BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis uvealis yang yang melipu meliputi ti perada peradanga ngan n pada pada iris, iris, korpus korpus siliari siliaris, s, dan koroid koroid yang yang disebabkan oleh infeksi, taruma, neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis iridosiklitis atau disebut disebut juga dengan uveitis anterior da merupakan uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. 1 Uveitis Uveitis umumnya umumnya unilateral, unilateral, biasanya biasanya terjadi pada deasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riayat sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur, mata merah tanpa sekret purulen dan pupil ke!il atau irreguler. Insiden uveitis di "merika "merika Serika Serikatt dan di seluru seluruh h dunia dunia diperk diperkirak irakan an sebesar sebesar 1# kasus$ kasus$1%% 1%%.%% .%%% % penduduk dengan perbandingan perbandingan yang sama antara laki&laki dan perempuan. 1,',( Uveitis Uveitis merupa merupakan kan salah salah satu penye penyebab bab kebuta kebutaan. an. )orbid )orbiditas itas akibat akibat uveitis uveitis terjadi terjadi karena karena terben terbentuk tukny nyaa sineki sinekiaa posteri posterior or sehing sehingga ga menimb menimbulk ulkan an peningkatan tekanan intraokuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat dapat timbul timbul katarak katarak akibat akibat penggu penggunaa naan n steroid steroid.. *leh *leh karena karena itu, itu, diperlu diperlukan kan penanganan uveitis yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang, dan penanganan yang tepat.( Uvea adalah organ yang terdiri dari ebberapa kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. +erdiri +erdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. )eskipun demiki demikian an sekaran sekarang g istilah istilah uveiti uveitiss diguna digunakan kan untuk untuk mengga menggamb mbarka arkan n berbag berbagai ai bentuk inflamasi intraokular intra okular yang tidak hanya han ya pada uvea tetapi juga struktur yang ada ada dide dideka katny tnya, a, baik baik kare karena na pros proses es infek infeksi, si, traum trauma, a, neop neoplas lasma ma,, maup maupun un autoimun.(
1
1.' +ujuan +ujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memberikan gambaran definisi, klasifikasi, etiologi, insidensi, pathogenesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, diagnosis, serta penatalaksaan uveitis anterior.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fiiologi
Uvea terdiri dari iris, badan siliar -!orpus siliaria, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan koroid disebut uvea posterior.1,(
Gambar 1. Anatomi Mata
2.1.1 Iri
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang membagi bola mata menjadi ' segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di tengah&tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik
3
mata depan -kamera okuli anterior dan bilik mata posterior -kamera okuli posterior. Iris mempunyai kemampuan mengatur se!ara otomotis masuknya sinar ke dalam bola mata.( Se!ara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan&lekukan di permukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripta. Di dalam stroma terdapat sel&sel pigmen yang ber!abang, banyak pembuluh darah, dan saraf.( Di permukaan anterior ditutup oleh endotel ke!uali pada kripta, dimana pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan !airan di kamera okuli anterior, yang memungkinkan per!epatan terjadinya pengaliran nutrisi ke kamera okuli anterior dan sebaliknya. Di bagian posterior dilapisi dengan ' lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina, arna iris tergantung sel&sel pigmen yang ber!abang yang terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah&ubah, sedangkan epitel pigmen jumlahnya tetap. ( Di dalam iris terdapat sfingter pupil - M. Sphincter pupillae, yang berjalan sirkuler, letaknya di dalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis, /. III. Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil - M. Dilatator pupillae, yang berjalan radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis.( Pasokan darah ke iris adalah dari !ir!ulus major iris, kapiler&kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang. Persarafan iris adalah melalui serat&serat di dalam nervi siliaris.1
2.1.2. Badan Siliar
Badan siliar -Corpus Ciliaris berbentuk segitiga, terdiri dari ' bagian yaitu pars korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira&kira 'mm dan pars plana, yang posterior tidak bergerigi panjangnya kira&kira 0mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk auous humor. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. +rauma, peradangan, neoplasma di daerah ini merupakan keadaan yang gaat.( Pada bagian pars korona diliputi oleh ' lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris. Bagian yang menonjol - processus ciliaris berarna putih oleh
4
karena tidak mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berarna hitam, karena mengandung pigmen. Di dalam badan siliaris terdapat ( ma!am otot siliar yang berjalan radier, sirkuler, dan longitudinal. Dari processus ciliaris keluar serat&serat Zonula Zinii yang merupakan penggantung lensa. 2ungsi otot siliar untuk akomodasi. 3ontraksi atau relaksasi otot&otot ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang !embung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke V. Vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel. 1,(
!am"ar 2. "natomi badan siliar
2.1.#. Koroid
3oroid merupakan bagian paling belakang dari jaringan uvea dan merupakan lapisan antara retina dan sklera. 2ungsinya sebagai pemasok nutrisi kepada lapisan luar retina. 4apisan koroid terdiri dari 1. Suprakoroid, mengandung sel&sel pigmen jaringan elastis dan kolagen. '. 4apisan vaskular, mengandung pembuluh darah besar dan ke!il dengan sel&sel pigmen yang terdapat dalam stroma di sekitar pembuluh darah. (. 3oroid kapiler, terdiri dari pembuluh&pembuluh kapiler yang teratur. 0. )embran brun!h, merupakan pelindung yang teratur yang menyuplai makanan melalui bagian dasar retina.
5
2.2. U$eiti Anterior 2.2.1. De%inii
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan siliar. Peradangan pada uvea anterior dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis anterior. 5 2.2.2. E&idemiologi
Uveitis merupakan penyebab 1%&1#6 kebutaan di /egara berkembang. Di dunia diperkirakan terdapat 1# kasus baru uveitis per 1%%.%%% populasi per tahun, atau (7.%%% kasus baru per tahun dengan perbandingan yang sama antara laki&laki dan perempuan. Sekitar 8#6 merupakan uveitis anterior. Sekitar #%6 pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Uveitis bisa terjadi pada umur di baah 15 tahun sampai umur 0% tahun. Pada beberapa negara seperti "merika Serikat, Israel, India, Belanda, dan Inggris insiden uveitis banyak terjadi pada dekade (%& 0% tahun. Setelah usia 8% tahun, angka kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya uveitis diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes 9oster, dan afakia. Bentuk uveitis pada laki&laki umumnya oftalmia simpatika akibat tingginya angka trauma tembus dan uveitis nongranulomatosa anterior akut. Sedangkan pada anita umumnya berupa uveitis anterior kronik idiopatik dan toksoplasmosis. Uveitis dapat terjadi pada usia berapapun, namun umumnya terjadi pada usia deasa muda dan anak. Uveitis biasanya bilateral. 7&1#6 kasus uveitis ialah uveitis intermedia.
6
2.2.#. Etiologi
Uveitis terjadi karena beberapa hal, antara lain a.
:ksogen Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intraokuler, ataupun iatrogenik.
b.
:ndogen 3arena adanya kelainan sistemik sebagai faktor predisposisi ; ;
Bakteri
+uberkulosa, sifilis =erpes simpleks, =erpes 9oster, >)<, Penyakit
;
?amur
3andidiasis
;
Parasit
+oksoplasma, +oksokara
;
Penyakit Sistemik
Penyakit kolagen, arthritis reumatoid, multiple
sklerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler ;
Imunologik
4ens&indu!ed iridosiklitis, oftalmia simpatika
;
/eoplastik
4imfoma, rei!ulum !ell !ar!inoma
!.
Immunodefisiensi
d.
Idiopatik
"IDS
2.2.'. Kla%iikai
)enurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior akut yaitu uveitis yang berlangsung selama @ 5 minggu, onsetnya !epat dan bersifat simptomatik dan uveitis anterior kronik uveitis yang berlangsung selama A 5
7
minggu bahkan sampai berbulan&bulan atau bertahun&tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimptomatik. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan patologi dapat dibedakan ' jenis besar uveitis yaitu granulomatosa dan non&granulomatosa. Penyakit peradangan traktur uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada orang deasa, dan usia pertengahan. Uveitis non&granulomatosa merupakan bentuk uveitis yang umum terjadi. +erutama timbul di bagian anterior traktor uvealis, yatu iris dan korpus siliaris. +erdapat reaksi radang, dengan terlibatnya infiltrat sel&sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah !ukup banyak dan sedikit mononu!lear. Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba aktof ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya agregasi makrofag dan sel&sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior. Penyebab uveitis anterior akutnon&granulomatosa dapat oleh karena trauma, diare kronis, penyakit eiter, herpes simpleks, sindrom Be!het, sindrom Posner S!hlosman, pas!a bedah, infeksi adenovirus, parotitis, influen9a, dan klamidia. Uveitis anterior kronis non&granulomatosa dapat disebabkan rheumatoid arthritis dan 2u!hs heterkromik iridosiklitis. Uveitis
anterior
granulomatosa
terjadi
akibat
sarkoiditis,
sifilis,
tuberkulosis, virus, jamur -histoplasmosis, dan parasit -toksoplasmosis.
!am"ar #. Uveitis "nterior
8
Cranulomatosa
/on&granulomatosa
*nset
"kut
+ersembunyi
Sakit
/yata
+idak ada$ringan
2otofobia
/yata
ingan
Penglihatan kabur
Sedang
/yata
)erah sirkumneal
/yata
ingan
3eratik presipitat
Putih halus
Mutton fat E
Pupil
3e!il dan tidak teratur
3e!il dan tidak teratur
Sinekia posterior
3adang&kadang
3adang&kadang
4okas
Uvea anterior
Uvea
anterior,
media,
posterior /odul iris
+idak ada
3adang&kadang
Perjalanan penyakit
"kut
3ronik
3ekambuhan
Sering
3adang&kadang
Ta"el 1. Perbedaan Uveitis Cranulomatosa dan /on&Cranulomatosa
2.2.(. Patogenei
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkna oleh efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasnaya mengikuti suatu trauma tembus okuli, alaupun kadang&kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap 9at toksik yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dari luar -antigen eksogen atau antigen dari dalam -antigen endogen. Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini
9
peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah mun!ulnya mekanisme hipersensitivitas. adang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood "ueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel&sel radang dalam humor akuos.Pada pemeriksaan biomikroskop -slit lamp hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel&partikel ke!il dengan gerak Bron -efek tyndall. Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel&sel radang berupa pus dalam >*" yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam >*", dikenal dengan hifema. "pabila proses radang berlangsung lama -kronis dan berulang, maka sel&sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate -3P. "da ' jenis keratik presipitat, yaitu 1. Mutton fat 3P besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen&pigmen yang difagosit, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa. '. Punctate 3P ke!il, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada jenis non&granulomatosa. "pabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel&sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengn kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut sekuliso pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel&sel radang, disebut oklusio pupil. Perlekatan&perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel&sel radang, akan menghambat auous humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga auous humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tamak sebagai iris bombe. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. "pabila peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis -peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan ka!a ataupun panoftalmitis -peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak
10
segera ditangani, dapat pula terjadi symphateti! ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. 3omplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan siliar. 2.2.)
!e*ala Klini
Cejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri, penurunan tajam penglihatan dan hiperlakrimasi. Sedangkan pada keadaan kronis gejala uveitis anterior yang ditemukan dapat minimal sekali, meskipun proses radang yang hebat sedang terjadi. a. Uveitis "nterior ?enis /on&Cranulomatosa Pada bentuk non&granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, injeksi, fotofobia dan penglihatan kabur. +erdapat kemerahan sirkumkorneal atau injeksi siliar yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh pembuluh darah limbus. Deposit putih halus -keratic presipitate$ 3P pada permukaan posterior kornea dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan ka!a pembesar.
3P
adalah
deposit
seluler
pada
endotel
kornea.
3arakteristik dan distribusi 3P dapat memberikan petunjuk bagi jenis uveitis. 3P umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari kornea. +erdapat 0 jenis 3P yang diketahui, yaitu small KP, medium KP, large KP dan fresh KP. Small KP merupakan tanda khas pada herpes 9oster dan Fuchs u!eitis s"ndrome. Medium KP terlihat pada kebanyakan jenis uveitis anterior akut maupun kronis. #arge KP biasanya jenis mutton fat biasanya terdapat pada uveitis anterior tipe granulomatosa. Fresh KP atau 3P baru terlihat berarna putih dan melingkar. Seiring bertambahnya aktu, akan berubah menjadi lebih pu!at dan berpigmen. Pupil menge!il dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di kamera anterior. ?ika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak teratur. b. Uveitis "nterior ?enis Cranulomatosa Pada bentuk granulomatosa, biasanya onsetnya tidak terlihat. Penglihatan berangsur kabur dan mata tersebut memerah se!ara difus di daerah sirkumkornea. Sakitnya minimal dan fotofobianya tidak
11
seberat bentuk non&granulomatosa. Pupil sering menge!il dan tidak teratur karena terbentuknya sinekia posterior. 3P mutton fat besar& besar dapat terlihat dengan slit-lamp di permukaan posterior kornea. +ampak kemerahan, flare dan sel&sel putih di tepian pupil -nodul 3oeppe. /odul&nodul ini sepadan dengan 3P mutton fat . /odul serupa di seluruh stroma iris disebut nodul Busa!!a.
2.2.+ Diagnoi
Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. ',8,7 a. "namnesis "namnesis dilakukan dengan menanyakan riayat kesehatan pasien, misalnya pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian riayat penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita oleh pasien. 3eluhan yang dirasakan pasien biasanya antara lain a/yeri dangkal $dull pain%, yang mun!ul dan sering menjadi lebih terasa ketika mata disentuh pada kelopak mata. /yeri tersebut dapat beralih ke daerah pelipis atau daerah periorbital. /yeri tersebut sering timbul dan menghilang segera setelah mun!ul. b 2otofobia atau fotosensitif terhadap !ahaya, terutama !ahaya matahari yang dapat menambah rasa tidak nyaman pasien !3emerahan tanpa sekret mukopurulen d Pandangan kabur $&lurring% eUmumnya unilateral
b. Pemeriksaan *ftalmologi a
12
meningkat akibat perubahan aliran keluar $outflo'% !airan akuos !3onjungtiva terlihat injeksi silier$ perilimbal atau dapat pula -pada kasus yang jarang injeksi pada seluruh konjungtiva d 3ornea 3P -F, udema stroma kornea eCamera (culi )nterior ->*" sel&sel flare dan$atau hipopion Ditemukannya sel&sel pada !airan akuos merupakan tanda dari proses inflamasi yang aktif. ?umlah sel yang ditemukan pada pemeriksaan slit-lamp dapat digunakan untuk grading. Crade % sampai F0 ditentukan dari % tidak ditemukan sel F1 #&1% sel F' 11&'% sel F( '1% sel F0 A #% sel )*ueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari pembuluh darah iris yang mengalami peradangan. "danya flare tanpa ditemukannya sel&sel bukan indikasi bagi pengobatan. )elalui
hasil pemeriksaan slit-lamp
yang
sama
dengan
pemeriksaan sel, flare juga diklasifikasikan sebagai berikut % tidak ditemukan flare F1 terlihat hanya dengan pemeriksaan yang teliti F' moderat, iris terlihat bersih F( iris dan lensa terlihat keruh F0 terbentuk fibrin pada !airan akuos =ipopion ditemukan sebagian besar mungkin sehubungan dengan penyakit terkait =4"&B'8, penyakit Beh!et atau penyakit infeksi terkait iritis. f Iris dapat ditemukan sinekia posterior g 4ensa dan korpus vitreus anterior dapat ditemukan lentikular presipitat pada kapsul lensa anterior. 3atarak subkapsuler posterior dapat ditemukan bila pasien mengalami iritis
13
berulang.
!. Pemeriksaan 4aboratorium Pemeriksaan
laboratorium
mendalam
umumnya
tidak
diperlukan untuk uveitis anterior, apalagi bila jenisnya non&granulomatosa atau menunjukkan respon terhadap pengobatan non spesifik. "kan tetapi pada keadaan dimana uveitis anterior tetap tidak responsif terhadap pengobatan
maka
diperlukan
usaha
untuk
menemukan
diagnosis
etiologiknya. Pada pria muda dengan iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka diperlukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa. Pada kelompok usia yang lebih muda, arthritis reumatoid juvenil harus selalu dipertimbangkan khususnya pada kasus& kasus iridosiklitis kronis. Pemeriksaan darah untuk antinuclear anti&od" dan rheumatoid factor serta foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan. Perujukan ke ahli penyakit anak dianjurkan pada keadaan ini. Iridosiklitis dengan 3P mutton fat memberikan kemungkinan sarkoidosis. 2oto rontgen toraks sebaiknya dilakukan dan pemeriksaan terhadap en9im liso9im serum serta serum angiotensine con!erting en+"me sangat membantu. Pemeriksaan terhadap =4"&B'8 tidak bermanfaat untuk penatalaksanaan pasien dengan uveitis anterior, akan tetapi kemungkinan dapat memberikan perkiraan akan suseptibilitas untuk rekurens. Sebagai !ontoh, =4"&B'8 ditemukan pada sebagian besar kasus iridosiklitis yang terkait dengan spondilitis ankilosa. +es kulit terhadap tuberkulosis dan histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibodi terhadap toksoplasmosis. Berdasarkan tes&tes tersebut dan gambaran kliniknya, seringkali dapat ditegakkan diagnosis etiologiknya. Dalam usaha penegakan diagnosis etiologis dari uveitis diperlukan bantuan atau konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan foto rontgen, ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis reumatoid, ahli penyakit +=+ pada ksus uveitis akibat infeksi sinus paranasal, ahli penyakit gigi dan mulut pada kasus uveitis dengan fokus infeksi dirongga mulut, dan lain&lain.
14
2.2., Diagnoi Banding
Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior 1,G 1.3onjungtivitis Pada konjungtivitis
penglihatan tidak kabur, respon pupil
normal, ada kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi siliaris. '.3eratitis atau keratokonjungtivitis. Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes 9oster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya. (.Claukoma akut. Pada glaukoma akut pupil melebar, tidak ditemukan sinekia posterior dan korneanya beruapE.
2.2.-
Penatalakanaan
+ujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau mempebaiki fungsi penglihatan mata. "pabila sudah terlambat dan fungsi pengllihatan tidak dapat lagi dipuilihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk men!egah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. +ujuan terapi uveitis anterior adalah men!egah sinekia posterior, mengurangi keparahan $se!erit"% dan frekuensi serangan atau eksaserbasi uveitis, men!egah kerusakan pembuluh darah iris yang dapat mengubah kondisi dari iridosiklitis akut menjadi iridosiklitis kronik -terjadi perburukan diagnosis dan meningkatkan derajat keparahan keadaan yang memang sudah kronik, men!egah atau meminimalkan perkembangan katarak sekunder, dan tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan pasien
1. Untuk uveitis anterior non&granulomatosa a"nalgetik sistemik se!ukupnya untuk mengurangi rasa sakit
15
b 3a!amata gelap untuk keluhan fotofobia !Pupil harus tetap dilebarkan untuk men!egah sinekia posterior. "tropine digunakan sebagai pilihan utama untuk tujuan ini. 3emudian setelah reda, dilanjutkan dengan kerja singkat seperti siklopentolat atau homatropin d +etes steroid lokal !ukup efektif digunakan sebagai anti radang dan menurunkan +I*. +etes steroid lo!al yang paling aman adalah 2luorometalon dengan pemberian kurang dari 1 bulan dan membutuhkan pengaasan eSteroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal selang sehari yang tinggi dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian steroid untuk jangka lama dapat menimbulkan katarak, glaukoma dan midriasis pada pupil. f Sikoplegik spesifik diberikan dengan aktu ' minggu untuk mengatasi penglihatan. /amun, dapat diberikan dalam jangka aktu yang lama sampai tidak ada sinekia posterior. Sikloplegik dapat meminimalisir pengeluaran sel&sel radang dengan mengistirahatkan badan siliar yang sedang meradang.
'. Untuk uveitis anterior granulomatosa +erapi diberikan sesuai dengan penyebab spesifiknya. "tropin '6 diberikan sebagai dilator pupil bila segmen anterior terkena.
2.2.1 Prognoi
Uveitis umumnya berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala dan !epat measpadai bila terjadi keluhan pada matanya. +etapi bergantung dimana letak eksudat dan dapat menyebabkan atrofi. "pabila mengenai daerah ma!ula dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.
16
2.2.11 Kom&likai
Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior 1
Claukoma. Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer yang menghalangi humor akuos keluar di sudut iridokornea -sudut kamera anterior sehingga dapat menimbulkan glaukoma . Sinekia posterior dapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos humor di belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan
'
3atarak. Cangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak, di samping itu perlekatan iris dengan kapsul lensa juga dapat menjadi titik aal timbulnya kekeruhan dimana dapat menimbulkan katarak
( :dema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis anterior yang berkepanjangan.
17
BAB # PENUTUP #.1.
Keim&/lan
Uveitis anterior adalah peradangan iris dan bagian depan badan siliar -pars plikata, kadang&kadang menyertai peradangan bagian belakang bola mata, kornea, dan sklera. Peradangan pada uvea dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis anterior. Uveitis anterior terbagi atas granulomatosa dan non&granulomatosa, dan bentuk yang umum terjadi adalah uveitis non&granulomatosa. :tiologi uveitis anterior terbagi atas faktor eksogen, endogen, imunodefisiensi, dan idiopatik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan pemeriksaan laboratorium. +atalaksana utama adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. 3omplikasi uveitis anterior yang tersering adalah glaukoma dan katarak.
18
DAFTA0 PUSTAKA
1.
lini!al *phthalmology. +hird :dition. 4ondon Butterorth =einemann, 1GG0. 1#1&1##. (. Ceorge . /on Cranulomatous "nterior Uveitis, '%%#. http$$.emedi!ine.!om diakses tanggal # mei '%1#J 0. Smith , /o9ik . Uveitis. Baltimore Hilliams and Hilkins, 1G7(. 8'&80. #. Cuide ". Uveitis. http$$.preventblindnessameri!a.org diakses # mei '%1#J 5. Ilyas S. Uveitis "nterior. Dalam Ilmu Penyakit )ata. :disi kedua. ?akarta 23UI, '%%'. 17%&171. 8. Cordon 3. Iritis and Uveitis, '%%#. http$$.emedi!ine.!om diakses tanggal # mei '%1#J 7. =olli!h 2. *ftalmologi. :disi kedua. ?akarta Binarupa "ksara, 1GG(. 118& 1(7. G. /eell 2H. Inflammatory Disorders. In *phthalmology. 2ifth :dition. 4ondon +he >< )osby >ompany, 1G7'. '#7&'58. 1%. ao /", 2oster D?, "ugsburger ??. Uveitis and Intrao!ular /eoplasms. In =e Uvea. /e Kork aven Press, 1GG'.
19