Nurvita Wahyu Kristanti (Vita) ~ Ilmu dan Informasi adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan ~
Beranda
Profil Facebook
Twitter
UNEJ
FKIP UNEJ
Rabu, 05 Maret 2014 Pengukuran Suhu Manusia
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR “PENGUKURAN SUHU MANUSIA”
Oleh: Nurvita Wahyu Kristanti 130210103080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2013 I.
Judul Pengukuran Suhu Manusia
II.
Tujuan Untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoithermal
III.
Dasar Teori Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas (Suripto, 2010). Makhluk homoitermal adalah makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh temperature sekitar.Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom.Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas peranannya.Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuangan panas). Produksi panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal, misalnya otot, menggigil dan lain-lain. Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan, dan sebagian melalui feses dan urine (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21).
Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya. Organisme apapun, seperti objek apapun, mempertukarkan panas melalui empat proses fisik: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan eksterior (Campbell, 2008 : 16-17). Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan.Kepentingan dipertahankan suhu tubuh adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya kenaikan suhu tubuh 100 bisa mempercepat proses biologis 2-3 kalinya. Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi kurang lebih 10 dalam kegiatan sehari-hari.Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4-6) dan mencapai puncaknya pada sore hari (Suhandi, 2007 : 64). Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan pembentukan atau pemberian panas tubuh, pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) +70 keal/jam sedangkan pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%. Bila dalam keadaan dingin sesorang menggigil maka produksi panas akan bertambah 5kali (Sulistiyo, 2006 : 84-86). Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37oC.Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ.Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell).Yang termasuk suhu inti berada pada organorgan abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka.Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya.Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan
produksi panas internal.Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006). Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil.Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel.Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F).Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ.Dari sudut pandang termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) .Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya.Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami kerusakan.Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 2001). Suhu oral rata-rata adalah 370C (98,60F), dengan rentang normal 36,10C sampai 37, 0
C (97-990F). Suhu rektum rata-rata sekitar 0,60C (10F) lebih tinggi, yaitu 37,60C (99,70F),
berkisar dari 36,10C sampai 37,80C (97-1000F). ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,80C (1000F). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan, terdapat beberapa faktor yang sedikit dapat mengubahnya, 1.
antara lain : Sebagian besar suhu inti manusia dalam keadaan normal bervariasi sekitar 1 0C (1,80F) selama siang hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi hari sebelum bangun (jam 6-7 pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari (jam 5-7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama
biologis inheren atau “jam biologis”. 2. Suhu inti wanita juga mengalami irama bulanan dalam kaitannya dengan daur haid. Suhu inti rata-rata 0,50C (0,90F) lebih tinggi selama separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid. 3. Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan luar biasa produksi panas oleh otototot yang berkontraksi. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat sampai setinggi 400C (1040F).
4. Karena mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim. Dengan demikian, suhu inti dapat bervariasi antara sekitar 35,60C sampai 400C (960F-1040F), tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat.Nilai yang relatif konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang dikoordinasikan oleh hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,010C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006). Untuk membuat penyesuaian-penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme pengurangan panas dan mekanisme penambahan serta konservasi panas, hipotalamus harus secara terus menerus mandapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti
melalui
reseptor-reseptor
khusus
yang
peka
suhu
yang
disebut
termoreseptor.Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ-organ abdomen (Isnaeni, 2006). Di hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu.Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas.Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas(Sherwood, 2001). Bagian otak yang mempengaruhi terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterion dan hipotalamus posterior.Hipotalamus anterior berperan meningkatkan hilangnya panas, vasilodatasi dan menimbulkan keringat.Hipotalamus posterior berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloenektik, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatnya produksi hormon tiroid dan mensekresi epinefrin dan norepnefrin serta meningkatkan basal metabolism rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homoestatis yang membantu memproduksi
panas melalui mekanisme feel back negative untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Pengeluaran panas (aliran panas eksternal) melalui beberapa mekanisme : 1. Radiasi. Banyaknya panas yang dipindahkan dari satu tubuh ke lainnya oleh radiasi adalah seperempat fungsi kekuatan dari suhu tubuh yang beradiasi. Hal ini berlaku untuk kulit, di satu pihak, dan untuk yang dekat tubuh manusia atau objek, di pihak lain. Bila suatu objek lebih panas daripada kulit, tubuh mengambil radiasi darinya, tetapi bila objek lebih dingin (atau bukan suatu tubuh yang beradiasi) maka kulit akan kehilangan panas dengan cara radiasi. 2. Konduksi panas dari kulit ke udara sekitar. Ini memerlukan udara yang lebih sejuk daripada kulit, berarti, suatu gradien suhu harus ada. Macam pengeluaran ini sangat ditingkatkan bila lapisan udara yang dihangatkan oleh kulit dihilangkan (misalnya, dengan angin sepoi-sepoi) dan digantikan dengan suatu lapisan yang kering dan lebih sejuk. 3. Radiasi dan konduksi tidak cukup untuk mencegah pemanasan tubuh selama pengerahan tenaga yang berat atau pada suhu sekitar yang tinggi. Pada keadaan ini, pengeluaran panas ditingkatkan oleh evaporasi air (Sibernagl, 1998 : 192). Temperatur kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Temperature tubuh yang normal sekitar 36 .Temperatur yang paling mendekati temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karena itu, yang sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui ketiak) atau oral (mulut) (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21). Pengukuran suhu badan sering sekali dalam klinis. Adanya penyakit infeksi menyebabkan suhu badan meninggi, juga kelainan kelenjar endokrin menunjukkan perubahan suhu badan (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21). Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin. Sistem saraf (a) Pendinginan dan pemanasan kulit merangsang ujung saraf yang sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons yang sesuai-menggigil pada dingin, berkeringat pada panas. (b) Hipotalamus dalam otak berespons terhadap suhu darah yang lewat di dalam kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua pusat untuk pengaturan panas. Yang satu berespons terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Yang lain
berespons terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokonstriksi dan aktivasi produksi panas lebih lanjut. Sistem endokrin Medulla adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme dan dengan demikian meningkatkan produksi panas. Kelenjar tiroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metebolisme dan produksi panas (Gibson, 2002 : 238-239). Demam biasanya terjadi melalui tiga tahap : (i)
Serangan menggigil; menggigil berat disebut rigor. Pembuluh darah kulit berkonstriksi dan
(ii)
kehilangan panas dikurangi sampai minimal. Suhu meningkat; pembuluh darah berdilatasi, kelenjar keringat biasanya tetap tidak aktif,
(iii)
proses metabolic ditingkatkan dan terdapat produksi panas yang lenih besar. Suhu turun, kehilangan panas lebih besar daripada produksi panas; keringat sangat banyak (Gibson, 2002 : 240).
IV.
Alat dan Bahan 4.1 Alat
a. b. 4.2 a. b. c. V.
Termometer klinis Handuk/lap bersih Bahan Kapas steril Alkohol 70% Air es Langkah Kerja Membaringkan badan probandus dengan bagian atas terbuka Menurunkan suhu thermometer sampai 35ºC
Memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah dengan mulut tertutup
Membaca suhu setelah 10 menit
Memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah, sambil bernafas
Membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit
Memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah, setelah sebelumnya berkumur dengan air es selama 1 menit Mengeringkan ketiak dari keringat dengan lengan dirapatkan ke badan Menyelipkan ujung thermometer di ketiak dengan lengan dirapatkan ke badan
Membaca suhu setelah 10 menit
VI.
Hasil Pengamatan Ke
Nama
JK
U
BB
TB
l
P1 10mn
1 Kesih Y 2 Barid F 3 Retno D 5 Rohma V Keterangan :
P L P P
Kel
: Kelompok
JK
: Jenis Kelamin
U
: Umur (tahun)
19 19 18 19
43 53 55 50
162 164 165 155
t 37,1 36,9 36,9 36,7
P2 5mnt
P3 10mn
5mnt
t 37 36,8 36,8 36,4
37 36,8 36,4 36,4
P4 10mn
10mnt
t 36,9 36,3 35,1 36,3
37 36,6 36 36,5
36,6 36,5 36,4 35,6
VII.
BB
: Berat Badan (kg)
TB
: Tinggi Badan (cm)
P1
: Pengukuran suhu di mulut/oral tanpa perlakuan ( )
P2
: Pengukuran suhu di mulut/oral dengan bernafas ( )
P3
: Pengukuran suhu di mulut/oral setelah berkumur dengan air es ( )
P4
: Pengukuran suhu di ketiak/aksilar ( )
Pembahasan Dalam praktikum kali ini adalah mengenai Pengukuran Suhu Manusia.Dalam praktikum ini kita memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoithermal.Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka kita perlu mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum ini. Alat-alat yang dibutuhkan adalah termometer klinis yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh probandus di bagian mulut atau oral dengan tanpa perlakuan, pengukuran suhu di mulut dengan bernafas melalui mulut, pengukuran suhu di mulut setelah berkumur dengan air es serta pengukuran suhu tubuh melalui ketiak atau aksilar.Dan alat yang kedua adalah handuk/lap bersih yang digunakan untuk membersihkan ketiak probandus dari keringat. Dalam pelaksanaan praktikum ini kita juga memerlukan beberapa bahan, yaitu kapas steril yang digunakan untuk membersihkan thermometer sebelum maupun setelah digunakan oleh probandus, bahan yang juga sangat dibutuhkan adalah alcohol dan air es yang digunakan ketika probandus akan diukur suhunya setelah berkumur dengan air es tersebut. Untuk mendapatkan hasil percbaan dan untuk membandingkan hasilnya, kita harus melakukan beberapa langkah percobaan.Langkah-langkah ini diterapkan kepada semua probandus tanpa ada perbedaan. Langkah yang pertama adalahmembaringkan badan probandus dengan bagian atas terbuka, lalu kita menurunkan suhu thermometer sampai 35ºC, setelah suhu sudah turun kita memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah probandus dengan mulut tertutup. Setelah 10 menit kita menunggu kita membaca suhu tubuh probandus.Untuk perlakuan yang kedua, kita memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah probandus, suhu tubuh probandus diukur sambil bernafas dengan mulut.Setelah
menunggu selama 5 menit, kita membaca suhu tubuh dari probandus.Lalu dilanjutkan kembali hingga menit ke-10 kita baca lagi suhu pada probandus, lalu mencatatnya. Untuk perlakuan keempat kita memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah probandus, setelah sebelumnya berkumur dengan air es selama 1 menit. Sama seperti sebelumnya, pengukuran suhu dilakukan pada menit ke 5 dan menit ke 10.Setelah pengukuran suhu tubuh probandus di bagian mulut telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya kita melakukan pengukuran suhu tubuh di bagian ketiak.Kita harus mengeringkan ketiak dari keringat probandus menggunakan lap/handuk bersih.Dengan lengan dirapatkan ke badan, lalu thermometer diapitkan di bagian ketiaknya, lalu kita membaca suhu setelah 10 menit serta menulis semua hasil pengukuran. Dalam praktikum kali ini terdapat 4 orang yang menjadi probandus, yaitu Kesih Y, Barid F, Retno D dan Rohma V. Kesih adalah seorang perempuan yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan sebesar 43 kg, dan memiliki tinggi badan 162 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 37,1 . Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 37 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh dari Kesih adalah sama yaitu 37 . Setelah itu, suhu tubuh Kesih diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 36,9 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh Kesih bertambah 0,1 menjadi 37 .Dan pengukuran suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Kesih harus di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu, thermometer diselipkan di ketiak Kesih dengan lengan dirapatkan ke badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Kesih saat itu ternyata 36,6 . Probandus yang kedua adalah Barid. Barid adalah seorang laki-laki yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan sebesar 53 kg, dan memiliki tinggi badan 164 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 36,9 . Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 36,8 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh dari Barid adalah sama yaitu 36,8 . Setelah itu, suhu tubuh Barid diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur
selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun sebesar 0,5 , menjadi 36,3 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh Barid naik sebesar 0,3 menjadi 36,6 . Dan pengukuran suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Barid harus di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu, thermometer diselipkan di ketiak Barid dengan lengan dirapatkan ke badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Barid saat itu ternyata 36,5 . Probandus yang ketiga adalah Retno.Retno adalah seorang perempuan yang berumur 18 tahun, memiliki berat badan sebesar 55 kg, dan memiliki tinggi badan 165 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 36,9 . Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 36,8 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh dari Retnoturun 0,4 menjadi 36,4 . Setelah itu, suhu tubuh Barid diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun menjadi 35,1 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh Retno naik menjadi 36 . Dan pengukuran suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Retno harus di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu, thermometer diselipkan di ketiak Retno dengan lengan dirapatkan ke badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Retno saat itu ternyata 36,4 . Probandus yang terakhir adalah Rohma. Rohma adalah seorang perempuan yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan sebesar 50 kg, dan memiliki tinggi badan 155 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 36,7 . Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 36,4 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh dari Retno tetap 36,4 . Setelah itu, suhu tubuh Rohma diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun menjadi 36,3 , dilanjutkan pada menit ke 10, suhu tubuh Rohma naik menjadi 36,5 . Dan pengukuran suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Rohma harus di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah
itu, thermometer diselipkan di ketiak Rohma dengan lengan dirapatkan ke badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Rohma saat itu ternyata 35,6 . Dari hasil praktikum di atas, dapat kita ketahui bahwa semua probandus memiliki suhu tubuh normal, yaitu antara kurang lebih 36 -37 .Setelah dilakukan percobaan yang kedua yaitu ketika suhu tubuh diukur melalui mulut sambil bernafas, ternyata suhu tubuh probandus mengalami penurunan meskipun hanya sedikit. Kesih dan Barid mengalami penurunan suhu sebesar 0,1 , Retno mengalami penurunan suhu sebesar 0,1 di menit ke 5 dan turun lagi sebesar 0,4 di menit ke 10. Begitu pula Rohma, mengalami penurunan suhu sebesar 0,3 .Hal ini terjadi karena suhu tubuh probandus melakukan penyesuaian dengan suhu tubuh di luar tubuh yang memiliki temperature lebih rendah.Disini terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Pada perlakuan ketiga, yaitu mengukur suhu tubuh melalui mulut setelah berkumur dengan air es selama 1 menit, suhu tubuh Kesih mengalami penurunan lagi pada menit ke 5 menjadi 36,9 dan kembali ke suhu 37 pada menit ke 10. Pada menit ke 5 suhu tubuh Barid menjadi 36,3 dan 36,6 di menit ke 10. Suhu tubuh Retno menurun hingga 0,7 pada menit ke 5 menjadi 35,1 dan naik kembali ke 36 pada menit ke 10. Rohma juga mengalami penurunan suhu menjadi 36,3 pada menit ke 5 dan 36,5 pada menit ke 10. Dari hasil pengukuran tersebut dapat kita simpulkan bahwa saat menit ke 5 awal, tubuh menyesuaikan dengan keadaan suhu es yang ada di mulut, sehingga suhunya menurun.Namun pada menit ke 10 suhu probandus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan bahwa homeostatis tubuh telah melakukan penyesuaian sehingga kembali mengalami kenaikan suhu di dalam tubuh.Disini terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus. Dari hasil pengukuran suhu tubuh di bagian ketiak, dapat kita simpulkan bahwa suhu tubuh probandus di bagian ketiak/aksilar memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh di bagian mulut/oral. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit
badan kita tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak, sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Volume sel dalam tubuh manusia sangat berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena berpengaruh terhadap metabolisme.Volume sel ini berkenaan dengan tinggi badan dan berat badan. Probandus yang berat dan tinggi, maka akan memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan probandus yang kurus dan pendek. Sehingga suhu tubuh probandus yang berat dan tinggi lebih hangat dibandingkan yang kurus dan pendek. Sedangkan probandus yang berjenis kelamin Pria memiliki suhu tubuh yang lebih hangat dibandingkan yang perempuan, karena pengaruh hormone dan aktivitas.Aktivitas seorang laki-laki biasanya lebih padat dibandingkan dengan perempuan. Probandus yang ada dalam praktikum kali ini berada pada usia remaja, dan suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal dibandingkan dengan yang masih kanak-kanak dan juga lansia. Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh. Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu (misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari mulai pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait.Stres berat atau lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi keseimbangan ini.Hal ini dapat menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga gangguan psikosomatis. Homeostasis adalah mekanisme yang mengusahakan agar suatu komponen dalam tubuh tetap. Contohnya, ketika suhu tubuh terlalu panas tubuh akan mendinginkannya dengan cara seperti mempersempit pembuluh darah. Contoh yang berhubungan dengan penyakit contohnya demam. Demam menggangu proses homeostasis suhu yang mengakibatkan kita selalu mengeluarkan panas dari tubuh sehingga kita merasa dingin meskipun suhu tubuh kita panas.
Dalam keadaan homeostase yang terjaga, suhu normal tubuh manusia adalah 36,5º. Dalam cuaca yang panas, agar supaya suhu tubuh tetap terjaga pada kondisi homeostase, terjadi reaksi homeostasis berupa pembuangan panas tubuh melalui berkeringat dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) pada kulit sehingga wajah dan kulit memerah, rasa haus agar banyak minum sehingga terjadi pendinginan badan di samping mengganti kembali cairan yang banyak keluar, nafsu makan berkurang agar tidak terjadi peningkatan metabolisme yang menghasilkan panas, rasa lesu dan kantuk agar badan beristirahat sehingga mengurangi metabolisme, dsb. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas. Ambang batas tertinggi masih dapat ditolerir sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat.Ketika suhu badan mencapai ambang batas, sudah selayaknya hal tersebut mendapat perhatian sehingga kemungkinan melampaui ambang batas dapat dihindarkan. Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior.Hipotalamus posteriormerupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme
kontraksi
vasokonstriksi
otot/menggigil,
(memperkecil)
pengeluaran
pembuluh
darah
panas
kulit
dan
akan
dikurangi
perangsangan
dengan produksi
keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi (melebarkan),
evaporasi(berkeringat),
radiasi
(dipancarkan),
kontak
(bersinggungan/kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Pengaturan suhu tubuh terjadi secara terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari kulit dan suhu inti tubuh. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang dingin , maka oleh neuron yang sensitif terhadap dingin (cold-sensitive neuron) sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus. Bila akumulasi suhu yang terjadi di hipotalamus sudah melebihi batas minimal yang dapat ditoleransi, maka tubuh akan mengadakan adaptasi perilaku seperti memakai selimut, baju hangat, atau sarung tangan. Mekanisme tubuh lainnya untuk mengatasi batas minimal yang sudah tidak dapat ditoleransi ini juga dapat terjadi melalui aktivasi saraf motorik yang mengakibatkan terjadinya kontraksi otot rangka seperti menggigil dengan akibat produksi panas akan bertambah dan atau aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Vasokonstriksi pembuluh darah kulit ini akan mengurangi darah dan panas tubuh yang mengalir ke permukaan tubuh sehingga proses penguapan melalui kulit dan pengeluaran panas melalui radiasi dan konduksi berkurang (konservasi panas).Hal ini akan mempertahankan panas di dalam tubuh tetap terjaga sehingga tubuh kembali hangat. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas, maka oleh neuron yang sensitif terhadap panas (warm-sensitive neuron) akan diteruskan ke hipotalamus. Bila suhu yang terjadi di hipotalamus sudah melebihi Batas maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh akan melakukan adaptasi perilaku seperti membuka kancing baju, memakai kaus tipis atau membuka baju. Mekanisme lainnya untuk mengatasi Batas maksimal yang sudah tidak dapat ditoleransi ini adalah dengan mengaktivasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit sehingga banyak darah dan panas tubuh mengalir ke permukaan tubuh, dan hal ini akan menyebabkan pengeluaran panas tubuh melalui penguapan, radiasi, dan konduksi melalui kulit meningkat sehingga suhu tubuh kembali turun (aktivasi sistem saraf simpatis ini juga dapat merangsang kelenjar keringat, sehingga produksi keringat bertambah) Saat kita minum air es, tubuh bekerja cukup berat untuk menyesuaikan suhu air dingin dengan suhu tubuh dibandingkan kita minum air hangat. Karena tubuh akan berusaha menyesuaikan suhunya dengan suhu tubuh, metabolisme akan meningkat dan membantu pembakaran lemak.Perubahan suhu udara banyak berpengaruh pada tubuh, karena tubuh kita secara otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Badan Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suhu badan: 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda.Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat.Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh. 3. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal. 5. Hormone kelamin Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di atas suhu basal.
Jenis kelamin mempengaruhi suhu tubuh. Kenaikan hormon progesterone selama proses ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria. 6. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C. 7. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 8. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.Semakin beratnya aktivitas maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya. 9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa
yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang. 11. Hormon (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%. 12. Suhu tubuh Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %. 13. Usia Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. Regulasi suhu akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan metabolisme. 14. Olahraga Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat. 15. Irama sirkardian Suhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. 16. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan 17. Emosi Tingginya emosi akan mempengaruhi tingginya suhu tubuh. Sebaliknya keadaan depresi akan menurunkan suhu tubuh. Asal Panas Pada Tubuh Manusia Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh: 1. 2. 3.
BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot. Laju cadangan
metabolisme yang disebabkan aktivitas otot 4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru 5.
lahir. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
6.
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron). Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis
pada sel. 7. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun. Macam – macam suhu tubuh Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu dapat di bagi, antara lain: 1.
Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala,
2.
dada, abdomen) dan C.dipertahankan mendekati 37 Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. 3. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah 1. a. Vasodilatasi
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. b. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin. c.
Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
a. b.
dihambat dengan kuat. 2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c.
Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh Diantaranya disebabkan oleh:
1. Demam Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. 2. Kelelahan akibat panas Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. 3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu. 4. Heat stroke Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat. Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai. 5. Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Tingkatan hipotermia ~ Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal ~ Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal ~ Berat 17,0 - 27,5°C per rektal ~ Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit a.
Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer.Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul.Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga
udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. b. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. c. Evaporasi Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan. d. Konveksi Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
VIII.
Penutup 8.1
Kesimpulan
Suhu mengacu pada derajat panas atau dinginnya suatu zat.Manusia adalah Homeothermik yaitu berdarah panas sehingga suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan lingkungan.Suhu normal tubuh manusia adalah 36 -37 .Pengukuran suhu tubuh manusia dapat dilakukan di rectal, aksial, dan oral karena memiliki suhu tubuh paling dekat dengan suhu tubuh. Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia, seperti usia, jenis kelamin, hormone, berat badan, tinggi badan dan lain.lain. 8.2
Saran Untuk praktikan, sebaiknya mempelajari mengenai pengukuran suhu ini dengan baik,
karena hal ini sangat penting bagi kesehatan kita.Dan untuk petugas laboratorium, sebaiknya memperbaiki atau menambah alat-alat pengukur suhu, agar dalam pelaksanaan praktikum tidak mendapatkan kendala dan dapat berjalan lancar.
Daftar Pustaka
Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Gibson, John. 2002. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta. Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG. Silbernagl, Stefan dan Agamemnon Despopoulos. 1998. Atlas Berwarna & Teks FisiologiJakarta : Hipokrates. Suhandi, Iwan. 2007. Biologi. Jakarta : Widya Gamma. Sulistiyo. 2006. Bahan Ajar Fisika. Jakarta : Gunung Ilmu. Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB. Tim Dosen Pembina. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember Tortora, J.T. 2000.Principles of Anatomy and Physiology.Toronto : Jch wiley.
SUHU TUBUH I.
Tujuan Memahami mekanisme mempengaruhinya.
II.
pengaturan
suhu
tubuh
dar
factor
–
factor
yang
Teori Suhu adalah properti fisik dari materi yang kuantitatif mengungkapkan gagasan umum dari panas dan dingin. Objek suhu rendah dingin, sementara berbagai tingkat suhu yang lebih tinggi yang disebut sebagai hangat atau panas. Suhu menunjukkan derajat panas benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masingmasing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Dalam hal tersebut adalah tubuh, berarti suhu menunjukkan derajat panas tubuh. Suhu tubuh dari hari kehari selalu konstan kecuali terjadi demam. Terdapat mekanisme dalam tubuh untuk mempertanyakannya agar konstan walaupun dipengauhi oleh cuaca yang ekstrim, aktifitas dan lain –lain. Suhu tubuh rectal umumnya lebih 1c disbanding suhu oral. Mekanisme pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh hipotalamus dan perangai pengaturan suhu tubuh. Bila suhu tubuh interna terlalu tinggi, isyarat dari area preoptika otak memberikan kesan psikis terlalu panas. Bila tubuh terasa dingin, isyarat dari kulit dan mungkin dari reseptor perifer menimbulkan perasaan dingin yang tidak enak. Oleh karena itu orang membuat peyesuaian lingkungan untuk memberikan rasa nyaman. Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar.
a. b. c. d. e.
Adapun suhu tubuh dihasilkan dari : Laju metabolism basal ( basal metabolism rate, BMR ) di semua sel tubuh. Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktivitas otot ( termasuk kontraksi otot akibat menggigil ). Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormone tiroksin dan sebagian kecil hormone lain, misalnya hormone pertumbuhan. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epinephrine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bia temperature menurun. Suhu tubuh manusia diatur oleh system thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36.5oC dan 37.5oC. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi
tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37o C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36.5o C sedang di rectum (anus) sekitar 37.5o C. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Yang mempengaruhi suhu tubuh adalah : Kecepatan metabolism basal Kecepatan metabolism basal tiap individu berbeda – beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolism. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolism menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapt mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk di metabolism. Hampir seluruh metabolism lemak cokelat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi oleh stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang menyebabkan metabolisme. Hormon Tiroid Fungsi hormone tiroid adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh seingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhu laju metabolism menjadi 50 – 100 % diatas normal. Demam ( Peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat enyebabkan peningkatan metabolism sebesar 120 % untuk tiap peningkatan suhu 10°c. Hormon Pertumbuhan Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolism sebesar 15 – 20 %. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. Hormon kelamin Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3o – 0,6°C di atas suhu basal. Status Gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3o – 40,0 °C. Gangguan Organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Dalam penjelasan mikroskopis, suhu tubuh bervariasi dengan kecepatan partikel fundamental yang mengandung, pangkat kedua. Oleh karena itu, suhu yang terkait langsung dengan energi kinetik rata-rata partikel yang bergerak relatif terhadap pusat koordinat massa untuk objek tersebut. Makroskopik, suhu menceritakan kecenderungan materi untuk mentransfer panas dari panas ke dingin badan. Cara langsung penginderaan ini adalah dengan menyentuh materi dan memutuskan apakah itu panas, hangat, atau dingin. Termometer tepat tindakan suhu dan menunjukkan nilai numerik untuk sifat fisik temperature.Many bahan termasuk fase (padat, cair, gas atau plasma), kepadatan, kelarutan, tekanan uap, dan konduktivitas listrik tergantung pada suhu. Suhu juga memainkan peran penting dalam menentukan laju dan sejauh mana reaksi kimia terjadi. Ini adalah salah satu alasan mengapa tubuh manusia memiliki mekanisme yang rumit beberapa untuk menjaga suhu di 310o K, karena suhu hanya beberapa derajat lebih tinggi dapat mengakibatkan reaksi yang berbahaya dengan konsekuensi serius. Suhu juga mengontrol radiasi termal yang dipancarkan dari permukaan. Salah satu aplikasi dari efek ini adalah bola lampu pijar, di mana filamen tungsten yang dipanaskan dengan listrik sampai suhu di mana jumlah yang signifikan dari cahaya tampak yang dipancarkan. Memahami konsep pengaturan suhu tubuh sangat berguna baik dalam hal penelitian atau pun dalam persoalan klinik, seperti mengatasi demam, persoalan pemberian hipotermik pada kasus pembedahan (bedah jantung), terapi pada kasus yang disebabkan panas berlebihan (heat stroke), atau pada kasus kedinginan yang ekstrem. Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Urgensi diperhatikannya suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya, kenaikan suhu 10˚C dapat mempercepat proses biologis 2-3 kalinya. Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi sekitar 1˚ Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari sekitar jam 4 sampai jam 6 pagi, dan mencapai puncaknya pada sore hari sekitar jam 2 sampai jam 3 sore.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh,dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme.Keseimbangan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus. Produksi panas dalam tubuh manusia diakibatkan oleh: 1. Metabolisme: metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat istirahat. 2. Gerakan volunter: aktivitas otot selama latihan membutuhkan tambahan energi. 3.Menggigil: respon tubuh terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui proses: 1. Radiasi: proses pengeluaran panas melalui gelombang electromagnet 2. Konveksi: proses penyebaran panas karena gesekan antara daerah yangkepadatannya tidak sama. 3. Evaporasi: proses perubahan cairan menjadui uap. 4. Konduksi: proses pemindahan panas kepada objek lain melalui kontak langsung. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh: 1. Usia:Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan metabolism. 2. Olahraga:aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat. 3. Kadar Hormon:suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria. 4. Irama sirkardiansuhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. 5. Stres:stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. 6. Lingkungan:mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. 1. 2. 3. 4. 5.
Suhu tubuh akan terganggu akibat: Demam: mekanisme pengeluran panas tidak mampu mengimbangi produksipanas. Demam terjadi karena perubahan set point hipotalamus. Kelelahan akibat panas: terjadi apabila diaforesis yang banyak mengakibatkankehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuantubuh untuk mengeluarkan panas. Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama. Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut: 1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit. 2. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit. 3. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut: Usia 3 bulan
Suhu (derajat celcius) 37,5
5 menitdibuka C
6 bulan 10 menitditutup 1 tahun 3Ctahun 5 tahun 7 tahun 9 tahun 11 tahun 13 tahun Dewasa > 70 Tahun
37,5 37,7 37,2 37 36,7 36,8 36,7 36,6 36,4 36,0
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk dapat mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh akan dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37˚C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
III. Alat dan Bahan Termometer Alkohol 70 % Kapas Air Es Gelas IV.
Prosedur
1. Posisi Badan Terbaring Termometer ditempatkan (yang telah dibersihkan dengan alcohol) Dibawah lidah, mulut ditutup. Setelah 5 dan 10 menit pembacaan thermometer dilakukan. Kini bernafaslah 2 menit melalui mulut terbuka, lalu dilakukan lagi pembacaan setelah 5 dan 10 menit. Berkumur dangan air es, ditempatkan kembali thermometer dibawah ketiak lengan membujur pada sisi badan. Pembacaan dilakukan setelah 10 menit.
V.
Data hasil pengamatan
5 menit C
10 menit C
Suhu dibawah lidah pada saat mulut dibuka dan ditutup
Suhu dibawah lidah pada saat mulut dibuka 5 menit C
10 menit C
Suhu pada saat kumur-kumur dengan air es 5 menit C
10 menit C Termometer diketiak tanpa melakukan aktifitas
5 menit C
10 menit C Termometer diketiak ketika sudah melakukan aktifitas
VI.
Pembahasan
Suhu normal dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang dihasilkan dan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat pengatur panas didalam hipotalamus yang sangat peka terhadap suhu dari darah yang melaluinya dan yang bekerja sebagai themostat. Panas dihasilkan oleh aktifitas metabolic didalam otot tulang dan hati. Glikogen yang tersimpan didalam hati diubah menjadi glukosa yang dapat digunakan dan dioksidasikan dengan akibat bahwa panas dihasilkan. Untuki memperthanakan produksi panas yang normal maka diperlukan sejumlah tepat akan bahan bakar. Aktifitas metabolic harus disesuaikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang timbul; misalnya pada kerja aktif atau dalam keadaan istirahat, pemasukan makanan pada waktu makan dan jangka waktu antar waktu makan, reaksi pada emosi seseorang, suhu luar, pakaian yang dipakai, dan sebagainya. Panas berlebihan biasanya disebabkan kombinasi suhu luar, kegiatan fisik dan keringat tidak sesuai. Kehilangan panas terutama disebabkan aktifitas fungsi kulit. Sejumlah tertentu panas hilang karena pada penguapan air dari paru-paru dan organ ekskresi. Pelepasan panas dirangsang oleh vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dalam kulit dan oleh pengeluaran keringat; penyimpanan panas oleh vasokonstriksi (penyempitan saluran darah) dan pengurangan keringat. Sebaliknya jika suhu tubuh diturunkan karena vasoknstrik yang berlangsung lama, yang barangkali disebabkan oleh dingin atau kelaparan, maka dapat terjadi gigil dan gemetar kalau otot berkontraksi untuk menghangatkan tubuh. Dalam percobaan ini pada posisi badan berbaring dalam mulut tertutup dan diberi thermometer untuk mengukur suhu, suhu yang didapat adalah Dalam waktu 5 menit karena terjadi produksi panas dalam mulut sebab udara pernapasan dalam mulut tidak keluar. VII.
Kesimpulan
Jadi dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh dipengruhi oleh keadaan lingkungan, aktifitas sseorang dan keadaan tubuh seseorang. Dalam hal aktifitas, seseorang yang melakukan banyak aktifita suhu tubuhnya meningkat dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktifitas. Dan juga pengamatan suhu pada saat mulut dibuka lebih turun dibandingkan pada saat pengamatan suhu dengan mulut tettutup. Hal ini menunjukan bahwa keadaan di lingkungan pun turut serta dalam mempengaruhi suhu tubuh. VIII. 1. 2. 3.
Daftar Pustaka
Evelyn, C Pearce.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kimball, W John. 1983. Biologi. (Penerjemah: Siti Soetarni, Nawangsih Sugiri) Bogor: Pernerbit Erlangga Setiadi.2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Surabaya: Graha Ilmu
I.
JUDUL Pengukuran suhu manusia
II.
TUJUAN Untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoiothermal.
III.
DASAR TEORI Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di samping itu terdapat reseptor berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah termoreseptor. Bila tubuh merasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan. Bila tubuh merasa dingin, maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 36 oC (Soewolo dkk, 2005: 286-287). Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat (Fadilah, 2009). Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga (Syaifuddin, 2009: 324). adanya mekanisme pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas). Produksi panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil
dll. Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan dan sebagian melalui feses dan urin. Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada tiga cara, yaitu Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke obyek lain dengan jalan kontak langsung. Agar terjadi konduksi kedua obyek harus berbeda suhu dan harus saling berkontak misalnya pada keperawatan mengukur suhu dengan menggunakan termometer air raksa di bagian tubuh manusia atau permukaan tubuh kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi kontak langsung dengan substasi lebih dingin atau lebih panas termasuk udara atau air. Yang kedua Konveksi, adalah pemindahan panas melalui gas atau cairan yang bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan udara dingin misalnya orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang kehilangan sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke udara menjauhi tubuh. yang ketiga Radiasi, adalah suatu energi panas dari suatu permukaan obyek ke obyek lain tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut, misalnya seseorang yang telanjang dalam ruangan dengan suhu kamar normal kehilangan sekitar 60% panas total secara radiasi. Jika suhu tubuh naik, pusat kendali suhu di otak akan melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit sambil membawa panas tubuh (Gullon, 1997 : 87). Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipothalamus. Hipothalamus yang berada dibawah otak. Ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Terdapat dua hipothalamus, yitu hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas (Anfis, 2011). Temperatur kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Temperature tubuh yang normal sekitar 36. Temperatur yang paling mendekati temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karena itu, yang sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui ketiak) atau oral (mulut) (Tim Dosen Pembina, 2015:21). Reseptor suhu yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah banyak neuron peka panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran inpuls bila suhu meningkat dan mengurangi inpuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk membantu mengontrol suhu tubuh (Waluyo, 2010:54). Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan/manusia
untuk mengontrol
pertukaran panas dengan lingkungannya. Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju
perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan eksterior (Campbell, 2008 :16-17). Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin. Regulasi sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu yang pertama pendinginan dan pemanasan kulit merangsang ujung saraf yang sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons yang sesuai-menggigil pada dingin, berkeringat pada panas. Yang kedua adalah Hipotalamus dalam otak berrespons terhadap suhu darah yang lewat di dalam kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua pusat untuk pengaturan panas. Yang satu berespons terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Yang lain berespons terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokonstriksi dan aktivasi produksi panas lebih lanjut. Sedangkan regulasi sistem endokrin dibagi menjadi dua, yaitu medulla adrenal dimana dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme dan dengan demikian meningkatkan produksi panas. Yang kedua adalah kelenjar tiroid dimana dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme dan produksi panas (Gibson, 2002: 238-239). Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan menggunakan sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri. Sistem pendukung sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang tua) yang dapat mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan secara emosional selama mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan peningkatan kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantu dalam strategi reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres. (Rahmawati, 2012: 54-60). Peningkatan suhu erat kaitannya dengan demam. Demam biasanya terjadi melalui tiga tahap, yang pertama serangan menggigil dan menggigil berat disebut rigor, yaitu pembuluh darah kulit berkotraksi dan kehilangan panas dikurangi sampai minimal. Tahap yang kedua suhu meningkat, yaitu pembuluh darah berdilatasi,
kelenjar keringat biasanya tetap tidak aktif, proses metabolic ditingkatkan dan terdapatproduksi panas yang lebih besar. Tahap yang ketiga suhu turun, yaitu kehilangan panas lebih besar daripada produksi pana, dan keringat sangat banyak (Gibson, 2002:204). IV.
METODE PRAKTIKUM 4.1 Alat a. Termometer klinis b. Handuk/lap bersih 4.2 Bahan a. Kapas steril b. Alkohol 70% c. Air es
4.3 Cara Kerja a. Memasukkan termometer kemulut probandus dibawah lidah. Karena menggunakan termometer digital maka hanya perlu memencet tombol on untuk memulai mengukur suhu. Setelah 10 menit, baca suhu yang tertera pada termometer. mengukur suhu badan manusia melalui temperatur oral (mulut).
Mencatat suhu pada masing-masing percobaan Melalukan seperti poin pertama tetapi sebelumnya probandus berkumur dengan air es selama 1 menit, emudian membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit yang tertera pada termometer. Melakukan seperti poin pertama, tetapi mulut sambil bernafas (menghembuskan dan menghirup udara), membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit (tanpa menurunkan suhu)
b. Probandus (orang percobaan) mengeringkan ketiaknya menggunakan handuk/lap bersih. Mengukur suhu badan manusia melalui temperatur aksilar (ketiak). Menyelipkan ujung termometer diketiak dengan lengan merapat kebadan, karena menggunakan termometer digital maka tinggal memencet tombol on untuk memulai mengukur. Setelah terdengar bunyi termometer baca suhu yang tertera di termometer. Mencatat suhu pada masing-masing percobaan.
V.
HASIL PENGAMATAN NO. 1. 2. 3. 4. 5.
VI.
Nama Probandus Anna R. Mega A. P Purwoyudo Haiva Galuh P.
Umur 18 19 18 17 18
Tinggi 159 146 163 157 160
Berat Badan 48 35 43,5 55 43
Normal 36,6 36,5 35,5 36,3 37,1
Bernafas (5 menit) 37,3 36,8 36,7 36,6 37,1
Setelah berkumur
Ketiak
(5 menit) 35,8 35,6 35,4 35,4 36,7
35,9 35,9 35,8 35,5 36,3
PEMBAHASAN Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Manusia termasuk dalam makhluk homoiothermal, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas peranannya. Bila hipotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat. percobaan pengikuran suhu manusia ini, bertujuan untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoiothermal. Disini kami menggunakan lima probandus, yaitu Anna R. (probandus 1), Mega A. P (probandus 2), Purwoyudo (probandus 3), Haiva (probandus 4) dan Galuh p. (probandus5). Dari kelima probandus memiliki klasifikasi yang berbeda dari umur, tinggi badan dan berat badan. Dalam pengecekan suhu tubuh, kami menggunakan dua tempat yaitu di ketiak, dan di mulut tepatnya dibawah lidah. kedua tempat tersebut dipilih dalam melaksanakan pengukuran suhu disebabkan karena tempat tersebut mendekati temperatur tubuh yaitu sekitar 36ºC. Dan tidak menggunakan temperatur rektar (melalui dubur) karena kurang praktis dan tidak estetis. Pada percobaan pertama yaitu pengukuran suhu normal yaitu di dalam mulut tepatnya di bawah lidah dan di ketiak. Pada percobaan di dalam mulut tepatnya di bwah lidah dimana awalnya termometer digital diletakkan di bawah lidah, lalu setelah 10 menit suhu di baca dan di catat. Data dari masing-masing prondus, yaitu probandus 1 suhunya 36.6ºC, probandus 2 suhunya adalah 36.5ºC, probandus 3 suhunya adalah 35.5ºC, probandus 4 suhunya adalah 36.3ºC serta probandus 5 suhunya adalah 37.1ºC. Sedangkan pada percobaan diketiak didapatkan data probandus 1 suhunya 35.9ºC, probandus 2 suhunya adalah 35.9ºC, probandus 3 suhunya adalah 35.8ºC, probandus 4 suhunya adalah 35.5ºC serta probandus 5 suhunya adalah 36.3ºC. Dari data-data kedua percobaan dikedua tempat, bahwa yang memiliki data yang relatih sesuai dengan suhu normal manusia yaitu 36ºC yang menunjukkan lebih akurat adalah pada percobaan pada temperatur aksilar (melalui ketiak). Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit badan kita tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Pada kedua temperatur tersebut mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak, sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Jika dibandingkan dengan temperatur aksilar (melalui ketiak) lebih akurat daripada temperatur oral (melalui mulut). Sedangkan jika dibandingkan dengan temperatur rektar (melalui dubur) lebih akurat lagi daripada temperatur aksilar (melalui ketiak) maupun temperatur oral (melalui mulut).
Jadi uratan dari yang terakurat adalah temperatur rektar (melalui dubur), temperatur aksilar (melalui ketiak) kemudian temperatur oral (melalui mulut). Pada percobaan pada temperatur oral (melalui mulut) tepatnya di bawah lidah dengan bernafas selama 5 menit didapatkan data-data sebagai berikut, probandus 1 suhunya 37.3ºC, probandus 2 suhunya adalah 36.8ºC, probandus 3 suhunya adalah 36.7ºC, probandus 4 suhunya adalah 36.6ºC serta probandus 5 suhunya adalah 36.7ºC. Berdasarkan data tersebut maka terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan temperatur probandus baik melalui oral (mulut) maupun melalui aksilar yaitu dengan kenaikan pada probandus 1 yaitu 0.7ºC , probandus 2 dan probandus 4 yaitu 0.3ºC , probandus 3 yaitu 1,2ºC dan probandus 5 yaitu 0.8ºC. namun hal ini terjadi kesalahan. Seharusnya pada percobaan ini terjadi penurunan suhu, karena suhu tubuh probandus melakukan penyesuaian dengan suhu tubuh di luar tubuh yang memiliki temperature lebih rendah. Disini terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Kesalahan ini mungkin dapat disebabkan karena probandus berbicara ketika percobaan sehingga proses pengambilan nafasnya tidak berjalan dengan baik, sehingga justru suhunya mengalami kenaikan jika dibanding dengan suhu normal masing-masing probandus. Pada percobaan ini kami juga melakukan untuk waktu 10 menit dan hasilnya relatih sama karena kami menggunakan termometer modern dimana data hasinya relatif sama setelah terdengar bunyi termometer modernnya. Percobaan selanjutnya adalah pengukuran temperatur pada oral (melalui mulut) tepatnya di bawah lidah dengan sebelumnya probandus telah berkumur dengan air es selama 1 menit didapatkan data sebagai berikut, probandus 1 suhunya 35.8ºC, probandus 2 suhunya adalah 35.6ºC, probandus 3 suhunya adalah 35.4ºC, probandus 4 suhunya adalah 35.4ºC serta probandus 5 suhunya adalah 36.7ºC. berdasarkan data tersubut menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu jika dibandingkan dengan suhu normal masing-masing probandus dengan penuran data sebagai berikut, probandus 1 mengalami penurunan sebesar 0.8ºC , probandus 2 dan probandus 4 yaitu 0.9ºC , probandus 3 yaitu 0.1ºC dan probandus 5 yaitu 0.4ºC. Dari hasil pengukuran tersebut dapat kita simpulkan bahwa tubuh menyesuaikan dengan keadaan suhu es yang ada di mulut, sehingga suhunya menurun. Disini terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya. Karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es,
tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus. Karena dalam percobaan ini kami menggunakan termometer modern maka kami tidak dapat mengukur suhu pada waktu 10 menit sehingga kami tidak dapat membuktikan bahwa setelah 10 menit itu tubuh akan menyesuaikan diri sehingga suhunya akan kembali relatif normal. Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0 oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Berdasarkan semua percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu pada masing-masing probandus hanya mengalami sedikit kenaikaan atau penurunan, hal ini sesuai dengan teori bahwa Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya (Soewolo dkk, 2005: 286287). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa faktor-faktor yaitu faktor volume sel seperti tinggi badan dan tinggi badan, serta faktor usia, dijabarkan sebagai berikut: Volume sel dalam tubuh manusia sangat berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena berpengaruh terhadap metabolisme.Volume sel ini berkenaan dengan tinggi badan dan berat badan. Probandus yang berat dan tinggi, maka akan memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan probandus yang kurus dan pendek. Sehingga suhu tubuh probandus yang berat dan tinggi lebih hangat dibandingkan yang kurus dan pendek. Sedangkan probandus yang berjenis kelamin Pria memiliki suhu tubuh yang lebih hangat dibandingkan yang perempuan, karena pengaruh hormone dan aktivitas.Aktivitas seorang laki-laki biasanya lebih padat dibandingkan dengan perempuan. Hormone kelamin pria dapat meningkatkan
kecepatan
metabolisme
basal
kira-kira
10-15%
kecepatan
normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di atas suhu basal. Jenis kelamin mempengaruhi suhu tubuh. Kenaikan hormon progesterone selama proses ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria. Namun dalam percobaan ini justru berjenis kelamin pria memiliki suhu yang paling rendah daripada yang lain, hai ini dapat disebabkan adanya pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal dapat berupa kondisi fisik probandus yang sedang dalam keadaan tidak baik. Sedangkan faktor luarnya dapat dikarenakan faktor suhu lingukungan dan lain sebagainya. Probandus yang ada dalam praktikum kali ini berada pada usia remaja, dan suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal dibandingkan dengan yang masih kanak-kanak dan juga lansia. Selain yang didasarkan pada percobaan, ada juga beberapa faktor yang mempengruhi suhu tubuh yaitu sebagai berkut: 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda.Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat.Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu
yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh. 3. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal. 5. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C. 6. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 7. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.Semakin beratnya aktivitas maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya. 8. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 9. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
1.
Berikut ini adalah mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat: Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak. 2. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan 3.
norefineprin. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
1. 2.
Sedangkan mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu: Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
3.
Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh: 1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid. 2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas. 3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot. Laju cadangan 4.
metabolisme yang disebabkan aktivitas otot Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru
lahir. 5. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, 6.
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron). Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis
7.
pada sel. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
VII.
PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa manusia termasuk dalam makhluk homoiothermal, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Pengukuran suhu manusia dapat dilakukan di tiga tempat dari yang paling akurat yaitu temperatur rektar (melalui dubur), temperatur aksilar (melalui ketiak) kemudian temperatur oral (melalui mulut), keakuratannya di dasarkan pada banyak sedikitnya pengaruh dari lngkungan. Faktor-faktor yang mempegaruhi suhu tubuh manusia adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam, status gizi, aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan.
7.2 Saran
Diharapkan agar termometer yang digunakan percobaan lebih memadai, sehingga tidak menggunakan satu termometer dalam dua percobaan, yaitu pada temperatur aksilar (melalui ketiak) dan temperatur oral (melalui mulut), sehingga hal ini jauh lebih higenis.
DAFTAR PUSTAKA Anfis. 2011. Suhu Tubuh. http://anfis-mariaproppy.com/2011/01suhu-tubuh.html (diakses tanggal: 07 November 2015) Campbell, Neil A. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga Fadillah, H. 2009. Keliru, kompres anak demam dengan
air
es/alkohol.
http://203.130.198.30/artikel/1672.shml (diakses tanggal: 07 November 2015) Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC Gullon, L.A dan John. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Rahmawati, Zuliana. 2010. 50 Reaksi Biologi. Jakarta: Nectar Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pembina, Tim Dosen. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember: Universitas Jember Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: Jember university Press
Tujuan Praktikum : Mempraktekkan pengunaan thermometer klinis Mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa bagian tubuh METODE A. Alat : 1. thermometer klinis 2. stopwatch 3. palu B. Bahan : 1. alkohol 70% 2. kapas 3. air 4. gelas 5. baskom 6. es batu C. Cara Kerja 1. Termometer klinis dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70 %. 2. Termometer klinis dimasukkan ke dalam mulut probandus (di bawah lidah) dengan 3 perlakuan, mulut tertutup selama 10 menit dan mulut terbuka selama 5 menit. 1. Angka yang terbaca pada termometer klinis dicatat. 2. Air raksa pada termometer diturunkan sampai 35°C dan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. 3. Probandus berkumur dengan air es selama 5 menit. 4. Termometer klinis dimasukkan ke dalam mulut probandus (di bawah lidah) selama 5 menit dengan keadaan tertutup. 5. Angka yang terbaca pada termometer klinis dicatat. 6. Air raksa pada termometer diturunkan sampai 35°C dan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%.
7. Termometer dibersikan dan dikeringkan. 8. Termometer klinis dimasukkan ke ketiak probandus selama 5 menit. 9. Angka yang terbaca pada termometer klinis dicatat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel Hasil Suhu Tubuh
No.
Perlakuan
Suhu
1
Mulut tertutup 10 menit
37,3°C
37,2°C
2
Mulut terbuka 5 menit
36,9°C
37,1°C
3
Fossa axilaris 5 menit
36,5°C
36,1°C
4
Mulut berkumur air es 5 menit
36,3°C
36,2°C
B. Pembahasan Manusia seperti mamalia lain adalah homoioterm, artinya manusia mampu mengatur keseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. tubuh diatur oleh suatu organ susunan syaraf pusat yaitu Hypotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Bagian belakang hipotalamus merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat (Fadilah, 2009). Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama. Adapun suhu tubuh dihasilkan dari : 1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh. 2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil). 3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron). 4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel. 5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C (Begin, 2009). Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu : 1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C 2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C 3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C 4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36,5oC dan 37,5oC. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37oC, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5oC sedang di rectum (anus) sekitar 37,5oC (Ronald,2010).
Di tempat dingin, pembentukan panas bertambah dan pengeluaran panas berkurang, namun sebaliknya di tempat panas, pengeluaran panas akan ditingkatkan. Panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Pada anak berumur kurang dari dua tahun sebaiknya dilakukan pengukuran suhu rektal (dubur). Pada pengukuran melalui rektal, termometer dimasukkan sedalam 2-3 cm, bokong dijepit agar tertutup dan lama pengukuran suhu tiga menit. Pengukuran suhu ketiak juga dapat dilakukan namun waktunya agak lama, sekitar lima menit. Pada saat pengukuran tentukan bahwa ujung termometer berada tepat dipuncak ketiak, suhu ketiak biasanya lebih rendah 0,5-1°C dari suhu rektal. Suhu rata-rata rongga mulut orang tua lebih rendah daripada orang muda, tetapi suhu duburnya sama. Padahal suhu anus biasanya lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Perbedaan ini sangat bervariasi. Pada orang muda, suhu lubang keluaran itu rata-rata 0,56°C lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7°C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. (Fadilah, 2009). Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri. Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap. Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh. (Ronald, 2010). Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : a. Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. b. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin. c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat (Begin, 2009). Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. b. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan. c. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin (Begin, 2009). Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme. Keseimbangan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas Produksi panas dalam tubuh manusia diakibatkan oleh: 1. Metabolisme: metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat istirahat. 2. Gerakan volunter: aktivitas otot selama latihan membutuhkan tambahan energi 3. Menggigil: respon tubuh terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh (Dabalok, 2010). Berbagai cara hilangnya panas dari tubuh adalah sebagai berikut : 1. Radiasi Kehilangan panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar panas inframerah, suatu jenis gelombang elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya yang lebih dingin daripada tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnya menurun. 1. Konduksi
Merupakan bagian kehilangan panas tubuh yang dapat diukur bahkan dalam keadaan normal. Pergerakan udara pada ruangan untuk meningkatkan pembuangan panas tubuh ke lingkungan disekitarnya. 1. Konveksi Pergerakan udara pada ruangan untuk meningkatkan pembuangan panas tubuh ke lingkungan disekitarnya 1. Evaporasi Penguapan air dari permukaan tubuh dapat menghilangkan 0,58 kal/gram air yang menguap (Wulangi, 1993). Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, yaitu : 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. 3. Hormon pertumbuhan Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal. 5. Hormon kelamin Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal. 6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C. 7. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 8. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C. 9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit (Ronald, 2010). Suhu tubuh akan terganggu akibat: 1. Demam: mekanisme pengeluran panas tidak mampu mengimbangi produksi panas. Demam terjadi karena perubahan set point hipotalamus 2. Kelelahan akibat panas: terjadi apabila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. 3. Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengeluarkan panas. 4. Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama. 5. Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.
Pengukuran suhu dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Termometer klinis digunakan untuk mendiaknosa penyakit dan bisanya diisi dengan raksa atau alkhohol. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan pasien. Skala pada termometer ini antara 35°C sampai 42°C. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda. Ada dua bahan yang digunakan sebagai pengisi termometer yaitu alkohol dan raksa. Namun dibandingkan alkohol, raksa lebih sering digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai keunggulan diantaranya sebagai penghantar panas yang baik, pemuaiannya teratur, titik didihnya tinggi, warnanya mengkilap, dan tidak membasahi dinding (Purnomo, 2008). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada saat suhu diukur dengan kondisi mulut tertutup selama 10 menit, suhu tubuh probandus pria adalah 37,3°C dan pada probandus wanita 37,2°C. Pada kondisi mulut terbuka selama 5 menit, probandus pria memiliki suhu tubuh 36,9°C dan probandus wanita memiliki suhu tubuh 37,1°C. Hal ini menunjukkan, lingkugan mempengaruhi suhu tubuh manusia. Ketika termometer diletakkan pada fossa axilaris (ketiak) selama 5 menit, suhu pada probandus pria adalah 36,5°C dan suhu tubuh probandus wanita 36,1°C. Setelah probandus berkumur dengan air es selama 5 menit, suhu tubuh probandus pria 36,3°C dan suhu tubuh probandus wanita 36,2°C. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa suhu tubuh probandus pria lebih tinggi dari suhu tubuh probandus wanita. Kisaran suhu tubuh probandus adalah 36,1oC-37,2°C. Ini merupakan suhu tubuh manusia normal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Suhu tubuh manusia normal adalah 37°C. 2. Pada kondisi mulut tertutup selama 10 menit, suhu tubuh probandus pria adalah 37,3°C dan pada probandus wanita 37,2°C. 3. Pada kondisi mulut terbuka selama 5 menit, probandus pria memiliki suhu tubuh 36,9°C dan probandus wanita memiliki suhu tubuh 37,1°C . 4. Ketika termometer diletakkan pada fossa axilaris (ketiak) selama 5 menit, suhu pada probandus pria adalah 36,5°C dan suhu tubuh probandus wanita 36,1°C. 1. Setelah probandus berkumur dengan air es selama 10 menit, suhu tubuh probandus pria 36,3°C dan suhu tubuh probandus wanita 36,2°C. 2. Prinsip kerja termometer adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda. 3. Faktor-faktor yang mempegaruhi suhu tubuh manusia adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon pertumbuhan, hormon
tiroid, hormon kelamin, demam, status gizi, aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Begin, N. 2009. Regulasi Suhu Tubuh. http://nursingbegin.com. 11 November 2010 Dabalok, R. L. 2010. Suhu Tubuh Manusia. http://www.perawatcerdas.co.cc. 11 November 2010. Fadilah, H. 2009. Keliru, Kompres Anak Demam dengan Air Es atau Alkohol http://203.130.198.30/artikel/1672.shtml. 11 November 2010. Purnomo, S. 2008. Suhu. http://sidikpurnomo.net. 11 November 2010. Ronald, 2010. Kenapa suhu tubuh turun naik, temukan jawabannya disini. http://naldich.blogspot.com. 11 November 2010. Wulangi, K. S., 1993, Prinsip – Prinsip Fisiologi Hewan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.