BAB I PENDAHULUAN
Trakt Traktus us uveali uvealiss terdir terdirii dari dari iris, iris, korpus korpus siliar siliaris is dan khoroid khoroid.. Bagian Bagian ini adalah adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun.1 Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis uveitis terser tersering ing.. an bila bila mengena mengenaii lapisa lapisan n koroid koroid disebut disebut uveiti uveitiss poster posterior ior atau atau koroiditis. Pola pernyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik pemeriksaan laboratorium sebagai sebagai sarana penunjang diagnostik. !ebih dari dari "#$ uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun %"$ kasus diantaranya ternyat ternyataa merupak merupakan an reaksi reaksi imunol imunologi ogik k yang yang berhubu berhubungan ngan dengan dengan uveitis uveitis anteri anterior or meliputi& spondilitis ankilosa, sindroma reiter, arthritis, psoriatika, penyakit 'rohn, (olitis ulserativa dan penyakit )hipple. *eterkaitan antara uveitis anterior dengan spondilitis ankil ankilos osaa pada pada pasi pasien en deng dengan an pred predis ispo posi sisi si genet geneti( i( +!+!-B" B" posit positif if pert pertam amaa kali kali dilaporkan oleh Bre/erton et al. Insiden Insiden uveitis uveitis sekita sekitarr 1# per 100.000 100.000 orang. orang. ekitar ekitar "#$ merupak merupakan an uveitis uveitis anterio anterior. r. ekitar ekitar #0$ pasien pasien dengan dengan uveiti uveitiss mender menderita ita penyaki penyakitt siste sistemik mik terkai terkait. t. i merika erikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah retinopati diabetik dan degenerasi ma(ular. Umur bervariasi antara usia prepubertas sampai #0 tahun.
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 2.1 Anat Anatom omii
Uvea terdiri dari iris, korpus siliar dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke retina.1,
Gambar 1. natomi Mata%
2.1.1. Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan dengan permuk permukaan aan anteri anterior or lensa, lensa, yang yang memisa memisahkan hkan kamera kamera anteri anterior or dari dari kamera kamera posterior, yang masing-masing berisi a2ueus humor. idalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-o otot-otot tot dilato dilator. r. *edua lapis lapisan an berpig berpigmen men pekat pekat pada permuk permukaan aan poster posterior ior iris iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior .1 Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. *apiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membo(orkan fluoresein yang disuntikkan se(ara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus siliares.1 Iris mengendalikan mengendalikan banyaknya banyaknya (ahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas
1
2.1 2.1 Anat Anatom omii
Uvea terdiri dari iris, korpus siliar dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke retina.1,
Gambar 1. natomi Mata%
2.1.1. Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan dengan permuk permukaan aan anteri anterior or lensa, lensa, yang yang memisa memisahkan hkan kamera kamera anteri anterior or dari dari kamera kamera posterior, yang masing-masing berisi a2ueus humor. idalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-o otot-otot tot dilato dilator. r. *edua lapis lapisan an berpig berpigmen men pekat pekat pada permuk permukaan aan poster posterior ior iris iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior .1 Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. *apiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membo(orkan fluoresein yang disuntikkan se(ara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus siliares.1 Iris mengendalikan mengendalikan banyaknya banyaknya (ahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas
1
parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.1
2.1.2. Korpus siliaris
*orpus siliaris yang se(ara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris 3sekitar 4 mm5. *orpus siliar siliaris is terdir terdirii dari suatu suatu 6ona anteri anterior or yang yang beromb berombakom akombak, bak, pars pars plikata plikata dan 6ona 6ona posterior yang datar, pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorte7. *apiler-kapilernya besar dan berlobang-lobang sehingga membo(orkan floresein yang disuntikkan se(ara intravena. da lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebela sebelah h dalam, dalam, yang yang merupak merupakan an perluas perluasan an neuror neuroreti etina na ke anteri anterior or,, dan lapisa lapisan n berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk a2ueus humor.1
2.1.. K!oroi"
*horoi *horoid d adalah adalah segmen segmen poster posterior ior uvea, uvea, di antara antara retina retina dan sklera sklera.. *horoid *horoid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid8 besar, sedang dan ke(il. emakin dalam dalam pembul pembuluh uh terlet terletak ak di dalam dalam khoroid khoroid,, semaki semakin n lebar lebar lumenny lumennya. a. Bagian Bagian dalam dalam pembuluh darah khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. arah dari pembuluh darah khoroid dialirkan melalui empat vena vorte7, satu di masing-masing kuadran posterior. *horoid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bru(h dan di sebelah luar oleh sklera. 9uang 9uang suprak suprakoro oroid id terlet terletak ak di antara antara khoroid khoroid dan sklera sklera.. *horoi *horoid d meleka melekatt erat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus optikus. *e anterior, khoroid bersambung dengan korpus sili siliar are. e. greg gregat at pembul pembuluh uh dara darah h khor khoroi oid d memp memper erda dara rahi hi bagia bagian n luar luar reti retina na yang yang mendasarinya.1 2.2. Klasi#ikasi Klasi#ikasi #
*lasifikasi uveitis berdasarkan & 1. !okasi !okasi utama utama dari dari ber(ak ber(ak pera peradang dangan an &
uvei uveiti tiss ante anteri rior or
& meli melipu puti ti iris iris,, irid iridos osik ikli liti tis, s, dan dan uvei uveiti tiss inte interm rmed edia ia..
uveitis posterior
& koroiditis, koriorenitis 3 bila peradangan koroid
lebih menonjol 5, retinokoroiditis 3 bila peradangan retina lebih menonjol5, retinitis dan uveitis diseminata.
uveitis difus atau pan uveitis.
. Berat dan perjalanan penyakit &
akut
subakut
kronik
rekurens
%. Patologinya &
non granulomatosa
granulomatosa
:. emografi, lateralisasi dan faktor penyerta &
distribusi menurut umur
distribusi menurut kelamin
distribusi menurut suku bangsa dan ras
unilateral dan bilateral
penyakit yang menyertai atau mendasari
#. Penyebab yang diketahui &
bakteri & tuberkulosis , sifilis virus & herpes simplek, herpes 6oster, (itomegalovirus
jamur & (andida
parasit & toksoplasma, toksokara
imunologik & sindrom beh(et, sindrom vogt-koyanagi-harada, oftalmia simpatika, poliarteritis nodosa, granulomatosis /egener
penyakit sistemik & penyakit kolagen, artritis reumatoid, multipel skerosis, sarkoidosis, penyakit vaskular.
;eoplasmik & leukemia, melanoma maligna, reti(ullum (ell sar(oma lain < lain & I.
%
4. Berdasarkan anatomisnya &
Inflamasi iris bersamaan dengan peningkatan permeabilitas vaskular dinamakan iritis = uveitis anterior . el darah putih yang bersirkulasi dalam humor akous bilik mata anterior dapat dilihat dengan slitlamp. Protein yang juga bo(or dari pembuluh darah terlihat dengan sifat penyebaran (ahaya pada sinar slitlamp sebagai flare.
Inflamasi pars plana 3 badan siliaris posterior5 dinamakan siklitis atau uveitis intermedia.inflamasi segmen posterior
3
uveitis
posterior5
menghasilkan sel < sel inflamasi di(airan vitreus. elain itu juga terdapat inflamasi koroid atau retina terkait 3 masing < masing adalah koroiditis dan retinitis5. Panuveitis terjadi ketika uveitis anterior dan posterior terjadi bersamaan Uveitis merupakan penyakit yang mudah mengalami kekambuhan, bersifat merusak, menyerang pada usia produktif dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan. +ubungan yang baik antara dokter dengan penderita uveitis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil penanganan yang optimal. %5
2. Epi"$miolo%i %
Insiden sekitar 1# per 100.000 orang, sekitar "# $ merupakan uveitis anterior. ekitar #0$ pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait
2.& D$#inisi 2.&.1. U'$itis ant$rior
Uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier 3hiperemi perikorneal atau peri(orneal vas(ular inje(tion5. Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan biomikroskop 3slit lamp5 hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu partikel-partikel ke(il dengan gerak Bro/n 3efek tyndal5. *edua gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut.
:
Pada proses keradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di dalam BM yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam BM, dikenal dengan hifema. pabila proses radang berlangsung lama 3kronis5 dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai kerati( pre(ipitate 3*P5. da dua jenis kerati( pre(ipitate, yaitu & •
mutton fat KP & besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.
•
punctate KP & ke(il, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada jenis non granulomatosa. pabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses keradangan akan berjalan
terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. el-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. apat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran a2uos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga a2uos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. elanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada
uveitis
anterior
juga
terjadi
gangguan
metabolisme
lensa,
yang
menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. pabila keradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis 3peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan ka(a5 ataupun panoftalmitis 3peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses5. Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphateti( ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. *omplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier.
#
2.&.2
U'$itis post$rior
Uveitis posterior adalah proses peradangan pada segmen posterior uvea, yaitu pada koroid, dan disebut juga koroiditis.% *arena dekatnya koroid pada retina, maka penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina 3 korioretinitis 5. Uveitis posterior biasanya lebih serius dibandingkan uveitis anterior.4 Peradangan di uvea posterior dapat menyebabkan gejala akut tapi biasanya berkembang menjadi kronik. *edua fase tersebut 3 akut dan kronik 5 dapat menyebabkan pembuluh darah diretina saling tumpang tindih dengan proses peradangan di uvea posterior. Penyebab utama uvea posterior tidak berpengaruh pada faktor eksternal dari uvea bagian posterior. engan pemeriksaan oftalmoskopi standar dan lamanya peradangan penyakit se(ara lengkap dengan perubahan pada koroid sudah dapat dilihat kelainan. Terjadinya perubahan elevasi yang memberi /arna kuning atau abu < abu yang dapat menutup koroid sehingga pada pemeriksaan koroid tidak jelas. Perdarahan diretina akan menutup semua area, pada beberapa kasus terdapat lesi yang ke(il disertai kelainan pada koroid tapi setelah beberapa minggu atau bulan akan ditemukan infiltrat dan edema hilang sehingga menyebabkan koroid dan retina atrofi dan saling melekat. aerah yang atrofi akan memberikan kelainan berma(am < ma(am dalam bentuk dan ukuran. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan /arna koroid menjadi putih, kadang pembuluh darah koroid akan tampak disertai karakteristik dari deposit irregular yang banyak atau berkurangnya pigmen hitam terutama pada daerah marginal. !esi bisa juga ditemukan pada eksudat selular yang berkurang di koroid dan retina. Inflamasi korioretinitis selalu ditandai dengan penglihatan kabur disertai dengan melihat lalat berterbangan 3 floaters5. Penurunan tajam penglihatan dapat dimulai dari ringan sampai berat yaitu apabila koroiditis mengenai daerah makula atau papilomakula. *erusakan bisa terjadi perlahan < lahan atau (epat pada humor vitreus yang dapat dilihat jelas dengan fundus yang mengalami obstruksi. Pada korioretinitis yang lama biasanya disertai floaters dengan penurunan jumlah produksi air mata pada trabekula anterior yang dapat ditentukan dengan pemeriksaan fenomena Tyndall. Penyebab floaters adalah terdapatnya substansi di posterior kornea dan agregasi dari presipitat mutton fat
4
pada kornea bagian dalam. Mata merah merupakan gejala a/al sebelum menjadi kuning atau putih yang disertai penglihatan kabur, bila terdapat kondisi ini biasanya sudah didapatkan atropi pada koroid, sering kali uveitis posterior tidak disadari oleh penderita sampai penglihatannya kabur. >ejala khas dari uveitis posterior adalah tajam penglihatan yang menurun, floating spot dan skotoma. *arena terdapat banyak kelainan pada badan vitreus sel yang disebabkan fokal atau multifokal retina dan koroid gambaran klinis bisa juga se(ara bersamaan. iagnosis banding tergantung dari lama dan penyebab infeksi atau bukan infeksi. Infeksi bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, proto6oa, dan (a(ing non infeksi, bisa juga disebabkan oleh penurunan imunologik atau alergi organ, bisa juga penyebabnya tidak diketahui setelah timbul endoftalmitis dan neoplasma.
2.(. Etiolo%i "an pato#isiolo%i
P$n)akit 'irus
P$n)akit !$rp$s
2
!esi mata yang tersering dan paling serius adalah keratitis. !esi kulit vesikuler juga dapat mun(ul di kulit dan tepi kelopak. +erpes simpleks dapat menyebabkan iridosiklitis. ?irus herpes simpleks tipe I, virus vari(ela 6oster, dan 'M? pernah dilaporkan sebagai penyebab sindrom nekrosis retina akut."5
*in"rom N$krosis +$tina Akut ,A+N-
2
9; merupakan suatu proses nekrosis pada retina yang disebabkan oleh infeksi. Biasanya mengenai kedua mata 3 pada %% $ pasien5, paling banyak berusia 4 tahun . Penyebab penyakit ini yang paling sering adalah virus varisela 6oster, herpes simpleks tipe dan (ytomegalovirus. *adang penyakit ini tanpa gejala sehingga pasien tampak sehat meskipun mengenai pasien dengan I. 9; merupakan diagnosis dari gejala klinik, pasien sering datang dengan keluhan penglihatan kabur se(ara akut. Terdapat inflamasi segmen anterior yang memberi rongga pada beberapa bagian disertai eksudat
"
pada badan vitreus. Masa inkubasi minggu sampai terbentuknya sumbatan yang akan menyebabkan arteriolitis retinal, vitritis dan ber(ak kuning < putih di posterior retina.
AID* "an +$tinitis )tom$%alo'irus
2
Penyakit mata merupakan manifestasi umum dari I, pasien mengalami beberapa kondisi penyakit mata & o
@klusi mikrovaskular menyebabkan perdarahan retina dan cotton wool spot 3daerah infark pada lapisan serabut saraf retina5.
o
o
o
eposit endotel kornea. ;eoplasma pada mata dan orbita. >angguan neurooftalmika termasuk palsy okulomotorik.
Infeksi oportunistik yang paling umum adalah retinitis 'M?. /alnya ditemukan lebih dari 1=% pasien I, namun populasi beresiko telah berkurang se(ara bermakna sejak berkembangnya terapi antivirus yang sangat aktif dalam terapi I. *has terjadi pada pasien dengan hitung sel ': A dan leukosit #= l. Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur atau floaters. iagnosis penyakit I biasanya telah ditegakkan dan sering ditemukan tampilan I lainnya seperti retinopati 'M? yang terdiri dari area retina keputihan berhubungan dengan perdarahan disertai likenifikasi hingga terlihat seperti keju softage. !esi itu dapat mengan(am makula atau lempeng optik dan biasanya terdapat sedikit inflamasi pada vitreus.
9etina yang terkena 'ytomegalovirus
C
D
3dikutip dari &///. uveitis.org=medi(al=arti(le=(ase=/ds.html5
P$n)akit /amur
Histoplasmosis
Merupakan kelainan multifaktor korioretinitis, epidemiologinya berhubungan dengan +istoplasma (apsulatum, yang merupakan jamur dimorfik yang dalam perkembangannya dapat bertahan tahun dalam bentuk filamennya. pora jamur tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit sistemik dan penyakit mata. Beberapa daerah di merika erikat yang endemis histoplasmosis yaitu @hio dan lembah sungai Missisippi. iagnosis koroiditis yang diduga disebabkan oleh histoplasmosis sering ditegakkan. Infeksi primer pada mata terjadi setelah kontak spora jamur yang berasal dari paru < paru. Eamur ini dapat menyebar ke limpa, hati, dan koroid mengikuti infeksi yang berasal dari paru < paru. +istoplasmosis didapat kadang tidak menimbulkan gejala atau akibat dari keadaan sakit yang tidak berbahaya dan biasanya ditemukan pada anak < anak. Pemeriksaan kulit pada pasien biasanya positif terhadap histoplasmosis dan menunjukkan ber(ak < ber(ak khas pada perifer fundus. Ber(ak < ber(ak ini berbentuk daerah < daerah ke(il, bulat atau lonjong tidak teratur, tanpa pigmen kadang < kadang
F
dengan batas berpigmen halus. *adang dapat ditemukan atrofi peripapiler dan hiperpigmentasi. Bercak histo mun(ul pertama kali pada mata selama masa remaja, tetapi makulopati baru berkembang pada usia 0 -#0 tahun, rata-rata pada usia :1 tahun. e(ara patologi, lesi pertama mun(ul dalam bentuk granuloma di koroid. *oroiditis akan menyebabkan penglihatan menurun dan terbentuk sikatrik disertai pigmentasi pada pigmen epitelium, atau memberi gambaran rusaknya membran pigmen epitelium yang disebabkan peningkatan kadar limfosit. Pada daerah pusat koroiditis akan terbentuk pembuluh darah baru subretinal yang baru, yang akan menyebabkan peningkatan (airan, lipid dan darah yang dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi makular. iagnosis histoplasmosis berdasarkan gejala klinis disertai pembentukan ber(ak ke(il yang menyebar, perubahan papil < papil di pigmen dan pembentukan (in(in pigmen dimakula sehingga menyebabkan saraf sensorik retina saling tumpang tindih, kadang disertai perdarahan. Pada permulaan histo akan terbentuk ber(ak dimakula dan badan vitreus yang tidak terlihat pada histoplasmosis, jarang didapat gejala yang menyertai bentuk atrofi. el vitreus tidak terlihat pada @+, dan gejala sering bersamaan dengan perifer dan atropi bercak histo. Ber(ak tersebut fokal, sembuh dan terbentuk lesi punched out yang disebabkan oleh jumlah yang bervariasi dari luka yang terdapat pada koroid dan yang berlengketan pada retina lapisan luar. >angguan penglihatan pada pusat penglihatan karena keterlibatan makula sehingga pasien harus dirujuk ke dokter mata. Pada daerah koroiditis dapat diobati dengan kortikosteroid oral dan lokal. Pada tahap a/al dari angiogram fluoresein, koroid aktif akan menghambat 6at tersebut dan akan tampak hipofluoresein. elanjutnya, lesi koroid akan ber/arna dan menjadi hiperfluoresein. engan kontras, area pada membran neovaskular subretina aktif akan menjadi hiperfluoresein yang terjadi a/al pada a ngiogram. Membran neovaskular penting jika hanya terdapat pada daerah diskus-makula. Eika di luar superotemporal dan inferotemporal vascular arcades, hal tersebut tidak mengurangi penglihatan dan tidak membutuhkan terapi. ;amun jika membran tersebut terletak di 1-00 Gm dari tengah, laser fotokoagulasi diindikasikan untuk men(egah hilangnya penglihatan.
10
Ma(ular Photo(oagulation tudy >roup bekerjasama dengan Multi(enter tudy menunjukan efek yang berguna dengan fotokoagulasi argon biru-hijau. Pasien yang tidak diobati menunjukkan persentase yang tinggi 3#0$5 kehilangan penglihatan dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi laser 3$5 selama : tahun. *rypton merah atau rgon hijau gelombang tinggi dapat memberi hasil penglihatan yang lebih baik dengan luka retina yang lebih sedikit dibandingkan dengan fotokoagulasi argon biruhijau. %5 Kan"i"iasis , an"i"a albi0ans-
Meskipun tidak umum, insiden penyakit inflamasi bola mata yang disebabkan oleh
'andida
albi(an
meningkat
khususnya
sebagai
akibat
dari
penggunaan
imunosupresan dan obat-obat intravena. 9etinitis kandida dapat terlihat pada penderita I akibat penggunaan obat intravena meskipun hal tersebut jarang terjadi. 'andida endoftalmitis terjadi pada 10-%"$ pasien dengan kandidemia yang tidak mendapat terapi anti jamur. Pada pasien yang mendapat terapi anti jamur kemungkinan mengenai mata terjadi penurunan. @rganisme menyebar se(ara metastasis ke koroid. 9eplikasi jamur mempengaruhi vitreus dan retina sekunder. >ejala dari kandidiasis mata adalah penurunan tajam penglihatan atau floaters, tergantung pada lokasi lesi. Menyerupai koroiditis To7oplasma lesi pada segmen posterior tampak putih kuning dengan batas yang halus, dengan ukuran dari spot woll yang ke(il sampai beberapa pertambahan diameter diskus. !esi mula-mulanya terdapat di retina dan berakibat eksudasi ke vitreus. !esi perifer mungkin menyerupai pars planitis. iagnosa kandidiasis mata dapat ditegakkan dengan kultur darah positif yang didapat pada saat terjadi kandidemia. eorang dokter harus /aspada pada kemungkinan diagnosis kandidiasis pada pasien ra/at inap yang menggunakan kateter intavena atau yang mendapat terapi antibiotik sistemik, steroid dan antimetabolit. Pasien yang dira/at karena kandidemia harus diperiksa kemungkinan mengenai mata. Pada pasien tersebut pada dua pemeriksaan akan ditemukan dilatasi fundus yang dilakukan se(ara terpisah selama 1- minggu untuk mendeteksi metastasis penyakit mata. Pengobatan untuk kandidiasis mata meliputi intravena, pengobatan anti jamur periokular dan intraokular seperti amphoterisin B dan ketokona6ole, Hlusitosin, Hlu(ona6ole atau 9ifampin oral yang dapat diberi dengan ditambah amphoterisin B
11
intravena. Bila proses inflamasi mengenai retina dan sampai ke dalam vitreus, anti jamur intravitreal dan vitrektomi dapat dipertimbangkan. Terapi yang tepat untuk lesi perifer memiliki prognosis yang baik. ;amun, pengobatan yang (epat pada lesi sentral jarang menyelamatkan penglihatan karena merusak fotoreseptor sentral. *onsultasi dengan spesialis penyakit infeksi dapat sangat membantu.
P$n)akit Protooa Tooplasmosis 2
To7oplasma gondii adalah parasit proto6oa obligat intraselular yang menyebabkan nekrosis retina koroiditis. Terdapat % bentuk& A @okista, atau bentuk tanah 310-1Gm5 A Taki6oit, atau bentuk aktif infeksius 3 :-C Gm5 A *ista jaringan atau bentuk laten 310-00Gm5, mengandung sebanyak %000 bradi6oit T. gondii adalah parasit usus yang ditemukan pada ku(ing. @okista ditemukan pada feses ku(ing yang kemudian termakan oleh tikus dan burung yang dapat berperan sebagai reservoir atau host intermediet bagi parasit. ?ektor serangga dapat juga menyebarkan T.gondii dari feses ku(ing ke sumber makanan manusia, termasuk tumbuhan dan binatang herbivora. Manusia terinfeksi lebih sering karena memakan daging yang mentah dan kurang matang yang mengandung kista jaringan. )anita yang mendapat To7oplasmosis selama kehamilan dapat mentransmisikan taki6oit ke janin dengan potensial mata yang parah, P dan komplikasi sistemik. )anita hamil nonimun tanpa bukti serologik terpapar to7oplasmosis harus berhati-hati bila memelihara ku(ing dan harus menghindari daging mentah. Pasien I juga mudah terkena. To7oplasmosis ter(atat pada "-1#$ dari uveitis. *arena penyakit tersebut dapat merusak penglihatan struktur mata, hal tersebut penting bagi para ahli mata untuk mengenal lesi tersebut dan untuk menghindari potensi kematian. iagnosis yang tepat pada /aktunya sangat penting karena to7oplasmosis memberi respon pada terapi anti mikroba dan itu merupakan bentuk yang masih dapat diobati pada uveitis posterior. Tergantung pada luasnya lokasi lesi, pasien mengeluh floating spot unilateral atau penglihatan kabur. e(ara umum segmen anterior tidak mengalami inflamasi pada a/al 1
penyakit, dan pasien memperlihatkan mata putih dan penglihatan yang masih nyaman. *adang-kadang inflamasi granulomatosa dapat terjadi peningkatan tekanan bola mata khususnya pada penyakit yang berulang. @pasitas vitreus se(ara umum terlihat jelas dengan pemeriksaan mata baik dengan pemeriksaan direk maupun indirek. *uning keputihan, sedikit tinggi letaknya, lesi kabur dapat terlihat pada fundus, lokasi lesi sering berada dekat dengan bekas luka korioretinal. !esi tersebut tampak pada bagian posterior dibandingkan pada fundus bagian lain dan kadang-kadang terlihat berdekatan dengan papil nervus optikus. ering salah dianggap sebagai papilitis optik. Pembuluh darah retina pada sekitar lesi aktif tampak perivaskulitis dengan sarung vena dan arterial segmental yang difus. *arakteristik lesi adalah retinitis fokal eksudatif. Pada lapisan depan retina merupakan lokasi untuk proliferasi T. gondii. !esi ini tidak menyebabkan berkabut pada vitreus pada tahap a/al penyakit, dan pasien tidak menyadari floating spot sampai lapisan depan retina dan membran hialoid posterior terkena. 9etinitis toksoplasma dapat dimanifes oleh lesi retina perifer, ke(il, pun(tata, sering disebut Pun(tate @uter 9etinal To7oplasmosis 3P@9T5.
iagnosis To7oplasmosis mata dibuat dengan& 1. @bservasi dari karakteristik lesi fundus 3fokal nekrosis retinokoroiditis5 . eteksi dari adanya antibodi anti To7oplasma pada serum pasien %. Pengeluaran dari penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan nekrosis lesi pada fundus, seperti sifilis, sitomegalovirus dan jamur. Pemeriksaan to7oplasma dye abin dan Heldman, pemeriksaan hemaglutinasi, atau pemeriksaan antibody immunofluoresen indirek menyediakan fasilitas yang sama. ;amun !I dapat memberi lebih sensitifitas dan spesifisitas. +arus di ingat bah/a titer serum pada pemeriksaan tersebut dapat sangat rendah pada pasien dengan toksoplasmosis mata dan tidak terdapat tanda sistemik lain pada penyakit ini. Titer serum antibodi signifikan apabila terdapat lesi fundus yang berhubungan dengan toksoplasmosis mata. Pemeriksaan humor akous dapat digunakan untuk konfirmasi adanya penyakit toksoplasma pada kasus yang masih meragukan. Pemeriksaan tersebut lebih signifikan pada saat titer antibodi pada humor akous lebih tinggi daripada dalam serum. Meskipun diagnosis toksoplasmosis mata didasari dengan pemeriksaan fisik, antibodi antitoksoplasmosis negatif perlu dipikirkan diagnosis lain. Para dokter dalam hal
1%
menginterpretasikan standar pemeriksaan antibodi Ig> harus mengingat bah/a laboratorium menampilkan pemeriksaan pada dilusi 1 & C atau lebih, meskipun reaksi antibodi positif ditemukan dilusi 1 & : atau kurang. Titer antibodi yang sangat rendah ini tetap mengindikasikan terdapat toksoplasmosis yang sebelumnya tetapi juga dapat mengarah ke positif palsu sebagai hasil dari reaksi no nspesifik.
P$n)akit non in#$ksi
utoimun&?askulitis retina, penyakit be(het, oftalmia simpatis.
*eganasan&!eukemia, sar(oma sel reti(ulum, melanoma maligna, leuke mia
tiologi tidak diketahui& arkoiditis, epitelopati pigmen retina, koroiditis geografik.
Jang sering terjadi mengakibatkan uveitis posterior adalah &
indrom Beh(et itemukan pada usia 0-:0 tahun, pria lebih banyak dari /anita.Penyebab diduga suatu proses imunologik tetapi virus sebagai penyebab tidak dapat disingkirkan.:5 )alaupun memiliki banyak gambaran penyakit hipersensitivitas tipe lambat, adanya perubahan men(olok kadar komplemen serum pada permulaan serangan mengisyaratkan suatu gangguan kompleks imun. Baru-baru ini pada pasien Beh(et dapat dideteksi adanya kompleks imun berkadar tinggi dalam darah. ebagian besar pasien dengan gejala mata positif untuk +!-B#1, suatu subtipe +!-B#. F5
itandai : kelainan yaitu & o
Uveitis 3iridosiklitis, retinitis, retinokoroiditis5. Pada dasarnya didapatkan peri arteritis dan end arteritis yang menyebabkan vaskulitis obliteratif sehingga dapat terjadi iskemi
1:
retina, perdarahan retina, serta ablasi. Bila terdapat hipopion maka hal ini merupakan gejala yang lebih lanjut. o
*elainan pada rongga mulut berupa stomatitis aftosa yang dapat mengenai bibir, lidah, mukosa bukal, palatum durum serta palatum molle.
o
*elainan kulit berupa eritema nodusum, folikulitis serta hipersensitivitas kulit.
o
*elainan genital berupa ulserasi pada alat genital pria atau /anita:5. Pengobatan sering berupa pemberian imunosupresan multipel 3mis& steroid, siklosporin, a6atioprin5, /alaupun demikian hasil akhir penglihatan tetap buruk pada #$ kasus."5
indrom ?ogt-*oyanagi-+arada 3?*+5 %5 Terdiri dari peradangan uvea pada satu atau kedua mata yang ditandai oleh iridosiklitis akut, koroiditis beber(ak dan pelepasan serosa retina. Penyakit ini biasanya dia/ali oleh suatu episode demam akut disertai nyeri kepala dan kadang-kadang vertigo. Pada beberapa bulan pertama penyakit dilaporkan terjadi kerontokan rambut beber(ak atau timbul uban. )alaupun iridosiklitis a/al mungkin membaik dengan (epat, perjalanan penyakit di bagian posterior sering indolen dengan efek jangka pan jang berupa pelepasan serosa retina dan gangguan penglihatan. Pada sindrom ?ogt-*oyanagi-+arada diperkirakan terjadi hipersensitivitas tipe lambat terhadap struktur-struktur yang mengandung melanin. Tetapi virus sebagai penyebab belum dapat disingkirkan. iperkirakan bah/a suatu gangguan atau (edera, infeksi atau yang lain, mengubah struktur berpigmen di mata, kulit dan rambut sedemikian rupa sehingga ter(etus hipersentivitas tipe lambat terhadap struktur-struktur tersebut. Baru-baru ini diperlihatkan adanya bahan larut dari segmen luar lapisan fotoreseptor retina 3antigen- retina5 yang mungkin menjadi autoantigennya. Pasien sindrom ?ogt-*oyanagi-+arada biasanya adalah @riental, yang mengisyaratkan adanya disposisi imunogenetik.
@ftalmia impatika :5 Jaitu pan uveitis granulomatosa pada mata yang semula sehat 3 sympathetic eye5 yang timbul minimal dua minggu setelah terjadinya trauma tembus pada mata yang lain 3exciting eye5. Biasanya exciting eye ini tidak pernah senbuh total dan tetap meradang
1#
pas(a trauma, baik tauma tembus akibat ke(elakaan ataupun trauma karena pembedahan mata. Tanda a/al dari mata yang ber-simpati adalah hilangnya daya akomodasi serta terdapatnya sel radang di belakang lensa. >ejala ini diikuti oleh iridosiklitis sub akut, sebukan sel radang dalam vitreus dan eksudat putih kekuningan pada jaringan diba/ah retina. Penyakit ini dapat disertai dengan gejala-gejala sistemik lain seperti vitiligo, alopesia dan poliosis 3uban5 sehingga mirip sindrom ?*+. Bedanya adalah pada sindrom ?*+ tidak ada ri/ayat trauma. Penyebab yang pasti belum diketahui tetapi diduga kuat merupakan suatu reaksi autoimun terhadap jaringan pigmen uvea atau pigmen epitel retina yang telah berubah sifat menjadi antigen pas(a trauma tembus mata. Pengobatan & pemberian kortikosteroid8 bila tidak memberikan perbaikan dapat ditambah pemberian imunosupresan. Jang terpenting adalah hati-hati dan /aspada menghadapi trauma tembus mata yang disertai destruksi jaringan uvea.
Poliarteritis ;odosa : Penyakit kolagen ini mengenai arteri berukuran sedang, terutama pada pria. Terjadi peradangan hebat pada semua lapisan otot arteri, dengan nekrosis fibrinoid dan eosinofilia perifer. >ambaran klinis utama adalah nefritis, hipertensi, asma, neuropati perifer, nyeri dan atrofi otot dan eosinifilia perifer. ering terjadi kelainan jantung, /alaupun kematian biasanya disebabkan oleh disfungsi ginjal. *elainan mata dijumpai pada 0$ kasus dan terdiri dari episkleritis dan skleritis yang sering tidak nyeri. pabila pembuluh-pembuluh
limbus terkena, dapat terjadi
pembentukan alur-alur di kornea perifer. ering terjadi mikrovaskulopati retina. +ilangnya penglihatan se(ara mendadak mungkin disebabkan oleh neuropati optikus iskemik yang men(erminkan keparahan vaskulitis di pembuluh siliaris atau sumbatan arteri retina sentralis. apat terjadi oftalmoplegia akibat arteritis vasa nervorum. *ortikosteroid sistemik dan siklofosfamid memberi manfaat, tetapi prognosis jangka panjang tetap buruk.
>ranulomatosis )egener :
14
Proses granulomatosa ini memiliki persamaan gambaran klinis tertentu dengan poliarteritis nodosa. Tiga kriteria diagnosis adalah & - !esi granulomatosa nekrotikans pada saluran napas - rteritis nekrotikans generalisata - *elainan ginjal berupa glomerulitis nekrotikans Penyulit pada mata terjadi pada #0$ kasus dan terjadi proptosis akibat pembentukan granuloma orbita disertai keterlibatan otot mata atau saraf optikus. pabila vaskulitis mengenai mata dapat terjadi konjungtivitis, ulserasi kornea perifer, skleritis, episkleritis, uveitis dan vaskulitis retina. ntibodi sitoplasma antineutrofilik ditemukan pada sebagian besar kasus dan memiliki nilai diagnostik sekaligus prognostik. *ortikosteroid yang dikombinasikan dengan imunosupresan 3terutama siklofosfamid5 sering memberi hasil memuaskan.
piteliopati Pigmen Plakoid Multifokal Posterior kut 3PMPP5
%
PMPP biasanya menyerang individu pada usia remaja dan de/asa muda. Pasien mengeluh penglihatannya berkurang. ebagian penderita umumnya merasa sehat, tetapi ada juga yang mempunyai gejala-gejala prodormal seperti pada penyakit infeksi virus. Pemeriksaan funduskopi menunjukkan adanya banyak lesi berupa plak ber/arna putih kekuningan dan homogen, pada retina pigmen epithelium dan koriokapilaris. etelah -4 minggu, lesi ini akan menghilang dan meninggalkan depigmentasi pada retina pigmen epithelium. iagnosis PMPP ditegakkan berdasarkan gambaran klinik, terutama jika didahului adanya gejala sistemik seperti gejala infeksi virus. Pada stadium akut, fluores(ein angiografi menunjukkan a/alnya ada hambatan pada koroid oleh lesi plakoid dan adanya bekas noda hiperfluoresein. Pada kebanyakan kasus, pengobatan tidak diperlukan, ketajaman penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyakit ini mirip dengan koroidopati serpiginosa 3geografik5, tetapi
PMPP
adalah penyakit yang bersifat akut dan biasanya tidak rekuren, sedangkan koroidopati serpiginosa adalah penyakit yang sangat progresif.
1"
9etina terkena PMPP pitelitis Pigmen 9etina kut 39P5
%
pitelitis Pigmen 9etina kut atau disebut juga penyakit *rill adalah peradangan akut retina pigmen epitelium yang dapat sembuh sendiri. Penyebabnya tidak di ketahui. Biasanya terjadi pada umur antara 14-:0 tahun. Pasien biasanya sehat dan mengeluh adanya penurunan ketajaman penglihatan unilateral se(ara tiba-tiba. Pemeriksaan fundus menunjukkan lesi hiperpigmentasi halus pada bagian retina pigmen epitelium. ua sampai empat kelompok dari dua sampai enam Ktitik-titikL mun(ul di kutub posterior. ngiografi fluoresein menunjukkan gambaran LtargetL atau Khoney(ombL dengan pusat hiperpigmentasi dan di kelilingi halo hiperfluoresein. Pengobatan tidak diperlukan. >angguan penglihatan dan lesi di retina akan menghilang dalam 4-1 minggu.
9etinokoroidopati LBirdshotL 3*orioretinitis ?itiliginosa5 % *eadaan yang tidak umum ini biasanya terjadi pada dekade ke-# sampai dekade ke-" kehidupan, /anita lebih sering dibandingkan pria. >ejala a/alnya berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, ny(talopia dan gangguan penglihatan /arna. Mungkin ada sedikit inflamasi segmen anterior. idalam vitreus dapat ditemukan sel-sel. *arakteristiknya adalah ditemukannya banyak bintik putih kekuningan atau depigmentasi pada fundus, seolah-olah fundus mendapat pukulan Lbirdshot from a shotgunL. Bintik-bintik juga mun(ul pada pigmen epitelium. dema diskus, atrofi ;. @ptikus, edema makula, pembuluh darah retina menipis dan berkerutnya permukaan retina dapat juga ditemukan. Pada C0-F0$ pasien dapat ditemukan +!-F haplotipe, yang mana merupakan faktor predisposisi genetik dalam perkembangan penyakit ini. P enyakit ini adalah penyakit yang kronik, sering mengalami eksaserbasi dan remisi.
1C
*oroiditis Pun(tata
%5
*oroidotis Pun(tata adalah peradangan idiopatik koroid yang biasanya terjadi pada /anita yang menderita myopia, yang berusia antara 1C-%" tahun. Pasien dengan PI' akan mengeluh kehilangan ketajaman penglihatan sentral, biasanya bilateral. Tidak terdapat sel pada vitreus, tetapi lesi berukuran ke(il 3100-%00 Gm5 berbentuk Kpun(tateL ber/arna kuning disebelah dalam koroid ditemukan di kutub posterior. Penyakit ini dapat sembuh dalam :-4 minggu.
lesi pungtata kekuningan pada 9P dan koroid 3dikutip dari ///.uveitis.org=medi(al=arti(le=(ase=/ds.html5
*oroidopati erpiginosa % Biasanya penyakit ini menyerang /anita pada dekade ke-: sampai dekade ke-4 kehidupan. *eluhan utama dari pasien ialah penglihatan menjadi kabur. Pada vitreus tidak ditemukan sel, tetapi kadang-kadang dapat juga ditemukan sel dalam jumlah yang banyak. >ambaran sikatriks seperti serpiginosa 3pseudopodial5 atau geograpik 3seperti peta5 terdapat di fundus posterior. Tepi lesi ini mungkin aktif, ber/arna kuning abu-abu dan tampak edema. aerah yang aktif akan menjadi atrofi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, kemudian lesi yang baru dapat mun(ul di mana saja atau berdekatan dan memberi gambaran seperti ular. iagnosis dapat ditegakkan berdasarkan karakteristik gambaran klinik. ngiografi fluores(ein menunjukkan a/alnya ada hambatan pada koroid, pada daerah dimana penyakitnya aktif. Pada saat penyakitnya tidak aktif, daerah yang menarik 6at /arna
1F
dapat menyebarkan fluores(ein, tetapi tidak di tahan. Eika penyakit ini mengenai makula, maka ketajaman penglihatan sentral akan terganggu.
Hibrosis ubretina dan indrom Uveitis 3HU5 % Panuveitis ini biasanya lebih banyak mengenai /anita yang berusia antara 1:-%: tahun. Penyebabnya tidak diketahui. +istopatologi dari biopsi korioretinal terutama menunjukkan sel dan sel plasma. Pasien biasanya memiliki kondisi fisik yang sehat dan mengeluh adanya penurunan ketajaman penglihatan, biasanya bilateral. Pada a/alnya, pasien yang menderita penyakit ini akan menunjukkan vitritis bilateral dan multifokal koroiditis. *emudian, lesi pada koroid akan berkembang menjadi lesi fibrotik subretinal berbentuk stellate yang besar. HU memberi respons yang kurang baik terhadap berbagai bentuk pengobatan, dan prognosis dari tajam penglihatan juga buruk. *oroiditis Multifokal dan indrom Panuveitis 3M'P5 % *oroiditis Multifokal dan sindrom Panuveitis adalah peradangan idiopatik koroid, retina dan vitreus, lebih sering terjadi pada /anita. Penyebabnya tidak diketahui. Pasien menunjukkan vitritis bilateral 3C$5 dan multifokal koroiditis. alam keadaan aktif, lesinya berukuran ke(il 3#0-%#0 Gm5 dan ber/arna kekuningan. !esi makula mungkin dapat dihubungkan dengan pembuluh darah baru membran subretina. iagnosis penyakit ini adalah sesuatu yang penting karena ada berbagai kondisi yang mungkin dapat menyebabkan multifokal koroiditis dan panuveitis. arkoidosis, sifilis, tuberkulosis dan sindrom titik putih pada retina harus diperhatikan. Penyakit ini sering kronik.
!esi kuning multifokal pada koroid 3dikutip dari & ///. uveitis.org=medi(al=arti(le=(ase=/ds.html5
2.3 Dia%nosis
0
A. G$jala ( U'$itis ant$rior
1. Pada anamnesa penderita mengeluh& •
Mata terasa seperti ada pasir.
•
Mata merah disertai air mata.
•
;yeri, baik saat ditekan ataupun digerakkan. ;yeri bertambah hebat bila telah timbul glaukoma sekunder.
•
Hotofobia, penderita menutup mata bila terkena sinar
•
Blefarospasme.
•
Penglihatan kabur atau menurun ringan, ke(uali bila telah terjadi katarak komplikata, penglihatan akan banyak menurun.
. ari pemeriksaan fisik didapatkan&
•
*elopak mata edema disertai ptosis ringan. *onjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis. +iperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan
•
kerati( pre(ipitate. Bilik mata depan keruh 3flare5, disertai adanya hipopion atau hifema bila proses
• •
• • • • • •
sangat akut. udut BM menjadi dangkal bila didapatkan sinekia. Iris edema dan /arna menjadi pu(at, terkadang didapatkan iris bombans. apat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior. Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, refleks lambat sampai negatif. !ensa keruh, terutama bila telah terjadi katarak komplikata. Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder.
U'$itis post$rior o
Penurunan penglihatan & Penurunan ketajaman penglihatan dapat terjadi pada semua jenis uveitis posterior dan karenanya tidak berguna untuk diagnosis banding
1
o
Injeksi mata & *emerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior yang terkena. Eadi gejala ini jarang pada Toksoplasmosis dan tidak ada pada histoplasmosis. Biasa terlihat seperti lalat yang berterbangan 3floaters5
o
akit & 9asa sakit terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina akut, ifilis, Infeksi bakteri endogen, kleritis posterior dan pada kondisi-kondisi yang megenai ;. II.
o
B.
Hotofobia. P$m$riksaan
(
Pemeriksaan pada mata Terdiri
dari
pemeriksaan
visus,
pemeriksaan
dengan
binokuler,
pemeriksaan dengan funduskopi dan pemeriksaan lapangan gelap.
Pemeriksaan darah Terdiri dari pemeriksaan darah rutin dan indikator leukosit yang akan diamati.
Pemeriksaan etiologi eperti apabila di(urigai penyebabnya kuman TB' dilakukan Mantou7 test 3test untuk Tuberkulosis5 dan rontgen 3Thora7 5.
Pada umumnya segmen anterior bola mata tidak menunjukkan tanda-tanda peradangan sehingga seringkali proses uveitis posterior tidak disadari oleh penderita sampai penglihatannya kabur. !esi pada fundus biasanya dimulai dari retinitis atau koroiditis tanpa komplikasi. pabila proses peradangan berlanjut akan didapatkan retinikoroiditis, hal yang sama terjadi pada koroiditis yang akan berkembang menjadi korioretinitis. Pada lesi yang baru didapatkan tepi lesi yang kabur dan lesi terlihat % dimensional dan dapat disertai perdarahan disekitarnya, dilatasi vaskuler atau sheating pembuluh darah. Pada lesi lama didapatkan batas yang tegas seringkali berpigmen rata atau datar dan disertai hilang atau mengkerutnya jaringan retina atau koroid. Pada lesi yang lebih lama didapatkan parut retina atau koroid tanpa bisa dibedakan jaringan mana yang lebih dahulu terkena. :
2.4 T$rapi U'$itis ant$rior
Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. pabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk men(egah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. dapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi& T$rapi non sp$si#ik
1. Penggunaan ka(amata hitam. *a(amata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat pemberian midriatikum. . *ompres hangat. engan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih (epat. %. Midritikum=sikloplegik. Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan
silier
relaks,
sehingga
dapat
mengurangi
nyeri
dan
memper(epat
panyembuhan. elain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk men(egah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasanya digunakan adalah& •
ulfas atropin 1$ sehari % kali tetes
•
+omatropin $ sehari % kali tetes
•
(opolamin 0,$ sehari % kali tetes
:. nti inflamasi. nti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut& e/asa & Topikal dengan de7amethasone 0,1 $ atau prednisolone 1 $. Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler& de7amethasone phosphate : mg 31ml5. prednisolone su((inate # mg 31 ml5. triam(inolone a(etonide : mg 31 ml5. methylprednisolone a(etate 0 mg. Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai C0 mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan # mg tiap hari.
%
nak & prednison 0,# mg=kgbb sehari % kali. Pada pemberian kortikosteroid, perlu di/aspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.
T$rapi sp$si#ik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah diketahui. *arena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan berupa antibiotik. •
e/asa
& !okal berupa
tetes mata
kadang dikombinasi dengan steroid.
ubkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid. Per oral dengan 'hlorampheni(ol % kali sehari kapsul •
nak & 'hlorampheni(ol # mg=kgbb sehari %-: kali. )alaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa memandang penyebabnya. U'$itis post$rior
Pengobatan yang diberikan tergantung pada penyebab dan luasnya kerusakan pada mata
*onservatif Biasanya
pasien
diberikan
anti-
radang
seperti
kortikosteroid,
immunosuppressive = (ytoto7i( agent . Bila penyebabnya infeksi maka akan diberikan antibiotik atau anti virus.
Tindakan *adang-kadang vitrektomi atau bedah retina dilakukan untuk membersihkan (airan dalam bola mata yang meradang atau untuk diagnosis penyakit. Terapi fotokoagulasi dan kryotherapi kurang berhasil. ;eovaskularisasi retina dapat terjadi pada toksoplasma, dan fotokoagulasi dari lesi neovaskular dapat men(egah kehilangan penglihatan sampai perdarahan vitreus
2.5 P$n)ulit "an komplikasi
:
•
*omplikasi uveitis anterior "
Sinekia posterior dan anterior Untuk men(egah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior, perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
laukoma sekunder >laukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain& •
Terapi konservatif& Timolol 0,# $ - 0,# $ 1 tetes tiap 1 jam. a(eta6olamide #0 mg tiap 4 jam
•
Terapi bedah& ilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TI@ masih tetap tinggi. >laukoma sudut tertutup& iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan iris dengan trabekula 3Peripheral nterior yne(hia atau P5 dilakukan bedah filtrasi. >laukoma sudut terbuka& bedah filtrasi.
Katarak komplikata. *omplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan ahli bedah.
•
Penyulit uveitis posterior % & *eratopati pita Uveitis kronik dalam beberapa tahun khususnya pada anak akan menimbulkan pengendapan kalsium pada membrane basalis dan lapisan bo/man. ndapan kalsium biasanya ditimbulkan pada daerah intrapalpebra sering meluas ke daerah sumbu penglihatan. Terapi dilakukan dengan (ara epitel kornea sentral dilepaskan dengan 1# bard parker blade dengan meninggalkan sel < sel stem limbal se(ara utuh, kemudian ditetesi T 0,%#$ # menit kemudian di(u(i #
dengan B. Proses ini diulang hingga beberapa kali sampai deposit kalsium hilang dan dipasang bandage lensa kontak kemudian diberi antibiotik dan sikloplegik.
*atarak Penanganan
katarak
pada
kasus
uveitis
bisa
dilakukan
dengan
fakoemulsifikasi dengan implantasi !"# in the bag . Pada kasus E9 terkait uveitis penanganan operasi katarak dilakukan dengan menunggu ketenangan reaksi dalam % bulan, kemudian diberi steroid pre operasi selama 1 hingga minggu. ilakukan sinekiolisis dengan viskoelastik diikuti oleh kapsuloresis dan fakoemulsifikasi serta implantasi !"# in the bag . teroid diberikan hingga # bulan. ianjurkan menggunakan I@! akrilik hidrofobik. Penggunaan intraoperatif tiamsinolon asetonid : mg intravitreal dapat men(egah terjadinya fibrin pas(a bedah katarak dibandingkan dengan penggunaan steroid intravenus intraoperatif.
>laukoma apat berupa hipertensi okular, glaukoma uveitik, glaukoma sekunder sudut sempit, glaukoma sekunder sudut terbuka, glaukoma induksi kortikosteroid, glaukoma uveitis mekanisme kombinasi. Pemeriksaan pasien dengan hipertensi okuli dan uveitis dianjurkan diperiksa foto papil. valuasi @'T papil nervus optikus dan pemeriksaan lapangan pandang se(ara berkala. Tindakan operasi pada uveitis adam antiades Beh(et dengan mitomisin ' intraoperatif pada trabekulotomi dapat mengontrol tekanan bola mata tanpa obat < obatan pada C% $ pasien pada akhir tahun pertama dan 4 $ pada # tahun pas(a bedah. Beberapa penyulit dijumpai & katarak, kebo(oran bleb, dan efusi koroid. Beberapa kasus khusus misalnya pada pseudofakik atau afakik membutuhkan alat drainase seperti implan monteno, implan ahmed, dan implan baerveldt. Untuk men(egah terjadinya glaukoma steroid lebih aman digunakan fluorometolol, loteprednol atau rimeksolon.
4
blasi retina blasi retina rematogenues terjadi pada % $ pasien dengan uveitis, panuveitis, infeksi uveitis, pars planitis dan uveitis posterior paling sering terjadi ablasi retina. !ebih dari %0 $ kasus uveitis dengan ablasi retina terjadi proliferasi vitreoretina 3PU95 dalam hal ini maka sklera buckling dan vitrektomi pars plana perlu dilakukan. ngka keberhasilan operasi sebesar 40 $ dengan visus akhir kurang dari 4 = 40.
;eovaskularisasi retina dan khoroid apat terjadi pada setiap uveitis kronik khususnya pada pars planitis, panuveitis sarkoidosis, beberapa variasi kasus vaskulitis retina termasuk penyakit e(les. ;eovaskularisasi retina terjadi pada radang kronis atau nonperfusi kapiler. Terapi dapat dilakukan dengan steroid atau imunodulator atau fotokoagulasi laser s(atter didaerah iskemik. ;eovaskularisasi kronik dapat berkembang pada uveitis posterior dan panuveitis pada umumnya terjadi pada histoplasmosis, koroiditis pungtata, koroiditis multifaktor idiopatik serta koroiditis serpiginosa. Terapi dilakukan dengan fotokoagulasi lokal peripapiler ditempat terjadi ;U*. Beberapa imunomodulator dapat dapat dikombinasi dengan anti ?>H seperti pegabtanid, beva(i6umab, ranibi6umad.
ndoftalmitis ikaitkan dengan inflamasi bola mata yang melibatkan vitreus dan segmen depan namun kenyataan juga dapat melibatkan koroid dan retina. Pada prinsipnya endoftalmitis dibagi bentuk yaitu infeksi dan noninfeksi. Bentuk endoftalmitis yang paling sering dijumpai adalah endoftalmitis infeksi yang dapat terjadi se(ara eksogen maupun endogen. ndoftalmitis infeksi disebut juga endoftalmitis steril disebabkan oleh stimulus non- infeksi misalnya sisa massa lensa pas(a operasi katarak = atau bahan toksik yang masuk ke dalam bola mata karena trauma.
"
>ejala klinik yang sering timbul adalah penurunan tajam penglihatan, hipopion, vitritis. Penurunan tajam penglihatan mendadak dapat berkisar mulai dari ringan hingga berat, nyeri sering menyertai kasus endoftalmitis, kadang didapat hiperemia maupun kemosis konjungtiva dan terdapat udem pada kelopak mata dan kornea
Komplikasi u'$itis post$rior 5 6
+ipopion Penyakit segmen posterior yang menunjukan perubahan-perubahan
peradangan
dalam
uvea
anterior
dan
disertai
hipopion
adalah
leukemia,penyakit beh(et,sifilis,toksokariasis,dan infeksi bakteri.
>laukoma
>laukoma sekunder mungkin terjadi paad pasien sindom nekrosis retina akut,toksoplasmosis,tuber(ulosis,atau tuber(ulosis.
?itritis Peradangan korpus vitreum dapa menyertai uveitis posterior.peradangan dalam vitreum berasal dari fo(us-fo(us radang di segmen posterior mata.peradangan dalam vitreus tidak terjadi pada pasien koroiditis geografik tau histoplsmosis.sedikit sel radang dalam vitreus dapat terlihatpaad pasien sel sar(oma reti(ulum,infeksi (ytomegalovirus,dan rubella,dan rubella dan beberapa kasus toksoplasmosis dengan fo(us-fokus ke(il pada retina.sebaliknya,peradangan berat dalam vitreus dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada tuber(ulosis,toksokariasis,sifilis.
2.7 Pro%nosis
"
Uveitis umumnya berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala dan (epat me/aspadai bila terjadi keluhan pada matanya. Tetapi tergantung di mana letak eksudat dan dapat menyebabkan atropi. pabila mengenai daerah makula dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.
C
BAB III KE*I8PULAN
Uvea terdiri dari iris, korpus siliaris dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun. Uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier 3hiperemi perikorneal atau peri(orneal vas(ular inje(tion5.
F
Uveitis posterior adalah proses peradangan pada segmen posterior uvea, yaitu pada koroid, dan disebut juga koroiditis. *arena dekatnya koroid pada retina, maka penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina 3 korioretinitis 5. Uveitis posterior biasanya lebih serius dibandingkan uveitis anterior. Uveitis umumnya berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala dan (epat me/aspadai bila terjadi keluhan pada matanya. Tetapi tergantung di mana letak eksudat dan dapat menyebabkan atropi. pabila mengenai daerah makula dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.
Da#tar Pustaka
1. +artono. +in%kasan Anatomi "an 9isiolo%i 8ata . U>M. Jogyakarta. 00"& 4. . Ilyas + idarta. *elainan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Ilmu P$n)akit 8ata. disi ketiga. Eakarta & Balai Penerbit H* UI. 00# & 10.
%. )ijaya,;ana. Ilmu P$n)akit 8ata . 'etakan ke-4. emarang. Universitas iponegoro. 1FF% & "#-4. :. ?oughan aniel >, sburg Taylor, va-9iordan Paul. ulvian Eohn +,editors. :ptalmolo%i Umum . disi 1:. Eakarta. )idya Medika. 000 & 44-"C
#. PMI. Ilmu Penyakit Mata. PMI 1FFC & 1#F-1"4 4. *anski E. Uveitis. In& 'lini(al @phthalmology. Third dition. !ondon & Butter/orth +einemann, 1FF:. 1#1-1##.
%0