REF LECTI LECTI VE PRACT PRACTII CE PATTER PATTER N OF OF KNOW KNOWI NG I N NURSI NURSI NG TEORI KEPERAWATAN JEAN WATSON
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh : Noor Fithriyah
(220120170014) (220120170014)
Tri Nur Jayanti
(220120170023) (220120170023)
Anis Ardiyanti
(220120170039) (220120170039)
Rinda Intan S
(220120170040) (220120170040)
MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2 1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Identifying Pattern of Knowing ...................................................................... 3 2.2 Teori Keperawatan Jean Watson.................................................................... 4 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Empirical knowing .......................................................................................... 10 3.2 Ethical knowing . .............................................................................................. 12 3.3 Aesthetical knowing ........................................................................................ 13 3.4 Personal knowing ............................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah keperawatan mulai dikenal sejak Florence Nightingale 1860 sebagai relawan perang Crimean tahun 1953 dan membantu korban perang dengan membawa lilin sehingga dikenal “lady with the lamp”. Kemudian abad 20 perang saudara yang terjadi di Amerika Serikat juga menstimulus terjadinya pertumbuhan keperawatan di negara tersebut, sehingga berdirilah palang merah Amerika Serikat oleh Clara Barton. Clara Barton merawat prajurit di medan perang. Selanjutnya, terjadi perubahan perkembangan keperawatan berbasis penelitian dan ilmu pengetahuan yang dimulai oleh profesor keperawatan pertama di Universitas Columbia tahun 1906 yaitu Mary Adelaide Nutting. Mary telah mengembangkan
afiliasi
pendidikan
keperawatan.
Seiring
perkembangan
keperawatan menuntut pula pengembangan praktik dan pendidikan pada abad ke 21 sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Potter & Perry, 2010). Pengembangan pendidikan keperawatan selalu diiringi dengan perkembangan ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan adalah rangkaian teori dan praktik yang bertujuan dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien. Suatu teori dalam ilmu keperawatan harus mampu dianalisis, dibuktikan dan dikembangkan dengan parameter dalam ilmu kesehatan secara umum maupun secara khusus. Ilmu keperawatan berfokus pada proses hubungan kepedulian manusia dan lingkungan. Hal ini diartikulasikan kedalaman makna kepedulian dalam kesehatan manusia dari pengalaman empiris, etika, estetika, pribadi, dan pola sosial budaya (Carper, 1978). Ilmu keperawatan berdiri sendiri sebagai ilmu dan mempunyai body of knowledge. Body of knowledge keperawatan merupakan suatu landasan ilmiah dalam praktik keperawatan yang memiliki suatu pola, bentuk dan struktur. Terbentuknya Body of Knowledge ini mengikuti suatu pola yang disebut Pattern of Knowing in Nursing. Pola dan struktur ini akan memberikan sudut pandang tertentu kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan penilaian suatu fenomena.
1
Sehingga, dalam memahami pola ini akan memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang makna dan hal-hal penting dalam ilmu keperawatan (Carper, 1978). Perkembangan ilmu keperawatan dipengaruhi oleh bebagai model teori keperawatan, salah satunya teori Jean Watson. Seorang theorist keperawatan Jean Watson mengemukakan model konsep teori yaitu Human Caring dengan prinsip utama yaitu “Human Science and Human Care“. Teori Watson ini menyatakan ada empat konsep utama yaitu manusia, lingkungan, sehat-sakit, dan keperawatan. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor , yang bermula dari prespektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filosofi humanistik dan sistem nilai, serta seni yang kuat. Pendidikan keperawatan percaya bahwa pengetahuan tentang teori ini mampu memberikan nilai kepedulian yang akan menjadi modal dalam aplikasi keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka kelompok melakukan analisis teori model keperawatan Jean Watson berdasarkan Pattern of Knowing in Nursing khusunya dalam pendidikan.
1.2 Tujuan
a.
Mejelaskan pattern of knowing secara umum
b.
Menjelaskan teori model keperawatan Jean Watson
c.
Menganalisis teori Jean Watson berdasarkan pattern of knowing
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan teori model keperawatan Jean Watson serta mampu menganalisa pattern of knowing teori Jean Watson yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendidikan keperawatan.
2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 I dentifying Patterns of Knowing
Carper (1978) mengidentifikasi Patterns of Knowing atau pola dasar dalam pembentukan konsep pengetahuan keperawatan menjadi empat, yaitu: a. Empirics: The Science of Nursing Pengetahuan empiris memberikan informasi sesuai faktual, obyektif, deskriptif, dan dapat diverifikasi melalui pengujian yang berulang, sehingga dapat dijelaskan, diprediksi, dan digeneralisasikan secara ilmiah (Carper, 1978). Hasil pengetahuan empiris dalam keperawatan disebut sebagai “Ilmu Keperawatan / The Science of Nursing ” yang diperoleh melalui penelitian yang sistematis. Pengetahuan empiris penting untuk diketahui karena menjadi dasar dalam pembentukan dan pengembangan teori keperawatan. b. Esthetics: The Art of Nursing Pengetahuan estetika memberikan informasi berbentuk subjektif, unik, ekspresif dan bergantung pada persepsi, interpretasi, pemahaman, dan intuisi yang sifanya sesaat. Hal tersebut dibuktikan melalui sikap perawat dalam menanggapi suatu hal yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa. Estetika menggabungkan antara pengertian dan empati yang berasal dari proses analisis sintesis. Selanjutnya, estetika menghasilkan nilai-nilai yang tidak dapat dideskripsikan maupun dirumuskan secara kuantitatif. c. Ethic: The Moral Component Etika mengacu pada komponen moral dan kode etik dalam praktik keperawatan. Etika dalam praktik keperawatan melibatkan pembuatan keputusan yang benar, tepat, dan bertanggungjawab atas keamanan pasien. Dilema moral sering kali muncul dalam pengambilan keputusan karena adanya beberapa pilihan, ketidakpastian, dan konsekuensi yang sulit untuk diprediksi. Etika harus mampu mengatasi norma, prinsip, dan kepentingan yang bertentangan didasarkan pada persepsi dan nilai-nilai yang ada pada
3
pasien. Pertanyaan untuk mengetahui nilai etis adalah “ Is this right? Is this just ?” (Jacobs-Kramer and Chinn, 1988). d.
The Component of Personal Knowledge Pengetahuan pribadi mengacu pada diri sendiri dan pengembangan hubungan interpersonal antara diri sendiri sebagai perawat dengan pasien. Pertanyaan untuk mengetahui diri sendiri adalah “ Di i know what i do? ” dan “ Do i do what i know?” (Jacobs-Kramer and Chinn, 1988). Cara tersebut dapat digunakan untuk melihat apakah perawat tahu tentang sakit pasiennya, proses
sakit
pasiennya,
dan
tindakan
untuk
membantu
pasiennya.
Pengetahuan pribadi menggabungkan antara pengalaman, pengetahuan, dan aktualisasi diri. Pengetahuan pribadi membutuhkan kedewasaan dan rasa percaya diri yang dapat muncul sejalan dengan proses bertambahnya usia dan pengalaman.
2.2 Teori Keperawatan Jean Watson
Model Keperawatan Watson sudah dikembangkan sejak tahun 1970. Margaret Jean Watson mengembangkan Teori Perawatan Manusia (Theory of Human caring ), yang menganggap perawatan efektif melalui hubungan transpersonal, yaitu perawatan yang melampaui waktu, ruang, masalah pasien, dan profesional sehingga membentuk suatu elemen yang harmoni untuk mempromosikan kesembuhan. Proses caritas klinis muncul dari faktor caritas Watson sendiri yang melibatkan promosi iman, kepercayaan, cinta, harapan, perhatian,
tanpa
pamrih,
spiritualitas,
energi,
dan
pengertian.
Watson
menggunakan kata dari bahasa Yunani 'caritas' yang berarti sesuatu yang sangat bagus dan sangat berharga. Dia menyerukan agar proses caritas klinis ini menjadi panduan yang digunakan untuk mempraktikkan teori ini. Jean Watson (1979) meyakini bahwa praktik caring adalah inti dari keperawatan, hal ini merupakan fokus pemersatu dalam keperawatan. Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut sebagai carrative factors, yakni panduan yang disebut Watson sebagai “inti keperawatan”. Teori
4
Perawatan Manusia (Theory of Human Caring ) yang dikembangkan Watson terkenal dengan 10 elemen dari perawatan, yaitu: 1.
Pembentukan sistem nilai humanistik-altruistik. Mempraktikkan kebaikan dan ketenangan hati, bahkan untuk diri sendiri, beberapa elemen ini terkait dengan empati. Sebelum memberikan perawatan kepada orang lain, hal ini terkait dengan pengakuan manusia secara profesional, yang memiliki emosi dalam suatu hubungan. Bagi Watson, semua orang yang terlibat dalam proses perawatan harus mengungkapkan perasaan mereka, sehingga dapat membangun hubungan empati secara bersama-sama. Dengan cara ini, ia menciptakan ruang untuk hubungan perawatan, mempromosikan rasa saling menghormati.
2.
Menanamkan keyakinan dan harapan. Untuk
hadir
dan
mempromosikan
sistem
kepercayaan
yang
diperhatikan merupakan dasar empati. Fokus dan perhatian diberikan kepada pasien sebagai awal proses empati dan itu memungkinkan untuk memahami pengalaman pasien. Kehadiran perawat adalah sebagai bentuk perhatian kepada pasien tersebut. 3.
Kewaspadaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Unsur
ketiga
berkaitan
dengan
praktik
perkembangan
yang
meningkatkan pengetahuan diri. Kegiatan yang mengembangkan pengetahuan diri didorong oleh teori empati, karena sangat penting untuk meingkatkan kemampuan dalam menempatkan diri dalam posisi orang lain. 4.
Mengembangkan hubungan yang suportif berdasarkan kepercayaan. Mengembangkan dan mendukung hubungan saling percaya merupakan hubungan perawatan yang paling mendasar.
5.
Menerima dan mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Sebagai seorang perawat harus memiliki sensitifitas terhadap emosi pasien. Perawat harus mampu menjadi pendengar bagi pasien, sehingga perawat bisa mengetahui perasaan pasien yang sesungguhnya dan bisa menempatkan diri.
6.
Penggunaan sistematik terhadap metode penyelesaian masalah ilmiah.
5
Proses keperawatan tetap harus dilaksanakan secara sistematis dalam memecahkan masalah pasien. 7.
Meningkatkan proses pembelajaran secara interpersonal. Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk membedakan caring dan curing . Bagaimana perawat menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi kepada klien, perawat menfasilitasi proses ini dengan memberikan pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya dan alternatif pengobatan lain, dalam hal ini, perawat harus mampu memahami persepsi klien dan meredakan situasi yang menegangkan agar proses belajar-mengajar ini berjalan lebih efektif.
8.
Memberikan lingkungan yang suportif dan protektif terhadap mental, fisik, sosial budaya, dan spiritual. Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual klien. Lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan, dan lingkungan yang estetik. Melalui pengkajian perawat dapat menentukan penilaian seseorang terhadap situasi dan dapat mengatasinya. Perawat dapat memberikan dukungan situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang lebih akurat dan memberikan informasi sehingga klien dapat mengatasi masalahnya.
9.
Mendukung pemenuhan kebutuhan manusia. Hirarki kebutuhan dasar Watson hampir sama dengan Maslow, yakni kebutuhan untuk bertahan hidup, fungsional, integrasi, untuk tumbuh dan mencari bantuan ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Keterbukaan terhadap pengalaman eksistensial/fenomenologi. Tentang unsur kesepuluh, ini adalah cerminan bagaimana empati membantu dalam aspek spiritualitas, kehidupan dan kematian. Membantu seseorang untuk mengerti kehidupan dan kematian, keduanya dapat
6
membantu seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi kehidupan dan kematian Sepuluh faktor carative tersebut merupakan dasar dari model Watson, yang ia deskripsikan sebagai filosofi dan ilmu dari memberikan asuhan. Watson menempatkan asuhan sebagai jantung dari seni dan ilmu keperawatan. Ia menggambarkan keperawatan sebagai asuhan dari orang ke orang, atau asuhan transpersonal, yang ia lihat sebagai “hubungan antar -manusia yang masingmasing disentuh oleh rasa kemanusiaan dari yang lain”. Watson menambahkan faktor carative nya dengan tujuh asumsi utama berikut ini : a.
Asuhan hanya dapat didemonstrasikan secara efektif dan dipraktikkan secara interpersonal.
b.
Asuhan terdiri dari faktor-faktor carative yang mengarah pada kepuasan kebutuhan manusia tertentu.
c.
Asuhan yang efektif meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu atau keluarga.
d.
Respons asuhan menerima seseorang tidak hanya sebagai dirinya sekarang, namun juga sebagai seseorang di masa yang akan datang.
e.
Lingkungan memberikan potensi perkembangan yang memungkinkan seseorang untuk memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri pada suatu waktu.
f.
Asuhan lebih berorientasi pada kesehatan daripada penyembuhan. Asuhan mengintegrasikan pengetahuan bio-fisik dengan pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan memberikan pertolongan bagi mereka yang sedang sakit. Ilmu mengasuh merupakan pelengkap dari ilmu menyembuhkan.
g.
Praktik asuhan merupakan inti dari keperawatan. Filosofi
Watson
tentang
Asuhan
Keperawatan
berupaya
untuk
mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan. Tindakan keperawatan mengacu langsung pada pemahaman hubungan antara sehat, sakit, dan perilaku manusia. Keperawatan memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan serta pencegahan
7
terjadinya penyakit. Model Watson dibentuk melingkupi proses asuhan keperawatan,
pemberian
bantuan
bagi
klien
dalam
mencapai
atau
mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian yang damai. Intervensi keperawatan berkaitan dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami perilaku dan respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual ataupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana berespons terhadap orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat juga memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan keluarganya. Asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan klien.
2.3 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan a.
Manusia
Watson mendeskripsikan persepsi holistik tentang manusia dari segi spiritual, mental dan fisik, yang berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh di dunia. Berbagai bagian dari manusia terdiri dari kesatuan yang tidak dapat dibagi. Manusia adalah makhluk fisik dan makhluk spiritual, dengan pengalaman dan eksistensi individu. Dia menggambarkan seseorang sebagai, "organisme yang mengalami atau merasakan”. b.
Lingkungan
Manusia berhubungan dengan dunia dengan cara komunikasi terbuka. Setiap individu hidup melalui dan menciptakan peristiwa dengan riwayatnya yang unik dan harapannya terhadap masa depan. Peristiwa tersebut dapat dipandang sebagai titik spesifik pada ruang dan waktu yang membentuk dasar persepsi dan pengalaman fundamental. Peristiwa dimana dua orang bertemu memberikan kesempatan untuk keperawatan. Lingkungan menurut Watson adalah lingkungan yang eksistensial bagi diri seseorang. Pengaruh dunia sosial yang lebih luas dan lingkungan fisik merupakan pertimbangan sekunder yang terbaik dari model ini.
8
Watson membahas lingkungan secara lebih abstrak. Lingkungan harus bersifat transformatif. Dia percaya bahwa perawatan dan penyembuhan harus dapat dilakukan di lingkungan yang dibantu oleh perawat. Perawat membantu mengatur lingkungan, memastikan semua faktor untuk penyembuhan, seperti dukungan, perlindungan dan spiritualitas. c.
Sehat dan sakit
Sehat
dinyatakan
sebagai
tidak
adanya
penyakit.
Watson
menghubungkan sehat dengan pengalaman kesatuan dan harmoni dalam tubuh, jiwa dan pikiran, sedangkan sakit berhubungan dengan pengalaman subjektif ketidakharmonisan dalam tubuh, jiwa dan pikiran. Watson merujuk ketidaksadaran
sebagai
contoh
jelas
dari
ketidakharmonisan
antara
komponen-komponen ini. Sejalan dengan filosofi fenomenologi dan eksistensialnya, sehat dan sakit dipandang sebagai pengalaman hidup. Sebagian orang yang lain percaya bahwa pemahaman subjektif dari pengalaman ini merupakan hal yang sangat penting. d.
Keperawatan
Tujuan dari keperawatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pencegahan penyakit dengan memberikan hubungan yang memberikan kesempatan maksimal kepada pasien untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Menurut Watson, penting bagi pasien untuk mencoba dan memberikan makna terhadap penyakit, nyeri, dan penderitaannya, untuk mencoba dan membuatnya sebagai pengalaman yang bermakna yang memberinya kekuatan pribadi untuk mendapatkan kontrol kembali terhadap situasinya. Melalui hubungan yang bermakna antara pasien dan perawat, di berbagai peristiwa yang terjadi perawat merupakan mitra bagi pasien. Aspek moral dari keperawatan dan pemberian bantuan terhadap seseorang memberikan makna bagi situasinya tersebut yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal secara signifikan selama pemberian asuhan.
9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 E mpirical K nowing
Empiris yaitu sesuatu yang bisa diamati, nyata dan berdasarkan fakta. Pola pengetahuan dalam keperawatan berdasarkan pada empiris atau fakta yang bertujuan untuk mengembangkan penjelasan yang abstrak. Institusi pendidikan merupakan suatu wadah bagi pengetahuan keperawatan dan pengembangannya melalui penelitian yang dapat dilakukan oleh mahasiswa maupun pendidik. Dalam
pendidikan
khususnya
keperawatan,
seharusnya
mampu
menghasilkan lulusan atau perawat yang berkompeten. Salah satu cirinya yaitu dapat mengetahui tentang manusia baik kebiasaan, respon, maupun ada atau tidaknya potensi yang timbul terkait kesehatannya. Perawat juga perlu mengetahui kebutuhan individu dengan cara memberikan perhatian dan empati kepada klien dan keluarga. Hal ini dapat disebut dengan caring . Watson mengemukakan caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk memberikan pelayanan (Potter & Perry, 2010). Indikator keberhasilan pendidik dapat dilihat dari kemampuan mahasiswa termasuk kemampuan dalam human care. Pendidik dapat memberikan pendidikan yang tepat mengenai caring dengan menggunakan teori Jean Watson. Teori Jean Watson dalam keperawatan yaitu“human science and human care”. Fokus teori ini adalah carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Perspektif humanistik melalui caring perlu ditanamkan pada mahasiswa saat menempuh dunia pendidikan. Perspektif humanistik didasarkan pada filosofi humanistik yang memberi pondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan. Telah banyak penelitian yang mendukung teori ini dan dapat dibuktikan secara aplikatif. Hal ini didukung dengan penelitian Muhlisin (2008) tentang aplikasi model konseptual Jean Watson dalam asuhan keperawatan. Teori caring Jean Watson memiliki perspektif yang berbeda. Teori Watson mencakup nilai dan kepedulian yang relevan untuk penerapannya dalam proses keperawatan.
10
Dilihat dari sejarah Jean Watson menemukan teori yaitu dengan seeing dan hearing ini dapat disimpulkan bahwa teori ini dalam suatu tahapan untuk terwujudnya empirical knowing . Teori Jean Watson menyatakan “ Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction”. Tujuan keperawatan dapat terwujud dengan adanya ilmu pengetahuan keperawatan yang didasarkan pada human science and human care sebagai domain utama. Human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris (Watson, 1985). Watson mengemukakan “human care is the heart of nursing ” dengan pandangan keperawatan sebagai science tentang human caresecara komprehensif. Teori ini telah dibuktikan oleh beberapa ahli yang telah melakukan penelitian terkait human care. Hasil penelitian Siswantoro (2014) menyatakan mahasiswa yang mempunyai kecerdasan berperilaku caring dapat meningkatkan kompetensi
keperawatan.
Peningkatan
perilaku
caring
(compassion
dan
competence) sangat penting didasari dengan kemampuan kecerdasan emosional yang baik. Hal ini dimulai dan dibangun melalui institusi pendidikan dalam pembangunan human care bagi mahasiswa dengan harapan menghasilkan lulusan perawat profesional. Suatu teori menjadi empiris atau nyata dan dapat diaplikasikan adalah teori yang telah terbukti akurat. Akurasi sebuah teori menggambarkan sebuah fenomena (Potter & Perry, 2010). Pengembangan penelitian caring telah ditunjukkan oleh Watson dari bukunya yang berjudul “ Assessing and Measuring Caring in Nursing and Health Science”. Lebih dari 20 instrumen Watson gunakan untuk mengkaji dan mengukur caring . Hal ini menunjukkan bahwa teori keperawatan tentang caring merupakan sebuah pengetahuan empiris karena dapat diukur dan diuji secara statistic yang bersifat factual, objektif, dan dapat diverifikasi. Ditinjau dari kurikulum pendidikan, Jean Watson telah menyajikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, membantu penelitian dan kurikulum pendidikan keperawatan (Perry & Potter, 2010). Pada tahun 1970-an Jean Watson ikut serta dalam pembuatan kurikulum keperawatan di Amerika. Kemudian pada
11
tahun 1979, Watson mempublikasikan bukunya yang berjudul Nursing: The Philosophy and Science of Caring dan dijadikan sebagai model teori dan acuan dalam membuat kurikulum yang merupakan dasar dari teori keperawatan (Basford, 2006). Dilihat pula dari elemen teori Jean Watson yaitu 10 carrative faktor, menunjukkan bahwa teori Watson merupakan suatu empirical knowing yang dapat memberikan guide pada perubahan penelitian, praktik, maupun sosial. Proses caring berfungsi sebagai struktur landasan teoritis-filosofis untuk disiplin ilmu dalam profesi keperawatan. Moralitas dan faktor kepedulian dalam proses keperawatan mendorong perubahan, perkembangan dan pendalaman tentang manusia dan suatu pelayanan untuk tujuan keperawatan itu sendiri (Watson, 2007). Penulis menyimpulkan bahwa teori Watson ini merupakan pola pengetahuan dasar pada keperawatan yang dilakukan secara empiris, faktual, dan deskriptif dari pengembangan abstrak dan teori yang akhirnya menjadi suatu empirical knowing .
3.2 E thical K nowing
Ethical knowing dalam keperawatan memerlukan pemahaman tentang berbagai posisi filosofis mengenai apa yang baik, apa yang seharusnya diinginkan, apa yang benar, dari kerangka etika yang berbeda yang dirancang untuk mengatasi kompleksitas penilaian moral, dan berbagai orientasi. Pilihan moral yang harus dibuat kemudian harus dipertimbangkan dalam hal tindakan spesifik yang harus dilakukan dalam situasi nyata dan konkret. pemeriksaan standar, kode, dan nilai yang dengannya kita memutuskan apa yang benar secara moral. (Carper, 1978) Watson dalam teorinya menjelaskan tentang 10 faktor carative yang merupakan struktur inti dari teori keperawatan yang dikembangkannya. Faktorfaktor carative Watson membantu untuk menentukan kerangka kerja disiplin dan profesi keperawatan tentang visi yang lebih mendalam dan komitmen etis terhadap proses perawatan dalam keperawatan. Watson menjelaskan semua orang yang terlibat dalam proses perawatan harus mengungkapkan perasaan mereka,
12
dengan cara ini, ia menciptakan ruang untuk hubungan perawatan dan rasa saling menghormati. Teori Jean Watson sangat memperhatikan hubungan transpersonal antara perawat dan pasien untuk menumbuhkan perasaan empati sehingga tercipta hubungan saling percaya dalam proses perawatan. Watson menyatakan bahwa perawatan adalah “moral ideal ”, dia menjelaskan bahwa kontak antara dua manusia dapat membantu pasien mendapatkan pengetahuan baru yang akan membantu pemulihan dan meningkatkan keharmonisan tubuh. Keperawatan menurut Watson merupakan human science, yaitu adanya moral-moral penting, spiritual,
dan
komponen
metafisik
dan
menggunakan
semangat
untuk
berhubungan dengan orang lain. Model Watson mewujudkan hubungan, kepedulian transpersonal dan spiritual yang baik sesuai dalam proses keperawatan. Mengintegrasikan kepedulian terhadap kurikulum sangat penting di lingkungan perawatan kesehatan saat ini, di mana ketajaman dan kemajuan teknologi yang tinggi mengancam hubungan pasien- perawat. Ketika sebuah perguruan tinggi atau universitas mengadopsi teori Watson sebagai kerangka kerja, seorang siswa perawat memperoleh pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap semua aspek kurikulum. Oleh karena itu, model dan konsepnya banyak digunakan dalam kurikulum keperawatan saat ini. Teori Watson yang diterapkan bukan hanya untuk perawat-pasien namun juga diterapkan pada interaksi pendidik-siswa. Perawat pendidik yang memiliki etika keperawatan yang kuat harus mampu menjadi role model bagi siswanya.
3.3 Aesthetical Knowing
Carper (1978) menyatakan aestethic knowing keperawatan berhubungan dengan seni pada ketrampilan manual ataupun teknikal dalam praktik keperawatan. Keperawatan merupakan suatu ilmu dan seni dimana di dalamnya mengandung keindahan. Teori Jean Watson berfokus pada “human science and human care”. Pendidik perlu mengembangkan filosofi humanistik dan sistem nilai serta seni yang kuat dalam keperawatan. Filosofi humanistik dan sistem nilai
13
ini memberi landasan bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat mengembangkan nilai-nilai dan ketrampilan berpikir kritis. Pengembangan ketrampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam keperawatan yang fokusnya pada peningkatan kesehatan. Sehingga pendidik dalam mempersiapkan mahasiswanya perlu memasukkan ke dalam kurikulum sebagai awal mahasiswa belajar memahami bagaimana kondisi di lingkungan keperawatan dengan berbagai macam latar belakang manusia. Watson memandang manusia sebagai makluk sempurna yang memiliki berbagai perbedaan dalam rentang sehat-sakitnya yang salah satunya dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini perawat yang akan berhubungan langsung dengan manusia atau klien, dimana manusia tidak semuanya sama. Setiap manusia mempunyai latar belakang pengalaman, nilai-nilai dan kultur dalam mendapatkan pelayanan kesehatan maka dapat disebut manusia itu unik. Perawat mampu bersikap caring terhadap klien dengan cara berkomunikasi terbuka maupun tertutup, sehingga pendidik harus mampu menumbuhkan sikap caring dan empati dalam mencetak generasi perawatnya. Klien dengan riwayatnya yang unik dan harapannya terhadap masa depan maka disinilah muncul seni dalam keperawatan. Perawat dituntut untuk melayani dengan keunikan klien dengan care dan empati sesuai latar belakang budaya yang dimulai sejak di pendidikan termasuk memberikan lingkungan yang suportif dan protektif terhadap mental, fisik, sosial budaya dan spiritual (Basford, 2006). Dalam buku “Nursing : Human Science and Human Care” Watson menyatakan: “A view of the human as a valued person in and of him - or herself to be cared for, respected, nurtured, understood and assisted; in general a philosophical view of a person as fully functional integrated self. The human is viewed as greater than, and different from, the sum of his or her parts.” “Nursing may be defined in such a way that it incorpo rates the action, doing, behavioral aspects of nursing but also allows for
14
some relativistic notions such as the meaning that nursing may have to experiencing patient”. dari pernyataan tersebut Watson menekankan bahwa manusia itu unik, berbeda satu dengan yang lainnya dengan berbagai macam kebutuhan yang berbeda pula. Sehingga
pandangan
perawat
untuk
memahami
dan
mengintepretasikan
kebutuhan pasien dipengaruhi oleh relativistic notion. Hal ini menuntut institusi pendidikan untuk membangun human care pada mahasiswa selama pendidikan dengan harapan menghasilkan lulusan perawat profesional dengan aestethic knowing. Maka dapat disimpulkan bahwa teori Jean Watson merupakan aestethic knowing yang terus mengembangkan seni dalam keperawatan atau the art of nursing .
3.4 Personal Knowing
Pengetahuan pribadi berfokus pada kesadaran pribadi dan memahami diri sendiri untuk memahai orang lain. Pertanyaan yang muncul untuk mengetahui pengetahuan pribadi adalah “ Did i know what i do?” dan “ Do i do what i know?” (Jacobs-Kramer and Chinn, 1988). Cara tersebut digunakan untuk melihat, misalnya pada kasus ulkus diabetik apakah perawat tahu tentang ulkus dan proses ulkus. Pada kasus tersebut perawat tahu cara merawat ulkus dan perawat melakukan apa yang diketahuinya. Perawat akan merasa nyaman dengan pengetahuan pribadi dan kemampuan serta ketrampilan penilaian dan evaluasi. Pengetahuan pribadi membutuhkan kedewasaan dan rasa percaya diri yang dapat muncul lebih lengkap sejalan dengan proses bertambahnya usia dan pengalaman (Carper, 1978). Teori keperawatan Watson meyakini bahwa “... person as a whole, as a fully functional integrated self”. “... the human is viewed as greater than, an different from, the sum of his or her parts...”. Manusia bersifat unik, berbeda dengan yang lainnya, terbuka, dan secara dinamis berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungannya, sehingga perawat dalam konteks caring perlu melihat pasien secara holistik.
15
Perawat yang mulanya sebagai vokasi dan didasari oleh mother instinct telah mengalami perubahan menuju perawat sebagai profesi dan didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan seperti dalam teori Jean Watson tentang transpersonal caring relationship. Dalam memberikan asuhan, perawat membangun hubungan bersama pasien dengan penilaian yang objektif, perhatian, dan pengetahuan personal. Hubungan saling menguntungkan tersebut menjadi dasar bagi keduanya untuk mencari makna dan kesatuan, sehingga perawat mampu merasakan yang dirasakan pasien. Istilah transpersonal memiliki arti bahwa sebagai perawat profesional, perawat dapat keluar dari dirinya dan menggapai persepsi pasien, sehingga pasien dapat meningkatkan kenyamanan dan derajat kesehatannya secara bermartabat dan manusiawi. Di dunia pendidikan, teori Jean Watson banyak diaplikasikan dalam penyusunan kurikulum. Tidak hanya menekankan pada pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan komunikasi terapeutik, aktualisasi diri, dan pengembangan diri. Mahasiswa keperawatan dididik untuk memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai dalam teori keperawatan, salah satunya yaitu teori keperawatan Jean Watson tentang caring . Selain itu, teori Jean Watson juga digunakan sebagai framework dalam penelitian untuk mengembangkan body of nursing knowledge. Pengetahuan pribadi tidak dapat diartikulasikan dalam kata-kata, namun diungkapkan melalui eksistensi yang kemudian disebut sebagai intuisi. Dalam praktiknya, pengembangan intuisi dan caring memerlukan pengalaman dan pembelajaran sepanjang waktu untuk dapat memahami orang lain secara holistik. Pembentukan karakter perlu dilakukan secara berkesinambungan mulai saat perawat menjadi mahasiswa. Semakin banyak pengalaman, perawat akan memiliki pengetahuan pribadi dan karakter caring yang baik, sehingga kemampuan dalam melakukan hubungan transpersonal juga semakin baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Basford, L. (2006). Teori dan praktik keperawatan: pendekatan integral pada asuhan pasien. Jakarta: EGC. Carper, B. A. (1978). Fundamental Patterns of Knowing in Nursing . Advance in Nursing Science, 1 (1): 13-23. Jacobs-Kramer, M., Chinn, P. (1988). Perspectives on Knowing: A Model of Nursing Knowledge. Scholarly Inquiry for Nursing Practice, 2 (2): 129-39. Kozier, et al . (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7. Jakarta : EGC. Muhlisin, A. (2008). Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean Watson Dalam Asuhan Keperawatan. Kartasura UMS. Potter, P. A & Perry, A. G. (2010). Fundamentals of nursing: fundamental keperawatan buku 1. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Siswantoro, E. (2017). Efektifitas Pemberian Modul Caring Berbasis Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan Kompetensi Keperawatan Mahasiswa Ners Dian Husada. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 6(1). Watson, J. (2007). Watson s theory of human caring and subjective living experiences: carative factors/caritas processes as a disciplinary guide to the professional nursing practice. Texto & Contexto-Enfermagem, 16(1), 129-135.
17