformation diperlukan untuk menangani : suhu, regangan dan laju regangan (strain and strain rates) yield-strength handbook kurang berguna (tegangan untuk memulai plastic deformation) ! • Bergantung pd process-state : steady-state dan non steady-state proses ! • Proses cold-working : Non steady-state ambil instantaneous flow-stress pada point of interest !. Maximum force ambil flow-stress pada final-strain ! n Steady-state ambil mean-flow stress = integrasi Y fm K dari limit strain ybs. Untuk annealed material : K n 1 Y fm n 1 K dan n cari dari Tabel atau lakukan pengujian kompresi (compression test) !. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
177
177
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Gambar : a) Strain hardening yg tinggi (ditunjukkan dgn n yg tinggi) menghasilkan elongasi besar yg uniform, post-necking deformation meningkat dgn meningkatnya strain-rate sensitivity (m), shg fracture tertunda. b) Material dgn nilai n yg rendah menghasilkan neck yg cepat dan jika nilai m rendah, cepat tjd fracture. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
178
178
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Gambar : Plane-strain condition dibatasi oleh a) elemen dies, b) bagian yg tidak terdeformasi (point 4 pada von Mises) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
179
179
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Flow-stress (cont’d) •Proses hot-working : dipengaruhi strain-rate sensitivity ! Y f C m C dan m Flow-stress dihitung berdasarkan : (strenght coeficient dan strain-rate sensitivity exponent) diambil dari tabel !. Bila tidak ada lakukan pengujian compression ! Strain berbeda C dan m berbeda. T = m Yf C
Effect of Friction •Terjadi karena kontak antara benda-kerja dgn tools/dies ! F i •Berdasarkan koefisien gesek P p
•Meningkatnya tekanan inerface p meningkatkan interface shear-stress i secara linear ! koefisien gesek konstan ! i •Bila gesekan besar (shear stress) interface shear-stress mencapai shear flow-stress f dari material benda-kerja benda kerja menolak pergeseran dgn tools/dies tjd deformasi dgn shearing (pergeseran) pada bagian dalam benda-kerja ! Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
180
180
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
181
181
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Inhomogeneous Deformation : • Saat tools/dies melakukan penetrasi, tjd identasi lokal inhomogenuos material flow = aliran material tak-homogen !
Gambar : Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
182
182
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Cth 1 : Tarikan murni di kenakan pada komponen pesawat 7075-T6 Alumunium alloy : diameter = 25mm, panjang 400 mm. Diketahui dari tabel E = 70 GPa, Ys = 496 MPa, Ts = 558 MPa. Hitung : a) perpanjangan komponen bila terbeban = 80 kN, b) beban dimana komponen mengalami deformasi permanen, c) beban maksimum tanpa fracture. Jawab : a)
Penampang bar A0 = 202./4 = 314 mm2. Tensile stress = 80.000/314 = 255 N/mm2 (= 255 Mpa) kurang dari Ys deformasi = elastik ! et = /E= 255/70000 = 0.0036 (36%).
b)
Ys = 0.2 = 496 N/mm2 P0.002 = (0.2 )(A0) = 496*314 = 156 kN
c)
Pmax = (Ts)(A0) = 558*314 = 175 kN
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
183
183
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Gambar : Sifat mekanik dari beberapa material Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
184
184
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Cth 2 : Sebuah komponen dgn ketebalan 6.35 mm dan lebar 6.38 mm, panjang l0 = 25 mm di dpt dr proses pemesinan thd plat 80Cu-20Ni alloy yg di annealed. Dilakukan penarikan (tension) dgn gaya 10000 kgf (98kN). Setelah tjd fracture = lf = 42.2 mm, dengan penampang adl 2.85 mm x 3.50 mm. Hitunglah : a) Modulus Young, b) 0.2 c) Ts, d) elongasi, dan e) pengurangan penampang. Jawab : a)
Di dpt P = 5.7 kN dan A0 = (6.35)(6.38) = 40.5 mm2 = 40.5 (10-6) m2. Perpanjangan 0.025 mm, et = 0.025/25.0 = 0.001. E
b)
5700 141GPa 40.5(10 6 )(0.001)
Pada regangan 0.2% = et 0.002
l l lo 25
Shg perpanjangan = (0.002)(25.0) = 0.05 mm. Tarik garis paralel thd garis elastik memotong titik dimana P =4.4 kN. Shg 4400 N 0.2 109 MPa 40.5 mm 2 Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
185
185
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Cth 2 : c)
Beban maksimum Pmax = 14.2 kN
TS d)
Elongasi dgn lf yg diukur pada spesimen
ef e)
14200 N 351 40.5 mm2
42.2 25.0 0.688 68.8% 25.0
Luas penampang saat fracture Af =(2.85)(3.5) = 9.98 mm2.
q
40.5 9.98 0.75 75% 40.5
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
186
186
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
187
187
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Cth 3 : Sebuah komponen, silinder baja dgn diameter 15.00 mm dan tinggi 22.5 mm di buat dari hot-rolled AISI 1020 steel, di tekan (compression) pada suhu ruang. Pelumas grafit digunakan untuk mengurangi gesekan. Gaya P yg terlihat di 6 titik berikut tinggi sesaat (instantaneous height) tercatat pd tabel. Hitunglah : a) true-stress pada setiap point, b) compressive strain ec. Jawab : a)
Volume dari komponen tsb (152./4)(22.5)=3976 mm3. Penampang A sesaat = A=V/h = (3976)/(8.5)
b)
Dihitung dgn
ec
P A
h0 h A A0 h0 A
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
188
188
03/07/98
DTM FTUI
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
189
189
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Cth 4 : Dari kurva displacement dari contoh 2, hitung flow stress dari material tsb pada beberapa point. Plot-lah utk mendapatkan nilai K dan n. Jawab : a)
Untuk mendptkan luas penampang sesaat, volume dari komponen (specimen) di hitung pada panjang l0 V = (6.35)(6.38)(25.0) = 1031 mm3. Luas penampang sesaat diperoleh dari l V A A0 0 l l flow stress dari P f A true-strain dari A l ln ln 0 l0 A
•
Titik terakhir pada tabel di hitung dari penampang saat tjd fracture : f=Pf/Af = (9300)/(2.85)(3.5)=932 MPa, dan regangan dari regangan saat tjd fracture = ln(A0/A1) = ln(40.5/9.98)=1.4. Plot dari titik2 pada kertas log-log garis lurus K = 760 Mpa, dan n = 0.45. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
190
190
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tekanan dan Gaya dalam Metal Forming (cont’d) Tabel : Tabulasi dari flow-stress pada beberapa titik
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
191
191
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam 1. Cold working (Pengerjaan Dingin) Pro : • • • •
•
Akurasi yg lebih baik. Permukaan akhir yg lebih baik. Pengerasan regang (strain hardening) meningkatkan kekuatan dan kekerasan (strength and hardness). Aliran butir (grain) selama deformasi menyediakan sifat direksional penting utk proses pengerjaan logam lembaran (sheet metalworking). Tidak memerlukan pemanasan.
Kontra : • • • •
Membutuhkan gaya dan daya yg lebih besar high flow-stress ! Permukaan sebaiknya di bersihkan. Ductility rendah (krn kepadatan dislokasi meningkat) + pengerasan regang (strain-hardening) membatasi pembentukan. Ductility rendah fracture pada bendakerja dibutuhkan annealing (utk tahap recovery dan recrystallization) softening ! Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
192
192
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam (cont’d)
Gambar : Cold working meningkatkan kekuatan material (strength of material) dan menurunkan ductility Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
193
193
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam (cont’d)
Gambar : Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
194
194
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam (cont’d) 2. Warm working – suhu antara suhu ruang dan suhu rekristalisasi, secara garis besar sekitar 0.3 Tm Pros yg berseberangan dgn cold working : • • •
Gaya dan Daya yg lebih rendah flow stress lebih rendah (ketimbang cold working)!. Memungkinkan pengerjaan terhadap Geometri yg lebih kompleks. Kebutuhan untuk dilakukan proses annealing mungkin dapat di kurangi atau bahkan dihilangkan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
195
195
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam (cont’d) 3. Hot working – Deformasi pada suhu dibawah suhu rekristalisasi umumnya antara 0.5Tm to 0.75Tm Pros • Memungkinkan deformasi yg lebih besar. • Gaya dan daya yang lebih rendah. • Pembentukan material dengan keuletan rendah dengan suhu ruang dimungkinkan. • Menghasilkan sifat isotropik (isotropic properties) dari proses. • Tidak ada pekerjaan pengerasan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
196
196
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Suhu dalam Pengerjaan Logam (cont’d) • Isothermal Forming – proses preheating terhadap tools (e.g. dies) ke suhu yang sama dengan suhu metal yg dikerjakan : menghilangkan : pendinginan permukaan dan gradient thermal yg di hasilkan di benda-kerja (metal yg dikerjakan). Normalnya di lakukan terhadap baja paduan tinggi (highly alloyed steels), titanium alloys dan paduan nikel suhu tinggi (high-temperature nickel alloys).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
197
197
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Efek dari Laju Regangan (Effect of Strain Rate) Y f C m
= strain rate v ( s 1 ) h m = strain-rate sensitivity exponent v = instantaneous Deformation veloc. h = instant. Length of workpiece
•Strain rate dipengaruhi secara kuat oleh temperatur.
Y f K n m
K = a strength coefficient Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
198
198
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Efek dari Laju Regangan Nilai dari m (strain rate sensitivity exponent) yg umum : •Cold working -0.05 < m < 0.05 •Hot working
0.05 < m < 0.3
•Superplasticity 0.3 < m < 0.7 •Newtonian Fluid
m=1
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
199
199
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Gesekan dan Pelumasan (Friction and Lubrication) • Gesekan (Friction) = tidak di inginkan krn : Aliran metal yg lambat menyebabkan tegangan sisa (residual stress). Meningkatkan gaya dan daya (forces and power). Keausan yg cepat dari tools (peralatan, e.g. dies, dll) .
• Pelumasan (Lubrication) untuk mengurangi gesekan pada pertemuan permukan bendakerjadan-tools .
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
200
200
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Deformasi Bulk dalam Pengerjaan Logam (Bulk Deformation Process in Metalworking)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
201
201
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Rolling • Proses deformasi dengan mengurangi ketebalan oleh gaya tekan yg di hasilkan oleh sepasang (dua buah) rolls.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
202
202
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Rolling (cont’d) Sejarah : • Desain pertama kali pada abad 14 • Pada 1700, pengenalan hot rolling • Rol modern : 1783 di Inggris • Rol untuk rel kereta api : 1820 di Inggris • Sumber energi untuk rolling : Water Wheel Steam Engine Motor Elektronik
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
203
203
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Rolling (cont’d) • 90% material yg mengalami deformasi mengalami proses rolling ! • Ukuran 6.0mm tebal, 1800-5000mm lebar & berat up-to 150 ton untuk material : ship-building, boiler, bangunan konstruksi, pipa, dll. • Ukuran 0.8-6.0mm tebal, 2300 lebar dalam coil dgn berat upto 30 ton utk material : cold-pressing untuk kendaraan, alatberat dan permesinan, dan pipa yg dilas. • Hot-rolled purmakaan kasar, toleransi tinggi, gaya rol rendah utk deformasi plastik yg besar. • Cold-rolled permukaan akhir lebih baik (halus) dan untuk toleransi rendah.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
204
204
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Rolling (cont’d)
Gambar : Skema proses rolling (encarta encyclopedia) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
205
205
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Mekanika Rolling : Gesekan (friction) • Proses rolling dapat di laksanakan krn adanya gaya gesek Fs antara roller (pe-roll) dan benda kerja (workpiece). • Gaya gesek (Fsi) pada sisi masuk > dari sisi keluar (Fso) memungkinkan roller untuk menarik bendakerja kearah sisiakhir keluaran. • Gesekan Gaya + Daya Energi terbuang. • Gesekan merusak benda yg dirol. • Perlu Pelumasan ! utk medptkan titik optimal.
Fsi
Fso
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
206
206
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Gesekan (Friction) (cont’d) vo
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
207
207
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Analisa proses Rolling
Kekekalan (conservation of) material :
t o wo L o t f w f L f
Kontinuitas volume laju aliran :
t o wo v o t f w f v f
Forward slip :s
Gaya Rolling, F :
v f vr vr
L
L R (t0 t f )
F w pdL Y f wL 0
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
208
208
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Analisa proses Rolling (cont’d) L
F w pdL Y f wL gaya tanpa gesekan ! semakin tinggi 0
koefisien gesek = semakin besar perbedaan dgn gaya sebenarnya.
5. Regangan deformasi
ln
to tf
n K 6. Tegangan alir rata-rata (average flow stress) Y f 1 n
7. Torsi yang dibutuhkan untuk proses deformasi
8. Daya yang dibutuhkan oleh proses
T 0 .5 FL
P 2 FL
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
209
209
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Analisa proses Rolling (cont’d) 1. Suatu strip tembaga yg mengalami proses annealing mempunyai lebar 9 in.(228 mm) dan tebal 1 in.(25 mm), diroll menjadi setebal 0.8 in.(20 mm). Jari-jari roll sebesar 12 in.(300 mm) dan berotasi pada 100 rpm. Diketahui, tegangan saat tidak teregang 12000 psi dan tegangan saat ketebalan 0.8 in adalah 40000 psi. Hitung gaya roll dan daya dalam operasi ini. ! Jawaban : L = R (ho – hf) = 12 ( 1 - 0.8 ) = 1.55 in. = 0.13 ft • True strain = = ln ( 1 / 0.8 ) = 0.223 •
Yf
sebesar = (12000 + 40000)/2 psi = 26000 psi. Jadi
F = L w Yrata-rata = (1.55) (9) (26000) = 363000 lb = 1.6 MN • Daya per roll dimana N = 100 dan L = 0.13 ft. Maka : Daya = 2 F L N / 33000 = 2 (363000) (0.13) (100) / 33000 = 898 hP = 670 kN • Maka daya total dalam rolling adalah 1796 hP = 1340 kN Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
210
210
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Analisa proses Rolling (cont’d) 2. Baja slab AISI 1015 dari tebal ho = 300mm, lebar wo = 1000mm, di lakukan pengerolan panas (hot-rolled) pd 1000 oC dgn rol berdiameter 600mm. Gesekan = 0.3. Pengurangan ketebalan hingga 27 mm. Kecepatan roll 1.2 m/s. Hitung gaya rol dan kebutuhan daya. Jawaban : • Ketebalan setelah rolling = h1 = 273 mm. • Pengurangan ketebalan = ec = 27/300 = 9%. • Regangan (true strain), e = ln(300/273) = 0.094 have = (300+273)/2 = 286.5mm. • L = [(300)(27)]1/2 = 90mm = 0.09 m. έ= (1.2)(0.094)/0.09 = 1.25 s-1. • Diketahui C=120 MPa, m=0.1. Yf = 120(1.25)0.1 = 123 MPa. • Cek h/L = 286.5/90 = 3.2 inhomogenous deformation. • Jadi Gaya rol = F = (1.15)(123)(2)(0.09)(1)= 25.46 MN (2800 tonf). • Daya yg dibutuhkan = (25.46)(0.09)(1.2)/0.3 = 9170 kW.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
211
211
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Parameter Material dan Proses Rolling Parameter Material : Keuletan (ductility) Koefisien gesek (coefficient of friction) Kekuatan (strength), modulus dan Poisson’s ratio Parameter Proses : Kecepatan roller (vr) Daya (power) Draft (pengurangan ketebalan) Pelumasan (lubrication)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
212
212
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Penge-rol-an Bentuk (Shape Rolling) • Sebagai tambahan thd parameter material dan proses, roller (penge-rol) berlaku spt satu set dies dan harus di pra-bentuk (pre-formed) untuk mendapatkan bentuk negatif dari penampang. • Mungkin terdapat lebih dari satu set roller yang dibutuhkan untuk mengurangi/membentuk bendakerja hingga berbentuk sesuai yg di inginkan.
gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
213
213
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Konfigurasi Rolling Mill
a) two high d) cluster mill
b) three high c) four high e) tandem rolling mill Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
214
214
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Penge-rol-an Cincin (Ring Rolling)
• Untuk membuat sbh cincin yg lebih besar atau lebih kecil dari ukuran cincin awal. • Biasanya proses hot-rolling digunakan untuk cincin (ring) besar dan cold rolling untuk cincin kecil. • Aplikasi umumnya : bearing races, steel tires, cincin untuk pressure vessel. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
215
215
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Penge-rol-an Thread (Thread Rolling)
• Proses manufaktur thread luar (external). • Menggunakan proses Cold rolling. • Laju produksi yang tinggi & kompetitif hingga 8 part per detik.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
216
216
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Penge-rol-an Roda Gigi (Gear Rolling) • Proses pengerjaannya sama dengan proses untuk screw thread. • Umumnya diterapkan pada roda-gigi helix (helical gears). • Menghasilkan keuntungan-2 : Penggunaan material yg lebih baik. Permukaan yang lebih halus. Thread yg lebih kuat karena pengerasan yg tjd selama proses pengerjaan. Ketahanan lelah (fatigue) yg lebih baik karena faktor tekanan (kompresi).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
217
217
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Roll Piercing
• Merupakan proses Hot working. • Biasa digunakan untuk menghasilkan tabung dinding tebal tanpa sambungan (seamless thick-wall tubes)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
218
218
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Forging - Pendahuluan Penempaan (Forging): Sebuah proses dimana benda kerja dibentuk dengan gaya tekan (kompresif) melalui cetakan (die) dan tool. Dikenal sejak 4000 SM – mungkin lebih dari 8000 SM. Produk tempa: bolts & rivet, connecting rods, shafts untuk turbin, gear, hand tools, structural components untuk permesinan, pesawat terbang, rel, dan berbagai peralatan transportasi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
219
219
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Forging – Pendahuluan (cont’d) Part yang ditempa memiliki kekuatan dan ketangguhan, sangat baik diaplikasikan pada kondisi high stress dan kritis.
Proses Tempa Tempa Dingin (Cold forging) • Membutuhkan daya yang lebih besar • Benda kerja harus ulet dalam temperatur ruang • Menghasilkan part dengan permukaan akhir dan akurasi dimensi yang baik
Tempa Panas (warm/hot forging) • Membutuhkan daya yang lebih kecil • Part yang dihasilkan memiliki permukaan akhir dan akurasi dimensi yang tidak begitu baik Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
220
220
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Forging – Pendahuluan (cont’d)
Gambar : outline proses forging dan operasi2 yg berhubungan Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
221
221
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Forging
Open-die forging
Flashless forging (Closed die forging) Impression-die forging Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
222
222
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Mekanika proses Forging
Dibawah kondisi ideal :
h ln o h F Yf A
Dimana F = gaya forging Yf = Tegangan alir (flow stress) A = Penampang bendakerja Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
223
223
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Produk Forging
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
224
224
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Produksi Connecting Rod
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
225
225
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Forging
•Pada open-die forging terjadi barreling (lihat gambar atas). •Pada hot forging issue menjadi lebih kompleks karena distribusi thermal di dalam bendakerja dan aliran metal yg terjadi. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
226
226
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Faktor Bentuk (Shape factor) Load-stroke curve
Gaya aktual proses Forging lebih besar dari kondisi ideal : F K f Y f A (1) Faktor bentuk diperlukan untuk mengoreksi efek barelling dan gesekan. 0.4 D (2) K 1 f
h
2 r F Y f r 2 1 3h (3)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
227
227
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Faktor Bentuk (Shape Factor)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
228
228
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Perhitungan Gaya Forging Soal: Sebuah logam silinder terbuat dari stainless steel 304 dengan diameter 150 mm dan tinggi 100 mm. Benda tersebut akan dikurangi tingginya 50% pada temperatur ruang menggunakan open-die forging dengan die yang datar. Diasumsikan koefisien friksi adalah 0,2, hitunglah gaya tempa pada bagian ujung langkah (stroke).
Jawab: Tinggi akhir h = 100/2 = 50 mm, dan radius akhir, r, didapatkan dengan volume konstan. Dengan menghitung volume awal dan akhir, didapatkan: () (75)2 (100) = () (r)2 (50) r = 106 mm. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
229
229
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Perhitungan Gaya Forging (cont’d) Nilai true strain benda kerja : = ln (100/50) = 0,69 Berdasarkan kurva stress strain, didapatkan tegangan aliran untuk stainless steel pada regangan aktual 0,69 adalah kurang lebih 1000 MPa. Sehingga besar gaya tempa adalah: F = (1000) (106) () (0.106)2 {1 + (2) (0.2) (0.106) / ((3) (0.050))} = 4,5 x 107 N = 45 MN = 107 lb = 5000 tons
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
230
230
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Open-die Forging
Fullering
Edging
Cogging Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
231
231
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Open-die Forging 3 Jenis Open-die Forging : Fullering Pengurangan penampang workpiece (benda kerja) yang diperlukan untuk proses pembentukan selanjutnya. Menggunakan Dies dengan permukaan cembung (convex surface cavity). Edging Sama dengan Fullering, tapi dies memiliki permukaan cekung (concave surface cavitiy). Cogging Dies terbuka dengan permukaan rata atau sedikit berkontur mengurangi penampang dan meningkatkan panjang.
Tidak menghasilkan net-shape produk masih memerlukan proses pemesinan untuk mendapatkan net-shape produk. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
232
232
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Impression-die Forging Dies memiliki bentuk kebalikan dari bentuk benda-kerja. Flash dimungkinkan pada bagian parting surface. Flash berfungsi untuk menjaga aliran logam dan membantu untuk mengisi bagian-bagian dies yang dalam dari cavity (intricate part). Membutuhkan Gaya forging yang lebih dibanding opendie forging. Faktor bentuk (Shape factor) memiliki nilai yg lebih tinggi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
233
233
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Impression-die Forging Gaya yang paling besar terjadi pada bagian akhir proses ketika proyeksi penampang benda-kerja awal (blank) dan gesekan adalah yang terbesar. Progessive dies diperlukan untuk merubah bentuk awal benda-kerja menjadi geometri akhir yang diinginkan. Pemesinan diperlukan untuk menghasilkan toleransi akhir yang diinginkan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
234
234
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Impression-die Forging
Pros: Laju produksi tinggi Forging conservation of metal Menghasilkan kekuatan produk yg lebih baik Orientasi grain yang diinginkan
Machining
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
235
235
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Flashless Forging
Conventional forging part
Precision forging part
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
236
236
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Flashless Forging (Closed Die Forging)
Pengendalian volume adalah penting Menghasilkan produk akhir yang presisi yang kebalikan dari geometri cavity (dies) Biasanya digunakan untuk material aluminum dan magnesium alloy. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
237
237
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Perbandingan Closed-die dan Flash Forging
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
238
238
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Corning
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
239
239
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Drop Hammer dan Dies
Webs – Bagian tipis paralel thd parting line. Ribs – Bagian tipis tegak-lurus thd parting line Gutter – Area untuk menampung flash Dies normalnya dibuat dari baja dengan high impact strength dan high wear resistance. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
240
240
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Upsetting dan Heading
Bagian awal dari benda-kerja (stock) di tempa untuk membentuk bagian kepala menggunakan closed-die forging.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
241
241
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Upsetting dan Heading
Upsetting digunakan untuk membentuk kepada dari mur dan baut dengan bentuk geometri yang berbeda.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
242
242
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Swaging Swaging digunakan untuk mengurangi penampang dari batang atau tabung yang telah di tempa (forging) menggunakan sepasang Dies yg berputar (rotating dies). Sebuah mandrel kadangkadang digunakan untuk mengendalikan bentuk internal dari tube (tabung).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
243
243
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Roll Forging
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
244
244
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Orbital Forging Kontak area yang kecil mengurangi gaya forging yg dibutuhkan secara substansial.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
245
245
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Hobbing
Proses penekanan die terhadap benda-kerja yang lebih lunak untuk menghasilkan bentuk akhir. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
246
246
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Trimming Trimming adalah sebuah proses pengguntingan untuk menghilangkan flash dari benda-kerja
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
247
247
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Cacat Forging
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
248
248
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Cacat Forging Jika volume material tidak mencukupi untuk mengisi rongga cetak, akan muncul web buckle atau lap Jika web buckle terlalu tebal, material sisa akan mengalir ke bagian yang telah dibentuk sehingga menimbulkan retak internal. Penyebab lain adalah: Radius yang bervariasi dari rongga cetak Material yang tidak uniform Gradien temperatur selama penempaan Perubahan mikrostruktur yang disebabkan oleh tranformasi fase Cacat tempa dapat menyebabkan kerusakan fatik sehingga menimbulkan masalah korosi dan keausan komponen.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
249
249
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Design Considerations 1. Material 2. Die design 3. Machine Machine processing range Machine process setting
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
250
250
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Design Considerations 1. Material Ductility Strength Plastic deformation law (constitutive relationship) Coefficient (Die/workpiece) Variation of properties at processing temperature range
2. Die Design Number of die stations (progressive die) Geometric complexity of the part Die geometric details • • •
Draft angle, fillet, radii Webs and ribs Flash
Parting surface and parting direction Die material Die life
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
251
251
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Design Considerations 3. Machine processing range
Maximum forging force Maximum power Maximum speed Maximum die size
4. Machine process setting
No. of stations Velocity profile Temperature / time profile Force
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
252
252
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Ekstrusi (Extrusion)
Gambar :
• Ekstrusi: Sebuah billet (biasanya bundar) yg diberikan gaya melalui sebuah cetakan dengan cara seperti keluarnya pasta gigi dari tube. • Material ekstrusi: aluminum, copper, steel, magnesium dan lead Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
253
253
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Produk Ekstrusi
Gambar :
• Produk ekstrusi: rel sliding door, tabung, bentuk struktural dan arsitektur, frame pintu dan jendela. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
254
254
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tipe Proses Ekstrusi
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
255
255
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Ekstrusi (cont’d) Gambar :
Gambar :
Circumscribing Circle Diameter (CCD): diameter lingkaran terkecil penampang melintang benda kerja yang diekstrusi Faktor bentuk: kompleksitas sebuah proses ekstrusi merupakan fungsi rasio dari keliling produk yang diekstrusi terhadap luas penampang melintangnya. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
256
256
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Ekstrusi (cont’d) Gaya Ekstrusi :
Ao F Ao k ln A f
k adl konstanta ekstrusi, Ao dan Af adl billet dan penampang produk yg di ekstrusi.
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
257
257
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Contoh Perhitungan Ekstrusi Panas Soal : Sebuah billet bundar dengan bahan kuningan (brass) diekstrusi pada temperatur 675oC (1250oF). Diameter billet adalah 5 in (125 mm) dan diameter ekstrusi adalah 2 in. (50 mm). Hitunglah gaya ekstrusi yang dibutuhkan Jawab : Gaya ekstrusi menggunakan persamaan 1, dimana konstanta ekstrusi, k, didapatkan pada grafik konstanta k. Untuk material ini, didapatkan k = 35.000 psi (250 MPa) pada temperatur ekstrusi. Sehingga: F = (2,5)2 (35.000) ln [ (2.5)2/ ( (1.0)2) ] = 1,26 x 106 lb = 630 ton = 5.5 MN
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
258
258
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Aliran Logam Proses Ekstrusi
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
259
259
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Panas Jangkauan (range) temperatur ekstrusi untuk berbagai logam OC
Lead
200 – 250
Aluminum and its alloys
375 – 475
Copper and its alloys
650 – 975
Steels
875 – 1300
Refractory alloys
975 - 2200
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
260
260
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Panas (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
261
261
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Panas (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
262
262
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Material & Pelumas Ekstrusi Panas Biasanya digunakan hot-work die steel. Coating seperti zircona dapat diberikan pada die untuk memperpanjang umurnya Glass adalah pelumas yang baik untuk baja, stainless steel, dan logam serta paduan temperatur tinggi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
263
263
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Dingin Gambar :
•
Ekstrusi dingin memiliki keuntungan dibanding ekstrusi panas: Perbaikan sifat mekanik yang dihasilkan dari pengerasan kerja (workhardening), dimana panas yang ditimbulkan oleh deformasi plastis dan friksi tidak merekristalisasi logam yang diekstrusi. Pengendalian toleransi dimensi yang baik, mengurangi kebutuhan operasi permesinan maupun finishing lanjut. Perbaikan permukaan akhir, karena tidak adanya lapisan film oksida. Tidak diperlukannya pemanasan billet. Laju produksi dan biaya yang kompetitif dengan metode lain untuk memproduksi part yang sama. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
264
264
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Impak
Gambar :
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
265
265
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Ekstrusi Hidrostatik • Medium yang digunakan untuk menekan adalah fluida incompressible. • Tidak terdapat friksi container-dinding. • Tekanan yang diberikan sebesar 1400 MPa (200 ksi). • Biasanya dilakukan pada temperatur ruang, menggunakan minyak tumbuhan karena viskositasnya tidak berubah karena tekanan. • Untuk temperatur tinggi, digunakan fluida lilin, polimer dan glass. • Material yang rapuh dapat diproses karena tekanan hidrostatik dapat meningkatkan keuletan material. • Aplikasinya terbatas di dunia industri, karena peralatan yang kompleks dan waktu siklus yang lama.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
266
266
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Cacat Ekstrusi Retak permukaan (surface cracking): Karena temperatur, friksi atau kecepatan terlalu tinggi Retak yang terjadi adalah intergranular (sepanjang batas butiran) Sering terjadi pada aluminum, magnesium dan zinc Cacat bambu (Bamboo defect): pada tempertur lebih rendah, akibat tekanan yang tidak konstan Pipa Diminimalkan dengan memdofikasi bentuk aliran logam agar seragam Menghilangkan kotoran (impurities) pada permukaan billet dengan etching kimia Retak internal (internal cracking) Bertambah seiring meningkatnya sudut die Bertambah dengan meningkatnya jumlah pengotor Menurun dengan bertambahnya rasio ekstrusi dan friksi Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
267
267
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Cacat Ekstrusi (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
268
268
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Peralatan Ekstrusi
Gambar :
• Peralatan dasar ekstrusi adalah sebuah press hidrolik horisontal • Kapasitas gaya ram setinggi maksimal 120 MN (14.000 ton) untuk memproduksi billet besar dengan ekstrusi panas • Pres hidrolik vertikal digunakan untuk ekstrusi dingin dan kapasitasnya lebih rendah dibanding ekstrusi panas. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
269
269
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Penarikan (Drawing) • Penarikan (Drawing): Sebuah operasi dimana penampang melintang rod solid, kawat/kabel (wire) atau tabung dikurangi atau diubah bentuknya dengan menariknya melalui cetakan. • Rod yang ditarik digunakan untuk as, spindel, dan piston kecil • Rod memiliki penampang melintang lebih besar daripada kawat/kabel (wire). • Di industri, wire didefinisikan sebagai sebuah rod yang telah ditarik melalui cetakan minimal sekali. Aplikasi: kabel listrik, kabel, tension-loaded structural members, elektroda las, per (springs), paper clips, dan kawat instrumen musik.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
270
270
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Proses Penarikan (Drawing) (cont’d) Gambar :
• Gaya penarikan:
A F Yavg A f ln o Af
Yavg adalah tegangan aktual rata-rata material dalam gap cetakan. • Jika reduksi bertambah, gaya penarikan semakin tinggi. • Idealnya, reduksi maksimum luas penampang melintang per laluan adalah 63%.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
271
271
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Operasi Penarikan (drawing)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
272
272
03/07/98
DTM FTUI
Sheet Metal Forming
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
273
273
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
274
274
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Karakteristik Pembentukan Logam Lembaran Proses
Karakteristik
Roll Forming
Part panjang dengan penampang konstan, permukaan akhir baik, laju produksi tinggi, biaya tool tinggi
Stretch Forming
Part besar dengan kontur yang rendah, cocok untuk jumlah produksi rendah, biaya pekerja tinggi, biaya peralatan dan tool tergantung ukuran part
Drawing
Part sederhana dengan kontur rendah atau dalam, laju produksi tinggi, biaya peralatan dan tool tinggi
Stamping
Terdiri dari: blanking, embossing, bending, flanging dan coining; bentuk sederhana dan kompleks pada laju produksi tinggi, biaya peralatan dan tool, biaya pekerja rendah
Rubber forming
Drawing dan embossing bentuk sederhana dan kompleks, permukaan lembaran diproteksi dengan membran karet, operasi fleksibel, biaya tool rendah
Spinning
Part aksisimetris kecil atau besar, permukaan akhir baik, biaya tool rendah, biaya pekerja dapat tinggi kecuali proses diotomasikan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
275
275
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Karakteristik Pembentukan Logam Lembaran Proses
Karakteristik
Superplastic Forming
Bentuk kompleks, detail dan toleransi yang kecil, waktu pembentukan lama, laju produksi rendah, part tidak cocok untuk temperatur tinggi
Peen Forming
Kontur yang rendah pada lembaran yang lebar, operasi fleksibel, biaya peralatan dapat tinggi, prosse menggunakan part pengencang
Explosive Forming
Lembaran yang sangat lebar dengan bentuk yang kompleks meskipun biasanya aksisimetris, biaya tooling rendah, biaya pekerja tinggi, cocok untuk jumlah produksi rendah, waktu siklus rendah
Magnetic-pulse Forming
Pembentukan kontur rendah, bulging dan embossing pada lembaran dengan kekuatan yang rendah, cocok untuk bentuk tabung, laju produksi tinggi, membutuhkan tool khusus
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
276
276
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
277
277
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
278
278
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
279
279
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Punching Force (gaya pemukulan) • Gaya maksimum pemukulan, F : F = 0,7 x T x L x (UTS) dimana: T = ketebalan lembaran L = panjang total yang dipotong (misalnya keliling lubang pemotongan) UTS = Ultimate Tensile Strength material.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
280
280
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Contoh perhitungan Soal : Hitunglah gaya yang dibutuhkan untuk memukul sebuah lubang dengan diameter 1 in. (25 mm) pada sebuah lembaran paduan titanium annil Ti-6Al-4V dengan ketebalan 1/8 in. (3,2 mm) pada temperatur ruang. Jawab : Dari tabel UTS untuk paduan material tersebut adalah 1000 MPa, atau 140.000 psi, sehingga : F = 0,7 x (1/8) x () x (1) x (140.000) = 38.500 lb = 19,25 ton = 0,17 MN
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
281
281
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
282
282
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
283
283
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
284
284
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
285
285
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
286
286
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Shearing Dies (cont’d) Tipe Dies • Compound dies Beberapa operasi pada lembaran yang sama dapat dilakukan dalam satu kali langkah pada satu stasiun dengan menggunakan compound die
•
Progressive dies Logam lembaran diumpankan dan operasi yang berbeda dilakukan pada stasiun yang sama dalam setiap langkah oleh rangkaian pukulan.
•
Transfer dies Logam lembaran mengalami operasi yang berbeda pada stasiun yang berbeda, dengan aliran proses berbentuk lurus atau melingkar.
Material Tool dan die Biasanya tool steels, karbida Pelumasan dibutuhkan untuk mengurangi keausan tool dan die dan memperbaik kualitas tepi pemotong
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
287
287
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
288
288
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Tipe Cutting (pemotongan) yg lain 1. Band Saw (Gergaji pita), untuk plat dan lembaran 2. Flame Cutting, untuk plat tebal dan komponen struktur berat 3. Laser Beam Cutting, untuk bentuk dan ketebalan yang bervariasi. 4. Friction Sawing, menggunakan sebuah piringan atau pisau pada kecepatan yang tinggi 5. Water Jet Cutting, efektif untuk material logam atau non logam.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
289
289
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
290
290
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
291
291
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
292
292
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
293
293
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
294
294
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
295
295
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
296
296
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Operasi Bending lainnya (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
297
297
03/07/98
DTM FTUI
Metal Forming
Peralatan Sheet Metal Forming
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
298
298
03/07/98
DTM FTUI
Machining Proses (Proses Pemesinan)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
299
299
03/07/98
DTM FTUI
Kisaran Kekasaran Permukaan Proses Pemesinan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
300
300
03/07/98
DTM FTUI
Kisaran Toleransi Dimensi Proses Pemesinan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
301
301
03/07/98
DTM FTUI
Kisaran Cutting Speed dan Feed-rate Material Pahat Potong
Gambar : Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
302
302
03/07/98
Cutting Speed & Feed-rate
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
303
303
03/07/98
Cutting Speed & Feed-rate (cont’d)
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
304
304
03/07/98
DTM FTUI
Cutting Speed & Feed-rate (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
305
305
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme & Sudut dlm Pemesinan (pemotongan) 1. Orthogonal Cutting : • Cutting edge lurus dan tegak-lurus thd arah gerakan. • Terdpt dua gaya Gaya Potong (cutting force) Pc dan Gaya Tekan (thrust Force) Pt.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
306
306
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme & Sudut dlm Pemesinan (cont’d) 1. Orthogonal Cutting (cont’d) :
Pada Orthogonal Cutting : Rake-angle mungkin positif, nol (a) atau negative (b). Kecepatan2 (c) dan gaya (d) yg bekerja pada chip, tool, dan tool holder telah terdefinisi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
307
307
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme & Sudut dlm Pemesinan (cont’d) 1. Orthogonal Cutting (cont’d) :
rc
h lc hc l
tan
rc cos 1 rc sin
Pn Gaya Normal Pc cos Pt sin F Gaya Gesek Pc sin Pt cos tan Sudut Gesek
F Pn
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
308
308
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme & Sudut dlm Pemesinan (cont’d) 1. Orthogonal Cutting (cont’d) : Mekanisme pembentukan chips ideal Mekanisme pembentukan chips real
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
309
309
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme dlm Pemesinan (cont’d) 1. Orthogonal Cutting (cont’d) :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
310
310
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme dlm Pemesinan (cont’d) 1. Orthogonal Cutting (cont’d) :
Gambar : Pembentukan Chips dgn terjadinya BUE pada 30m/min (a) dan 100m/min (b)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
311
311
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme dlm Pemesinan (cont’d) 2. Oblique Cutting : •Di hampir semua praktek pemesinan (pemotongan), tool edge (tepi pahat) di buat membentuk sudut inklinasi (inclination angle) i.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
312
312
03/07/98
DTM FTUI
Mekanisme dlm Pemesinan (cont’d) 2. Oblique Cutting (cont’d) : Oblique cutting berbeda dengan Orthogonal cutting dalam beberapa hal : 1.
Chip melingkar membentuk helix ketimbang bentuk spiral. Umumnya didptkan chips mengalir pada kecepatan vc, pada sudut c inklinasi (hukum Stabler gambar b slide sebelumnya).
2. Normal rake angle n diukur pada bidang yg mengandung normal ke permukaan bendakerja dan kecepatan tool v. Effective rake angle e diukur pada bidang yg mengandung v dan vc dan lebih besar dari n.
sin e sin 2 i cos 2 i sin n 3. Gaya potong lebih kecil dibanding dgn orthogonal dgn rake angle yg sama. Dgn kata lain dgn efektif rake-angle yg sama Oblique cutting lebih kuat dari orthogonal. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
313
313
03/07/98
DTM FTUI
Gaya dan Energi dlm Proses Pemesinan Penghitungan gaya dan daya didasarkan pada konstanta material yg ditentukan melalui ekperimen ! Tiga pendekatan yg umum : 1.
Nominal cutting stress = specific cutting pressure pc gaya pemotongan Pc dibagi luas penampang dari ‘undeformed chips’ . pc
2.
Specific cutting energy (energi pemotongan spesifik) E1 gaya Pc dikalikan jarak l antara gaya yg bekerja dibagi oleh volume material yg dibuang V =hwl. E1
3.
Pc N hw m 2
Pc l J N 3 atau 2 hwl m m
Material removal factor K1 kebalikan dari specific cutting energy. 1 m3 K1 E1 W .s Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
314
314
03/07/98
DTM FTUI
Gaya dan Energi dlm Proses Pemesinan (cont’d) Daya yg dihasilkan oleh mesin (machine tool) dpt di perkirakan jika laju pelepasan material (material removal rate Vt) dan efisiensi mesin diketahui W .s mm3 3 mm s Gaya pemotongan yg harus di tahan oleh tool-holder (pemegang pahat) dpt dihitung dengan membagi daya dengan gaya pemotongan (cutting speed) v EVt Power(W)
Pc
power(W) N v
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
315
315
03/07/98
DTM FTUI
Gaya dan Energi dlm Proses Pemesinan (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
316
316
03/07/98
DTM FTUI
Suhu dalam Pemesinan (pemotongan) 1/ 2
vh TT E k c
dimana: TT Temperatur permukaan pahat (tool face temerature) k konduktifitas panas (heat conductivity) densitas c panas spesifik (heat specific)
Temperatur pemotongan semakin tinggi bila memotong material yg lebih kuat (E yg lebih besar) pada kecepatan potong yg lebih tinggi. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
317
317
03/07/98
DTM FTUI
Pendinginan (cutting fluids) dalam Pemesinan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
318
318
03/07/98
DTM FTUI
Cutting fluids dlm Pemesinan (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
319
319
03/07/98
DTM FTUI
Turning Process (Proses Pemesinan Bubut)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
320
320
03/07/98
DTM FTUI
Skema Proses Turning a) Ilustrasi skematik dari proses turning memperlihatkan depth of cut, d, dan feed, f. Cutting speed (kecepatan potong) adl kecepatan permukaan dr benda-kerja pd Gambar tool-tip. b) Gaya-gaya yg bekerja pd sebuah pahat potong (cutting tool) dlm turning. Fc = gaya potong (cutting force), Ft = thrust atau gaya pemakanan/feed force (pd arah pemakanan), dan Fr adl gaya radial yg cenderung mendorong pahat lepas dr benda kerja yg sdg dipotong.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
321
321
03/07/98
DTM FTUI
Skema Proses Turning (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
322
322
03/07/98
DTM FTUI
Mesin Turning Manual
Gambar Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
323
323
03/07/98
DTM FTUI
Mesin Turning Manual (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
324
324
03/07/98
DTM FTUI
Mesin Turning CNC Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
325
325
03/07/98
DTM FTUI
Jenis-jenis Proses Turning
Facing
Chamfering
Boring
Taper Turning
Contour Turning
Cutoff
Drilling
Form Turning
Threading
Knurling
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
326
326
03/07/98
DTM FTUI
Sudut dalam Pemotongan Turning
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
327
327
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Turning Pahat insert :
Gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
328
328
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Turning (cont’d) Pahat insert :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
329
329
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Turning (cont’d) Pemutus chip (chip breaker) pada pahat :
Grooves pd pahat potong sebagai pemutus chip (chip breaker) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
330
330
03/07/98
DTM FTUI
Collet Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
331
331
03/07/98
DTM FTUI
Metode Pencekaman (clamping) Benda Kerja
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
332
332
03/07/98
DTM FTUI
Mandrel
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
333
333
03/07/98
DTM FTUI
Proses Pemotongan Ulir (thread cutting) Gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
334
334
03/07/98
DTM FTUI
Pemesinan Turning dengan Turret Turning
Gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
335
335
03/07/98
DTM FTUI
Proses Boring (pembesaran lubang) Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
336
336
03/07/98
DTM FTUI
Boring Bar & Boring Mill Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
337
337
03/07/98
DTM FTUI
Perhitungan Proses Turning
1. Kecepatan Potong (Cutting Speed) .d .N , m/men v avg 1000
3. Waktu Pemotongan (Cutting time) L t m tot , m/men vf Ltot = L + La , m
La = Allowance
davg = (do + df) / 2 , mm 2. Kecepatan Makan (Feed) vf = f.N , m/men
4. Kecepatan Pelepasan Geram (Material Removal Rate/MRR) MRR = Volume terbuang / waktu(tm) = v.f.d , mm3/men Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
338
338
03/07/98
DTM FTUI
Perhitungan Proses Turning (cont’d)
1. Waktu Pemotongan L , m/men t tot m
1. Waktu Pemotongan L tot , m/men
tm
vf
Ltot = L + La , m La = Allowance 2. MRR 2
MRR
vf
Ltot = L + La , m L = D/2 (pejal) atau (D - D1) (tabung) La = Allowance 2
L ( D 1 D 2 ) / 4 L / vf (mm3/men)
2. MRR
MRR
.D 2 .l1.f .N 4L
,mm3/men
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
339
339
03/07/98
DTM FTUI
Perhitungan Proses Turning (cont’d)
1. Waktu Pemotongan L tot , m/men
tm
vf
Ltot = L + La , m La = Allowance 2. MRR
.D 2 .l1.f .N MRR , mm3/men 4L
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
340
340
03/07/98
DTM FTUI
Contoh Soal Proses Turning Sebuah silinder besi pejal diameter 10 cm, panjang 63,5 cm akan diproses bubut menggunakan mesin bubut manual dan pahat cemented-carbide sehingga diameternya menjadi 8,8 cm, dengan kondisi permesinan: v = 90 m/men, f = 0,4 mm/put, dan d = 3,2 mm. Silinder akan dipasang pada sebuah pencekam dan ditahan pada bagian akhir dengan sebuah live center. Dengan pemasangan seperti ini, kedua bagian akhir dari benda kerja harus dibubut (dengan cara dibalik). Dengan menggunakan sebuah overhead crane, waktu yang dibutuhkan untuk memasang dan membongkar benda kerja adalah 5 menit, dan waktu untuk membalik benda kerja adalah 3 menit. Untuk setiap pemotongan bubut, sebuah allowance harus ditambahkan pada panjang pemotongan pada saat sebelum dan sesudah proses pemotongan (approach & overtravel). Allowance total (approach + overtravel) = 12,5 mm. Carilah waktu total proses permesinan & MRR ! Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
341
341
03/07/98
DTM FTUI
Proses Pemesinan Milling
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
342
342
03/07/98
DTM FTUI
Produk Pemesinan Milling
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
343
343
03/07/98
DTM FTUI
Proses Pemesinan Milling
Peripheral/Plane Milling
Face Milling
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
344
344
03/07/98
DTM FTUI
Proses Pemesinan Milling (cont’d)
Up Milling (Conventional Milling)
Down Milling (Climb Milling)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
345
345
03/07/98
DTM FTUI
Perbedaan Up Milling & Down Milling Up Milling
Down Milling
Kelebihan: Kerja gigi tidak dipengaruhi oleh karakteristik permukaan benda kerja Kontaminasi/serpihan-serpihan kecil pada permukaan benda kerja tidak mempengaruhi usia alat Proses pemotongannya lembut, sehingga gigi pemotong tetap tajam Kekurangan: Ada kecenderungan peralatan gemeretak (karena longgar) Ada juga kecenderungan benda kerja terangkat ke atas, sehingga pengontrolan terhadap penjepit sangat penting
Kelebihan: Gerak potongnya menimbulkan gaya yang menahan benda kerja untuk tetap berda di tempatnya Kekurangan: Pada saat gigi memotong benda kerja, terjadi resultan gaya impact yang besar sehingga peralatan dalam operasi ini harus di set up dengan kuat. Tidak cocok untuk permesinan benda kerja dengan permukaan yang kasar (banyak serpihan / scale), seperti logam yang di kerjakan dengan hot working, ditempa (forging), ataupun dicor (casting).Karena serpihan-serpihan tersebut bersifat abrasif, sehingga menyebabkan pemakaian yang berlebihan, merusak gigi pemotong sehingga mempersingkat usia alat Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
346
346
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Proses Milling
Slab Milling
Slotting
Conventional Face Milling
Side Milling
Partial Face Milling
Straddle Milling
End Milling
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
347
347
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Proses Milling (cont’d)
Profile Milling
Pocket Milling
Surface Countouring
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
348
348
03/07/98
DTM FTUI
Proses Face Milling
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
349
349
03/07/98
DTM FTUI
Proses Face Milling (cont’d)
Gambar : Pengaruh bentuk insert thd permukaan hasil proses milling.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
350
350
03/07/98
DTM FTUI
Proses Face Milling (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
351
351
03/07/98
DTM FTUI
Efek Lead Angle
Gambar
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
352
352
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong T-Slot & Shell Mill Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
353
353
03/07/98
DTM FTUI
Arbor
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
354
354
03/07/98
DTM FTUI
Kapasitas Mesin dan Dimensi Benda Kerja
Tabel :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
355
355
03/07/98
DTM FTUI
Biaya Pahat Potong untuk Pemesinan Tabel :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
356
356
03/07/98
Tabel :
Rekomendasi untuk proses Milling
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
357
357
03/07/98
DTM FTUI
Cacat Pemesinan Milling
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
358
358
03/07/98
DTM FTUI
Geometri Pahat Potong Cutting Speed (Kecepatan potong) N
A
v D
Feedrate (Laju pemakanan) Vf f .N .z
Approach Distance
z = number of teeth
d( D d )
Cutting Time tm
LA Vf
MRR MRR w .d .Vf w = width of machined workpiece d = depth of machined workpiece
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
359
359
03/07/98
DTM FTUI
Approach dan Overtravel
Gambar :
Approach Distance
AO
D 2
Approach Distance A O w ( D w ) Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
360
360
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Mesin Milling (Knee-and-Column) 3-axis
Horizontal
Universal
Vertikal
Ram Type Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
361
361
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Mesin Milling 5-axis
a) Table-tilting type
b) Spindle-tilting type
c) Table-Spindle-tilting type
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
362
362
03/07/98
DTM FTUI
Jenis Mesin Milling 5-axis : PKM Keuntungan : 1. Payload-to-weight rasion yg lebih besar. 2. Non-cumulative joint error. 3. Struktur yg lebih rigid. 4. Modularitas.
Parallel Kinematics Machine (PKM)
Kekurangan : 1. Singularity 2. Rasio workspace-to-work yg rendah 3. Sistem kontrol yg lebih rumit 4. Stifness yg rendah pada posisi singularitas 5. Stabilitas thermal yg rendah 6. Kalibrasi kinematik error yg susah 7. Dll. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
363
363
03/07/98
DTM FTUI
Permasalahan Pemesinan Milling Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
364
364
03/07/98
DTM FTUI
Panduan Menghindari Vibrasi dan Chatter Pada Pemesinan Milling Pahat potong dipasang sedekat mungkin pada spindel untuk mengurangi defleksi Pemegang mata pahat harus dipasang sekuat mungkin Apabila terjadi vibrasi dan ketukan, bentuk peralatan dan kondisi operasi harus dimodifikasi. Pahat potong dengan banyak gigi dan spasi gigi secara acak dianjurkan untuk digunakan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
365
365
03/07/98
DTM FTUI
Soal
Diketahui: Benda awal silinder Ø60 mm x 50 mm. Dilakukan proses permesinan sebagai berikut: Mesin Milling Kecepatan potong = 700 rpm Laju pemakanan = 100 mm/menit Diameter pahat = 10 mm Kedalaman potong = 2 mm Mesin Bubut Kecepatan potong = 9 m/menit Umpan = 1,5 mm/putaran Kedalaman potong = 2 mm Kelonggaran = 5 mm Mesin Drill Kecepatan potong = 6 m/menit Umpan = 1 mm/putaran Waktu setup mesin milling = 15 menit Waktu setup mesin bubut = 15 menit Waktu setup mesin drill = 10 menit Waktu persiapan dan pembersihan seluruh alat permesinan = 20 menit Upah pekerja = Rp. 15.000,-/jam Harga material = Rp. 20.000,-/komponen Biaya listrik, pemakaian mesin dan pemeliharaan = Rp. 25.000,-/jam Hitung: a. Waktu pemesinan b. Waktu total pembuatan benda kerja/komponen tersebut c. Estimasi biaya pembuatan satu komponen tersebut
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
366
366
03/07/98
DTM FTUI
Proses Drilling (Proses Gurdi)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
367
367
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Drilling
Gambar : Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
368
368
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Drilling (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
369
369
03/07/98
DTM FTUI
Rekomendasi Geometri Pahat Drilling Tabel : Rekomendasi umum untuk Geometri Pahat Drilling (High Speed Twist Drill)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
370
370
03/07/98
DTM FTUI
Pahat Potong Drilling (cont’d)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
371
371
03/07/98
DTM FTUI
Gun Drilling Awalnya dikembangkan untuk penggurdian laras senapan, gun drilling digunakan untuk menggurdi lubang yang dalam dan pekerjaan yang membutuhkan gurdi yang khusus Rasio kedalaman terhadap diameter lubang yang dihasilkan dapat mencapai 300:1 atau bahkan lebih tinggi Kecepatan potong gun drilling biasanya tinggi dan umpannya rendah. Fluida pemotong didorong dengan tekanan yang tinggi melalui lubuang memanjang di dalam badan gurdi Fluida juga membilas chip yang terjebak dalam lubang yang digurdi Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
372
372
03/07/98
DTM FTUI
Trepanning Gambar
• Pahat potong menghasilkan lubang dengan membuang bagian berbentuk piringan (core) biasanya plat datar. • Dapat menghasilkan piringan sampai diameter 150 mm (6 in.), atau groove sirkuler dimana O-ring diletakkan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
373
373
03/07/98
DTM FTUI
Kemampuan Pahat Drilling untuk Pelubangan
Jangkauan Tipe Pahat Diameter (mm)
Kedalaman lubang/diameter Tipikal
Maksimum
Twist
0,5-150
8
50
Spade
25-150
30
100
2-50
100
300
Trepanning
40-250
10
100
Boring
3-1200
5
8
Gun
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
374
374
03/07/98
DTM FTUI
Rekomendasi Umum untuk Cutting Speed dan Feed-rate dalam Drilling
Material Benda Kerja
Kecepatan Permukaan
Umpan (Feed), mm/put Diameter pahat drilling
Rpm
m/min
1,5 mm
12,5 mm
1,5 mm
12,5 mm
Aluminum Alloy
30-120
0,025
0,30
6400-25.000
800-3000
Magnesium Alloy
45-120
0,025
0,30
9600-25.000
1100-3000
Copper Alloy
15-60
0,025
0,25
3200-12.000
400-1500
Steel
20-30
0,025
0,30
4300-6400
500-800
Stainless Steel
10-20
0,025
0,18
2100-4300
250-500
Titanium Alloy
6-20
0,010
0,15
1300-4300
150-500
Cast Iron
20-60
0,025
0,30
4300-12.000
500-1500
Thermoplastics
30-60
0,025
0,13
6400-12.000
800-1500
Thermosets
20-60
0,025
0,10
4300-12.000
500-1500
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
375
375
03/07/98
DTM FTUI
Umur Pahat Drilling Diperlukan penajaman atau penggantian pahat drilling yang telah tumpul. Umur pahat drilling didefinisikan sebagai jumlah lubang yang dapat di-drill (gurdi) sampai proses transisi (pahat tumpul) terjadi.
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
376
376
03/07/98
DTM FTUI
Mesin Drilling
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
377
377
03/07/98
DTM FTUI
Reaming Suatu operasi yang digunakan untuk : Membuat sebuah lubang yang secara dimensional akurat dan dilakukan dengan proses drilling. Memperbaiki permukan akhir (menghaluskan).
Langkah operasi yg umum sebelum proses reaming : 1. 2. 3. 4.
Centering Drilling Boring Reaming
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
378
378
03/07/98
DTM FTUI
Reamer Gambar :
Pahat potong dengan banyak sisi potong lurus atau flute heliks dan mengambil sedikit material Untuk logam lunak, reamer mengambil minimum 0,2 mm dari diamter sebuah lubang yang digurdi Untuk logam keras, 0,13 mm. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
379
379
03/07/98
DTM FTUI
Tapping dan Tap Tapping: operasi untuk membuat ulir dalam pada benda kerja Tap: pahat potong ulir dengan gigi potong banyak.
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
380
380
03/07/98
DTM FTUI
Tapping dan Tap Tersedia dengan flute berjumlah dua (paling umum), tiga (paling kuat) atau empat. Ukuran tap sampai dengan 100 mm. Tap tirus didesain untuk mengurangi torsi yang dibutuhkan. Tapping dapat dilakukan pada: Mesin drilling Mesin Turning Mesin ulir otomatis Mesin milling CNC Vertikal
Dengan menggunakan pelumasan yang tepat, umur tap bisa lebih dari 10.000 lubang. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
381
381
03/07/98
DTM FTUI
Pertimbangan Desain untuk Drilling, Reaming dan Tapping Lubang yang di-drill pada plat datar harus tegak lurus terhadap gerakan drilling, jika tidak akan terjadi defleksi dan letak lubang tidak akan akurat. Permukaan lubang yang terinterupsi harus dihindari untuk memperbaiki akurasi dimensi. Bagian bawah lubang, jika memungkinkan harus sesuai dengan sudut titik drilling. Permukaan yang rata sebaiknya dihindari Diperlukan lubang pendahuluan untuk menghasilkan lubang yang lebih besar. Part harus didesain sehingga penggurdian dapat dikerjakan dengan fixturing yang minimum dan tanpa mereposisi benda kerja. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
382
382
03/07/98
DTM FTUI
Dari Desain ke Mesin NC CAM-system Concept design
CAD-system
- functions - specs.
Geometric modeling
Tool path simulation
NC-file
NC-machine C
Z
B
Tool path generation
Y
X
Machine simulation
Kinematics engine
Collision check
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
383
383
03/07/98
DTM FTUI
Cutting Tools (Pahat Potong)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
384
384
03/07/98
DTM FTUI
Material Pahat Potong, Waktu Pemotongan, dan Kecepatan Potong Perbaikan material cutting tool telah mengurangi waktu pemesinan
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
385
385
03/07/98
DTM FTUI
Karakteristik pahat potong yang diinginkan 1. Kekerasan yang tinggi 2. Ketahanan terhadap pengikisan, aus, pembentukan chip (chipping) pada sisi pemotong 3. Ketangguhan (toughness) yang tinggi (kekuatan impak) 4. Kekerasan panas (hot hardness) yang tinggi 5. Kekuatan untuk menahan deformasi 6. Stabilitas kimiawi yang baik 7. Sifat termal yang mencukupi 8. Modulus elastisitas tinggi (stiffness) 9. Umur alat yang konsisten 10. Geometri dan permukaan akhir yang baik Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
386
386
03/07/98
DTM FTUI
Pemilihan Material dan geometri Pahat Potong dan Kondisi Pemotongan BATASAN (CONSTRAINT)
Proses manufaktur (kontinyu vs intermiten) Kondisi & kapabilitas dari mesin yang tersedia (rigiditas) Persyaratan geometry, finish, akurasi & integritas permukaan Peralatan pemegang benda kerja (rigiditas) Waktu proses yang dibutuhkan (jadwal produksi)
I N P U T
Material kerja (komposisi & keadaan metalurgi) Tipe pemotongan (pengerjaan kasar vs halus, kontinyu vs intermitten) Ukuran & geometri part Ukuran Lot (produksi batch kecil vs massal) Kualitas/kapabilitas yg dibutuhkan Pengalaman lalu dari pembuatan keputusan
Tool yang dipilih (material tool spesifik, grade, bentuk dan geometri tool)
KEPUTUSAN PEMILIHAN TOOL
Parameter pemotongan Kecepatan (rpm) Feed Kedalaman potong Fluida pemotongan
O U T P U T
Ketersediaan (Material, komposisi, sifat, dan aplikasi, ukuran, bentuk geometri, jadwal pengiriman, biaya dan data kinerja)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
387
387
03/07/98
DTM FTUI
Sifat-sifat Material Pahat Potong
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
388
388
03/07/98
DTM FTUI
Kekerasan Material Pahat Potong (Vickers)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
389
389
03/07/98
DTM FTUI
Material Pahat TOOL STEEL Baja karbon dan baja campuran rendah/menengah. Baja karbon 0,9% sampai dengan 1,3% karbon, ketika mengalami proses pengerasan (hardening) dan tempering memiliki kekerasan, kekuatan dan ketangguhan yang baik sehingga menghasilkan sisi pemootongan yang tajam. Akan tetapi tool steels kehilangan kekerasannya pada suhu di atas 400F yang dikarenakan proses tempering dan umumnya digantikan dengan material lain untuk pemotongan logam.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
390
390
03/07/98
DTM FTUI
Material Pahat (cont’d) BAJA KECEPATAN TINGGI (HIGH SPEED STEEL/HSS)
Pertama kali ditemukan tahun 1900 oleh Taylor dan White Baja campuran tinggi sangat baik untuk tool steel yang memiliki kemampuan potong pada suhu di atas 1100F. Kandungan HSS: W, Mo, Co, V dan Cr selain Fe dan C. W, Mo, Cr dan Co dalam ferrite adalah larutan padat yang memperkuat matriks pada sekitar suhu tempering, hal ini juga meningkatkan kekerasan panas (hot hardness). Vanadium (V) bersama dengan W, Mo dan Cr dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan pakai. Kelarutan padat yang merata pada matriks juga meningkatkan kekerasan yang baik pada baja jenis ini. Meskipun banyak formulasi yang digunakan, tetapi komposisi khususnya adalah tipe18-4-1 (Tungsten 18%, Chromium 4%, Vanadium 1%), disebut T1. Baja kecepatan tinggi secara umum masih digunakan pada mesin bor dan jenis-jenis umum dari mesin frais, sedangkan single-point tools digunakan pada mesin-mesin umum. Untuk mesin produksi, sebagian besar materialnya dapat diganti dengan carbide, coated carbide dan coated HSS. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
391
391
03/07/98
DTM FTUI
Material Pahat (cont’d) CAST COBALT ALLOYS Stellite tools adalah suatu material yang kaya akan cobalt, campuran chromium-tungsten-karbon dan memiliki sifat serta aplikasinya ada di antara baja kecepatan tinggi dan cemented carbides. Meskipun dibandingkan dalam kekerasan pada suhu kamar alat dengan material baja kecepatan tinggi, pahat dengan material cast cobalt alloys mempertahankan kekerasannya pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan material cast cobalt alloys dapat digunakan pada kecepatan potong yang lebih tinggi (25% lebih tinggi) dari alat bermaterial HSS. Cast cobalt alloys sendiri merupakan material yang sangat keras dan tidak bisa dilunakkan dengan pemberian perlakuan panas. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
392
392
03/07/98
DTM FTUI
Geometri Pahat
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
393
393
03/07/98
DTM FTUI
Tool Wear (Keausan pahat)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
394
394
03/07/98
DTM FTUI
Kurva keausan pahat
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
395
395
03/07/98
DTM FTUI
Kurva umur pahat Taylor vt n C v cutting speed (m/min) t tool life(min) n Taylor exponent = karaketeristik tool material C konstanta material benda-kerja
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
396
396
03/07/98
DTM FTUI
Biaya per unit vs Kecepatan Potong
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
397
397
03/07/98
DTM FTUI
Proses Pemesinan non-Konvensional
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
398
398
03/07/98
DTM FTUI
Keterbatasan Kondisi Pemesinan Konvensional Kekerasan dan kekuatan material yang sangat tinggi (di atas 400 HB), atau material terlalu rapuh. Benda kerja terlalu fleksibel. Bentuk part kompleks termasuk profil internal dan eksternal, atau diameter lubang kecil (e.g. pada nosel injeksi bahan bakar). Persyaratan permukaan akhir dan toleransi dimensi cukup tinggi. Menghindari kenaikan temperatur dan tegangan sisa (residual stress) benda kerja.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
399
399
03/07/98
DTM FTUI
Contoh Part hasil Proses Pemesinan nonKonvensional Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
400
400
03/07/98
DTM FTUI
Chemical Machining : Chemical Milling
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
401
401
03/07/98
DTM FTUI
Chemical Machining : Chemical Milling (cont’d) Gambar :
Memproduksi rongga yang rendah pada plat, lembaran, tempa dan ekstrusi sampai dengan 12 mm. Pembentukan dengan reagent kimia pada luasan yang berbeda di permukaan benda kerja dan dikendalikan oleh lapisan material removabel disebut masking. Kemampuan: produksi komponen pesawat, panel kulit misil, airframe, divais mikroelektronik. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
402
402
03/07/98
DTM FTUI
Kekasaran Permukaan dan Toleransi Pemesinan
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
403
403
03/07/98
DTM FTUI
Chemical Machining : Chemical Blanking
Gambar :
Mirip seperti proses blanking, hanya saja menggunakan bahan kimia. Produknya: printed-circuit board, panel dekorasi, stamping logam lembaran tipis. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
404
404
03/07/98
DTM FTUI
Chemical Machining : Photochemical Blanking Disebut juga photoetching atau photochemical machining, menggunakan teknik fotografi. Material yang dapat dibentuk setipis 0,0025 mm. Kemampuan: pembuatan fine screen, printed-circuit card, lapisan motor listrik, mask untuk tv berwarna. Skill pekerja dibutuhkan, biaya peralatan rendah, proses dapat diotomasikan, ekonomis untuk volume produksi berskala medium sampai tinggi.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
405
405
03/07/98
DTM FTUI
Chemical Machining : Pertimbangan Desain Karena etchant mengenai semua permukaan secara kontinyu, desain dengan sudut tajam, rongga yang dalam dan rendah, tirus, sambungan lipatan harus dihindari. Karena etchant mengenai material dalam arah vertikal dan horisontal, maka undercut akan muncul. Untuk memperbaiki laju produksi, benda kerja harus dibentuk dengan proses lainnya sebelum chemical machining. Variasi dimensi dapat terjadi karena perubahan kelembaban dan temperatur. Gambar kerja yang didesain harus cocok dengan peralatan photochemical.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
406
406
03/07/98
DTM FTUI
Electrochemical Machining (ECM)
Gambar :
Seperti kebalikan prinsi electroplating, dan elektrolit berfungsi sebagai pembawa muatan. Benda kerja (anoda), pahat (katoda) Pahat dibuat dari kuningan, tembaga, brons atau stainless steel. Elektrolit: sodium klorida dicampur dengan air atau sodium nitrat Arus yang diberikan mesin maksimal 40.000 A dan minimal 5 A. Laju penetrasi pahat proporsional terhadap kerapatan arus. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
407
407
03/07/98
DTM FTUI
Electrochemical Machining (cont’d)
Gambar :
Kemampuan proses ECM : produksi rongga pada material dengan kekuatan tinggi, seperti bilah turbin, part mesin jet, nosel, rongga cetakan tempa. Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
408
408
03/07/98
DTM FTUI
Electrochemical Machining : Pertimbangan Desain Karena kecenderungan elektrolit mengerosi profil yang tajam, ECM tidak cocok untuk memproduksi tepi persegi yang tajam atau bagian bawah yang rata. Pengendalian aliran elektrolit sulit, sehingga bentuk rongga yang tidak teratur tidak dapat diproduksi sesuai bentuk yang diinginkan. Desain harus dapat dimesin bila dihasilkan bentuk tirus untuk lubang atau rongga.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
409
409
03/07/98
DTM FTUI
Contoh ECM untuk Implantasi Biomedis
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
410
410
03/07/98
DTM FTUI
Electrochemical Grinding Gambar :
Gabungan ECM dan gerinda konvensional. Gerinda terbuat dari aluminum oksida berputar pada kecepatan permukaan 1200 m/min – 2000 m/min Kerapatan arus 1 A/mm2 – 3 A/mm2. Gerinda berfungsi sebagai: Insulator antara roda dan benda kerja Secara mekanis membuang produk elektrolitik dari daerah kerja
Desain harus menghindari bentuk radius dalam yang tajam Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
411
411
03/07/98
DTM FTUI
Electrical-Discharge Machining (EDM) Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
412
412
03/07/98
DTM FTUI
Electrical-Discharge Machining (cont’d) Discharge kapasitor bekerja pada 50 kHz dan 500 kHz dan voltase antara 50 dan 380 V, serta arus 0,1 – 500 A. Fungsi dielektrik: Sebagai insulator sampai beda potensialnya menjadi tinggi Sebagai media pembilas dan membawa kotoran di bagian gap Sebagai media pendingin Volume material yang dibuang per discharge berkisar 10-6 - 10-4 mm. Elektroda terbuat dari grafit, kuningan, tembaga atau copertungsten dan berdiameter 0,1 mm dan rasio kedalaman terhadap diameter lubang 400:1. Keausan pahat berkaitan dengan titik lebur material, semakin rendah titik leburnya semakin tinggi laju keausannya.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
413
413
03/07/98
DTM FTUI
Electrical-Discharge Machining (cont’d)
Gambar :
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
414
414
03/07/98
DTM FTUI
Wire EDM
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
415
415
03/07/98
DTM FTUI
Wire EDM (cont’d) Dapat memotong plat setebal 300 mm. Kawat terbuat dari kuningan, tembaga atau tungsten, zinc atau brass coated dan multicoated wire. Diameter kawat kurang lebih 0,30 mm untuk pemotongan kasar dan 0,20 mm untuk pemotongan akhir. Kecepatan gerakannya konstan berkisar 0,15 – 9 m/menit dan gap (kerf) yang konstan selama proses pemotongan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
416
416
03/07/98
DTM FTUI
Laser Beam Machining Gambar :
LASER = Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
417
417
03/07/98
DTM FTUI
Laser Beam Machining (cont’d)
Gambar :
Bahan laser: -CO2 (gelombang pulsa atau kontinyu) -Nd: YAG (neodymium: yttrium-aluminum-garnet) -Nd: glass, ruby -Excimer laser (Excited & dimer, artinya dua mer/molekul pada komposisi kima yg sama Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
418
418
03/07/98
DTM FTUI
Laser Beam Machining (cont’d) Parameter fisik yang penting adalah sifat reflektif dan konduktivitas termal benda kerja, termasuk panas spesifik dan panas laten saat melebur atau menguap. Semakin rendah nilai parameter tersebu, proses semakin efisien. Dapat dikombinasikan dengan gas seperti oksigen, nitrogen atau argon (laser-beam torch) untuk pemotongan material lembaran tipis. Dapat memotong lubang diameter 0,005 mm dengan rasio kedalaman dan diameter 50:1. Ketebalan plat yang dapat dipotong setebal 32 mm. Penggunaan lain: pengelasan, perlakukan panas, marking (penanda).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
419
419
03/07/98
DTM FTUI
Water Jet Machining
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
420
420
03/07/98
DTM FTUI
Water Jet Machining (cont’d) Disebut juga dengan Hydrodynamic Machining Tekanan yang digunakan adalah 400 MPa, atau bisa mencapai 1400 MPa. Diameter nosel jet antara 0,05 mm – 1 mm.. Material yang dipotong: plastik, kain, karet, produk kayu, kertas, kulit, material insulasi, batu bata, material komposit. Ketebalan dapat mencapai 25 mm atau lebih. Kelebihan: Pemotongan dapat dilakukan pada setiap lokasi tanpa pelubangan awal Tidak terjadi panas Tidak terdapat defleksi benda kerja Hanya sedikit saja material yang terbasahi Produksi burr yang minim
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
421
421
03/07/98
DTM FTUI
Abrasive-Jet Machining Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
422
422
03/07/98
DTM FTUI
Abrasive-Jet Machining (cont’d) Menggunakan udara kering, nitrogen atau karbon dioksida dicampur dengan partikel abrasif dengan kecepatan tinggi. Digunakan untuk pemotongan: Lubang kecil, slot, pola pada material yang sangat keras atau rapuh Deburring atau pembuangan flash pada part Trimming dan bevelling Pembuangan oksida dan permukaan film lainnya Pembersihan komponen terhadap permukaan yang tidak beraturan Tekanan suplay gas sebesar 850 kPa dan kecepatan abrasif hingga mencapai 300 m/s dikendalikan dengan katup. Ukuran abrasif dari 10 – 50 µm.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
423
423
03/07/98
DTM FTUI
Micromachining Gambar :
MEMS = Microelectromechanical System
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
424
424
03/07/98
DTM FTUI
Micromachining (cont’d) Menggunakan chemical etching. Contoh: Assembly roda gigi yang digerakkan oleh rotor berdiameter 55µm dan berputar dengan kecepatan 300.000 rpm searah maupun berlawanan arah jarum jam. Probe dan piranti pengukuran pada aplikasi pesawat luar angkasa, aliran fluida. Sistem fiber optik.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
425
425
03/07/98
DTM FTUI
Nanofabrication
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
426
426
03/07/98
DTM FTUI
Nanofabrication (cont’d) Melibatkan pembentukan dan manipulasi struktur dengan karakteristik panjang kurang dari 1 µm. Proses nanofabrikasi seperti photolithography, lithography, dll. Atomic Force Microscope (AFM) telah banyak digunakan dalam litografi berskala nano, dengan resolusi atomis, telah dapat digunakan untuk memanipulasi molekul tunggal dan atom pada permukaan. Contoh produk: Media informasi, dimana 1 bit informasi dapat disimpan dalam 100 atom, maka buku dapat disimpan dalam 0,5 mm3. Robot mikroskopis untuk membawa obat.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
427
427
03/07/98
DTM FTUI
Proses Penyambungan : Welding (pengelasan)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
428
428
03/07/98
DTM FTUI
Proses Penyambungan (Joining Processes)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
429
429
03/07/98
DTM FTUI
Alasan menggunakan Proses Penyambungan 1. Produk tidak mungkin di manufaktur dalam satu benda. 2. Produk lebih mudah dan ekonomis di manufaktur dan di kirim (transport) sebagian komponen-komponen yg kemudian di rakit (assembly). 3. Memungkinkan untuk mengambil komponen untuk perbaikan atau pemeliharaan thd bagian yg rusak. 4. Sifat material yg berbeda mungkin lebih diinginkan untuk tujuan fungsional dari produk.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
430
430
03/07/98
DTM FTUI
Klasifikasi Proses Penyambungan
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
431
431
03/07/98
DTM FTUI
Contoh Penyambungan dengan Welding
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
432
432
03/07/98
DTM FTUI
Tiga Proses Penyambungan : Shielded Metal, Gas Metal, dan Gas Tungsten Arc Welding Kesamaan dari tiga proses : 1. Setiap proses menggunakan arus DC untuk menghasilkan arc antara electroda dan benda kerja. 2. Setiap proses menggunakan shielding untuk melindungi weld dari kontaminasi. 3. Setiap proses menggunakan material pengisi (filler), yang memiliki komposisi kimia yg sama dengan benda kerja.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
433
433
03/07/98
DTM FTUI
Shielded Metal Arc Welding • Dikembangkan pada awal abad ke 20. Penggunaan utamanya di dalam pengelasan baja (steel welding). • Shielded metal arc welding dilaksanakan dengan membuat arc antara elektroda metal berlapis dan benda kerja. Sesaat arc terbentuk benda kerja menjadi cair pada titik lokasi arc. • Batang elektroda memiliki dua fungsi Pertama : sebagai media utk arus listrik. Kedua : material pengisi digunakan untuk menghasilkan sambungan. • Lapisan yg mengelilingi elektroda membentuk gas yg membantu melindungi lasan.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
434
434
03/07/98
DTM FTUI
Shielded Metal Arc Welding (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
435
435
03/07/98
DTM FTUI
Gas Metal Arc Welding • Gas metal arc welding (GMAW), juga dinamakan Metal Inert Gas (MIG) atau Metal Active Gas (MAG) welding, melindungi las-an dengan gas eksternal spt : argon, helium, carbon dioxide, atau campuran gas lain. • GMAW digunakan untuk mengelas semua metal-metal komersial penting a.l. baja (steel), aluminum, tembaga (cooper), dan stainless steel. • Pemilihan metal pengisi (filler metal) memiliki komposisi kimia yang sama dengan material yg di las. • Proses dapat dilakukan dalam berbagai posisi : datar, horizontal, vertical, dan overhead.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
436
436
03/07/98
DTM FTUI
Gas Metal Arc Welding (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
437
437
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
438
438
03/07/98
DTM FTUI
Parameter dalam proses GMAW 1. Ada empat metode pemindah metal : short circuit, globular, spray, dan pulsed spray. Setiap metode membutuhkan setting dan penggunaan yg berbeda. 2. Gas pelindung (shielding gas). 3. Ukuran elektroda (electrode size). 4. Parameter elektrik : Tegangan (voltage) dan Arus (current) (GMAW menggunakan arus kontinyu). 5. Laju pengumpanan (feed rate : kecepatan penyuplai-an pengisi). 6. Laju penge-las-an (travel speed).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
439
439
03/07/98
DTM FTUI
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
440
440
03/07/98
DTM FTUI
Gas Tungsten Arc Welding • Dalam GTAW, elektroda tungsten digunakan sebagai pengganti elektroda metal dlm shielded metal arc welding. • Gas inert yg bersifat kimia (chemically inert gas), spt argon, helium, atau hydrogen, digunakan utk melindungi metal dari oksidasi. • Panas dari arc (busur) yg dibentuk oleh elektroda dan metal melebur bagian tepi metal. • Proses ini dpt digunakan untuk hampir semua metal dan menghasilkan las-an dgn kualitas tinggi. Namun laju pege-lasan cukup lambat.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
441
441
03/07/98
DTM FTUI
Gas Tungsten Arc Welding (cont’d)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
442
442
03/07/98
DTM FTUI
Gas Tungsten Arc Welding (cont’d) Elektroda Tungsten memiliki titik lebur yg tinggi hal ini membuat GTAW memiliki keuntungan spesifik : Pengelasan (Welding) dapat di lakukan dalam setiap posisi. Hasil las-an memiliki komposisi yg sama dengan metal benda kerja. Tidak digunakan Flux; sehingga, hasil las-an tidak membutuhkan pembersihan dari sisa las-an yg bersifat korosif. Tidak ada asap atau gas yg merusak penglihatan. Penyimpangan dari metal benda kerja adalah minim karena panas terkonsentrasi pada luasa yg kecil. Tidak ada cipratan api yg dihasilkan karena metal tidak di transfer melewati arc (busur).
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
443
443
03/07/98
DTM FTUI
Faktor Keamanan dlm Pengelasan Burn hazard
Eye protection against splatters and ultraviolet and infrared rays
Protection clothes and gloves
Helmet or special glasses
Toxic gases: - carbon monoxide (CO) - ozone (O2)
Well ventilated area
- phosgene gases produced with some metals when welded Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
444
444
03/07/98
DTM FTUI
The ESAB CaB 600 installed at AB Martin Larsson in Pålsboda, Sweden.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
445
445
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping (Material Increst Manufacturing)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
446
446
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping (RP) Juga dinamakan : Layered Manufacturing (LM) Desktop Manufacturing Solid Freeform Fabrication (SFF)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
447
447
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Layered Manufacturing ?
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
448
448
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Layered Manufacturing ? Awal dari teknologi rapid mechanical prototyping Topography • Pada 1890, metode pelapisan untuk membuat mold untuk peta relief topografi. Photosculpture • Pada 1879, usaha untuk membuat replika obyek 3dimensi, termasuk bentuk manusia.
Layered mold dari stacked sheets oleh DiMatteo (1974)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
449
449
03/07/98
DTM FTUI
Produk Rapid Prototyping Embedded copper
Internal cooling channels
Polyurethane/Epoxy turbines
Invar core
S.S 316L surfaces
Alumina vane Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
450
450
03/07/98
DTM FTUI
Kualitas Produk : Shrouded Fan
Rapid Prototyped Part
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
451
451
03/07/98
DTM FTUI
Proses Rapid Prototyping CAD
+ Mudah dalam perencanaan utk 3D + Berbagai jenis material + Fast turn around
Process Planning
Mesin RP
– Akurasi : ketebalan layer (lapisan)
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
452
452
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Stereolithography
Liquid Photopolymer . Menghasilkan akurasi dan permukaan akhir yg sangat baik Kecepatannya rata2 + biaya $100~500K Belakangan dapat menghasilkan produk metal dan ceramic green
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
453
453
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Mesin Stereolithography
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
454
454
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Kimia Photopolymer • Photoinitiator dan cairan reactive monomers • Cross-linking • Solidified photopolymer tidak meleleh, tapi melunak (soften)
Gambar :
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
455
455
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Keuntungan 1. Dapat menghasilkan geometri 3D yg kompleks. 2. Automatic process planning berdasarkan CAD model. 3. Mesin fabrikasi yg umum, i.e., tidak membutuhkan spesifik fixturing dan tooling. 4. Membutuhkan minimum atau tanpa intervensi dari operator.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
456
456
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Keuntungan (cont’d) 5. Mudah untuk visualisasi, verifikasi, iterasi, dan optimasi desain. 6. Sebagai alat komunikasi dalam simultaneous engineering. 7. Studi pemasaran thd keingingan konsumen. 8. Prototipe produk metal dan tooling dibuat dari polymer.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
457
457
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Urutan Proses 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Model solid CAD. ‘.STL’ file. Slicing file. Final build file. Fabrikasi produk. Post processing.
Model
• STL
Slicing
Product
Deposition Planning
Process Description
Deposition codes
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
458
458
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Contoh Aplikasi
Model Stereolithography dari telepon selular.
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
459
459
03/07/98
DTM FTUI
Rapid Prototyping : Contoh Aplikasi (cont’d)
Pembuatan patung melalui proses Solid Photography
Laboratorium Teknologi Manufaktur Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik– Universitas Indonesia
460
460