I.
PENDAHULUAN
A. Epid Epidem emio iolo logi gi Ruptur perineum serta jaringan penyokong terjadi sewaktu melahirkan dan penanganannya merupakan asuhan kebidanan. Beberapa cedera jaringan penyokong baik cedera akut maupun non akut, baik telah diperbaiki atau belum, dapat menjadi masalah ginekologis di kemudian hari. Jaringan lunak jalan lahir dan struktur di sekitarnya akan mengalami kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih nyata pada wanita nulipara, karena jaringan pada nulipara lebih padat dan lebih resisten daripada wanita multipara. Kulit perineum dan mukosa vagina dapat terlihat untuh, menutupi banyak robekan kecil terjadi pada otot dan jaringan di bawahnya. Kerusakan pada penyokong panggul biasanya segera terlihat dan diperbaiki setelah persalinan !rawiroharjo, "#$#%. &etiap wanita mempunyai mempunyai kecenderung kecenderungan an yang berbeda'beda berbeda'beda untuk untuk mengalami mengalami ruptur. ruptur. (ereditas juga merupakan merupakan )aktor yang mempengaruhi mempengaruhi.. *ontoh *ontohnya nya,, jaringa jaringan n pada pada wanita wanita kulit kulit yang yang beramb berambut ut kemerah kemerahan, an, tidak tidak sekuat pada wanita berkulit gelap dalam menahan regangan. +anita yang jaringannya cenderung mengalami ruptur biasanya mengalami vases dan diastasis rektus abdominis, selain itu penyembuhan juga kurang e)isien pada wanita wanita kelomp kelompok ok ini. ini. !enang !enangana anan n untuk untuk perbai perbaikan kan segera segera memper mempercepa cepatt penyembuhan dan mengurangi kerusakan lebih lanjut, serta mengurangi kemungkinan kemungkinan terjadinya terjadinya in)eksi. in)eksi. &elama hari'hari awal pascapartus, pascapartus, perawat dan dan pemb pember erii jasa jasa kese kesehat hatan an deng dengan an seksam seksamaa meme memeri riks ksaa peri perine neum um dan dan menilai lokasi dan gejala untuk menemukan adanya kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya &mith et al., "#$%. Kejadian ruptur perineum di seluruh dunia pada tahun "##- terjadi ", juta ibu bersalin mengalami ruptur perineum, angka ini diperkirakan akan meningkat /, juta pada tahun "#0# seiring dengan makin tingginya bidan yang tidak melaksanakan asuhan kebidanan dengan baik. (asil penelitian !uslitbang Bandung pada tahun "##- sampai "#$# pada beberapa !rovinsi di 1ndon 1ndonesia esia didapat didapatkan kan bahwa bahwa satu satu dari dari lima lima ibu bersali bersalin n yang yang mengal mengalami ami ruptur perineum akan meninggal dunia. !revalensi ruptur perineum terjadi
1
pada usia "0 sampai # tahun sebesar "2 3 dan usia " sampai - tahun sebanya sebanyak k /"3. /"3. !erdar !erdaraha ahan n postpa postpartu rtum m merupa merupakan kan salah salah satu penyeba penyebab b kematian ibu dan laserasi jalan lahir menjadi penyebab kedua yang salah satun satunya ya adala adalah h rupt ruptur ur peri perine neum um yang yang dapa dapatt terja terjadi di pada pada hamp hampir ir setia setiap p persalinan pervaginam &umarah, "##-%. Akibat Akibat langsung langsung dari ruptur perineum perineum adalah dapat terjadi terjadi perdarahan. perdarahan. Kesalahan dalam menjahit akan menimbulkan inkontinensia alvi de)ekasi tidak dapat ditahan% karena s)ingter ani tidak terjahit, )istula rektovagina, vagina vagina longga longgarr sehing sehingga ga akan akan menjadi menjadi keluha keluhan n dalam dalam hubung hubungan an seksua seksuall 4anuaba, "#$#%. B. Bahaya Bahaya atau Kompli Komplikas kasii Jika tidak ditangani dengan tepat, ruptur perineum dapat menyebabkan beberapa hal di bawah ini 5o 5ogel et al., "#$"%. $. !erd !erdar arah ahan an &eorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. melahirkan. !enilaian dan penatalaksan penatalaksanaan aan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. 4eni 4enilai lai kehi kehilan langa gan n dara darah h yaitu yaitu deng dengan an cara cara mema memant ntau au tand tandaa vita vital, l, mengevaluas mengevaluasii asal perdarahan, perdarahan, serta memperkirak memperkirakan an jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot. ". 6istu istula la 6istula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina menem menembu buss kand kandun ung g kenc kencin ing g atau atau rectu rectum. m. Jika Jika kand kandun ung g kenci kencing ng luka luka,, maka maka air air kenc kencin ing g akan akan segera segera kelu keluar ar melal melalui ui vagi vagina na.. 6istula dapat dapat meneka menekan n kandun kandung g kencin kencing g atau rectum rectum yang yang lama lama antara antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia.
. (em (ematom atomaa (ematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada partus pada persalinan pers alinan karena adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna vulva berwarna biru dan merah. 2. 1n)eksi 1n)eksi pada masa ni)as adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada kala ni)as.!erlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya
2
kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan in)eksi.7engan ketentuan meningkatnya
suhu
tubuh
melebihi
8 # *,
tanpa
menghitung pireksia ni)as.&etiap wanita yang mengalami pireksia ni)as harus
diperhatikan,
diisolasi, dan dilakukan
inspeksi pada traktus
gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi. *. &ekilas !enatalaksanaan9eori Baru 9ujuan untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan menjaga homeostasis tubuh dengan cara mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. &etiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat potensial untuk timbulnya in)eksi. !ada saat menjahit laserasi atau episotomi, gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis &mith et al., "#$%.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. 9anda :ejala, !emeriksaan 6isik, !ato)isiologi 9anda robekan jalan lahir biasanya didapatkan perdarahan, darah segar yang mengalir dan pada kulit perineum terlihat melebar dan pucat dikarenakan keluarnya darah yang terlalu banyak. $. :ejala yang sering terjadi adalah 4ochtar, "#$$%; a. !ucat b.
3
". !emeriksaan )isik Bates, "#$#%; a. 9anda'tanda vital $% 97 ;4enurun jika terjadi perdarahan =$###ml "% >adi % &uhu
atau pada ruptur perineum derajat dan 2. ;4engalami penurunan bradikardi%. ;4engalami kenaikan yaitu 8# ,tetapi setelah "2 jam masih 8#*, maka ini
2% !erna)asan b. 4ata
merupakan tanda'tanda in)eksi. ;Kembali ke keadaan semula dalam batas normal% $/'"2 ?@mnt. ;Konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus, akan tetapi pada perdarahan yang
c. 5ulva dan perineum
lama akan terjadi konjungtiva anemis. ;9ampak luka jahitan perineum, luka masih basah, tampak pengeluaran darah dari jalan lahir, dan nyeri tekan pada perineum.
. !ato)isiologi 6aktor ' )aktor yang mempengaruhi persalinan yaitu power , passage, passenger , posisi ibu dan psikologi &umarah, "##-%.>amun dalam hal ruptur perineum yang paling sering menjadi penyebab adalah )aktor passage dan passenger . a. !assage Jalan
amun, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan
4
lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat
5
Gambar 2.1 Probe EAUS dan penempatan probe EAUS.
. 9ransperineal &onogra)i 9!&% 7alam upaya untuk kurang invasi), lebih mudah diakses dan lebih ramah pencitraan modalitas, pendekatan transperineal dievaluasi. 4irip dengan kemajuan teknologi EA&, studi dilakukan dengan 9!s untuk menentukan kejadian cacat okultisme s)ingter dan normal parameter s)ingter anal serta akurasi dalam mendeteksi cacat s)ingter. Keuntungan lain dari transperineal scanning adalah kemampuan untuk mempelajari interaksi dinamis antara panggul dan organ panggul tanpa menggunakan probe endocavity endovaginal dan endoanal%. 9!s biasanya dilakukan dengan pasien ditempatkan pada posisi litotomi dorsal, dengan pinggul tertekuk dan transduser cembung diposisikan di perineum antara mons pubis dan s)ingter anal.
Gambar 2.2 TPSU.
2. !eri'rule !enilaian trauma perineum. 9rauma perineum mempengaruhi hingga /03 dari wanita yang melahirkan melalui persalinan pervaginam Albers et al, $---%. 4elakukan penelitian untuk
6
membandingkan hasil untuk ukuran yang berbeda dari robekan perineum diperlukan pengembangan sederhana, alat pragmatis untuk bidan. (al ini mengakibatkan pengembangan !eri'Rule, yang terdiri dari alat pengukur plastik medis kelas dan penilaian pro )orma untuk memandu bidan dalam pengukuran yang akan diambil dan direkam, untuk memastikan robekan diukur dengan cara yang sama. !engukuran yang dihasilkan akan menjadi tidak berarti jika mereka tidak sebanding. !erangkat ini baru, !eri'rule harus divalidasi untuk memastikan hal itu bisa memberikan pengukuran secara konsisten dapat diandalkan bila digunakan oleh bidan yang berbeda dalam praktek klinis.
Re9!7ARB ltoiadebtrsnae uihknsa t iaone g! a lr sm e n t ag @as li s ra s e g e r a alks eot lrnaeit lnkra lhank hsm i lre a s he ni rtk a n *. !enegakan 7iagnosis $. Bagan !enegakan 7iagnosis 7iagosis dapat ditegakkan secara klinis dengan mengikuti alur berikut ;
7
8
9
Gambar 2.3 Klas!"as #$pt$r Perne$m.
". Alur !enegakkan 7iagnosis Berikut beberapa prosedurpenegakkan diagnosis rupture perineum ; a. (arus melakukan in)orm consent untuk pemeriksaan vagina dan rektal, karena akan menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. b. *edera perineum harus dapat dilihat dengan jelas dan pasien dalam posisi litotomi. c. !encahayaan harus baik. d. Jika pemeriksaan menjadi terbatas karena nyeri, maka analgesik yang lebih adekuat perlu diberikan. e. &aat melakukan inspeksi, labia harus terbuka dan pemeriksaan vagina dilakukan untuk memastikan seluruh robekan vagina. Bila robekan dalam dan banyak, maka pemeriksaan dan penanganan yang paling baik dalam posisi litotomi. jung dari laserasi vagina harus selalu diidenti)ikasi. ). !emeriksaan rektal harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera sampai ke mukosa rektum dan s)ingter ani. 9iap pasien harus dilakukan pemeriksaan rektal sebelum dilakukan tindakan penjahitan untuk menghindari robekan terisolasi yang terlewatkan seperti robekan buttonhole pada mukosa rektum.
10
g. 1nspeksi yang baik harus dikon)irmasi dengan palpasi. 7engan memasukkan jari telunjuk ke anus dan dan ibu jari ke vagina, s)ingter ani dapat diraba dengan pill'rolling movement. Jika ada keraguan ibu, diperintahkan untuk mengkontraksikan s)ingter ani dan jika s)ingter ani mengalami cedera akan terasa adanya gap di bagian anterior. Bila kulit perineum utuh, maka tidak akan terasa kedutan pada kulit perianal anterior.
Gambar 2.% Pemer"saan &a'na.
7. Rencana 9erapi $. !enanganan Ruptur !erineum !enanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan'bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. &elain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup 4octar, "##0%. !rinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah ; a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap. b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan
11
lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan. !rinsip melakukan jahitan pada robekan perineum ; $% Reparasi mula'mula
dari
titik
pangkal
robekan
sebelah
dalam@proksimal ke arah luar@distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar. "% Robekan perineum tingkat 1 ; tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan. % Robekan perineum tingkat 11 ; untuk laserasi derajat 1 atau 11 jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan. !ertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir. 5agina dijahit dengan catgut secara terputus'putus atau jelujur. !enjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur. 2% Robekan perineum tingkat 111 ; penjahitan yang pertama pada dinding depan rektum yang robek, kemudian )asia perirektal dan )asia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali. 0% Robekan perineum tingkat 15 ; ujung'ujung otot s)ingter ani yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara "' jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. &elanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat 1. ". 9eknik penjahitan 9eknik penjahitan robekan perineum disesuaikan dengan derajat laserasinya. Bagi bidan tentunya harus menyesuaikan dengan wewenang bidan yang diatur dalam !eraturan 4enteri Kesehatan Republik 1ndonesia >omor $2/2 9ahun "#$# tentang 1Cin dan !enyelenggaraan !raktik Bidan, pada pasal $# ayat butir b% yaitu hanya luka jalan lahir derajat 1 dan 11. !rinsip penjahitan luka perineum dilakukan setelah memeriksan keadaan robekan secara keseluruhan. Jika robekan terjadi pada derajat 111 dan 15, segera siapkan tindakan rujukan, sebelumnya dilakukan tindakan penghentian perdarahan pada robekan tingkat jika terjadi. ntuk
12
mendiagnosa
berapa
derajat
robekan
dan
melakukan
penjahitan
memerlukan pencahayaan yang cukup. !enggunaan benang jika dibandingkan antara catgut atau chromic, menggunakan benang polyglactil (vicryl) akan lebih mudah menyerap dan mengurangi nyeri perineum setelah penjahitan. a. !erbaikan robekan perineum derajat 1 dan 11 Robekan derajat pertama biasanya tidak memerlukan jahitan, tetapi harus dilihat juga apakah meluas dan terus berdarah. !enggunaan anestesi diperlukan agar dapat mengurangi nyeri agar ibu bisa tenang sehingga operator dapat memperbaiki kerusakan secara maksimal. Berikut ini adalah tahapan penjahitan robekan perineum derajat 1 dan 11; $% 1bu ditempatkan dalam posisi litotomi, area bedah dibersihkan. "% Jika daerah ape? luka sangat jauh dan tidak terlihat, maka jahitan pertama ditempatkan pada daerah yang paling distal sejauh yang bisa dilihat kemudian diikat dan ditarik agar dapat membawa luka tersebut hingga terlihat dan dapat menempatkan jahitan kembali $ cm diatas ape?. !astikan aposisi anatomis khususnya pada sisa hymen. % Jahitan harus termasuk )ascia rektovaginal yang menyediakan sokongan pada bagian posterior vagina. Jahitan dilakukan sepanjang vagina secara jelujur, sampai ke cincin hymen, dan berakhir pada mukos vagina dan )ascia rektovaginal, dapat dilihat gambar berikut.
Gambar 2.( )$"osa *a'na dan !as+a re"to*a'nal ,Leeman et al- 23/.
2% Dtot pada badan perineum diidenti)ikasi, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
13
Gambar 2.0 Penatan Laseras Perne$m deraat II ,Leeman et al- 23/.
0% Dtot perineum transversal disambung dengan jahitan terputus menggunakan benang vicryl '# sebanyak " kali, demikian juga dengan otot bulbokavernosus dijahit dengan cara yang sama. :unakan jarum yang besar untuk mendapatkan hasil jahitan yan baik. jung otot bulbokavernosus ditarik kearah posterior kemudian kearah superior, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Penatan otot b$lbo"a*ernos$s den'an +ara terp$t$s ,Leeman et al- 23/.
/% Jika robekan memisahkan )ascia retrovaginal dari badan perineum, sambungkan )ascia dengan dua jahitan vertikal secara terputus dengan benang vicryl , dapat dilihat pada gambar berkut ini.
14
Gambar 2.4 Penatan sept$m re"to*a'nal pada badan perne$m ,Leeman et al- 23/.
% 7aerah subkutan dijahit dengan kedalaman $ cm dengan jarak antara $ cm untuk menutupi luka kutaneus. Jahitan kulit yang rapih ditentukan oleh aposisi subkutis yang ditempatkan dengan baik. 8% :unakan benang vicryl 2'# untuk menjahit kulit. 4ulailah penjahitan pada bagian posterior dari ape? kulit dengan jarak mm dari tepi kulit. b. !erbaikan robekan perineum derajat 111 dan 15 $% Ape? dari mukosa rectum dan s)ingter anus diidenti)ikasi, kemudian dijahit dengan menggunakan benang vicryl 2'# secara terputus, hati' hati agar jahitannya tidak terlalu dalam sehingga tidak menembus saluran anal untuk mencegah )istula. Anus bagian internal berwarna putih yang mengkilap, dengan struktur )ibrosa antara mukosa rektal dan s)ingter anus eksternal, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.5 )$"osa re"tal dan spn+ter an$s e"sternal,Leeman et al- 23/.
15
"% &)ingter ditarik secara lateral, tempatkan allys klem pada ujung otot agar mudah diperbaiki. % &)ingter anus diakhiri dengan jahitan kontinyu dengan menggunakan benang vicryl "'#. 2% &)ingter ani eksternal terlihat seperti berkas otot skeletal dengan kapsul )ibrous. Allis klem ditempatkan pada setiap ujung spincter anus, kemudian jahitan dilakukan pada pukul $",,/ dan - dengan menggunakan benang polydiaxanone "'# absorbi yang agak lambat% untuk memungkinkan kedua ujung s)ingter membentuk scar secara bersamaan. Bukti penelitian menunjukan bahwa sambungan dari ujung ke ujung pada s)ingter tidak memberikan sambungan anatomis yang baik, dan buruknya )ungsi s)ingter dikemudian hari jika ujungnya beretraksi. 9eknik jahitan ujung ke ujung dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1Samb$n'an spn+ter an$s dar $$n' "e $$n' ,Leeman et al23/.
9eknik lain adalah sambungan secara tumpang tindih pada s)ingter anal eksternal. 9eknik ini menjadikan lebih banyak lipatan pada perineal dan )ungsi spincter yang lebih baik. !ara ahli lebih banyak yang memilih teknik ini, dapat dilihat pada gambar berikut. a% Anus harus dapat dimasuki satu jari setelah otot'otot s)ingter dipertemukan kembali b% 1nstroitus vagina juga harus dapat dimasuki dua jari pada akhir perbaikan
16
c% Kulit disatukan dengan jahitan subkutan seperti pada perbaikan derajat satu dan dua.
Gambar 2.11 Samb$n'an spn+ter an$s se+ara overlapping ,Leeman et al23/.
c. !erawatan luka perineum 4eskipun belum banyak re)erensi yang memberikan in)ormasi tentang perawatan perineum setelah perbaikan robekan karena persalinan, dibawah ini adalah perawatan perineum yang dapat dilakuan ibu antara lain; $% Sitz bath dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri "% Analgesia yang adekuat seperti ibupro)en dengan resep dokter % Jika ibu akan merasa nyeri yang berlebihan, sebaiknya diperiksa secepatnya karena nyeri adalah gejala yang umum dari in)eksi 2% 7iet rendah serat 0% 9erapi la?ansia diperlukan terutama bagi robekan derajat 111 dan 15 /% Antibiotik diperlukan untuk mengurangi in)eksi luka jahitan, gunakan metronidaCole dan antibotik dengan spectrum yang luas % Anjurkan tindakan &* untuk persalinan selanjutnya, jika persalinan pervaginam dapat menyebabkan inkontinensia anal. E. !rognosis 4ayoritas pasien dengan episiotomi atau robekan akan sembuh dengan sangat baik, dengan menghilangnya nyeri / minggu setelah persalinan dan bekas luka yang minimal. >amun dapat terjadi inkontinensia )eses dalam jangka pendek maupun jangka panjang pada $# 3 pasien dengan ruptur perineum tingkat 15, walaupun sudah dilakukan penanganan dengan baik.
17
Jika tidak ada komplikasi, tidak dibutuhkan perawatan dan monitoring dalam jangka waktu lama !eyton, "##$%. 6. Komplikasi Komplikasi jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi setelah perbaikan luka pada episiotomi atau robekan perineum. Komplikasi jangka pendek yang paling utama adalah hematoma dan in)eksi, sedangkan komplikasi jangka panjang adalah inkontinensia )eses dan nyeri perineum persisten !eyton, "##$%.
$
!erdarahan &eorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. !enilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. 4enilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan
"
lanjutan dan menilai tonus otot. (ematoma (ematoma sering terjadi setelah penggunaan )orsep dan biasanya disertai dengan nyeri atau tekanan pada rektum. 7apat pula terjadi retensi urin. !ada keadaan yang jarang, jika kehilangan darah karena hematoma cukup banyak, maka pasien dapat mengalami syok hipovolemik. !ada pemeriksaan )isis terlihat pembengkakan perineum atau vagina yang unilateral
dan
massa
yang
dapat
dipalpasi
pada
pemeriksaan
bimanual!eyton, "##$%. 1n)eksi 1n)eksi pada kebanyakan wanita setelah episiotomi atau robekan akan disertai dengan keluhan nyeri dan sekret yang berbau. 7apat pula disertai demam. >amun biasanya sulit membedakan antara nyeri post
2
partum yang normal dengan nyeri akibat in)eksi!eyton, "##$%. 1nkontinensia )eses 1nkontinensia )eses terjadi pada $#3 wanita yang telah menjalani perbaikan robekan tingkat 111 dan 15, walaupun teknik perbaikannya sudah cukup baik. 1nkontinensia dapat terjadi segera maupun beberapa
18
hari@minggu postpartum. 1nkontinensia yang tertunda biasanya akibat luka 0
yang kembali terbuka atau in)eksi!eyton, "##$%. >yeri perineum persisten dan dispareunia. >ormalnya dalam / minggu postpartum, nyeri perineum akan menghilang. Beberapa wanita mengeluhkan nyeri yang persisten. >yeri tersebut dapat tajam atau tumpul, yang diperberat oleh kegiatan dan posisi tertentu. Beberapa wanita mengeluhkan nyeri ketika bersenggama!eyton, "##$%. III.
PE)6AHASAN
A. 9eori !enanganan Baru +alaupun termasuk dalam proses penyembuhan jaringan yang normal, jaringan
parut
scars)
dan
penempelan
jaringan adhesions%
dapat
mengganggu kekuatan, )leksibilitas dan )ungsi otot dasar panggul. ntuk mengembalikan control terhadap miksi, de)ekasi, dan )ungsi seksual, jaringan parut perineum dan kekuatan otot dasar panggul harus dinormalkan kembali pada ibu yang baru melahirkan (errera et al, "#$"%. !ara terapi terlatih menggunakan teknik terapi manual untuk membantu wanita menghilangkan rasa sakit setelah melahirkan. 9ermasuk diantaranya adalah merentangkan otot'otot dasar panggul intra'vagina dan intra'rectum, massage jaringan lunak, mobilisasi jaringan parut, myofascial release, dan memperkuat otot'otot dasar panggul (errera et al, "#$"%. 4odalitas seperti Ultrasound and Transcutaneous lectrical !erve Stimulation 9E>&% telah secara umum digunakan dalam terapi )isiologis untuk penanganan jaringan parut, sakit pada otot perineum. Akan tetapi, penemuan terbaru menunjukkan bahwa "ow#"evel "aser Therapy <<<9% bisa memainkan peran yang penting dalam rehabilitasi wanita post partum dengan jaringan parut, cidera jaringan lunak, sakit myo)ascial, dan tendonitis (errera et al, "#$"%. <<<9 diapilkasikan langsung dengan menggunakan sinar in)ramerah ke jaringan yang cidera, membuat e)ek photo#stimulation pada sel. &inar yang
19
dipancarkan menstimulasi mitokondria sel untuk menjadi lebih akti) dan memproduksi lebih banyak energi dalam bentuk adenosine tri)os)at A9!%. !enambahan A9! akan digunakan untuk mem)asilitasi proses metabolism sintesis 7>A dan R>A, sintesis enCim, dan sintesis produk lain yang dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangandan homeostasis pada sel yang cidera. !enambahan produksi energi A9! menyediakan regenerasi, proli)erasi, dan perbaikan sel dan jaringan. Berikut adalah e)ek perbaikan yang dihasilkan dari penggunaan <<<9 (errera et al, "#$"% ; $. 4eningkatkan aktivitas makro)ag ". 4eningkatkan in)iltrasi leukosit . 4enambah neovaskularisasi 2. 4enambah proli)erasi )ibroblast 0. 4eningkatkan epitelisasi awal /. 4engurangi sakit dengan meningkatkan produksi b'endor)in . Blok depolarisasi dari sara) a)eren serabut'* 8. 4eningkatkan level bradikinin -. 4enurunkan spasme otot $#. 4eningkatkan sintesis kolagen dan meningkatkan penyembuhan luka
Gambar 2.12 Terap Low Level Laser Therapy (Herrera et al, 2012).
B. Kelebihan dan Kekurangan 9eori Baru $ Kelebihan 9eori(errera et al, "#$"%; a. 4engurangi rasa sakit yang ditimbulkandariperlukaantersebut b. 4emilikie)eksamping yang sedikit c. 9idakmembutuhkanobat d. >on invasi) e. 7apatmenyembuhkanluka " Kekurangan 9eori (errera et al, "#$"%;
20
a
4embutuhkansesipenangananhingga # kali dengan "'2 kali per
b c
minggu. !adabeberapakasus, adalaporanbahwaluka lama menjadilebihburuk !adapasiendengankankerdisarankantidakmenggunakanterapiinikarena dapat menciderai mata, sehingga dalam pelaksanaan terapi ini dibutuhkan penggunaan kacamata.
*. (arapan 9erapi Robekan perineum pada dasarnya dapat dicegah dengan seperti menghindari episiotomy yang rutin, dan juga pijat perineum pada kala 11. (al ini telah terbukti secara ilmiah memberikan dampak terhadap robekan perineum yang lebih sedikit terutama robekan derajat 111 dan 15, nyeri perineum yang berkurang, aktivitas seksual yang lebih cepat, dispareunia akibat penjahitan perineum dan self esteem ibu sendiri yang tinggi. Ada banyak pilihan bagi ibu maupun petugas kesehatan dalam memberikan asuhan bagi ibu khususnya pasca persalinan dengan robekan perineum tingkat 1'15, misalnya secara medikal maupun tradisional dengan terapi herbal, yang mana telah terbukti secara ilmiah berman)aat bagi proses penyembuhan dan pencegahan in)eksi. &ebagai petugas kesehatan yang bijaksana, harus dapat memberikan saran yang baik berdasarkan bukti ilmiah dan semua keputusan dikembalikan kepada ibu dan keluarga dengan sebelumnya memberikan in)ormasi yang tepat. 7engan adanya evidence base yang
telah
dipaparkan
diatas,
diharapkan agar para praktisi kesehatan terutama bidan dapat secara bijak mengambil keputusan yang tepat pada saat menolong ibu dalam proses persalinan sehingga dapat meminimasi kejadian trauma perineum tersebut, dengan meminimasi intervensi yang tidak diperlukan seperti episiotomi rutin yang malah akan memperparah robekan perineum.
I&.
KESI)PULAN
21
$. Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa )aktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi baru lahir dan keadaan perineum. ". 7iagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan dengan pemeriksaan penunjang endoanal ultrasonogra)i. . !enatalaksanaan awal pada rupture perineum adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan menjaga homeostasis tubuh dengan cara mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. &etiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat potensial untuk timbulnya in)eksi.
22