BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kandungan al-Qur’an disamping berisi ajaran-ajaran yang mengatur hidup dan kehidu kehidupan pan manusi manusiaa dalam dalam hub hubung ungann annya ya dengan dengan Pencip Pencipta, ta, hub hubung ungann annya ya dengan sesama manusia, bahkan terhadap makhluk-makhluk lain ciptaan Allah, yang berwujud akidah, ibadah dan akhlak, juga berisi kisah-kisah yang dapat dijadikan peringatan dan i’tibar bagi manusia. 1 Kisah-kisah yang terjadi pada masa lalu melalui al-Qur’an sampai kepada ۬ yang menarik perhatian, seperti kisah para kita terkadang dalam bentuk am sãl
nabi dan rasul, orang-orang saleh, juga pendurhaka-pendurhaka. Demikian juga terdapat terdapat gambaran gambaran peristiwa-peristiwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi terjadi di masa datang datang di dunia ini serta pemandangan dan panorama hari kiamat. Gambaran yang kontras antara kenikmatan dan penderitaan, kepemurahan dengan keserakahan, sehingga seakanakan menyatakan alur pikiran dengan kenyataan dan menyentuh rasa indrawi yang pali paling ng dalam dalam.. Peso Pesona na baha bahasa sa itu itu kemb kembal alii meng mengis isii pemi pemiki kiran ran deng dengan an daya daya imajinasi yang kritis, kreatif dan dinamis. 2 Ayat-ayat tentang kisah, jika dikaji secara mendalam, bukan saja akan mengungkapkan rahasia pesona bahasa yang memiliki daya tarik yang begitu kuat, kuat, tetapi tetapi juga juga dapat dapat mengun mengungka gkapka pkann banyak banyak hal, hal, berupa berupa nilai-n nilai-nila ilaii yang yang
1
Lihat Mahmud al-Misri, Qasas al Qur’an, (Mesir: Maktabah al-Taqwa, 2001 M/1422
2
Lihat Sayid Quthub, al-Tashwir al-Fanny fi al Qur’an, (Libanon: Dar al-Syuruq, q, 1992),
H), h. 4. h. 241.
1
berh berharg argaa yang yang terka terkand ndun ungg dala dalam m kisah kisah terseb tersebut ut.. Nilai Nilai-n -nil ilai ai terseb tersebut ut dapa dapatt berfungsi sebagai petunjuk, peringatan, rahmat, penawar penderitaan serta i’tibar keteladanan dan pada akhirnya menambah kayakinan akan kebenaran al-Qur’an dan risalah Muhammad saw. Sekali Sekalipun pun kisahkisah-kis kisah ah al-Qur al-Qur’an ’an begitu begitu pentin pentingg artinya artinya dalam dalam rangka rangka pem pemah aham aman an,, peng pengha haya yata tann dan dan peng pengam amal alan an ajara ajaran-a n-aja jaran ran agam agama, a, namu namunn pem pemah aham aman an umat umat Islam Islam terh terhad adap ap kisah kisah-k -kis isah ah al-Q al-Qur ur’an ’an sang sangat at terba terbata tas. s. Memaha Memahami mi suatu suatu kisah, kisah, utaman utamanya ya nilai-n nilai-nila ilaii yang yang terkand terkandun ungg di dalamn dalamnya ya memerlu memerlukan kan penjela penjelasan san-pen -penjela jelasan san melalu melaluii kajian kajian-kaj -kajian ian dari dari mereka mereka yang yang memiliki kemampuan untuk itu. Dari sekian banyak kisah yang terdapat dalam alQur’an Qur’an kisah kisah nabi-n nabi-nabi abilah lah yang yang paling paling banyak banyak.. Misalny Misalnya, a, kisah kisah Nabi Nabi Yusuf Yusuf sebagai kisah yang paling panjang dan paling sempurna dibanding dengan kisahkisah yang lain.3
B. Pokok-pokok Permasalahan. Dalam makalah ini akan dibahas : 1. Peng Pengert ertia iann kisah kisah al-Q al-Qur ur’an ’an 2. Macam Macam-ma -macam cam kisa kisahh al-Qu al-Qur’ r’an an 3. Unsu Unsurr-un unsu surr kisah kisah al-Qu al-Qur’a r’ann 4. Tuju Tujuan an kisah kisah al-Qu al-Qur’a r’ann
3
Lihat Ahmad Mustafa al-Mara gy, gy, Tafsir al-Mara gy, Juz 12, (Mesir: Syarikat Maktabah wa Mathba’ah Mushtafa at-Bab al-Halaby, 1963), h. 111.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KISAH AL-QUR’AN Kata “kisah” adalah bentuk masdar dar dari kata kerja dasar q, s , s , yang berarti ceritera, atau riwayat. Orang Arab kuno menggunakan kata ( قصةqis sah ah) untuk nama-nama, seperti ( الخبرal-khabar ) ( السيرal-siyar ) dan ( الخرافةal-khirafah). fah). Dalam perkembangannya orang Arab menggunakan kata ini dalam banyak arti. Salah satu diantaranya diantaranya ialah nama bagi salah satu cabang cabang seni sastra. Kisah yang paling pertama terkodifikasi di kalangan orang Arab adalah kisah kisah yang dikemukaan dikemukaan olah al-Qur’an al-Qur’an terhadap terhadap umat-umat umat-umat terdahulu. terdahulu.4 Kisah Kisah dalam dalam arti leksikal leksikal dapat bermakna ث( الحدcerita) yaitu salah satu bagian dari kesusastraan dan juga dapat berarti (melacak jejak).5 Dalam uraian diatas, tampak bahwa kata (qis sah ah) mempunyai dua makna leksikal yaitu ث( الحدcerita) dan ٔ ر ا ت ب ع (melacak jejak). Kedua pengertian bahasa ini tidak tidak berten bertentan tangan gan,, bahkan bahkan bersesu bersesuaia aian, n, mengin mengingat gat bahwa bahwa (qis sah ah) berarti cerita, karena kisah bercerita atas seseorang atau peristiwa. Apakah orang itu memang pernah ada atau tidak. Apakah peristiwa itu memang pernah terjadi atau tidak.6 Demikian Demikian juga pengertian pengertian melacak melacak jejak, karena karena yang diceritakan diceritakan oleh seorang seorang pencerita pencerita dalam suatu kisah, pada umumnya umumnya merupakan merupakan suatu gambaran gambaran 4
Lihat Muhammud Syafiq Ghirbal, al-Mausu’ah ’ah al-‘Arbiyyah al-Muyassarah (Cet. I; Franklin: Dar al-Qalam wa Mu’assasah, 1965), h. 1383. 5 ۤ hib Lihat Fath Ridwan, n, al-Islam wa al-Ma za hib al-Hadisah, (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th), h. 100. 6 Lihat Muhammad Ahmad Khalf Allah, op.cit., h. 117.
3
kejad kejadia iann yang yang pern pernah ah terj terjad adii di masa masa lamp lampau au.. Kary Karyaa ini ini meru merupa paka kann suat suatuu penelusuran atau pelacakan akan orang-orang atau tokoh-tokoh serta peristiwa peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, khususnya cerita atau kisah yang bercorak kesejarahan. Pengertian bahasa maupun pengertian istilah seperti disebutkan di atas adalah pengertian pengertian qis sah ah sebagai sebagai karya karya sastra sastra ciptaan ciptaan sastrawa sastrawan. n. Penger Pengertia tiann pengertian tersebut dikemukakan sebagai acuan perbandingan untuk melihat lebih lanjut bagaimana pengertian dan wawasan kisah al-Qur’an. Untuk menetapkan menetapkan pengertian pengertian kisah menurut menurut al-Qur’an, al-Qur’an, maka terlebih terlebih dahulu kita harus melihat penggunaan kata qis sah ah yang terdapat dalan al-Qur’an. Sesuai dengan informasi al-Mu’jam al-mufahras li alfaz al-Qur’an, digunakan kata qis sah ayat..7 Hampir semua term qis sah ah (ة )قص pada 30 tempat atau ayat ah dalam ayat-ayat tersebut mengacu pada pengertian cerita atau kisah. Menurut Manna al-Qatttaa n, n , yang dimaksud qis sah ah al-Qur’an adalah berita atau sejarah tentang keadaan umat-umat terdahulu dan nabi-nabi yang telah lalu dan merupakan peristiwa yang benar-banar telah terjadi. terjadi .8 Al-Q Al-Qur ur’a ’ann sebag sebagai ai kita kitabb yang yang beri berisi si kump kumpul ulan an firma firmann Alla Allahh adal adalah ah bersif bersifat at mutlak mutlak datang datang dari dari Tuhan. Tuhan. Dengan Dengan demiki demikian, an, apa yang yang terdap terdapat at di dalamnya termasuk yang berbentuk kisah merupakan kebenaran yang mutlak, meski hal ini berbau keyakinan.
B. MACAM-MACAM KISAH AL-QUR’AN 7
Untuk lebih jelasnya lihat Fu’ad Abd al-Baqiy, qiy, al-Mu’jam al-Mu’jam al-Mufah al-Mufahras ras li alfa§ alabi’ al-Sya’b, 1938) h. 546. Qur’an al-Karim (Mesir: Dar wa Ma abi’ 8 Lihat Manna’ al-Qa¯an, mabahil diyyah, 1378), h. hil fi ulum al-Qur’an, (Riya: Dar al-Su’udiyyah, 151.
4
Dalam al-Qur’an dijumpai berbagai macam kisah. Jika diteliti dari 6236 ayat, terdapat sekitar 1600 ayat yang berisi kisah atau cerita. Jumlah 1600 ayat tersebut tersebut hanyalah hanyalah ayat-ayat yang berisi kisah sejarah, sejarah, seperti kisah nabi-nabi dan rasul-rasul rasul-rasul Allah seta umat-umat umat-umat terdahulu. terdahulu. Apabila dimasukan dimasukan juga kisah-kisah kisah-kisah tamsiliyah iliyah atau perumpamaan atau ustu urah rah (legenda) tentu akan lebih banyak lagi
jumlahnya.9 Yang paling banyak jumlahnya diantara kisah tersebut adalah kisah nabi-nabi dan rasul-rasul Allah. Dari segi pengungkapannya, maka kisah-kisah dalam al-Qur’an dapat dibedakan atas : (1) Kadang-kadan Kadang-kadangg Allah menyebut menyebut suatu kisah berulang-ulan berulang-ulangg dalan uslub yang berbeda tanpa memberi kesan yang membosankan. Bentuk yang seperti ini dimaksudkan untuk lebih memantapkan kandungan dan pengajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang kadangkadang tidak dapat menerima jika hanya satu kali diajak. Karena itu kadangkadang dijumpai dalam al-Qur’an kisah seorang nabi yang disebut dalam banyak surah. 10 (2) Kadang-kadan Kadang-kadangg pula Allah menyebut menyebut suatu kisah dalam satu surah tertentu, seperti kisah Nabi Yusuf yang hanya disebut dalam Surah Yusuf (12).
“Bia “Biarl rlka kanl nlah ah dia dia perg pergii bers bersam ama a kami kami beso besokk pagi pagi,, agar agar dia dia (dap (dapat at)) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan Sesungguhnya kami pasti menjaganya.” 11
9
Lihat Hanafi, op. cit., h. 22. Sebagai contoh kisah Nabi Musa a.s. yang menurut Sayid Qu¯ub disebut pada 30 tempat dalam al-Qur’an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada : Sayid Qu¯ub op. ct., h. 156-161. 11 Al-Qur’an dan terjemahannya, op. cit., h. 347. 10
5
Disamping itu, masih ada lagi bentuk-bentuk lain pengungkapan kisah dalam al-Qur’an, khususnya jika diperhatikan urutan-urutan permasalahan yang dikemukakan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sayid Qut b. Qut b.12 (1) Pengungka Pengungkapan pan kisah dimulai dengan menyampaik menyampaikan an terlebih dahulu intisari intisari atau ringkasan kisah. Setelah itu, diuraikan perincian perincian dari awal sampai akhir. Cara yang seperti ini dapat dilihat dalam kisah Asha hab al-Kahfi . (2) (2) Peng Pengun ungk gkap apan an kisa kisahh dimu dimula laii dari dari akhi akhirr ceri cerita ta dan dan pela pelaja jaran ran yang yang dapa dapatt diambi diambil. l. Kemudi Kemudian an kisah kisah itu kembal kembalii diulan diulangg dari dari awal awal hingga hingga akhirn akhirnya ya secara secara rinci rinci sesuai sesuai dengan dengan uru urutan tan peristi peristiwan wanya. ya. Cara Cara seperti seperti ini dijump dijumpai ai dalam kisah Nabi Musa dengan Fir’aun dalam surah al-Qas as as (28). (3) Kadang-kadan Kadang-kadangg pula suatu kisah diuraikan secara langsung langsung tanpa didahului didahului oleh pendahuluan dan kesimpulan. Metode seperti ini dapat dilihat dalam kisah Maryam di saat kelahiran Nabi Isa al-Masih . (4) Suatu kisah diungkap diungkapkan kan seperti drama. Dengan Dengan cara ini, al-Qur’an memulai memulai suatu kisah dengan beberapa kata. Setelah itu, kisah tersebut berbicara sendiri melalui tokoh-tokohnya. Contoh ini dapat dilihat dalam kisah Nabi Ibrahim dengan Ismail ketika membangun Ka’bah. Ditinjau dari segi isi dan kandungannya, kisah yang terdapat dalam alQur’an dibedakan atas : (1) Kisah para nabi dan rasul. rasul. Kisah seperti ini berisi berisi gambaran gambaran seruan para nabi dan rasul kepada kaumnya terhadap kebenaran. Dalam kisah kadang-kadang jug jugaa dike dikemu muka kaka kann mukj mukjiz izat at yang yang dibe diberik rikan an kepa kepada da para para nabi nabi,, sebag sebagai ai pem pembu bukt ktia iann kena kenabi bian an dan dan keras kerasul ulan an mere mereka ka serta serta untu untukk melu melump mpuh uhka kann 12
Sayid Qu¯ub, al-Ta¡wir al-Fanniy fi al-Qur’an, op. cit., h. 180-183.
6
kesombo kesombong ngan an mereka mereka yang yang menent menentang ang.. Dalam Dalam kisah kisah juga juga diungk diungkapk apkan an pengembaraan para nabi untuk menyebarkan dakwah mereka. Dalam kisah juga digambarkan keberuntungan bagi mereka yang memperkenankan seruan serta kebinasaan bagi mereka yang menentang. 13 (2) Kisah yang berhubungan berhubungan dengan kejadian-kejad kejadian-kejadian ian masa lampau, lampau, khususnya khususnya yang menerangkan keadaan orang-orang yang tidak mematuhi dan tidak mau menerima kepada apa yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Misalnya kisah orang-orang yang mengusir rasul atau nabi dari tanah air mereka. mereka .14 (3) Kisah Kisah yang yang ada sangkut sangkut pautny pautnyaa dengan dengan kejadi kejadian an atau atau peristi peristiwa-p wa-peris eristiw tiwaa yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw. 15
C. UNSUR-UNSUR KISAH AL-QUR’AN Kisah Kisah al-Q al-Qur ur’an ’an,, sepe sepert rtii juga juga kisah kisah sastr sastraa murn murnii atau atau cerit ceritaa reka rekaan an memiliki unsur-unsur yang merupakan pembangun cerita. Bahkan, unsur-unsur yang terdapat dalam cerita rekaan sama dengan unsur-unsur yang terdapat dalam kisah al-Qur’an, sekalipun keadaan masing-masing unsur kadang-kadang berbeda. Misalnya saja unsur tokoh cerita atau peristiwa dalan rekaan memang kadangkadang ada tetapi juga kadang-kadang hanya merupakan rekaan pengarang. Hal tersebut tersebut berbeda berbeda dengan dengan unsur-unsur unsur-unsur kisah al-Qur’an. al-Qur’an. Khususnya yang bercorak bercorak sejarah. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya memang benar-benar ada dan pernah terjadi. 13
Sebagai contoh dapat kita lihat dalam kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Zakariya, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Harun, Nabi Isa dan Nabi Muhammad saw. 14 Sebagai contoh dapat kita lihat pada kisah A¡hab al-Kahfi, A¡hab al-Sabt, a lu lut-ja t-jalu lut, t, Qarun, Kaum ‘Ad, Kaum Tsamud, Keluarga Imran, Kisah Musa, Bani Israil dan lain-lain. 15 Sebagai contoh, Kisah Hijrah, Kisah Isra’ dan Mi’raj, Kisah Perang Badar dan Uhud, Kisah Perang Hunain dan Thabuk, Kisah Perang Ahzab dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya Lihat Manna’ al-Qa ¯an, n, op. cit .,., h. 306.
7
Jika diteliti pendapat para ahli menyangkut unsur-unsur kisah al-Qur’an, maka pada umumnya ada tiga unsur yang terdapat dalam suatu kisah al-Qur’an, yaitu : (1) peristiwa, (2) tokoh dan (3) dialog. 16 Pada Pada umumny umumnya, a, mereka mereka tidak tidak menjad menjadikan ikan tema dan amanat amanat ( غ را ض ا )ل ٔ
sebagai satu unsur dalam kisah al-Qur’an. Hal tersebut memang wajar mengingat bah bahwa wa tema tema dan amana amanatt (ض ( ر ا ض ا )لitu bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, ٔ
seperti ketiga unsur yang disebut terdahulu, tetapi tema dan amanat merupakan unsur inti dalam suatu kisah. Tema dan amanat ini dapat terwujud dalam tokoh, peristiwa dan dialog.
1. Peristiwa dan Alur Dalam suatu cerita atau kisah, peristiwa merupakan unsur yang harus ada. Tanpa peristiwa, kisah tidak mungkin akan terbangun. Peristiwa-peristiwa dalam suatu suatu cerita cerita tersusu tersusunn dalam dalam uru urutan tan-ur -uruta utann tertent tertentu. u. Urutan Urutan-uru -urutan tan peristi peristiwa wa tersebut disebut alur cerita cerita. Alur inilah yang menjadi tulang punggung yang membangun cerita. Oleh karena itu, pembahasan menyangkut alur dalam suat kisah atau cerita merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan, termasuk dalam membicarakan kisah al-Qur’an.
Rene Welk menamakan alur (urutan-urutan peristiwa) dengan plot , yaitu struktur penceritaan.17 Menurut Muchtar Lubis, plot (alur) adalah cara menulis 16
Untuk lebih jelasnya lihat Muhammad Ahmad Khalf Allah, al-Fan al-Qi¡a¡iy fi almiy Naqrah, Sikologiyah al-Qi¡¡at fi al-Qur’an, Qur’an, op. cit., h. 261-305. Lihat juga al-Tahamiy Disertasi Doktor (Aljazair : Jamiah Al-Jaza’ir, ’ir, 1971), h. 349-410. 17 Lihat Boen S. Oemarjati, Roman (Jakarta : Gunung Roman Atheis Atheis Achdiat Achdiat Kartamihar Kartamiharja ja (Jakarta Agung, t. th.), h. 94.
8
atau menyusun cerita.18 Edwin Moyer lebih lanjut mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa di dalam cerita, yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya.19 Pada umumnya alur atau susunan peristiwa dalam suatu kisah atau cerita terdiri atas lima fase : (1) situation (pengarang mulai melukiskan sesuatu); (2) generation circumstance (peristiwa bersangkut paut mulai bergerak); (3) rising
(peristiwa mencapai mencapai klimaks); klimaks); (5) action (keadaan mulai memuncak); (4) climax (peristiwa masalah).20 devonment (pengarang memberikan pemecahan dari seluruh masalah). Demikian kisah al-Qur’an, memang ada kisah yang dimulai dari awal cerita dengan kelahiran tokoh cerita, kemudian cerita berjalan secara kronologis sesuai dengan urutan waktu. Misalnya kisah Nabi Adam a.s. yang dimulai sejak awal awal dia dia dici dicipt ptak akan an oleh oleh Alla Allah. h. Kemud Kemudia ian, n, dicip dicipta taka kann untu untukn knya ya hawa hawa dan dan keduan keduanya ya meneta menetapp di surga. surga. Akhirn Akhirnya, ya, keduan keduanya ya dikelu dikeluark arkan an dari dari surga surga dan dibawa ke bumi. Namun, ada juga cerita atau kisah al-Qur’an yang tidak mengikuti urutanurutan uru tan kejadi kejadian an seperti seperti terseb tersebut ut diatas. diatas. Kadang Kadang-ka -kadan dangg misaln misalnya ya suatu suatu kisah kisah dimulai ketika tokohnya telah beranjak dewasa. Bahkan, kadang-kadang ada kisah yang dimulai setelah tokoh kiah telah menjadi tua. Berdasarkan hal tersebut, maka alur atau susunan peristiwa dalam suatu cerita atau kisah termasuk kisah dalam alQur’a Qur’ann tida tidakl klah ah selal selaluu sama sama,, bahk bahkan an berm bermaca acamm-ma maca cam. m. Suat Suatuu cerit ceritaa yang yang mengik mengikuti uti kro kronol nologi ogiss tidakl tidaklah ah berart berartii semua semua peristi peristiwa wa dikemu dikemukak kakan an secara secara
18
Muctah Lubis, Teknik Mengarang (Cet. IV; Jakarta : Balai Pustaka, 1960), h. 16. Edwin Moyer, Moyer, Bina’ al-Riwayah (t.t. : al-Dar al-Ma¡niy li al-Talif wa al-Tarjamah, t.th.), h. 110. 20 Muchtar Lubis, loc. cit. 19
9
lengkap dan menyeluruh. Akan tetapi peristiwa-peristiwa hanya dipilih dengan memperhatikan kepentingan dalam pembangun suatu cerita. Dalam al-Qur’an banyak juga kisah yang dijumpai tidak berjalan sesuai dengan urutan kronologis waktu. Misalnya saja kisah Nabi Luth yang langsung dimulai ketika menyeru kaumnya untuk kembali kepada ajaran yang banar dan meninggalkan perbuatan a-moral yang mereka lakukan. Demikian juga kisah Nabi Saleh dan Nabi Ya’qub. Pada prinsipnya, peristiwa dalam kisah al-Qur’an merupakan sesuatu yang lebih lebih dipent dipenting ingkan kan dari dari pada pada tokoh tokoh dalam dalam cerita. cerita. Oleh Oleh karena karena itu, itu, al-Qur’ al-Qur’an an mengemuka mengemukakan kan peristiwa peristiwa yang dapat menjaga menjaga dan memelihara memelihara pemikiran pemikiran poko pokok k dan dan menc mencip ipta taka kann suat suatuu ikli iklim m yang yang coco cocokk deng dengan an jiwa, jiwa, sepert sepertii keut keutam amaa aan, n, kekhawatiran, atau ketakutan dan kebencian. Hal Hal terse tersebu butt di atas atas dapa dapatt terca tercapa paii mela melalu luii peng pengga gamb mbar aran an peri peristi stiwa wa sebagai berikut : (1) Peristi Peristiwa wa disifat disifatii dengan dengan suatu penggam penggambar baran an yang yang sangat sangat akurat akurat seperti seperti penyifatan Nabi Nuh terhadap pembangkangan umatnya, sebagaimana terlihat pada Surah Nuh (71) : 7.
Dan sesungguhnya sesungguhnya setiap kali Aku menyeru menyeru mereka mereka (kepada (kepada iman) iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukan anak jari mereka kedalam
10
teli teling ngan anya ya dan dan me menu nutu tupk pkan an baju bajuny nya a (kem (kemuk ukan anya ya)) dan dan me mere reka ka teta tetap p 21 (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat .
(2) Peristi Peristiwa wa diungk diungkapk apkan an dengan dengan suatu makna yang sesuai dengan dengan perasaa perasaan, n, rangsangan keadaan jiwa, sebagaimana terlihat dalam al-Qur’an melalui lidah Maryam pada Surah Maryam (19) : 18 dan 23.
Mary Maryam am berk berkat ata a : “S “Ses esun ungg gguh uhny nya a Aku Aku berl berlin indu dung ng dari dari pad padam amu u kepa kepada da Tuha Tuhan n yang yang Mah Maha pem pemurah urah,, jika jika kamu kamu 22 seorang yang bertaqwa.
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (ber (bersa sand ndar ar)) pada pada pang pangka kall poho pohon n kurm kurma, a, dia dia berk berkat ata a : “Aduh “A duhai, ai, alang alangkah kah baikny baiknya a Aku mati mati sebelu sebelum m ini, ini, dan Aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.23
(3) (3) Mene Menera rang ngka kann pert perten enta tang ngan an deng dengan an jela jelas, s, sepe sepert rtii anta antara ra keba kebaik ikan an dan dan keny kenyat ataa aan, n, kebe kebena nara rann
deng dengan an keba kebati tila lan, n, seba sebaga gaim iman anaa
terl terlih ihat at
pada pada
pertentangan antara Nabi Musa a.s. dengan tukang sihir. Juga dalam bentuk pert perten entan tanga gann seper seperti ti yang yang terj terjad adii pada pada diri diri Ibra Ibrahi him m dala dalam m menc mencari ari dan dan menentukan Tuhan. 24
2. Tokoh dan Penokohan 21
Departemen Departemen Agma RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), h. 978. 22 Alquran dan Terjemahannya, op.cit., h. 464. 23 Ibid., h. 465. 24 Al-Tahamy my Nuqrah, op.cit., h. 350.
11
Tokoh dalam suatu kisah atau cerita adalah individu yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Dengan demikian, suatu cerita berkisah tentang seorang tokoh atau beberapa tokoh. Hal tersebut dapat dilihat dalam kisah sastra maupun kisah al-Qur’an. Tokoh dalam suatu cerita pada umumnya adalah manusia, apakah itu seseorang atau beberapa orang. Namun, kadang-kadang juga yang menjadi tokoh bukan hanya manusia. Adakalanya, tokoh dalam suatu cerita adalah binatang atau benda lain yang dimanusiakan. Dalam kisah sastra maupun al-Qur’an, manusialah yang merupakan tokoh dominan. Dalam kisah al-Qur’an, tokoh cerita kadang-kadang manusia, kadang ruh atau makhluk halus, kadang binatang, bahkan kadang setan dan iblis. Jika diamati, tokoh yang terdapat dalam suatu cerita, apakah itu cerita sastra murni atau kisah al-Qur’an, sesuai dengan fungsinya, dibedakan atas : (1) tokoh sentral dan (2) tokoh bawahan. 25 Tokoh sentral juga disebut tokoh inti atau tokoh utama. Tokoh sentral adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam cerita dan selalu menjadi pusat sorotan. Dari segi peran yang dibawakan, maka tokoh utama dapat dibedakan atas protagonis dan antagonis. Protagonis adalah tokoh utama dalam suatu cerita yang selalu memerankan sifat-sifat yang terpuji. Sedangkan Antagonis adalah tokoh utama dalam suatu cerita yang selalu memerankan sifat tercela.26
25
Lihat Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra (Jakarta : Pustaka Raya, 1996), h. 17. Lihat juga Drs. Aminuddin, M.Pd., Pengantar Apresiasi Sastra (Bandung : CV. Sinar Baru, 1967) h. 7. 26 Lihat Panuti Sudjiman , op. cit., h. 19.
12
Adap Adapun un yang yang dima dimaks ksud ud deng dengan an toko tokohh bawa bawaha han, n, yait yaituu toko tokohh yang yang kedudu kedudukan kannya nya tidak tidak sentra sentral. l. Namun, Namun, kehadi kehadiran rannya nya dalam dalam cerita cerita juga juga sangat sangat diperlukan untuk merangsang dan mendukung tokoh utama.
3. Latar Suatu cerita tidak hanya memadai dengan tokoh dan masalah tetapi juga memerlukan ruang yang terdiri atas waktu dan tempat. Waktu dan tempat ini disebut disebut latar atau setting. Dalam Bahasa Bahasa Arab latar disebut dengan dengan al-zama al-zaman wa al-makan (ن (نمكن واز زا). Latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingku lingkunga ngann sosial sosial tempat tempat terjad terjadiny inyaa perist peristiwa iwa-per -peristi istiwa wa yang yang diceri diceritak takan an (Abram, 1981 : 175). Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca. Karena memberikan pijakan pada cerita, maka dalam suatu cerita pada awalnya biasanya diperkenalkan kepada pembaca lukisan latar. Latar pada garis besarnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Latar tempat, Latar waktu dan Latar sosial.27 Latar tempat menunjukan menunjukan lokasi lokasi terjadinya terjadinya suatu cerita. Tempat bisa saja dilukiskan dengan nama jelas, bisa juga dengan nama tertentu, bisa juga dengan nama inisial. Latar waktu, sesuai dengan namanya, berhubungan dengan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan. Dengan latar waktu ini, pembaca dapat mengikuti cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya. Latar sosial adalah
27
Tempat dengan nama tertentu yang jelas wilayahnya, seperti nama desa, nama kota, nama daerah atau negara tertentu. Suatu nama inisial biasanya hanya berupa huruf awal kapital seperti M, S dan T. Untuk lebih jelasnya lihat Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Sastra (Cet. IV; Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2002), h. 224-235
13
sesuatu yang berhubung berhubungan an dengan dengan perilaku perilaku kehidupan kehidupan sosial masyarakat masyarakat disuatu disuatu tempat dimana cerita itu diceritakan.
4. Gaya Bahasa dan Dialog Gaya Gaya baha bahasa sa adal adalah ah alat alat bagi bagi sast sastra rawa wann untu untukk meng mengun ungk gkap apka kann perasaannya dan menggambarkan sesuatu atau peristiwa sehingga menjadi indah, baik baik dan dan jelas jelas agar agar dapa dapatt memp mempen enga garu ruhi hi jiwa jiwa dan dan pera perasaa saann pemb pembac acaa atau atau pendengar. Jika diamati gaya bahasa yang digunakan dalam kisah-kisah al-Qur’an, tentu akan tetap diyakini diyakini bahwa kata-kata atau kalimat kalimat yang digunakan digunakan serta alat gaya gaya yang yang diguna digunakan kan merupa merupakan kan firman firman Allah. Allah. Jika Jika semuan semuanya ya itu dianal dianalisis isis,, rahasia-rahasia rahasia-rahasia yang terkandung terkandung di dalamnya dalamnya tetap tidak dapat diungkap diungkap dengan dengan tuntas. N Nam amun un,, teor teori-t i-teo eori ri sastr sastraa meny menyan angk gkut ut gaya gaya hidu hidupp dan dan uslu uslubb dapa dapatt diguna digunakan kan untuk untuk membuk membuktka tkann betapa betapa kuatny kuatnyaa gaya gaya bahasa bahasa atau uslub uslub yang yang diguna digunakan kan al-Qur al-Qur’an ’an.. Dan tentun tentunya ya hal tersebu tersebutt diharap diharapkan kan lebih lebih menamb menambah ah kokohnya keyakinan terhadap kebenaran isi al-Qur’an. Kekuat Kekuatan an uslub uslub al-Qur’ al-Qur’an an dapat dapat dibukt dibuktika ikann dengan dengan banyak banyaknya nya orang orang masuk Islam, hanya karena mendengar al-Qur’an dibaca. 28 Salah satu diantaranya adalah uslub atau gaya bahasa, khususnya uslub dan gaya bahasa yang digunakan dalam dialog.
28
Dalam kitab Tainkh at-Khulafa’ , h. 103 yang ditulis oleh al-Syayu’I dikemukakan beberapa riwayat yang mengatakan bahwa masuk Islamnya Umar r.a., karena ia mendengar ayatayat al-Qur’an yang dibaca.
14
Dialog dalam bahasa Arab disebut al-hiwa r r (ا (احا), yaitu cakapan yang terjadi antara dua tokoh atau lebih,
29
adalah salah satu unsur yang terdapat dalam
satu kisah pada umumnya, dan khususnya kisah al-Qur’an. Namun, tidaklah pada setiap setiap kisah kisah al-Qur’ al-Qur’an an mesti mesti terdapa terdapatt dialog dialog.. Hal tersebu tersebutt disebab disebabkab kab bahwa bahwa diantara kisah-kisah al-Qur’an ada kisah yang hanya berisi gambaran pelaku atau peristiwa semata-mata. Seperti dalam cerita sastra biasa, dialog dan monolog kisah al-Qur’an mempunyai peranan penting dalam menggambarkan watak tokoh, menghidupkan peristiwa dan menyampaikan kepada tujuan dan tema cerita. Hal ini juga dapat menjad menjadika ikann peristi peristiwa wa dan perten pertentan tangan gan dalam dalam cerita cerita seolah-o seolah-olah lah benar-b benar-bena enar r terjadi di hadapan pembaca. Adapun Adapun kisah kisah al-Qur’ al-Qur’an an yang yang banyak banyak berisi berisi dialog dialog adalah adalah kisah-k kisah-kisah isah yang mempunyai banyak tokoh. Seperti kisah Nabi Musa dengan semut dalam surah Thaha (20), kisah Nabi Adam dalam surah al-A’raf (7), kisah Nabi Hud dalam surah al-Syuara’, kisah Nabi Ibrahim dalam surah Maryam (19). Demikian juga dalam kisah-kisah yang bertujuan untuk mengkokohkan dan menjelaskan dasar-dasar dan asas-asas dakwah Islamiyah. Al-Qur Al-Qur’an ’an dalam dalam mengga menggamba mbarkan rkan dialog dialog menggu menggunak nakan an jalan jalan ( )ط ري ق غغ ة tertentu yaitu jalan yang berdasar atas riwayat atau percakapan langsung, dengan mengemukakan kata-kata pelaku dengan ungkapan aslinya. aslinya .30
29
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam (suntingan) oleh Prof. H. M. D. Dahlan dan Dr. H. M. I. Soelaemana, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), h. 284-285. 30 Muhammad Ahmad khalf Allah, op. cit., h. 303.
15
Sementara itu, yang menjadi objek dialog dalam kisah al-Qur’an adalah topiktopik-top topik ik keagam keagamaan aan.. Yaitu Yaitu topiktopik-top topik ik yang yang terjad terjadii antara antara nabi-n nabi-nabi abi dan kaumnya yang berwujud pertentangan yang sengit. Dengan kata lain, semua gaya bahasa dialog dalam kisah-kisah al-Qur’an tunduk pada gaya bahasa al-Qur’an. al-Qur’an .31
5. Tema dan Amanat Gagasan atau ide yang menjadi pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra termasuk suatu cerita atau kisah disebut tema.32 Menurut Scharbach, tema berasa berasall dari dari bahasa bahasa latin latin yang yang berarti berarti tempat tempat meletak meletakkan kan suatu suatu perang perangkat kat..33 Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya yang dihasilkan. Disamp Disamping ing tema, tema, amanat amanat juga juga merupa merupakan kan hal yang yang selalu selalu terkand terkandun ungg dalam suatu karya sastra, termasuk kisah atau cerita. Dimaksudkan dengan amanat adalah pelajaran moral yang diajukan oleh pengarang yang kemudian dicarikan jal jalan an kelu keluar arny nyaa sepe seperti rti tema tema,, maka maka aman amanat at dalam dalam suatu suatu kary karyaa sastr sastraa dapa dapatt ditemukan ditemukan secara implisit implisit maupun maupun secara eksplisit. Dengan demikian, amanat adalah adalah pelaja pelajaran ran moral moral atau atau pesan pesan yang yang ingin ingin disampa disampaika ikann oleh oleh pengar pengarang ang.. Amanat dapat pula merupakan pilihan pribadi pengarang, selera pembaca atau konvesi zaman.34 Jika cerita sastra ciptaan manusia diciptakan dengan ide, gagasan dan amanat yang akan dikembangkan, maka demikian juga halnya dengan kisah-kisah
31
Lihat Hanafi, MA., op. cit., h. 65. Panuti Sujiman, op. cit., h. 50. 33 Aminuddin Aziz, op. cit., h. 208. 34 Lihat panuti sujiaman, op. cit., h. 50-70. 32
16
al-Qur’an. Kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an memiliki gagasan, ide atau amanat yang mulia, sesuai dengan kamuliaan al-Qur’an itu. Karen al-Qur’an adalah kitab agama, maka ide-ide dalam kisah yang terdapat di dalamnya adalah ide-ide, gagasan-gagasan yang bersifat dan bercorak keagamaan. Dalam karya sastra bisa, tema yang banyak banyak dijumpai dijumpai adalah pertentanga pertentangann antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dengan yang buruk, antara keujur keujuran an dan keboho kebohonga ngann dan keadil keadilan an melawan melawan kezalim kezaliman. an. Demiki Demikian an juga juga halny halnyaa dengan dengan kisahkisah-kis kisah ah al-Qur’ al-Qur’an. an. Tema Tema sepert sepertii tersebu tersebutt di atas atas banyak banyak dijumpai. Karena al-Qur’an adalah kitab dakwah agama, maka tema-tema dan amanat amanat yang yang terdapa terdapatt di dalam dalam kisah-k kisah-kisah isahnya nya merupa merupakan kan salah salah satu satu sarana sarana pencapaian tujuan dakwah dalam mengkokohkan ajaran Islam. Deng Dengan an demi demiki kian an,, tema tema-te -tema ma dan dan aman amanat at kisah kisah al-Q al-Qur ur’an ’an teram teramuu sedemikian rupa sesuai dengan tujuan-tujuan keagamaan dalam bentuk renungan, nasehat, tabsyir dan tanzir . Tujuan Tujuannya nya mempen mempengar garuhi uhi perasaa perasaann dan pikiran pikiran pemba pembacan canya, ya, sehing sehingga ga dapat dapat berbua berbuatt sesuai sesuai dengan dengan tema tema dan amanat amanat yang yang terdapat di dalamnya.
D. TUJUAN KISAH AL-QUR’AN Tujuan-tujuan kisah al-Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Mengokohkan kewahyuan al-Qur’an dan risalah Muhammad saw. Muhammad adalah seorang nabi yang tidak tahu menulis dan membaca. Kedatangannya dalam kisah al-Qur’an al-Qur’an menjadi bukti atas kewahyuan al-Qur’an. al-Qur’an. Hal tersebut kadang-kada kadang-kadang ng dinashkan dinashkan sendiri oleh al-Qur’an al-Qur’an pada awal atau akhir kisah. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa permulaan beberapa kisah, seperti
17
kisah Yusuf pada Surah Yusuf (12), kisah Nabi Musa pada Surah al-Qashash al-Qashash (23). (2) Sebaga Sebagaii keteran keterangan gan bahwa sesungg sesungguhn uhnya ya semua semua agama agama berasal berasal dari dari Allah. Allah. Mulai dari masa Nabi Nuh sampai Muhammad, agama yang menjadi anutan mereka mereka semuan semuanya ya berasal berasal dari dari Allah. Allah. Oleh Oleh karena karena itu, itu, orangorang-ora orang ng yang yang beriman dari masa Nuh sampai masa sekarang ini merupakan satu umat yang menyembah menyembah hanya satu tuhan yaitu Allah. Hal ini dapat kita lihat pada Surah al-Anbiya (21) : 48, 49, 50, 51, 52 dan ayat-ayat yang lain. (3) Sebagai Sebagai keterangan keterangan bahwa semua agama mempunyai mempunyai kesatuan asas atau dasar. Hal tersebut banyak digambarkan digambarkan melalui kesamaan akidah para rasul Allah, yaitu konsep keimanan kepada Allah. Hal ini dapat dilihat pada Surah alA’raf (7) : 59, 65, 73 dan 85 dan ayat-ayat yang lain. (4) Menjel Menjelaska askann bahwa bahwa sesungg sesungguhn uhnya ya jalan jalan atau cara para para nabi nabi melaks melaksana anakan kan dakwahnya adalah satu atau sama. Hal ini dapat dilihat pada Surah Hud (11) : 25, 26, 27, 20 dan 290 dan ayat-ayat ayat- ayat yang lain. (5) Menjelaskan Menjelaskan bahwa hubungan hubungan antara agama Nabi Muhammad dengan dengan agama Nabi Ibrahim lebih dekat dan lebih khusus jika dibandingkan dengan agamaagama yang dibawa oleh nabi-nabi yang lain. Hal ini dapat disaksikan secara berulang-ulang pada kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa. (6) (6) Menje Menjela laska skann bahw bahwaa sesun sesungg gguh uhny nyaa Alla Allahh pada pada akhi akhirn rnya ya akan akan memb member erii kemenangan kepada para nabi-Nya dalam melawan penentang-penentangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan hati Nabi Muhammad dan pengikut-
18
pengikutnya. Sebagai contoh, hal itu terlihat pada Surah al-Ankabut (29) : 1424 dan beberapa ayat yang lain. (7) Sebagai pembenar akan hal-hal yang mengembirakan dan menakutkan. Hal ini dibuktikan dengan mengemukakan kenyataan sebagai contoh, sebagaimana terlihat pada Surah al-Hijr : 49 dan ayat-ayat yang lain. (8) Untuk Untuk menjela menjelaska skann nikmat nikmat Allah Allah kepada kepada para para nabi-N nabi-Nya ya dan orang-or orang-orang ang pilihan-Nya. Hal ini dapat dilihat pada kisah Sulaiman, Kisah Daud, Kisah Ayyub, Kisah Ibrahim, Kisah Yunus dan Kisah Musa. (9) Untuk Untuk member memberii pering peringata atann kepada kepada anak anak cucu cucu Adam Adam akan akan bahaya bahaya pengar pengaruh uh setan sebagai musuh yang kekal bagi mereka. 35
35
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Sayid Qutub, al-Taswir al-Fanniy fi alQur’an, op. cit., h. 144-155.
19
BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan : 1. Kandungan al-Qur’an disamping berisi ajaran-ajaran yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan pencipta, hubungannya dengan sesama manusia, bahkan
20