I. Judul Percobaan : Reaksi-reaksi Ion Logam Transisi
II. Hari/tanggal Percobaan : Selasa, 4 November 2014
III. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi
2. Mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi
3. Mengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasi dari
senyawa logam transisi
IV. Dasar Teori :
Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor
panas dan listrik yang baik dan menguap pada suhu tinggi. Walaupun
digunakan luas dalam kehdupan sehari-hari, logam transisi yang biasanya
kita jumpai terutama adalah besi, nikel, tembaga, perak, emas, platina,
dan titanium. Namun, senyawa kompleks molekular, senyawa organologam,
dan senyawa padatan seperti oksida, sulfida, dan halida logam transisi
digunakan dalam berbagai riset kimia anorganik modern.Salah satu yang
menarik pada logam transisi adalah kemampuan logam-logam transisi
untuk membentuk senyawa koordinasi. Selain itu karena senyawa
kompleks dapat mebentuk warna-warna. Senyawa kompleks dapat berwarna
karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah sinar tampak.
Penyerapan energi tersebut digunaan untuk melakukan promosi atau
transisi elektronik pada atom pusat.
Logam - logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda dengan
logam-logam golongan utama. Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang
memiliki kulit elektron d atau f yang tidak penuh dalam keadaan netral
atau kation. Unsur transisi terdiri atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam
transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang terdiri dari unsur-unsur 3d
dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au, dan blok
f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari
Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam
dan molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang
disebut ligan. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan
atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi:
Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron
bebasnya kepada logam atau ion logam. Contoh : NH3, H2O, NO2-, dan
CN-.
Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya
kepada logam atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Namun demikian, molekul netral seperti H2O dan NH3 dan anion seperti F-
,Cl-,Br-,CN- dapat bertindak sebagai ligan. Apabila satu atau lebih
molekul netral berkoordinasi dengan ion logam akan menghasilkan spesies
ion logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks. Misalnya ion-ion
logam transisi sebagian besar membentuk ion kompleks dengan molekul-
molekul air ketika di dalam larutan air, misalnya [Co(H2O)6]3+ dan
[Ni(H2O)6]2+. Jika satu atau lebih anion berkoordinasi dengan ion logam,
dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya [Co(NO2)6]3-
dan [Fe(CN)6]4-.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi
(bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat
energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur
transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif
(kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan.
Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada
unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+,
Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada
anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan.
Sebagai contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan
berubah dari orange (jingga) menjadi hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam.
Besi umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti
hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).
Reaksi ion besi dalam larutan
Ion heksaaquobesi(II) - [Fe(H2O)6]2+.
Ion heksaaquobesi(III) - [Fe(H2O)6]3+.
Keduanya bersifat asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya.
Reaksi ion besi dengan ion hidroksida
Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, maka
diperoleh kompleks yang bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini
tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
Pada kasus besi(II):
Pada kasus besi(III):
Pada kasus besi(II):
Besi sangat mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat
basa. Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi (II) hidroksida
menjadi besi(III) hidroksida terutama pada bagian atas tabung reaksi.
Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama.
Pada kasus besi (III):
Reaksi ion besi dengan larutan amonia
Amonia dapat berperan sebagai basa atau ligan.
Pada kasus besi(III):
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas
hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara
larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat
menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa
dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara
lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam).
Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas
oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang
mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
Kobalt (Co)
Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua
molekul air, maka akan diperoleh kompleks tidak bermuatan - kompleks
netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
Reaksi-reaksi ion heksaaquo kobalt(II) dengan larutan amonia
Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah kecil
amonia, ion hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada
kasus perubahan ion hidroksida menjadi kompleks netral.
Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia
menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II).
Kromium (Cr)
Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion hidroksida
Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air kemudian
didempetkan pada ion krom. ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga molekul
air, maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (komplek netral).
Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan endapan terbentuk.
Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih benyak
akan dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan
[Cr(OH)6]3-.
Sebagai contoh:
Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air. Pada tabung
reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:
Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan larutan amonia
Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan jumlah
amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada
kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama.
Endapan tersebut larut secara luas jika ditambahkan amonia berlebih
(terutama jika amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan
untuk menghasilkan ion heksaaminkrom(III).
Mangan (Mn)
Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat pada ion mangan. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua
molekul air, maka akan dipeeroleh kompleks tidak bermuatan - kompleks
netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan larutan amonia
Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Pada gambar
dibawah ini, pada konsentrasi laboratorium yang biasa, amonia berperan
sebagai basa - dapat menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aquo.
CUPRUM (Cu)
Reaksi ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat pada ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi
berikut:
ion heksaaquotembaga(II) dengan larutan amonia membentuk senyawa
kompleks yang memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibat
digantikannya molekul H2O oleh amonia. Hal tersebut dapat dilihat pada
reaksi di bawah ini
Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion
tetra amin diaquo tembaga II. Dengan catatan hanya 4 dari 6 molekul air
yang digantikan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
V. Alat dan Bahan :
VI. Alat :
1. Tabung reaksi 47 buah
2. Pembakar spirtus
3. Penganduk kaca
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Gelas kimia
7. Kaca arloji
VII. Alur Kerja :
VIII. Hasil Pengamatan :
IX. Pembahasan :
Percobaan I
Prinsip Reaksi
Pada percobaan satu, yaitu mengenai reaksi yang berlangsung pada
beberapa ion logam transisi bertujuan untuk mengetahui reaksi-reaksi
garam logam transisi, yaitu dengan mereaksikannya dengan NaoH 0,1 M,
ammonia 2 M, dan NH4CNS 0,1 M sehingga terbentuk kompleks hidroksokompleks
(hidroksida amfoter), amina, dan kompleks tiosianat.
Larutan yang digunakan dalam percobaan satu adalah:
"Garam "Warna larutan "
"CrCl3 "Biru (+++) "
"Mn(SO4) "Tidak berwarna "
"Fe(NH3)2SO4 "Kuning jernih (+) "
"FeCl3 "Kuning (++) "
"CoCl2 "Merah muda "
"NiCl2 "Hijau tosca (+) "
"CuSO4 "Biru (+) "
"ZnCl2 "Tidak berwarna "
Konsentrasi yang digunakan oleh kedelapan larutan tersebutadalah sama,
yaitu 0.1M.
a. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan NaOH 1 M
Pada reaksi dengan larutan NaOH 1 M, pertama yang dilakukan adalah
mempersiapkan 8 tabung reaksi, kemudian diisi dengan 1 mL dari masing-
masing larutan diatas, setelah itu masing-masing larutan garam dalam
tabung reaksi tersebut ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
"Garam "
" "Sebelum "Setelah "Setelah "
" "reaksi "penambahan3te"penambahan "
" " "tes NaOH "10tetes NaOH "
"CrCl3 "biru pekat "Hijau (+++) "Hijau, endapan "
" "(++) " "larut "
"Mn(SO4) "Tidak "Cokelat "Cokelat (++) "
" "berwarna "kekuningan " "
" " "keruh " "
"Fe(NH3)2SO4"Kuning "Kuning (+) "Kuning (+) "
" "bening (+) " " "
"FeCl3 "Kuning (++) "Jingga keruh "Cokelat (+), "
" " "(+) "sedikit endapan "
"CoCl2 "Merah muda "Kuning keruh "Kuning keruh "
"NiCl2 "Hijau tosca "Hijau "Hijau tosca (++) "
" "(+) "tosca(+) " "
" " "keruh " "
"CuSO4 "Biru (+) "Biru "Biru (++) keruh "
" " "kehijauan (+)" "
"ZnCl2 "Tidak "Putih keruh "Putih, endapan "
" "berwarna "(+) "larut "
Dari hasil percobaan ini akan menunjukkan hidroksida logam transisi
manakah yang bersifat amfoter dari 8 larutan tersebut. Hidroksida
amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam, sedangkan
pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan
dari penambahan basa berlebih.
Untuk CrCl3 0.1 M
Larutan CrCl3 akan membentuk kompleks, yaitu [Cr(H2O)3Cl3],
dimana ion Cr3+ membentuk akuokompleks menjadi [Cr(H2O)6]3+.
Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan perubahan yang
signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau kebiruan. Endapan yang
terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + OH- (aq) [Cr(H2O)3(OH)3](s)
Selanjutnya untuk hasil yang terbentuk ketika ditambahkan
larutan NaOH 1M berlebih (10 tetes) memberikan perubahan yang tidak
terlalu signifikan, yaitu endapan yang terbentuk larut dan terbentuk
larutan hijau botol yang keruh. Endapan yang larut dari penambahan 10
tetes NaOH 1M menandai bahwa telah terjadi pembentukan
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)(OH)5]2-
Apabila endapan yang terbentuk larut sedikit dari penambahan
basa (NaOH 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang
tidak sempurna, reaksinya yaitu:
[Cr(H2O)3(OH)3](s)+ OH-(aq) [Cr(H2O)2(OH)4]-(aq)
Untuk Mn(SO4) 0.1M
Larutan Mn(SO4) 0.1M akan membentuk kompleks, yaitu
[Mn(H2O)6SO4], dimana ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Mn(H2O)6]2+. Penambahan larutan NaOH1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan coklat
kekuningan keruh. Larutan keruh yang dihasikan merupakan tanda dari
pembentukanhidroksida amfoter mulai terbentuk. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Mn(H2O)5(OH)]+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ketika ditambahkan larutan NaOH
1M berlebih (10 tetes) memberikan perubahan yang signifikan, yaitu
terbentuk endapan coklat muda dan larutan tidak berwarna. Endapan yang
terbentuk dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih menandai bahwa telah
terjadi pembentukan hidroksida amfoter yang sempurna. Sehingga pada
penambahan basa (NaOH 1M) berlebih, yaitu sebanyak 10 tetes belum
terbentuk hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)3(OH)3]-(s)+ OH-(aq) [Mn(H2O)4(OH)2](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH
1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna,
yaitu: [Mn(H2O)(OH)4]2-.
Untuk Fe(NH3)2.SO4 0.1M
Larutan Fe(NH3)2SO4 akan membentuk kompleks, yaitu
[Fe(H2O)6SO4],dimana ion Fe2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Fe(H2O)6]2+. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau di bagian
atas, namun setelah dikocok larutan menjadi kuning. Endapan yang
terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan NaOH 1M
berlebih. Penambahanlarutan NaOH berlebih sebanyak 10 tetes, tidak
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu tetap berupa endapan hijau
di bagian atas, dan setelah dikocok larutan larut dan larutan menjadi
kuning. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pembentukan
hidroksokompleks sempurna, yaitu: [Fe(H2O)2(OH)4]2-
Apabila endapan yang terbentuk tidak larut dalam penambahan basa
(NaOH 1M) berlebih,maka tidak membentuk hidroksokompleks, reaksinya
yaitu:
Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
FeCl3 0,1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Fe(H2O)3Cl3], dimana ionFe3+ membentuk akuokompleks menjadi
[Fe(H2O)6]2+. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan coklat
kemerahan. Larutancoklat kemerahan yang dihasikan merupakan tanda dari
pembentukan hidroksida amfotermulai terbentuk. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan NaOH 1M
berlebih. Penambahanlarutan NaOH berlebih sebanyak 10 tetes,
memberikan perubahan yang signifikan, yaituterbentuk endapan coklat
seperti pasir (++) dan larutan tidak berwarna. Endapan yang terbentuk
dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih menandai bahwa telah terjadi
pembentukan hidroksida amfoter yang sempurna. Sehingga pada penambahan
basa (NaOH 1M) berlebih,yaitu sebanyak 9 tetes belum terbentuk
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)4(OH)2]+(s)+ OH-(aq) [Mn(H2O)3(OH)3](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH
1M) berlebih,maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna,
yaitu: [Fe(H2O)(OH)5]2-.
CoCl2 0.1M
Larutan CoCl2 yang akan membentuk kompleks, yaitu [Co(H2O)4Cl2],
dimana ionCo2+ membentuk akuokompleks menjadi [Co(H2O)6]2+. Penambahan
larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan perubahan yang signifikan,
yaitu terbentuknya endapan kuning dan larutan tidak berwarna. Endapan
yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cr(H2O)4(OH)2](s)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan NaOH 1M
berlebih. Penambahanlarutan NaOH berlebih sebanyak 10 tetes,
memberikan perubahan yang tidak terlalu signifikan,yaitu endapan yang
terbentuk sedikit larut dan terbentuk larutan kuning yang keruh.
Endapan yang sedikit larut dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih
menandai bahwa telahterjadi pembentukan hidroksokompleks. Namun,
endapan yang larut hanyalah sedikit, terbentuklah hidoksokompleks yang
tidak sempurna. Hal ini dikarenakan penambahan basa(NaOH 1M)
berlebihnya masih kurang. Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)4(OH)2](s)+ OH-(aq) [Co(H2O)3(OH)3]-(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (NaOH
1M) berlebih, makaakan membentuk hidroksokompleks yang sempurna,
yaitu: [Co(H2O)2(OH)4]2-.
NiCl2 0.1M
Larutan NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Ni(H2O)4Cl2], dimana ion Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Ni(H2O)6]2+. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau muda dan
larutan hijau muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Ni(H2O)5(OH)]+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan NaOH 1M
berlebih. Penambahanlarutan NaOH berlebih sebanyak 10 tetes,
memberikan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu endapan hijau muda
yang terbentuk semakin bertambah. Endapan yang terbentuk dari
penambahan basa (NaOH 1M) berlebih menandai bahwa telah terjadi
pembentukan hidroksida amfoter yang sempurna. Sehingga pada penambahan
basa (NaOH 1M) berlebih, yaitu sebanyak 9 tetes belum terbentuk
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)5(OH)]+(aq)+ OH-(aq) [Ni(HO)4(OH)2](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH
1M) berlebih,maka akan membentuk hidrokso kompleks yang sempurna,
yaitu: [Ni(H2O)2(OH)4]2-.
CuSO4 0.1M
Larutan CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Cu(H2O)6SO4], dimana ion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Cu(H2O)6]2+. Penambahan larutan NaOH 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan biru kehijauan
dan larutan tidak berwarna. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Reaksiyang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cu(H2O)5(OH)]+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan NaOH 1M
berlebih. Penambahanlarutan NaOH berlebih sebanyak 10 tetes,
memberikan perubahan yang sedikit signifikan, yaitu endapan biru
kehitaman yang banyak. Endapan yang terbentuk dari penambahan basa
(NaOH1M) berlebih menandai bahwa telah terjadi pembentukan hidroksida
amfoter yang sempurna.Sehingga pada penambahan basa (NaOH 1M)
berlebih, yaitu sebanyak 10 tetes belum terbentuk hidroksokompleks.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)5(OH)]+(aq)+ OH-(aq) [Cu(H2O)4(OH)2](s)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan basa (NaOH
1M) berlebih,maka akan membentuk hidroksokompleks yang sempurna,
yaitu: [Cu(H2O)2(OH)4]2.
b. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan Amonia 2M
Pada reaksi kedua yang dilakukan adalah reaksi ion logam transisi
dengan larutan amonia 1M, yang merupakan jenis reaksi kompleks
amina. Pada percobaan ini menggunakan delapan larutan, yaitu
tanpa larutan. Hasil dari percobaan ini akan menunjukkan
hidroksokompleks transisi manakah yang merupakan jenis kompleks
[M(NH3)X]n+ dari tujuh larutan tersebut. Hidroksida amfoter yang
terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam, sedangkan
pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan amonia berlebih.
Pada reaksi dengan larutan ammonia 2M, pertama yang dilakukan
adalah mempersiapkan 1 mL dari masing-masing larutan, kemudian
dimasukkan dalam tabung reaksi yang berbeda, setelah itu pada masing-
masing tabung ditambahkan 2 tetes larutan ammonia 2M yang tidak berwarna
kemudian diamati warna endapan yang terbentuk, selanjutnya ditambah lagi
ammonia 2M berlebih (10 tetes).
CrCl3 0.1M
Larutan CrCl3 akan membentuk kompleks, yaitu [Cr(H2O)3Cl3],
dimana ionCr 3+ membentuk akuokompleks menjadi [Cr(H2O)6]3+.
Penambahan larutan amoniak 1M sebanyak 2 tetes memberikan perubahan
yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau yang sedikit dan
larutan hijau. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)6]3+(aq) + 2NH3(l) [Cr(H2O)4(OH)2]+(aq)+ 2NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang tidak terlalu
signifikan, yaitu endapan hijau yang terbentuk lebih banyak dan
terbentuk larutan hijaukeabu-abuan. Endapan yang terbentuk lebih
banyak dari penambahan basa (amonia 1M) berlebih menandai bahwa belum
terjadi pembentukan hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)4(OH)2]++ NH3(l) [Cr(H2O)3(OH)3](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa
(amonia 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang
sempurna, yaitu: [Cr(NH3)(OH)5]2-
Mn(SO4) 0.1M
Mn(SO4) yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Mn(H2O)6SO4], dimana ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Mn(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2 tetes
memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan
coklat keruh. Larutan keruh yang dihasikan merupakan tanda dari
pembentukan hidroksida amfoter mulai terbentuk. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Mn(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang
signifikan, yaitu terbentuk endapan coklat (++) dan terbentuk larutan
tidak berwarna. Endapan yang terbentuk dari penambahan basa (amonia
1M) berlebih menandai bahwa telah terjadi pembentukan
hidroksida amfoter yang sempurna, sehingga terbentuk
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)5(OH)]+(s) + NH3(l) [Mn(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan
basa (amonia 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks
yang sempurna, yaitu: [Mn(NH3)2(OH)4]2-
Fe(NH3)2SO4 0.1M
Fe(NH3)2SO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks,
yaitu [Fe(H2O)6SO4], dimana ion Fe2+ membentuk akuokompleks
menjadi [Fe(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2
tetes memberikan perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya
endapan kuning di bagian atas, namun setelah dikocok endapan
menjadi tidak berwarna. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, tidak memberikan perubahan yang
signifikan, yaitu berupa endapan jingga (++) di bagian atas, dan
setelah dikocok endapan menjadi tidak berwarna. Hal ini
menunjukkan bahwa belum terjadi pembentukan hidroksokompleks,
dikarenakan penambahan basa (amonia 1M) berlebihnya masih kurang.
Reaksi yang terjadi adalah:
Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan
basa (amonia 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks
yang sempurna, yaitu: [Fe(NH3)2(OH)4]2-
FeCl3 0.1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Fe(H2O)3Cl3], dimana ion Fe3+ membentuk akuokompleks menjadi
[Fe(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya larutan jingga
keruh. Larutan jingga yang dihasikan merupakan tanda dari
pembentukan hidroksida amfoter mulai terbentuk. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)5(OH)]2+(aq) + NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang sedikit
signifikan, yaitu terbentuk larutan coklat. Hasil yang terbentuk dari
penambahan basa (amonia 1M) berlebih menandai bahwa belum terjadi
pembentukan hidroksida amfoter yang sempurna dan belum terbentuk
hidroksokompleks. Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH3(l) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq) + NH4+(aq)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan
basa (amonia 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks
yang sempurna, yaitu: [Fe(NH3)(OH)5]2-.
CoCl2 0.1M
CoCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Co(H2O)4Cl2], dimana ion Co2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Co(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau tua
dan larutan biru keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Cr(H2O)5(OH)]+(aq) + NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang sedikit
signifikan, yaitu endapan hijau yang terbentuk berkurang dan terbentuk
larutan tidak berwarna. Hasil dari penambahan basa (amonia 1M)
berlebih menandai bahwa belum terjadi pembentukan hidroksokompleks.
Namun, endapan yang terbentuk semakin berkurang, terbentuklah hidoksi
amfoter yang tidak sempurna. Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)5(OH)]+(aq) + NH3(l) [Co(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa
(amonia 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang
sempurna, yaitu: [Co(NH3)2(OH)4]2-
NiCl2 0.1M
NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Ni(H2O)4Cl2], dimana ion Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Ni(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan hijau toska
dan larutan hijau muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH3(l) [Ni(H2O)5(OH)+(aq) + NH4+(aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang sedikit
signifikan, yaitu hijau toska berubah menjadi biru dan endapan larut.
Endapan yang larut dari penambahan basa (amonia 1M) berlebih menandai
bahwa telah terjadi pembentukan hidroksida amfoter yang
sempurna. Sehingga pada penambahan basa (amonia 1M) berlebih,
Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)5(OH)]+(aq) + NH3(l) [Ni(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan
basa (NaOH 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang
sempurna, yaitu: [Ni(NH3)2(OH)4]2-.
CuSO4 0.1M
CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Cu(H2O)6SO4], dimana ion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Cu(H2O)6]2+. Penambahan larutan amonia 1M sebanyak 2 tetes memberikan
perubahan yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan biru dan
larutan biru muda keruh. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6] (aq) + NH3(l) [Cu(H2O)5(OH)] (aq) + NH4 (aq)
Selanjutnya hasil yang terbentuk ditambahkan larutan amonia 1M
berlebih sebanyak 10 tetes, memberikan perubahan yang sedikit
signifikan, yaitu endapan biru yang terbentuk semakin banyak dan
larutan biru keruh. Endapan yang terbentuk dari penambahan basa
(amonia 1M) berlebih menandai bahwa telah terjadi pembentukan
hidroksida amfoter yang tidak sempurna. Sehingga pada penambahan
basa (amonia 1M) berlebih, belum terbentuk hidroksokompleks. Reaksi
yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)5(OH)]+(aq) + NH3(l) [Cu(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Apabila endapan yang terbentuk larut dalam penambahan
basa (NaOH 1M) berlebih, maka akan membentuk hidroksokompleks yang
sempurna, yaitu: [Cu(NH3)2(OH)4]2-
c. Reaksi Ion Logam Transisi dengan Larutan NH4CNS 0.1M
Pada reaksi dengan larutan NH4CNS 0,1 M yang merupakan jenis reaksi
kompleks tiosianat, pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan 1 mL
dari masing-masing larutan, kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang
berbeda, setelah itu pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes
larutan NH4CNS 0,1 M kemudian diamati perubahan warna yang terjadi,
yaitu dengan cara membandingkannya dengan larutan blanko. Larutan blanko
dibuat dengan mencampurkan 1 mL kedelapan larutan garam logam transisi
dengan 1 mL aquades. Reaksi pada larutan blanko
adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan
oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga
hasil yang akan didapatkan tidak terlalu signifikan perubahannya.
Dari percobaan ini akan diketahui kation manakah yang membentuk ion
kompleks dengan ion CNS-.
Untuk CrCl3
CrCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Cr(H2O)3Cl3], dimana ion Cr3+ membentuk akuokompleks menjadi
[Cr(H2O)6]3+. Pada penambahan larutan blanko menghasilkan perubahan
yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan biru (-),
Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M
yang berupa larutan tidak berwarna, menghasilkan perubahan yang
signifikan, yaitu larutan biru keunguan. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)6]3+(aq) + NH4SCN(aq) [Cr(SCN)]3+
Untuk Mn(SO4)
Mn(SO4) yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Mn(H2O)6SO4], dimana ion Mn2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Mn(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko menghasilkan perubahan
yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan tidak berwarna.
Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS
0.1M yang berupa larutan tidak berwarna, menghasilkan perubahan
yang signifikan, yaitu larutan putih keruh. Reaksi yang terjadi
adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Mn(SCN)]2+
Fe(NH3)2SO4 0.1M
Larutan Fe(NH3)2SO4 akan membentuk kompleks, yaitu
[Fe(H2O)6SO4],dimana ion Fe2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Fe(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko menghasilkan perubahan
yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan kuning jernih.
Sedangkan pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M
menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan merah darah
(+++). Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH4SCN(aq) [Fe(SCN)]2+
FeCl3 0.1M
FeCl3 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Fe(H2O)3Cl3], dimana ionFe3+ membentuk akuokompleks menjadi
[Fe(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko menghasilkan perubahan
yang sedikit signifikan, yaitu menjadi larutan kuning (++). Sedangkan
pada larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa
larutan tidak berwarna,menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu
larutan merah darah (++). Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Fe(SCN)]2+
CoCl2 0.1M
CoCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Co(H2O)4Cl2], dimana ionCo2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Co(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko terjadi sedikit
perubahan, yaitu menjadi larutan merah muda (+) jernih. Sedangkan pada
larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa
larutan tidak berwarna menghasilkan perubahan yang tidak signifikan,
yaitu larutan merah muda. Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Co(SCN)]2+
NiCl20.1M
NiCl2 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Ni(H2O)4Cl2], dimana ion Ni2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Ni(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko terjadi sedikit
perubahan, yaitu menjadi larutan hijau toska (+). Sedangkan pada
larutan uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa
larutan tidak berwarna menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu
larutan hijau toska jernih. Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Ni(SCN)]2+
CuSO4 0.1M
CuSO4 yang berupa larutan akan membentuk kompleks, yaitu
[Cu(H2O)6SO4], dimanaion Cu2+ membentuk akuokompleks menjadi
[Cu(H2O)6]2+. Pada penambahan larutan blanko terjadi sedikit
perubahan, yaitu menjadi larutan biru (++). Sedangkan pada larutan
uji, ditambahkan larutan 2 tetes NH4CNS 0.1M yang berupa larutantidak
berwarna, menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu larutan hijau
keruh. Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + NH4SCN(aq) [Cu(SCN)]2+
Percobaan II : Pembentukan ion kompleks
a. Kompleks Cr (III)
Pada percobaan ini digunakan 2mL larutan CrCl3.6H2O yang
memiliki struktur kompleks [Cr(H2O)6]Cl3. Penambahan Na2C2O4 jernih
tak berwarna pada larutan CrCl3.6H2O yang awalnya berwarna jernih
kehijauan menimbulkan perubahan warna menjadi larutan biru kehijauan.
Na2C2O4 berfungsi sebagai penyedia ligan. reagen Na2C2O4 agar terjadi
pergantian ligan antara H2O oleh C2O42-. Warna hijau tersebut berasal
dari warna dari ion Cr3+ sendiri. Setelah terjadi pergantian ligan
tersebut, terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3-. Berikut ini merupakan
reaksi yang terjadi dan gambar struktur ion kompleksnya.
[Cr(H2O)6]Cl3 + Na2C2O4 [Cr(C2O4)3]3- + 2Na+ + 3Cl-
b. Kompleks Fe(II) dan Fe(III)
Pada percobaan ini digunakan larutan FeSO4 dan larutan FeCl3.
Pada percobaan yang pertama, penambahan reagen 1,10-phenanthroline
pada larutan FeSO4 yang berwarna kuning jernih menimbulkan perubahan
menjadi kuning(++). Perubahan warna disebabkan adanya pergantian ligan
(SO4)2- oleh phenanthrolin, sehingga terbentuk kompleks [Fe(phe)3]2+.
Pada percobaan yang kedua, FeCl3 yang berwarna hijau jernih,
direaksikan dengan NH4CNS yang memberikan warna kehitaman (++) pada
larutan yang mengandung [Fe(H2O)3(CNS)Cl2]. Dalam kompleks ini ligan
C2O42- hanya dapat menggeser dan menggantikan ligan Cl- karena
kekuatan ligan CNS- lebih besar dari kekuatan ligan C2O42-. Dan ketika
larutan diberi NH4CNS berlebih, maka akan terbentuk kompleks
[Fe(CNS)6]3- .
c. Kompleks Kobal(II)
Pada percobaan ini digunakan larutan CoCl2 berwarna merah muda
jernih yang direaksikan dengan ethylendiamin yang tidak berwarna dan
Na2EDTA yang tak berwarna. CoCl2 yang direaksikan dengan ethylendiamin
menghasilkan warna merah muda keunguan pada larutan yang menunjukkan
adanya pembentukan kompleks dari [Co(H2O)6]2+ menjadi
[Co(H2O)4(en)]2+. Satu ligan ethylendiamin dapat menggantikan 2 ligan
H2O pada CoCl2, karena ethylendiamin merupakan ligan bidentat yang
mendonorkan 2 pasangan elektron pada logam.
Selanjutnya CoCl2 direaksikan dengan larutan Na2EDTA
menghasilkan warna merah muda kejinggaan jernih pada larutan yang
menunjukkan terbentuknya kompleks [Co(EDTA)]2-. EDTA dapat
menyumbangkan 6 pasang elektron sekaligus kepada logam meskipun
bilangan oksidasinya 4, karena gugus amin pada EDTA juga menyumbangkan
2 pasang elektron. Sehingga kompleks kompleks kobalt dalam percobaan
ini memiliki bilangan koordinasi 6.
d. Kompleks Ni(II)
a. Tabung 1
Pada percobaan ini dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO3) pada tabung
reaksi pertama. Larutan Ni berwarna tidak berwarna. Kemudian
ditambahkan reagen etylendiamin yang tidak berwarna dan larutan
menjadi berwarna hijau. Hal ini menandakan terbentuknya kompleks
[Ni(en)]+.
b. Tabung 2
Pada tabung kedua dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO3) pada tabung
reaksi ditambahkan dymetilglioksime dan larutan menjadi berwarna
merah muda. Terbentuknya warna merah muda menandakan terbentuknya
kompleks antara glioksime dengan logam Ni.
c. Tabung 3
Kemudian pada tabung ketiga dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO3) pada
tabung reaksi ditambah Na2EDTA dan larutan menjadi biru. Adanya
penambahan Na2EDTA membuat terbentuknya senyawa kompleks
[Ni(EDTA)2]2-.
Struktur
e. Kompleks Cu(II)
a. Pada percobaan pertama kompleks Cu(II) dilakukan dengan
membandingkan CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O pada kaca arloji.
CuSO4.5H2O merupakan padatan berwarna biru (++) dan CuCl2.2H2O
(berwarna biru jernih (+) pada kaca arloji.
b. 1ml CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada tabung pertama
ditambahkan 1 tetes etilendiamin dan terbentuk biru (+). Hal ini
menandakan terbentuknya kompeks antara Cu dengan etilendiamin yaitu
[Cu(en)]2+. Kemudian pada tabung kedua ditambahkan Na2EDTA yang
larutan tidak berwarna. Dan pada penambahan reagen Na2EDTA terbentuk
senyawa kompleks Cu (EDTA)2- yang ditandai perubahan warna menjadi
biru (++).
Struktur senyawa kompleks yang terbentuk sesuai pada gambar di
bawah ini:
Percobaan III : Perubahan Tingkat Oksidasi
Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna karena
peubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi khususnya Fe2+
menjadi Fe3+. Prosedur yang dilakukan yaitu memasukkan 1 mL FeSO4
yang tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan
asam nitrat pekat sebanyak 2 tetes lalu larutan menjadi hijau
kehitaman, tujuan penambahan ini adalah untuk mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena HNO3 pekat merupakan suatu oksidator kuat. Secara
teori, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ terjadi dengan lambat ketika
terkena udara. Oksidasi yang cepat jika direaksikan dengan oksidator
kuat seperti HNO3, H2O2 HCl pekat, dsb. Hasil yang didapatkan setelah
penambahan HNO3 pekat adalah perubahan warna larutan dari tidak
berwarna menjadi larutan berwarna hijau kehitaman. Seperti pada teori
diatas, perubahan warna ini terjadi cukup cepat, tepat terjadi ketika
HNO3 pekat ditambahkan lalu dikocok-kocok sedikit. Artinya, oksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+ sudah terjadi pada tahap ini, karena pengaruh
penambahan suatu oksidator kuat HNO3 pekat. Reaksi
oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dituliskan sebagai berikut :
Langkah selanjutnya adalah memanaskan di atas penangas selama 1-2
menit. Tujuan pemanasan ini adalah agar reaksi antara FeSO4 dan HNO3
pekat tadi berlangsung dengan sempurna, sehingga oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ juga demikian. Hasil yang didapatkan setelah pemanasan
adalah larutan berwarna kuning. Secara teori, garam-garam Fe(II)
dalam larutan mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau.
Sedangkan dalam larutannya , kation kation Fe3+ berwarna kuning. Maka
dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini reaksi oksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ berlangsung dengan sempurna, hal ini diindikasi dari warna
larutan yang dihasilkan berubah dari hijau kehitaman menjadi berwarna
kuning yang merupakan warna kation Fe3+ dalam larutan.
Larutan didinginkan lalu ditambah NaOH 2M. Penambahan NaOH ini
bertujuan untuk membuktikan apakah Fe2+ sudah benar-benar teroksidasi
menjadi Fe3+. Secara teori jika direaksikan dengan NaOH akan
memberikan warna jingga. Hasil yang didapatkan setelah penambahan ini
adalah larutan berubah warna dari kuning menjadi jingga dan terbentuk
endapan jingga kecokelatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
percobaan sudah sesuai karena Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Reaksi
Fe3+ dengan NaOH dituliskan sebagai berikut :
Simpulan lain yang dapat diambil dari percobaan ini adalah mengenai
kestabilan kation Fe2+ dan Fe3+ dalam larutan. Dari pembahasan diatas
tentu kita sudah dapat menjelaskan jika kation Fe2+ kurang stabil
dibandingkan Fe3+ karena sifatnya yang mudah teroksidasi. Jika
terkena udara terus-menerus maka warnanya akan berubah menjadi kuning
yang artinya teroksidasi menjadi Fe3+.
Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna karena
peubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi khususnya Cr6+
menjadi Cr3+. Sebanyak 2 mL Kalium dikromat encer yang berwarna
orange dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan 1-2 menit.
Keadaan awal larutan K2Cr2O7 adalah orange. Lalu ditambahkan berturut-
turut 1-2 butir seng dan 1,5 mL HCl pekat dan dipanaskan kembali.
Fungsi Zn dan HCl pekat adalah sebagai reduktor untuk mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+ . Fungsi pemanasan agar butir Zn larut sempurna dan
secara otomatis mereduksi secara sempurna. Secara teori, pada
pemanasan suatu kromat atau dikromat dengan asam klorida pekat akan
dihasilkan suatu larutan yang mengandung ion Cr(III). Artinya pada
tahap ini reduksi Cr6+ menjadi Cr3+ sudah terjadi. Hal ini sesuai
dengan hasil percobaan kami, dimana setelah penambahan Zn dan HCl
pekat lalu dipanaskan larutan berubah dari warna jingga menjadi hijau
kebiruan. Reaksinya dituliskan sebagai berikut :
Selanjutnya didiamkan dan diambil 1 mL larutan, ditambahkan setets
demi setetes sebanyak 5 tetes larutan HNO3 pekat sambil dikocok.
Penambahan ini secara teori akan mereduksi Cr3+ menjadi Cr2+ seperti
dijelaskan pada reaksi berikut :
Secara teori, warna ion Cr2+ dalam larutan adalah biru. Sedangkan
hasil yang didapatkan setelah penambahan HNO3 pekat adalah warna
hijau tua dimana warna hijau merupakan warna ion Cr3+. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ion Cr2+ tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi
Cr3+. Simpulan lain yang dapat diambil dari percobaan ini adalah ion
Cr6+ lebih stabil daripada ion Cr3+ dalam larutan.
X. Kesimpulan :
Larutan CrCl3dan CoCl2 membentuk hidroksi amfoter dengan penambahan 2
tetes NaOH 1M dan membentukhidroksokompleks yang belum sempurna dengan
penambahan NaOH 1M berlebih, sedangkan larutan Mn(SO4), FeCl3, NiCl2,
dan CuSO4 membentuk hidroksi amfoter yang sempurna dengan penambahan
NaOH 1M berlebih, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks sama sekali
dan pada larutan Fe(NH3)2SO4 membentuk hidrosi amfoter dengan penambahan
2 tetes NaOH 1M, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks dengan
penambahan NaOH berlebih.
Larutan CrCl3, Mn(SO4), FeCl3, CoCl2, NiCl2, dan CuSO4 membentuk
hidroksi amfoter yang sempurna dengan penambahan amonia 1M
berlebih, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks sama sekali, dan
pada larutan Fe(NH3)2SO4 membentuk hidroksi amfoter dengan
penambahan 10 tetes amonia 1M, tetapi tidak membentuk hidroksokompleks
dengan penambahan amonia berlebih. Sedangkan pada larutan FeCl3
tidak membentuk hidroksi amfoter yang sempurna dengan penambahan
10 tetes amonia 1M maupun yang berlebih.
Logam-logam transisi yang membenk senyawa kompleks memiliki warna-warna
yang khas dan terdapat endapan yang memiliki warna yang berbeda-beda
sesuai dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut.
Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dalam kondisi basa yaitu dengan penambahan
NaOH sedangkan Cr6+ dapat direduksi menjadi Cr3+ dalam kondisi asam
dengan penambahan HCl.
XI. Jawaban Pertanyaan :
Soal
1. Tulislah seluruh reaksi yang ada pada percobaan I sampai IV serta
berikan perubahan warnanya!
2. Kompleks [Cr(H2O)4Cl2]+ memiliki isomer. Buatlah struktur molekulnya
dan berilah nama!
Jawaban
1. Reaksi-reaksi
Percobaan 1
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + OH- (aq) [Cr(H2O)3(OH)3](s)
[Cr(H2O)3(OH)3](s)+ OH-(aq) [Cr(H2O)2(OH)4]-(aq)
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Mn(H2O)5(OH)]+(aq)
[Mn(H2O)3(OH)3]-(s)+ OH-(aq) [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)5(OH)]+
[Co(H2O)4(OH)2](s)+ OH-(aq) [Co(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq) [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq)
[Fe(H2O)4(OH)2]+(s)+ OH-(aq) [Mn(H2O)3(OH)3](s)
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cr(H2O)4(OH)2](s)
[Co(H2O)4(OH)2](s)+ OH-(aq) [Co(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Ni(H2O)5(OH)]+(aq)
[Ni(H2O)5(OH)]+(aq)+ OH-(aq) [Ni(HO)4(OH)2](s)
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cu(H2O)5(OH)]+(aq)
[Cu(H2O)5(OH)]+(aq)+ OH-(aq) [Cu(H2O)4(OH)2](s)
Percobaan 2
2. Perubahan warna
2. Isomer dari [Cr(H2O)4Cl2] , adalah :
- [Cr(H2O)6]Cl3 berwarna ungu
Nama senyawa : heksakuotriklorokromat(III
- [Cr(H2O)5Cl]Cl2 H2O berwarna biru-hijau
- [Cr(H2O)4Cl2]Cl 2H2O berwarna hijau
Daftar Pustaka :
Anonim. 2010. Logam Transisi. http://www.chem-is-try.org. diakses pada 7
November 2014.
Amaria, dkk. 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III, Laboratorium
Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa:Surabaya.
Nadia, Aida. 2014. Reaktivitas Ion-ion Logam Transisi.
https://www.academia.edu. Diakses tanggal 7 November 2014.
Trianita, Kartika. Reaksi-reaksi Logam Transisi dan Senyawanya.
http://www.scribd.com. Diakses tanggal 8 November 2014.
Eben. Logam Transisi. http://ebenbohr.wordpress.com. Diakses tanggal 6
November 2014.
-----------------------
Bahan :
1. Aquades
2. Amonia pekat 2M
3. CoCl2 0.1 M
4. CrCl3.6H2O (s) 0.1M
5. CuSO4.5H2O (s) 0.1M
6. CuCl2.2H2O (s)
7. DMG
8. Etanol
9. Ethylendiamine
10. FeCl3 (s) 0.1M
11. FeSO4 (s) 0.1 M
12. Fe(NH3)2SO4 0.1 M
13. FeNO3 0.1M
14. HCl 2M, 12 M
15. HNO3 pekat
16. MnSO4 0.1 M
Bahan :
17. K2Cr2O7 0.1 M
18. KSCN jenuh
19. NaOH 0.6M, 1M, 2M, 6M
20. Larutan Na2C2O4
21. Larutan Na2EDTA
22. NiCl2 0.1 M
23. NaNO2 jenuh
24. NH4CNS 0.1M
25. 1,10-Phenanthrolin
26. Ni(NO3)2
27. Serbuk Zn
28. ZnCl2 0.1M