REPRODUKSI BUAYA
DISUSUN OLEH: DHUHANA PUTRI R. 1112016100021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang direncanakan. Makalah ini berjudul “Reproduksi Buaya.” Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak-pihak secara langsung maupun tidak langsung selama mengikuti perkuliahan di Program studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan maka makalah ini tidak terwujud sebagaimana mestinya. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritikan dan saran dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini ada manfaatnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Tangerang Selatan, 20 Mei 2013
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
Reproduksi adalah perkembangan imdividu baru dari individu yang telah ada dan merupakan cirri khas dari semua organism hidup.
1
Dengan adanya reproduksi
maka individu akan memperbanyak keturunan dan melestarikan spesiesnya. Untuk melstarikan spesies maka setiap individu diharuskan memperbanyak diri untuk menghasilkan generasi baru yang akan mengggantikan generasi yang lebih tua yang telah mati karena dimangsa, sakit atau umur tua. Proses Reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan tubuh dalam kehidupan sehari-hari seperti makan, bergerak, ekskresi dan lain sebagainya. Reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup tiap organisme tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Jadi kelangsungan hidup individu sebgaian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian spesies.
2
Beberapa spesies buaya sudah terancam punah bahkan banyak spesies buaya yang sudah punah. Kepunahan buaya ini disebabkan perburuan hewan ini dikarenakan harga jualnya yang cukup tinggi. Bagian tubuh yang biasa diambil adalah kulit, empedu dan daging. Buaya masuk dalam kelas reptilian dan ordo crocodilia. Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewanhewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Reptil bersifat ovipar atau ovovivipar. Reptil yang bersifat ovipar akan mengeluarkan telur-telurnya dari dalam tubuh dengan cangkang yang keras. Contohnya penyu dan buaya.
1 2
Claude A. Vilee, Warren F. Walker, dan Robert. BArner. Zoologi Umum : 1984. hal .318 Ibid., hal.318
Bagi reptil yang bersifat ovovivipar, akan menghasilkan telur dengan banyak mengandung kuning telur, dan telur tersebut tumbuh dan berkembang di dalam 3
oviduk betina. Contohnya ular. 2. TUJUAN
1.Menegetahui organ reproduksi pada buaya jantan dan betina 2. Mengetahui fertilisasi pada buaya 3. Mengetahui perkembangan embrio buaya 4. Mengetahui perkembangan bayi buaya menuju dewasa 3. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja organ reproduksi pada buaya jantan dan betina? 2. Bagaimana sistem reproduksi pada buaya? 3. Bagaimana fertilisasi pada buaya? 4. Bagaimana perkembangan embrio buaya?
3
Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Meiry Fadhilah Noor, M.si. Pengantar Zoologi Vertebrata : 2010. Hal. 141
BAB II PEMBAHASAN 1. CIRI UMUM BUAYA
Ordo crocodilian mencakup hewan treptil yang berukuran paling besar diantara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimya reptile, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat ronggabada (diafragma) dan cerebral cortex. Buaya merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari untuk 4
menjaga suhu tubuhnya. Buaya bersifat ovipar sehingga mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya dengan cangkang yang keras.
2. SISTEM REPRODUKSI BUAYA Sistem reproduksi hewan jantan pada buaya adalah sebagai berikut. a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang,
dan terletak di dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang,
yaitu
sinus
urogenital
yang
pendek. 4
Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Meiry Fadhilah Noor, M.si. Pengantar Zoologi Vertebrata : 2010. Hal. 150
Gambar 1: Struktur Tubuh Buaya Jantan
Gambar 2: Sistem urogenitalia pada buaya jantan
Pada gambar di atas dapat terlihat jelas sistem reproduksi buaya, yakni berupa testis dan kloaka. Di testis merupakan tempat dibentuknya sperma. Tepatnya di bagian tubulus seminiferus. Phallus merupakan organ yang tidak terhubung. Terletak tersem,bunyi didalam kloaka yang berada di anterior ventral pada sekat kloaka.
5
pada buaya, organ genitalia jantan terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Testis akan membesar saat musim kawin. Buaya memiliki alat kopulasi yang disebut penis. Sedangkan pada reptil lain berupa 5
Thomas Ziegler dan Sven Olbort. Genetical Structure and Sex in Crocodile : 2007 h. 3
6
hemipenis. Penis pada buaya tersusun dari jaringan ikat dan jaringan spons yang memungkinkan darah melaluinya.
7
Sel-sel sperma pada buaya sebenarnya hanya
merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatosit primer. Selanjutnya membelah secara meiosis I membentuk spermatosit sekunder. Pembelahan secara meiosis II dari spermatosit sekunder menghasilkan empat sel haploid, yakni yang sering dikenal dengan nama spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan 8
banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sel sperma.
Sebuah sel sperma terdiri atas kepala yang mengandung kromosom dalam suatu keadaan kompak dan inaktif, dua sentriol dan ekor. Salah satu dari sentriol, merupakan badan basal dari flagelum, yang merentang sepanjang ekor. Mitokondrion mengelilingi bagian atas flagelum dan menyediakan energi untuk gerakan pukulan cambuk. Sperma dari buaya jantan akan keluar dari tubuh jantan melalui beberapa bagian, yakni dengan urutan sebagai berikut. Tubulus deferen
6
7 8
ureter
seminiferus
Duktus
Kloaka.
http://www.crocoworld.com/crocodile-reproduction.html
aferen
Epididimi
Duktus
2..1.1 Sistem Genitalia Betina
Sistem
reproduksi
hewan
betina pada
buaya
adalah
sebagai
berikut.
a) Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis. b) Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur. Bagian posterior sebagai shell gland akan
2.2 Fertilisasi
menghasilkan
cangkang
kapur
Buaya
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter
Perkawinannya dilakukan dengan cara yang jantan menaiki yang betina di air sambil 9
membelitkan ekornya di bawah ekor betinanya untuk bersetubuh. Buaya melakukan perkembangbiakan secara kawin dan pembuahannya berlangsung dalam tubuh induk betinanya. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada buaya adalah sebagai berikut : 1)
Bertemunya ovum dan sel sperma sehingga membentuk zigot. Buaya betina
menghasilkan ovum didalam ovarium. Ovarium kemudian bergerak disepanjang oviduk menuju kloaka. Buaya jantan menghasilkan sperma didalam testis. Sperma akan bergerak disepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epidermis. Dari epidermis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir dihemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik. Pada saat mengadakan kopulasi hanya satu hemipenis saja yang 2)
dimasukkan
kedalam
saluran
kelamin
betina.
Zigot mengalami pembentukan mitosis melalui beberapa fase, yaitu:
a)
Morula
(terdiri
dari
8
sel)
b)
Blastula
(terdiri
dari
16
sel)
c)
Gastrula
(tediri
dari
32
sel)
3)
Setelah
melalui
3
fase
tersebut
akan
terbentuk
embrio.
4)
Ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang tahan air.Kira-kira
sebulan setelah pembuahan, yang betina membuat sarang dekat suatu sungai kecil. Sarang itu dibentuknya dengan membelakanginya sambil mengaiskan kakinya untuk mengonggokkan ranting dan dedaunan yang membusuk, hingga menjadi suatu gundukan yang berlapis-lapis. Telurnya ditempatkan hanya beberapa inci di dalam gundukan itu. Yang betina selalu memperbaiki kerusakan sarangnya, sambil menjaga agar sarang beserta semua telurnnya itu tetap lembab dengan selalu merangkak dari air menuju puncak gundukan. Panas dari tumbuh-tumbuhan yang membusuk pada 0
sarang itu dapat membuat telur berada dalam suhu tetap 31.6 C
9
pdf Web item
10
10
setelah berkawin, buaya betina membuat sarang dari lumpur dan sisa-sisa tumbuhan dekat tepi perairan. Di sini ia bertelur dan tetap berjaga didekatnya menetas. Bila telah cukup waktu bayi-bayi keluar dari telurnya dan induknya menolongnya keluar. Sang induk mengumpulkan bayi-bayinya di mulutnya yang besar dan membawanya ke dalam air. Di sini ia terus menjaga bayi-bayinya, karena mereka memiliki banyak musuh,
termasuk
ayahnya
sendiri.
gambar 6 : Buaya jantan melakukan fertilisasi di dalam air gambar
7
:
Buaya
betina
membuat
sarang
di
tepi
sun
2.3. Embrio Buaya.
Proses pertumbuhan dan perkembangan pada buaya adalah sebagai berikut : 1)
Bertemunya ovum dan sel sperma sehingga membentuk zigot. Buaya betina
menghasilkan ovum didalam ovarium. Ovarium kemudian bergerak disepanjang oviduk menuju kloaka. Buaya jantan menghasilkan sperma didalam testis. Sperma
akan bergerak disepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epidermis. Dari epidermis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir dihemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik. Pada saat mengadakan kopulasi hanya satu hemipenis saja yang 2)
dimasukkan
kedalam
saluran
kelamin
betina.
Zigot mengalami pembentukan mitosis melalui beberapa fase, yaitu:
a)
Morula
(terdiri
dari
8
sel)
b)
Blastula
(terdiri
dari
16
sel)
c)
Gastrula
(tediri
dari
32
sel)
3)
Setelah
melalui
3
fase
tersebut
akan
terbentuk
embrio.
4)
Ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang tahan air.
Embrio buaya tidak memiliki krmosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tidak seperti manusia, jenis kelamin buaya tidak ditentukan secara genetik. Tetapi , jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang . Namun, 80% telur mati selama proses inkubasi
11
Pada umumnya betina mampu menghasilkan 40-60 telur, namun bervariasi antara 25-90 butir telur , tergantung dari ukuran buaya betina tersebut. Buaya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mengeluarkan telur-telurnya. Pada gambar dapat terlihat dengan jelas adanya albumin yang dihasilkan oleh bagian anterior dari dari telur dan juga terdapat adanya egg Shell ( cangkang telur ) yang berperan sebagai pelindung bagian-bagian telur di sebelah dalam. bahwa cangkang telur merupakan bagian dari telur buaya yang berasal Shell gland,sedangkan Shell
11
Zoo Verteb
gland berasal dari bagian posterior telur. Sedangkan embrio berada di tengah yang sudah dilengkapi dengan allantois.
2.4 Perkembangan
12
Menuju
Dewasa
Biasanya buaya betina menetaskan telur sampai 90 buah dan menguburnya. Pada beberapa spesies, buaya betina juga terkadang tetap dengan telurnya, dan akan membantu
di
dalam
proses
penetasan
telur
tersebut
di
dalam
air
13
Setelah 8-12 minggu, menetaslah anaknya dengan panjang antara 20-30 cm, tergantung pada spesiesnya. Sesaat sebelum menetas, beberapa ekor buaya mengeluarkan suara seperti bunyi itik, selagi masih berada dalam cangkang telur. Hal ini merupakan pekik untuk memanggil induknya yang mengawal di dekatnya, dan yang membantunya merangkak ke luar dari sarang menuju ke air. Selama mingguminggu pertama, buaya muda itu tetap bersembunyi dalam air agar tidak dimakan oleh
14
pemangsa.
Apabila sudah menetas, maka tahap selanjutnya yakni buaya tersebut akan lebih berkembang lagi menuju buaya yang lebih dewasa. Pada umur 8-10 tahun seekor buaya mulai matang secara seksual. tergantung pada spesiesnya. Hewan ini bisa mencapai panjang maksimum antara 1.8-10 cm, dan diyakini bisa mencapai umur 100
12
Web item Web item 14 Web item 13
tahun.