MAKALAH DISKUSI TOPIK PSIKIATRI ANAK (RETARDASI MENTAL, GANGGUAN HIPERKINETIK, DAN AUTISME MASA KANAK)
Disusun oleh:
NAMA
: HERDI
NIM
: I11105024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2011
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui Diskusi Topik dengan judul : PSIKIATRI ANAK ( RETARDASI MENTAL, GANGGUAN/REAKSI HIPERKINETIK, AUTISME MASA KANAK)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Modul Psikiatri
Telah disetujui,, Pontianak, 25 Maret 2011 Pembimbing Diskusi Topik Psikiatri
dr. Edi Hermeni, Sp.KJ
Disusun oleh :
Herdi NIM I11105024
2
Retardasi Mental
A. Definisi Retardasi Mental Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang sub normal sejak masa perkembangan (sejak lahir atau masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demensia), tetapi gejala utama (yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental di sebut juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren= jiwa) atau tuna mental.
B. Penyebab Penyebab retardasi mental mungkin faktor keturunan (retardasi mental genetik), mun gkin juga tidak diketahui (retardasi mental simplex). Kedua-duanya ini dinamakan juga retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak pada waktu pranatal, perinatal, atau postnatal. Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ke-1 (PPDGJ-1) memberikan subkategori-subkategori klinis atau keadaan-keadaan yang disertai retardasi mental sebagai berikut: 1. Akibat Infeksi dan Intoxikasi Dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kereusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau toxix lainnya. Beberapa contoh adalah: Parotis epodemika,rubela, sifilis, dan toxoplasmosiskongenital. Ensefalopatia karena infeksi postnatal
2. Akibat Rudapaksa dan Sebab Fisik Lain Rudapaksa: rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar X, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat menyebabkan kelainan dengan retardasi mental. Pada waktu lahir (perinatal) kepala dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Juga terjadi kekurangan O2 ( asfixia neonatum) yang terjadi pada 1/5 dari semua kelahiran.hal ini dapat terjadi karena aspirasi lendir, aspirasi liquor amnii, anestesia ibu dan prematuritas. Bila zat asam berlangsung 3
terlalu lama maka akan terjadi degrenasi sel-sel kortex yang kelak mengakibatkan retardasi mental. PPDGJ-1 menyebutkan: Ensefalopatia karena kerusakan pranatal. Ensefalopatia karena kerusakan pada waktu lahir.
3. Akibat Gangguan Metabolisme, Pertumbuhan atau Gizi Semua
retardasi
mental
yang langsung disebabkan
oleh
gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolisme zat lipida, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau zat gizi termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan langsung lama sebelum umue 4 tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat menyebabkan retardasi mental. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum 6 tahun. Beberapa contoh keadaan yang sering mengakibatkan retardasi mental dalam sub kategori ini adalah: Lipidosis otak infantil(penyakit Tay-Sach) Histiositosis lipidum jenis keratin ( penyakit gaucher) Fenilketonuria: diturunkan melalui gen yang resesif. 4. Akibat Penyakit Otak yang Nyata Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma( tidak termasuk tumbuhan sekunder karena rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel yang nyata,tetapi yang belum diketahui betul etiologinya. Reaksi selsel otak (reaksi struktural) ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, skelerotik atau reparatif. Misalnya:
Angiomantosis otak trigemini( penyakit sturge-weber-dimitri)
Skerosis spinal( ataxia Fridreich)
5. Akibat Penyakit atau Pengaruh pranatal yang tidak jelas Keadaan ini sudah di ketahui sudah ada sejak lahir, tetapi tidak di ketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan efek kongenital yang tidak di ketahui penyebabnya. Anensefali dan hemi-ensefali Kelainan pembentukan diri Porensefali kongenital
4
Kraneostenosis Hidrosefalus kongenital Hipertelorisme Makrosefali Mikrosefali primer Sindrome Laurence-Moon-Biedl 6. Akibat Kelainan Kromosom Kelainan dalam jumlah kromosom: sindrom Down atau Langton-Down atau Mongolisme(trisomi otomosalatau trisomi kromosom 120 Kelainan dalam bentuk kromosom:”Cri Du Cat”: tidak terdapat cabang pendek pada kromosom 5. Cabang pendek pada kromosom 18 tidak terdapat.
7. Akibat Prematuritas Dalam kelompok ini termasuk dalam retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir yang beratnya kurang dari 2500 gram dan dengan massa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam subkategori sebelum ini.
8. Akibat Gangguan Jiwa yang Berat Retardasi mental mungkin juga uatu gangguan jiwa yang berat dalam masa anak-anak. Penderita skizofrenia residual dengan deteriorasi mental tidak termasuk dalam kelompok ini.
9. Akibat Deprivasi Psikososial Retardasi mental kultural-familial berdasarkan pada dua buah anggapan, yaitu bahwa deprivasi kultural dapat mengakibatkan retardasi mental ringan dan bahwa deprivasi kultural itu mungkin merupakan akibat retardasi familial. Untuk mendiagnosis retardasi mental kultural –familial harus di dapatkan retardasi mental paling sedikit pada salah seorang dari orang tua penderita dan pada seorang atau lebih saudaranya. Retardasi mental jenis ini biasanya ringan. Retardasi mental akibat deprivasi lingkungan timbul karena kurangnya rangsangan dari lingkungan. Deprivasi lingkungan mungkin juga karena gangguan pancaindera. Tingkat retardasi biasanya ringan atau perbatasan.
5
C. Tingkat-Tingkat Retardasi Mental
Hasil-hasil intelegensi(HI atau IQ=intellegence quotient) bukan satu-satunya patokan yang dapat di pakai untuk menentukan berat-ringannnya retardasi mental. 1. Tingkat-Tingkat Retardasi Mental dalam PPDGJ-1 dibagi menjadi: Retardasi mental taraf perbatasan Retardasi mental ringan Retardasi mental sedang Retardasi mental berat Retardasi mental sangat berat
2. Penanganan Masalah Retardasi Mental Sebagian
besar
jumlah
penderita
retardasi
mental
dapat
mengembangkan penyesuaian sosial dan vokasional yang baik serta kemampuan hubungan dan kasih sayang antar manusia yang wajar bila terdapat lingkungan keluarga yang mau memahaminya dan memberi semangat padanya secara memadai serta fasilitas pendidikan dan latihan vokasional yang tepat.
3. Pembagian Tingkat Intelegensi Nama
HI(IQ)
Tingkat
Patokan sosial
Patokan pendidikan
Sangat superior
>130
Tinggi
Bila
berguna Terlalu pandai
sekali
bagi
buat
masyarakat
biasa
sekolah
disebut “Zeni”(genous) Superior
110130
tinggi
Dapat
Dapat
berfungsi biasa
menyelesaikan perguruan
6
tinggi dengan mudah
Normal
86-109
normal
Dapat
Dapat
berfungsi biasa
menyelesaikan SlA, sedikit kesukaran di perguruan tinggi
Keadaan bodoh
68-85
atau bebal
Debilitas(keadaan
52-85
tolol)
Taraf
Tidak sanggup
Beberapa kali
perbatasan
bersaing dalam
tidak naik di
mencari nafkah
SD
Retardasi
Dapat mencari
Dapat di latih
mental
nafkah secara
dan di didik di
ringan
sederhana
sekolah
dalam keadaan
khusus
baik Imbesilitas(keadaan 36-51
Retardasi
Mengenal
Tidak dapt
dungu)
mental
bahaya, tidak
dididik, dapat
sedang
dapat mencari
di latih
Retardasi
nafkah
20-35
mental berat Idiosi(keadaan pandir)
<20
Retardasi
Tidak
Tidak dapt
mental
mengenal
dididik, tidak
sangat
bahaya, tidak
dapat di latih
berat
dapat mengurus diri sendiri
7
4. Ciri-ciri Perkembangan Penderita Retardasi mental Tingkat
Umur pra-
Umur sekolah:6-
Masa dewasa: 21
retardasi
sekolah:0-5 tahun
20 tahun latihan
tahun atau lebih
mental
pematangan dan
dan pendidikan
kecukupan sosial
perkembangan
Berat sekali
dan pekerjaan
Retardasi berat:
Perkembangan
Perkembangan
kemampuan
motorik sedikit:
motorik dan bicara
minimal untuk
dapat bereaksi
sedikit: dapat
berfungsi dalam
terhadap latihan
mencapai
bidang sensori
mengurus diri
mengurus diri
motorik,
sendiri secara
sendiri secara
membutuhkan
minimal atau
sangat terbatas,
perawatan
terbatas
membutuhkan perawatan.
Berat
Perkembanagan
Dapat berbicara
Dapat mencapai
motorik kurang ,
atau belajar
sebagian dalam
bicara minimal,
berkomunikasi
mengurus diri
umumnya tidak
dapat di latih
sendiri dalam
dapat dilatih untuk
dalam kebiasaan
pengawasan
mengurus diri
kesehatan dasar,
penuh, dapat
sendiri,
dapat dilatih
mengembangkan
keterampilan
secara
secara minimal
komunikasi tidak
sistematikdalam
berguna
ada atau hanya
kebiasan
keterampilan
sedikit sekali
menjaga diri dalam lingkunagan yang terkontrol
Sedang
Dapat berbicara
Dapat dilatih
Dapat mencari
8
Ringan
atau belajar
dengan
nafkah dalam
berkomunikasi,
kerketerampilan
pekerjaan kasar(
kesadaran sosial
sosial dan
unskilled) atau
kurang,
pekerjaan, sukar
setengah terlatih
perkembangan
untuk maju lewat
dalam keadaan
motorik cukup,
kelas dua SD
terlindun,
dapat belajar
dalam mata
memerlukan
mengurus diri
pelajaran
pengawasan dan
sendiri, dapat
akademik, dapat
bimbingan bila
diatur dengan
belajar bepergian
mengalami stress
pengawasan
sendirian di
sosial atau stress
sedang.
tempat yang sudah ekonomi yang di kenal.
ringan.
mengembangkan
Dasar belajar
Biasanya dapat
keterampilan
keterampilan
mencapai
sosial dan
akademik sampai
keterampilan
komunikasi,
kira-kira kelas 6
sosial dan
keterbelakangan
pada umur
pekerjaan yang
minimal dalam
belasaan
cukup untuk
bidang
tahun,dekat umur
mencari nafkah,
sesorimotorik,
20 tahun, dapat di
tetapi memerlukan
sering tidak dapat
bimbing ke arah
bimbingan dan
di bedakan dari
konformitas sosial
bantuan bila
normal hingga usia
mengalami stres
lebih tua.
sosial atau stres ekonomi yang luar biasa.
9
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Seseorang dengan retardasi mental, karena keadaannya sepannjang hidupnya menghadapi lebih banyak resiko daripada orang yang normal. Resiko ini rupanya bertambah sesuai dewngan beratnya retardasi mental. Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat mempengaruhi reaksi orang tua terhadap anaknya dengan retardasi mental dalam keluarga mereka. Bila anak dengan retardasi mental menjadi lebih besar, maka di terimanya dia oleh anak-anak yang lain di pengaruhi sikap, toleransi dan emosi pribadi orang tua anak-anak itu terhadap retardasi mental.
E. Diagnosis dan Diagnosis Banding Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu di ambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologis, labolatorium, diadakan evaluasi pendengaran, dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik di samping retardasi mental. Diagnosis banding ialah anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi ransangan yang berat (retardasi mental ini reversibel bila di beri ransangan yang baik scaraa dini).
F. Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan
sosio-ekonomi,
konseling
genetik,
dan
tindakan
kedokteran. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis pengobatan dini keradangan otak, pendarahan sub dural, kraniostenosis. Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah luar biasa. Konseling pada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena mempunyai anak dengan retardsai mental. 10
Terapi farmakologis untuk mengatasi sindrom perilaku pada retardasi mental yaitu: 1). Agresif dan melukai diri sendiri: Carbamazepin dan valproic acid 2). Gerakan motorik stereotipik: haloperidol dan chlorpromazine 3). Kemarahan eksplosif: propranolol dan buspiron
G. Prognosis Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya biasanya prognosisnya lebih baik tetapi pada umumnya sulit untuk mengetahui penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi sering meninggal pada usia muda.
11
Gangguan Hiperkinetik
A. Definisi Merupakan suatu aktivitas yang berlebihan, kegelisahan, perhatian yang mudah dialihkan dan daya konsentrasi yang kurang. Seseorang anak yang normal mungkin saja menunjukkan aktivitas yang tinggi tetapi anak hiperkinetik hampir tidak henti-hentinya bergerak ke sana dan ke sini, melakukan ini dan itu, hal-hal yang menghawatirkan orang tuanya karena berbahaya. Anak itu dapat bereaksi terhadap rangsangan dengan emosi yang berlebihan, ia sering labil, impulsif dan mudah mengalami kecelakaan.
B. Eitologi Gangguan hiperkinetik diduga merupakan suatu keadaan yang primer fisiologis, tetapi dapat menimbulkan gangguan emosi pada anak itu, yang disebabkan oleh perlakuan orang tua terhadapnya (tidak sabar, tekanan, hukuman, celaan, dan sebagainya) karena mereka tidak mengerti prilaku anak tersebut.
C. Diagnosis Diagnosis dibuat terutama atas dasar riwayat anak. Perubahan pada elektroensefalogram atau nilai ambang konvulsi yang rendah.
D. Terapi Pengobatan ialah dengan amfetamin (sebenarnya suatu stimulan, tetapi mempunyai efek paradoxal terhadap anak hiperkinetik dan bekerja sebagai penenang), neroleptika atau anti depresant trisiklik (amitriptilin, imipramin). Bila terdapat gangguan emosional karena hiperkinesa diterangkan kepada orang tua dan anak itu sendiri. Mereka diberi kesempatan mencurahkan isi hati (katarsis). Lingkungan yang teratur dan tenang dapat membantu.
E. Prognosis Gangguan fisiologis ini akan menghilang antara umur 12-18 tahun, medikasi lalu di hentikan.
12
AUTISME MASA KANAK
A. Definisi Suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
interaksi sosial,
komunikasi (bahasa dan bicara).
perilaku-emosi
pola bermain
gangguan sensorik dan motorik
perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. B. Etiologi Autisme diakibatkan terjadi kelainan fungsi luhur di daerah otak. Kelainan fungsi ini bisa disebabkan berbagai macam trauma seperti: • Sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena keadaan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), infeksi virus rubella, virus cytomegalo, dan lain-lain. • Kejadian segera setelah lahir (perinatal), seperti kekurangan oksigen (anoksia). • Keadaan selama kehamilan seperti pem-bentukan otak yang kecil, misalnya vermis otak kecil yang lebih kecil (mikrosepali) atau terjadi pengerutan jaringan otak (tuber sklerosis). • Mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison, (karena infeksi Tuberkulosa, dimana terjadi bertambahnya pigment tubuh dan kemunduran mental).
13
• Mungkin karena kelainan chromosom seperti pada syndrome chromosoma X yang fragil. C. Gejala Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima pancainderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilakuperilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka. Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun. 1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa. 2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. 3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar. 4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali. 5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa 14
diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat. Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.
D. Diagnosis Autisme Sesuai DSM IV a. Interaksi Sosial (minimal 2): 1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju 2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya 3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat 4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah b. Komunikasi Sosial (minimal 1): 1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal 2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris 3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip 4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social c. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1): 1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya 2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna 3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda. E Terapi Terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya;
15
komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Terapi yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis untuk mengubah serta memodifikasi perilaku. F. Prognosis Anak-anak autis kadang-kadang sembuh hal ini terjadi setelah perawatan intensif dan kadang-kadang tidak. Anak autism dengan kemampuan bahasa sebelum usia enam, memiliki IQ di atas 50, dan memiliki keterampilan diprediksi akan lebih baik; hidup mandiri. Inggris pada tahun 2004 studi dari 68 orang dewasa yang didiagnosis sebelum 1980 sebagai anak-anak autis dengan IQ di atas 50 menemukan bahwa 12% mencapai tingkat tinggi kemandirian sebagai orang dewasa, 10% mempunyai beberapa teman dan umumnya dapat bekerja, tetapi diperlukan beberapa dukungan, 19% memiliki kemandirian tetapi umumnya tinggal di rumah dan membutuhkan dukungan dan pengawasan dalam kehidupan sehari-hari, 46% diperlukan perawat spesialis dari penyedia fasilitas hunian yang mengkhususkan diri dengan dukungan tingkat tinggi dan 12% membutuhkan tingkat tinggi perawatan di rumah sakit. (Howlin, et all, 2004). Sebuah penelitian tahun 2005 di Swedia 78 orang dewasa yang tidak mengecualikan IQ rendah ditemukan prognosis lebih buruk misalnya, hanya 4% mencapai kemandirian.
16
Daftar Pustaka Kaplan & saddock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Tomb, D. A. 2004. Buku Saku Psikatri ed 6. Jakarta : EGC
17