MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengajar : Dr. Fajri Usman, M.Hum
Oleh
: Kelompok VI A
Anggota
: 1. Azki Afidati Putri Anfa
(1410422025)
2. Ilma Yanitsa Azwir
(1510421023)
3. Qonitah Fadhillah
(1510422013)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar. Bagaimanapun primitifnya suatu masyarakat penutur bahasa, bahasanya itu sendiri bekerja menurut seperangkat aturan yang teratur. Kenyataan bahwa bahasa sebagai sistem adalah persoalan pemakaian (usage); bukan ditentukan oleh panitia atau lembaga perumus. Aturan ini dibuat dan diubah oleh cara orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain. Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada kesepakatan inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja. Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa itu bahasa dan fungsi bahasa ? 2. Apa itu ragam Bahasa ? 3. Apa macam – macam dari ragam Bahasa ?
1.3 Tujuan Adapun tujuan makalah ini adalah : 1. Mengetahui pengertian bahasa dan fungsi bahasa. 2. Mengetahui dan memahami pengertian ragam bahasa. 3. Mengetahui dan memahami macam – macam ragam bahasa
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar. Bagaimanapun primitifnya suatu masyarakat penutur bahasa, bahasanya itu sendiri bekerja menurut seperangkat aturan yang teratur. Kenyataan bahwa bahasa sebagai sistem adalah persoalan pemakaian (usage); bukan ditentukan oleh panitia atau lembaga perumus. Aturan ini dibuat dan diubah oleh cara orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain. Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada kesepakatan inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja. Bahasa
adalah
sarana
komunikasi
antaranggota
masyarakat
dalam
menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis.Fungsi bahasa yang utama dan pertama, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut: 1. fungsi ekspresi dalam bahasa 2. fungsi komunikasi dalam bahasa 3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa 4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa) Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah: 1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri. 2. Fungsi lebih memahami orang lain; 3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis; 5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik). 6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda. 2.2 Pengertian Ragam Bahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya (Dikti, 2013). Menurut Bachman (1990) dalam Effendi (1995), ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain (Dikti, 2013). 2.3 Macam – macam Ragam Bahasa 2.3.1
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan
(Sabriyanto, 1999). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu: a) Ragam bahasa lisan Menurut Dikti (2013), ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan ini ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Ciri-ciri ragam lisan : a. Memerlukan orang kedua/teman bicara; b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
Berlangsung cepat;
Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Contoh ragam bahasa lisan yang ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya, yaitu :
Kucing/makan tikus mati.
Kucing makan/tikus mati.
Kucing makan tikus/ mati.
b) Ragam bahasa tulisan Menurut Dikti (2013), ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang ditulis atau dicetak dengan memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar. Ragam bahasa tulis dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah. Ciri ragam bahasa tulis : a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain. b. Tidak terikat ruang dan waktu c. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat d. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna, e. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan f. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu. g. Berlangsung lambat h. Memerlukan alat bantu
2.3.2
Ragam Bahasa Menurut Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi.
Perbedaan
itu
tampak
dalam
pilihan
atau
penggunaan
sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain. 2.3.3
Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya
Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi. 1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar. 2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit. 3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat. 4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten 5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yangbaku pada ragam bahasa lisan. Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut: 1. Pokok masalah yang sedang dibahas, 2. Hubungan antara pembicara dan pendengar, 3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis, 4. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan 5. Situasi ketika pembicaraan berlangsung. Kelima pembedaan ragam bahasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok
adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,misalnya: Saya dan gue Anda dan lu 2. Penggunaan imbuhan, awalan, akhiran,gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks) Misalnya: Awalan: menyapa – apaan Mengopi – ngopi Akhiran: laporan – laporin Marahi – marahin Simulfiks: menemukan------nemuin Menyerahkan-----nyerahin Konfiks: Kesalahan-----------nyalahin Pembetulan-------betulin 3. Penggunaan unsur fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya. 4. Penghilangan unsur atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu pesan. Misalnya, Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap berdiri. Penghilangan predkat: Laporan itu untuk pimpinan. Penghilangan objek : RCTI melaporkan dari Medan. Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II. 2.3.4
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi. Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’ Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’ Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’ 2.3.5
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan tempat
Berdasarkan tempat, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra. Ciri-ciri ragam ilmiah:
Bahasa Indonesia ragam baku
Penggunaan kalimat efektif
Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda
Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias
Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan
Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.
Contoh ragam bahasa berdasarkan tempat: 1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum) 2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis) 3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra) 4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran) 5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Bahasa adalah sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. Fungsi bahasa yang utama dan pertama, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. Macam-macam ragam bahasa dapat dibagi berdasarkan medianya yaitu ragam lisan dan ragam tulisan. Berdasarkan situasi pemakaiannya yaitu ragam formal dan non formal, berdasarkan bidang penggunaannya, berdasarkan penuturnya, serta berdasarkan tempat pemakaiannya.
3.2 Saran Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013. Materi Kuliah Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya. Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.