Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
"Askep pada Pasien dengan KET"
Disusun Oleh : Kelompok 2
1. Danang Novianto (15.006)
2. Dewindra Yuniarsih (15.007)
3. Dinar Nur Azizah (15.008)
4. Dini Anggraini (15.009)
5. Enesvy Dea N. (15.010)
6. Tanti Suciati (15.039)
7. Titah Wasilatul R. (15.040)
8. Triyono (15.041)
9. Udiet Khushariyadi (15.042)
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN
KELUARGA BERENCANA
AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK
e-mail :
[email protected]
website : akper-trenggalek.ac.id
Jln.Dr.Soetomo No.05 Telp/fax. (0355) 791293
TRENGGALEK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ASKEP PADA PASIEN
DENGAN KET dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan,dukungan
dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang askep pada pasien dengan KET.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Trenggalek, 6 Pebruari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 3
2.2 Klasifikasi 3
2.3 Etiologi 5
2.4 Patofisiologi 7
2.4 Manifestasi Klinis 9
2.5 Penatalaksanaan 9
2.6 Askep 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang
telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba
falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik
yang terbanyak adalah dituba falopi. (Murria, 2002)
Tidak sedikit ibu hamil dengan berbagai gangguan yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandung, salah satu gangguan
tersebuat adalah KET.
Dan jika seorang ibu hamil telah didiagnosis sebagai KET, maka ia
perlu mendapatkan perawatan lebih lanjut. Karena KET terbanyak berada
dituba falopi, sehingga dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu hasil
konsepsi mati dini, terjadi abortus, dan tuba falopi pecah.
Oleh sebab itu kelompok kami membuat makalah tentang "Askep pada
Pasien dengan KET" agar mahasiswa lebih memahami tentang pasien dengan
KET, sehingga dapat memberikan askep sesuai dengan konsep yang ada.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi KET ?
2. Apa saja klasifikasi dari KET ?
3. Bagaimana etiologi dari KET ?
4. Bagaimana patofisiologi dari KET ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari KET ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari KET ?
7. Bagaimanakah askep pada pasien dengan KET ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi KET
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari KET
3. Untuk mengetahui etiologi dari KET
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari KET
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari KET
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari KET
7. Untuk mengetahui askep pada pasien dengan KET
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang
telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi,
ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang
terbanyak adalah dituba falopi. (Murria, 2002)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi
berimplamentasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.(Ilmu Kebidanan,
2002:323)
2. Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pada:
Tuba falopi
Pars-interstisialis
Isthmus
Ampula
Infundibulum
Fimbrae
Uterus
Kanalis servikalis
Difertikulum
Kornu
Tanduk rudimeneter
Ovarium
Intraligameneter
Abdominal
Primer
Skunder
Kombinasi kehamilan dalam uterus
Kombinasi kehamilan luar uterus
(Prawirohadjo,1999)
Kehamilan tuba
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla
tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di
tempat yang terakhir ini mengadakan implantasi terjadi pada endosalping.
Selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi
memberi predisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi hal
ini kiranya tidak banyak terjadi. (Prawirohardjo, Sarwono 2005)
Kehamilan heterotipik
Kehamilan ektopikdi sebuah lokasi dapat koeksis dengan kehamilan
intrauterine. kehamilan heterotipik ini sangat langka. Hingga satu decade
yang lalu insidens kehamilan heterotipik adalah 1 dalam 30.000 kehamilan,
namun dikatakan bahwa insidennya sekarang telah meningkat menjadi 1 dalam
70000, bahkan 1 dalam 900 kehamilan, berkat perkembangan teknik-teknik
reproduksi.
Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut
ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg, yakni :
a. tuba pada sisi kehamilan harus normal
b. kantong janin harus berlokasi pada ovarium
c. ovarium di hubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary propium
d. histopatologis ditemukan jarinagn ovarium di dalam dinding kantong
janin
Kehamilan servikal
kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi
dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada
kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan
ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang
melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena
perdarahan.
Kehamilan abdominal
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1
diantar 1.500 kehamilan. Kehamilan abdominal ada 2 macam yaitu :
a. Kehamilan abdominal primer, terjadi bila telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut
b. Kehamilan abdominal sekunder, berasal dari kehamilan tuba dan setelah
rupture baru menjadi kehamilan abdominal. (UN-OAD, 2005)
3. Etiologi
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap
gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam
perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan
ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Gangguan pada lumen tuba
Infeksi menimbulkan pelekatan endosalting sehingga menyempitkan lumen
Hipoplasia tuba sehingga lumennya menyempit
Operasi plastik pada tuba(rekonstruksi) atau melepaskan perlekatan dan
tetap menyempitkan tuba.
b. Gangguan diluar tuba
Terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemungkinan
implantasi
Terdapat divertikel pada lumen tuba
Terdapat perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba
Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba
dalam keadaan blastula
Dengan terjadinya implantasi didalam lumen tuba dapat terjadi beberapa
kemungkinan:
1. Hasil konsepsi mati dini
Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil
konsepsi mati secara dini
Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi
2. Terjadi abortus
Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi
mati dan tepat dalam lumen
Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan pendarahan dalam lumen tuba
atau keluar lumen tuba serta membentuk timbulnya darah
Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi
3. Tuba falopi pecah
Karena tidak berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah
Jonjot villi menembus tuba, sehingga terjadi ruptura yang
menimbulkan timbunan darah kedalam ruangan abdomen
Ruptura tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan
kemungkinan untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan abdominal
skunder
Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar
4. Patofisiologi
Penjelasan Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar.
Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada
nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya
tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding
tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel
epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya
ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi
menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan
dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai
pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan
desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi,
tidak mungkin janintumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dengan kehmilan ektopik adalah sebagai berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin
merasa nyeri sedikit diperut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal , uterus membesar dan lembek,
walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba
yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagan bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk kedalam syok.
4. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua
pada kehamilan ektopik terganggu(KET). Hal ini menunjukkan kematian
janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantug pada kehidupan janin sehingga dapat
bervariasi.
6. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu
sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3. Lokasi kehamilan ektopik
4. Kondisi anatomis organ pelvis
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
7. Askep
Pengkajian
1. Menstruasi terakhir
2. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
3. Nyeri abdomen : kejang, tumpul
4. Jenis kontrasepsi
5. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
6. Tanda-tanda vital
7. Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun
Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah:
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan
intraperitoneal.
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau
tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur
lokasi implantasi sebagai efek dari pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukkan kestabilan /perbaikan keseimbangan
cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian
kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi dan berat jenis urine
adekuat.
"INTERVENSI "RASIONAL "
"Evaluasi, laporkan, serta"Perkirakan kehilangan darah "
"catat jumlah dan sifat "membantu membedakan diagnosis. "
"kehilangan darah, lakukan"Setiap gram peningkatan berat "
"perhitungan pembalut, "pembalut sama dengan kehilangan"
"kemudian timbang "kira-kira 1 ml darah "
"pembalut. "Perdarahan dapat berhenti "
"Lakukan tirah baring, "dengan reduksi ktifitas. "
"intruksikan ibu untuk "Peningkatan tekanan abdomen "
"menghindari valsava "atau orgasme dapat merangsang "
"manuver dan koitus. "perdarahan "
"Posisikan ibu dengan "Menjamin kedekuatan darah yang "
"tepat, telentang dengan "tersedia untuk otak, peninggian"
"panggul ditinggikan atau "panggul menghindari kompresi "
"posisi semi fowler "vena kaya. Posisi semi fowler "
"Catat tanda-tanda vital, "memungkinkan janin betindak "
"pengisian kapiler pada "sebagai tampon "
"dasar pupu, warna membran"Membantu menentukan beratnya "
"mukosa atau kulit dan "kehilangan darah, meskipun "
"suhu. Ukur tekanan vena "sianosis dan perubahan pada "
"sentral bila ada. "tekanan darah dan nadi adalah "
"Pantau aktifitas uterus, "tanda-tanda lanjut dari "
"status janin, dan adanya "kehilangan volume sirkulasi "
"nyeri tekan pada abdomen "Membantu menentukan sifat "
"Hindari pemeriksaan "hemoragi dan kemungkinan akibat"
"rektal atau vagina "dari peristiwa hemoragi "
"Pantau masukan atau "Dapat meningkatkan hemoragi "
"keluaran cairan. Dapatkan"Menentukan luasnya kehilangan "
"sampel urin setiap jam, "cairan dan menunjukkan perfusi "
"ukur berat jenis "ginjal "
"Auskultasi bunyi nafas "Bunyi nafas adventitus "
"Simpan jaringan atau "menunjukkan ketidaktepatan atau"
"hasil konsepsi yang "kelebihan pergantian "
"keluar "Doter perlu mengevaluasi "
"Dapatkan pemeriksaan "kemungkinan retensi jaringan, "
"darah cepat: HDL jenis "pemeriksaan histologi mungkin "
"dan pencocokan silang, "diperlukan "
"titer Rh, kadar "Menentukan jumlah darah yang "
"fibrinogen, hitung "hilang dan dapat memberikan "
"trombosit, APTT, dan "informasi mengenai penyebab "
"kadar LCC. "harus dipertahankan diatas 30% "
"Pasang kateter "untuk mendukung transport "
"Berikan laruan intra "oksigen dan nutrien "
"vena, ekspander plasma, "Haluaran kurang dari 30 ml/jam "
"darah lengkap, atau "menandakan penurunan perfusi "
"sel-sel kemasan sesuai "ginjal dan kemungkinan "
"indikasi. "terjadinya nekrosis tubuler. "
" "Keluaran yang tepat ditentukan "
" "oleh derajat defisit individual"
" "dan kecepatan penggantian "
" "Meningkatkan volume darah "
" "sirkulasi dan mengatasi "
" "gejala-gejala syok "
2. Diagnosa 2: nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi,
perdarahan intraperitoneal.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-
tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.
"INTERVENSI "RASIONAL "
"Tentukan sifat, lokasi "Membantu dalam mendiagnosis dan "
"dan durasi nyeri, kaji "menentukan tindakan yang akan "
"kontraksi uterus "dilakukan. "
"hemoragi atau nyeri "Ketidaknyamanan dihubungkan "
"tekan abdomen "dengan aborsi spontan dan "
"Kaji stress psikologi "molahidatidosa karena kontraksi "
"ibu/pasangan dari "uterus yang mungkin diprberat "
"respons emosional "oleh infuse oksotoksin. Rupture "
"terhadap kejadian "kehamilan ektopik mengakibatkan "
"Berikan lingkungan yang "nyeri hebat, karena hemorogy "
"terang dan aktivitas "tersembunyi saat tuba fallupi "
"untuk mnurunkan rasa "rupture ke dalam abdomen. "
"nyeri, instruksikan "Ansietas sebagai respons "
"klien untuk menggunakan "terhadap situasi darurat dapat "
"metode relaksasi, "memperberat ketidaknyamanan "
"misalnya, nafas dalam, "karena sindrom ketegangan, "
"visualisasi distraksi, "katakutan, dan nyeri "
"dan jelaskan prosedurnya"Dapat membantu dalam menurunkan "
"Berikan narkotik atau "tingkat ansietas dan karenanya "
"sedative berikut "mereduksi ketidaknyamanan "
"obat-obat preoperative "Meningkatkan kenyamanan "
"bila prosedur pembedahan"menuunkan resiko komplikasi "
"diindikasikan "pembedahan "
"Siapkan prosedur bedah "Tindakan terhadap penyimpangan "
"bila terdapat indikasi "dasar akan menghilangkan nyeri "
3. Diagnosis 3 :
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman dan
tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan : ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam
istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikassi linik
"INTERVENSI "RASIONAL "
"Menjelaskan tindakan "Memberikan informasi, menjelaskan "
"dan rasional yang "kesalahan konsep pemikiran ibu "
"ditentukan untuk "mengenai prosedur yang akan "
"kondisi hemoragia "dilakukan, dan menurunkan sters "
"Berikan kesempatan "yang berhubungan dengan prosedur "
"bagi ibu untuk "yang diberikan "
"mengajukan pertanyaan "Memberikan klarifikasi dari konsep"
"dan mengungkapkan "yang salah, identifikasi "
"kesalahan konsep "masalah-masalah dan kesempatan "
"Diskusikan kemungkinan"untuk memulai mengembangkan "
"implikasi jangka "ketrampilan penyesuaian "
"pendek pada ibu/janin "Memberikan informasi tentang "
"dari keadaan "kemungkinan komplikasi dan "
"perdarahan "meningkatkan harapan realitas dan "
"Tinjau ulang implikasi"kerjasama dengan aturan tindakan "
"jangka pangjang "Ibu dengan kehamilan ektopik dapat"
"terhadap situasi yang "memahami kesulitan mempertahankan "
"memerlukan evaluasi "setelah pegangkatan tuba/ovarium "
"dan tindakan tambahan "yang sakit "
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat. Dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas
kesehatan lain.
Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujua yang hendak dicapai.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa KET atau Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang telah dibuahi diluar
cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks,
dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah
dituba falopi.
Tindakan kepada pasien dengan KET harus dipercepat supaya tidak
terjadi beberapa kemungkinan jika janin berada diluar cavum uterus atau
mayoritas berada dituba falopi, diantara kemungkinan tersebut yaitu
hasil konsepsi mati dini, terjadi abortus, dan tuba falopi pecah.
Dan sebagai seorang perawat harus memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan sop yang ada.
2. Saran
Dari makalah diatas diharapkan kita dapat meningkatkan belajar dan
memperbanyak literatur, serta dapat mengetahui dan mampu memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan KET.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiyah, L. Y. (2010). Asuhan Kebidana 4 (Patologi). Jakarta:
Trans Info Media.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
-----------------------
diresorbsi
Pendarahan sedikit (terlambat haid)
Berkumpul di cavum doglasi
Mengalir ke rongga peritonium
Pembesaran tuba (hematosalping)
Hematokele retrouterina
(Pengaruh hormon) Uterus lembek, membesar
Pembetukan desidua
MK : Kurang volume cairan, Perubahan perfusi jaringan, Kelemahan
Perdarahan lebih banyak
Janin mati
MK : Nyeri
Perdarahan ke rongga peritonium
Desidua tidak tumbuh dengan sempurna
Bernidasi secara kolumner interkolumner
Kurang vaskularisasi
Faktor dalam Lumen tuba
Faktor dalam dinding tuba
Faktor luar dinding tuba
Faktor lain
Lumen tuba menyempit
Implantasi telur dalam tuba
Menghambat perjalanan telur
Perjalanan telur diperpanjang ke uterus
Ovum mati
Tropoblast dan villi korialis menembus lapisan pseudokapsularis
Tropoblast dan villi korialis menembus lapisan muskularis dan peritonium