RESENSI BUKU PSIKOLOGI KEMALASAN
disusun oleh : Muhammad Abdul Aziz TI1B
POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI 2013
-
-
Judul Buku : Psikologi Kemalasan Penulis : Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.S.I., M.A. Editor : - Prof. Dr. Syahabudin, M.A. Dr. Moh. Suyudi, M.A. Penerbit : Azkiya Media Tgl. Terbit : - Cetakan I , Agustus 2010 Cetakan II, Oktober 2010 Cetakan III, Juni 2010 Cetakan IV, Maret 2010 Kategori : Panduan “ Pengusir Kemalasan” dan “ Pembangkit Motivasi Diri” Halaman : 176 halaman Bahasa : Bahasa Indonesia
Keberhasilan” (Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan) SUB BAB #1 : Malas, “Racunnya Keberhasilan” (Malas “Waktu adalah pedang. Jika engkau tidak mematahkannya, maka ia akan memenggalmu ” (Umar bin Abdul Aziz) Merujuk pada ungkapan dari pepatah diatas, dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu, karena kita tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah terbuang percuma akibat virus berbahaya yaitu malas. Penyakit atau virus yang memiliki kecenderungan memanjakan dan meninabobokan peminatnya. Yang mengakibatkan banyak sekali kerugian dan penyia-nyiaan, salah satunya kerugian terbesar yang diakibatkan oleh virus malas ini adalah matinya dunia keberhasilan bagi seseorang. Dan endingnya orang tersebut akan bertemu dengan penyesalan yang tiada artinya. Penyesalan baru akan dirasakan setelah pikiran dan hati terbuka, yang berarti ketika rasa malas menyerang maka disadari atau tidak virus malas menutup serapat mungkin hati dan pikiran
agar tidak keluar dari zona kenyamanan yang dimotori oleh kemalasan. Jika kita telah sadar alias terbebas dari rengkuhan malas, ternyata kita telah melangkah jauh dari berbagai impian dan keinginan positif diri sendiri. Dan saat itulah penyesalan akan begitu menghantui dan begitu terasa. Didalam Kitab suci Al-Quran dijelaskan tentang betapa berharganya waktu yang kita miliki, QS. Al-Ashr ayat 1-3 :
“ Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusi a itu benar-benar dalam kerugian, K ecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh (kebajikan) dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS. Al Ashr: 1-3). Orang-orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang rugi dalam semua aspek, karena waktu adalah sesuatu yang terus berjalan. Ketika sudah lewat tidak mungkin dapat diulang kembali, menghadapi waktu secara sia-sia akan gampang terjadidespiritualisasi dan demoralisasi bagi jiwa yang bersangkutan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa barangsiapa yang hari ini lebih daripada hari kemarin,
dialah yang beruntung. Kalau hari ini sama dengan hari kemarin maka dialah yang merugi, dan kalau hari ini lebih jelek dari hari kemarin (amal kebaikannya) maka dialah orang yang celaka. Dalam ruang dan waktu yang ada, terdapat banyak tipe manusia dalam berhadapan dengan waktu. Agar jangan terjebak, ada baiknya kita mengenal dan mengingat kembali beberapa karakteristik waktu. Dr. Yusuf Qardhawi menyebutkan tiga karakteristik waktu, yaitu : Pertama, Waktu itu cepat berlalu. Banyak manusia merasa telah menghabiskan waktu yang lama dalam hidup di dunia. Sehingga, merasa puas dengan kebaikan yang telah dilakukannya tanpa ada keinginan untuk menambahnya lagi, atau sering menunda pekerjaan karena menganggap masih punya waktu yang panjang, padahal dalam Islam Allah SWT telah berfirman :
“ Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja diwaktu sore atau pagi hari ” (QS. An-Naziat:46). Kedua, Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan diganti. Ketiga, Waktu adalah barang termahal dalam kehidupan seseorang mulai ia lahir sampai menjelang ajal merupakan waktu itu sendiri. Dengan demikian, setiap aktifitas kehidupan adalah merupakan harga dari sebuah penggunaan waktu. Hasan Al Bisri (seorang ulama besar) mengatakan : “Hai anak Adam, sesungguhnya kamu hanyalah merupakan kumpulan dari hari ke hari, setiap kali hari berlalu akan berlalu pula bagian umurmu”. Shabat Ali Bin Abi Thalib ra berkata : waktu itu laksana pedang. Bila kamu tidak menggunakannya dengan baik, ia akan membunuhmu (dengan penyesalan dan kesedihan).
Buku ini juga menjelaskan perbedaan antara prinsip penyesalan di depan dengan penyesalan dibelakang-yang dimaksud dalam kasus malasPenyesalan dibelakang memiliki unsur yang negative, yaitu: Pengembangan pikiran cupet nan sempit masih begitu kental Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri Berbeda dengan prinsip penyesalan didepan, yakni sebelum terjadi hal-hal yang mengecewakan diri dan orang lain maka secepat mungkin perbuatan negative yang akan atau telah dilakukan segera diperbaiki menuju perbuatan yang positif. Dengan demikian penyesalan didepan memiliki beberapa unsure positif, diantaranya: Mengedepankan pikiran yang penuh kedewasaan Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya Jadi untuk meraih keberhasilan atas berbagai impian, yang seharusnya diterapkan adalah prinsip penyesalan didepan, yakni sebelum bertindak harus berfikir ulang mengenai baik dan buruknya. Selain itu, berani keluar dari kemalasan adalah j alan terbaik yang harus dilakukan. Jika kita sudah benar-benar dijangkiti rasa malas, maka cepat-cepatlah berusaha melawan dan membuangnya jauh-jauh. Malas adalah sifat buruk yang wajib dihindari oleh semua muslim. Malas adalah ciri-ciri orang munafik.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat An-Nisa (4):142 :
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. SUB BAB #2 : Malas, “Penipu Ulung” bagi Diri Sendiri (Malas Sebagai Rajanya ketidaksuksesan) Jika dilihat dari sudut pandang agamis, bukan - psikologi modern- yang berarti bahwa kemalasan ini adalah salah satu bentuk produk syaithan ( tidak lepas dari campur tangan/tipu daya syaithan).Segala macam cara akan ditempuh olehnya untuk terus memperdaya umat manusia demi kehancuran dan kebinasaan manusia dari berbagai keberhasilan dan kesuksesan secara duniawi maupun ukhrowi. Salah satu bukti permusuhan syaithan ini tertuang dalam QS.Surat An-Nisa ayat 118 : ”… … … dan syaithan itu mengatakan : ”saya benar -benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau sebagian yang sudah ditentukan untuk saya.” Sedangkan surat An-Nisa ayat 119 menyatakan : ”Dan saya (syaithan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka… … … ……” ”Seandainya”, kalimat ini begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sebagian besar orang boleh jadi biasa mengucapkannya, “Seandainya aku melakukan ini, tentunya begini dan begini, tidak justru begini.” Ungkapan ini berkonotasi sebagai angan-angan semu dan sesuatu yang tidak akan terjadi. Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam sangat tidak menyukai umatnya mengumbar kata-k ata “seandainya”. Beliau mewanti-wantikan kepada kita bahwa kalimat “ ”
(seandainya) adalah tipu daya setan. Orang yang selalu mengumbar kata ini adalah pemalas yang hanya bisa berhasrat tapi tak bersemangat. Jika kita mulai terjangkit penyakit yang bernama ‘malas’ dan kita ingin mengusirnya, berikut ini beberapa tips yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasal lam: a) Perbanyak doa Doa adalah senjata orang mukmin, begitulah Nabi menegaskan. Ibnu Qayyim dalam kar yanya al-Jawâb al-Kâfî li Man Sa’ala ‘anid-Dawâ’ asy-Syâfi, menjelaskan bahwa obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa orang mukmin yang sudah terjangkiti berbagai penyakit adalah berdoa dan bersungguh-sungguh dalam doa. Di antara doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menanggulangi rasa malas adalah:
)
(
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesusahan, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan sifat malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan pengecut, dan aku berlindung pada-Mu dari hutang yang tak mampu ditanggung serta kesewenangan orang yang tak mampu dilawan.” (HR Abu Dawud). b) Lawanlah syaithan dan hawa nafsu Malas sebenarnya berasal dari setan. Setan akan terus berusaha mengusik dan membujuk nafsu manusia untuk malas, baik dalam menunaikan ibadah maupun dalam aktivitas yang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Setan mengikatkan tiga ikatan di belakang kepala salah seorang dari kalian ketika tidur. Pada setiap ikatan setan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah.” Apab ila salah seorang dari kalian terjaga dari tidur, lalu menyebut nama Allah, maka akan terlerai satu ikatan. Jika ia mengambil wudu, maka terlerai satu ikatan lagi. Dan jika ia salat, maka terlerailah semua ikatan. Jika demikian, maka ia akan bangun di waktu pagi dalam keadaan rajin serta lapang hatinya. Jika ia tidak (melakukannya), maka ia bangun pagi dalam keadaan buruk jiwanya dan diliputi rasa malas.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibn Hibban, dan lainnya).
Hadist diatas menunjukkan bahwa malas berasal dari syaithan dan kita harus berusaha terus melawannya dengan tidak menuruti apapun yang dibisikkan olehnya. Jika setan sudah bisa dikalahkan, maka malaspun akan hilang. c) Menuntut/menimba ilmu Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin. Dengan ilmulah seseorang akan menjadi orang yang rajin dan cekatan dalam hidupnya. Mengapa ilmu? Apa hubungan antara ilmu dengan rajin? Gambaran sederhananya begini: ketika seseorang sudah mengetahui (memiliki ilmu) tentang fadilah dan keutamaan ibadah tertentu, maka pastinya akan menyebabkan ia rajin melakukan ibadah tersebut. Hal itu apabila dia memiliki keyakinan yang kuat tentang apa yang dipelajari. Orang yang memiliki ilmu mengenai keutamaan salat jamaah, ia akan terdorong untuk rajin mengerjakan salat jamaah. Begitu juga ketika seseorang tahu bahwa malas berasal dari setan dan merupakan sifat orang munafik, dia akan memiliki dorongan untuk mengusirnya. SUB BAB #3 : Malas itu “Bom Waktu” (Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan)
Salah satu karakteristik dari penyakit malas adalah fleksibel, tanpa batas ruang dan waktu. Artinya siapa saja bisa terkena penyakit ini tanpa pandang bulu. Serangan penyakit malas ini pun akan datang tanpa diduga-duga, sewaktu-waktu bisa datang dan pergi. Karena sifatnya yang tidak tentu inilah yang menjadikan malas sebagai momok yang menakutkan. Malas kerja, malas belajar, dan yang paling parah adalah malas ibadah. Itulah sifat buruk/negative manusia yang tidak terlepas dari sifat malas. Manakala penyakit malas tersebut tidak dapat kita atasi, lambat laun malas akan menjadi bom waktu yang akan menghambat kreatifitas kita atau bahkan menghancurkan masa depan kita. Kalau kita perhatikan apabila melihat maaf, misalnya mereka yang berprofesi sebagai kuli atau tukang becak, sesungguhnya dalam diri mereka pastilah bukan profesi itu yang mereka inginkan. Tapi kenapa mereka menjadi seperti itu, maka lihat lah masa lalu mereka, kemungkinan mereka menghabiskan masa lalu mereka dengan bermalas-malasan. Karena Allah SWT itu Maha Kaya, dan Allah akan merubah keadaan suatu kaum apabila kaum tersebut benar-benar niat merubah dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 :
Yang artinya: “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS: Ar-Ra'd Ayat:11) Seorang ahli Matematika Phytagoras berpesan untuk kita semua,“Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan”. Oleh karena itu mari kita berusaha menghancurkan rasa malas dalam diri kita. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana cara menghilangkan rasa malas? Sesungguhnya rasa malas itu ada nya hanya di pikiran kita saja, jadi rasa malas hanyalah permainan pikiran. Rasa malas seperti binatang peliharaan, jika terus di ikuti maka rasa malas akan menjadi besar dan tambah besar. Maka cara terbaik jika kita malas belajar ialah dengan cara kita belajar, malas shalat ya shalat, malas ngaji ya ngaji, maka ketika kita mau mendobrak rasa malas kita di awal maka ke depannya rasa malas tersebut akan hilang. Jika hari ini malas belajar, maka tetaplah belajar namun dengan frekuensi yang lebih sedikit, dan “Janganlah belajar menunggu semangat, tapi belajarlah maka kalian akan semangat” seorang penulis novel yang berhasil menulis ratusan halaman, mereka menulis ti dak menunggu inspirasi, tapi mereka tetap menulis walaupun inspirasi belum muncul, karena inspirasi akan muncul selama proses dan perjalanan bukan diawal. Dan cara terakhir yang bisa di tempuh ialah berdoa kepada Allah agar kita di jauhi rasa malas, dan berdoa agar selalu di berikan motivasi setiap saat. Doa yang Rasulullah ajarkan ialah : “Allahuma inni a’ud zubika minal hamni wal hazan, wa udzubika minal jubni wal Buhl, wa’udzubika min gholabatiddhaini wa
khorririjaal”, “wahai Allah Sungguh aku Berlindung pada Mu dari Gundah dan Sedih, juga dari Lemah dan Malas, dan dari Kikir dan penakut, dan dari himpitan utang dan penindasan orang lain” (Shahih Bukhari). SUB BAB #4 : Malas itu ”Penyakit Hati” yang mematikan (Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan)
Malas dikatakan sebagai penyakit hati karena sumber kemalasan pada subtansinya adalah berasal dari hati, yang dimulai dari hal kecil. Kemalasan dianggap kecil manakala seseorang menyengaja memalaskan diri karena memang punya tujuan tersendiri, misalnya beristirahat sejenak. Sedangkan kemalasan dianggap besar jika seseorang sudah tidak mampu mengendalikan kemalasan yang ada pada dirinya. Penyakit malas erat kaitannya dengan motivasi dari dalam hati. Ketika motivasi minim maka kemalasan semakin terkikiskan. Sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam,”Sesungguhnya didalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka semua tubuh menjadi baik, tet api apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu atau hati.” (HR. alBukhari dari Nu’aiman ibn Basyir). Semakin jelas bahwa hati adalah sumber penggerak langkah seluruh tubuh manusia. Dalam islam keadaan malas atau kasalun adalah kategori penyakit hati. Kemalasan dapat tumbuh karena bersikap ghuluw atau berlebi-lebihan memaksakan diri melakukan amaliyah ibadah tanpa mempertimbangkan kondisi fisik, kesehatan maupun psikis yang akhirnya melahirkan sifat malas lalai atau futuur. Rasulullah SAW bersabda: ”Jauhilah sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam beragama, karena sesungguhnya orang sebelum kamu telah binasa akibat sikap itu”. (HR. Ahmad). Malas juga dapat lahir karena melampaui batas kewajaran dalam hal makan-minum. Abu Sulaiman dalam kitab Ihyaa’ ‘Ulumuddin mengatakan, “Barang siapa yang terlalu (berlebihan) kenyang maka ia akan mudah ditimpa penyakit hati yakni : hilangnya rasa nikmat, tidak mampu memetik hikmah, lenyap rasa kasih sayang, malas dalam beribadah, dan menguatnya dorongan nafsu syahwat.” Kemalasan juga dapat tumbuh karena tubuh dimasuki yang haram atau syubhat. Rasulullah bersabda : “ Tubuh yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka ia lebih banyak tempatnya di neraka. ” (H.R At Tirmidzi). Menghindari yang diharamkan akan mamacu rajin mencari yang halal. Memotivasi diri giat berusaha. jadi, agar terhindar dari penyakit hati yaitu malas, hal terbaik yang harus dilakukan adalah dengan cara menghidupkan hati misalnya dengan seringnya melakukan muhasabah diri.
SUB BAB #5 : Malas itu “Candu” (Malas Sebagai Rajanya Ketidaksuksesan)
Kata “candu” tidak hanya identik dengan hal-hal yang negative saja, tetapi juga bisa menunjukan perihal positif. Kata “candu” bisa bermakna tidak baik (sayyiah) dan bermakna baik (hasanah), tergantung kata yang mengikutinya. 1. Karakteristik candu yan bermakna sayyiah
Menarik mudharat dan menghilangkan maslahat
Pelan namun pasti, mengikis kecerdasan kognisi, emosi, dan psikomotor.
2. Karakteristik candu yang bermakna hasanah
Membawa pada posisi diri, membutuhkan/kesuksesan
Berkembang menuju arah kemajuan Manakala model orang yang cuek terhadap dirinya sendiri, tidak peduli akan masa depannya maka sudah barang tentu orang tersebut memilih candu sayyiah. Menurut pandangan islam orang tersebut termasuk orang yang dzalimu linafsih (atau menganiaya dirinya sendiri).
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” ( - - ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk perbuatan di antaran ya adalah syirik . Kalimat dzalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat dzalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan. Para ulama mendefinisikan dzalim sebagai: “ Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Sedangkan definisi orang dzalim (menganiaya dirinya sendiri) ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. Yang lain mengartikan dzalim ( Menganiaya) diri sendiri yaitu melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar maupun kecil. Asy-Syaukani, alBiqai dan al-Baidhawi menyebutkan bahwa pengertian menganiaya diri sendiri menunjukkan kepada perbuatan dosa. Al-Alusi menjelaskan bahwa , menganiaya diri sendiri sebagai perbuatan dosa amat sesuai dengan fakta. Adzab yang dijatuhkan kepada manusia se-sungguhnya merupakan balasan terhadap perbuatan dosa manu-sia. Sehingga, ketika seseorang melakukan perbuatan dosa, haki-katnya dia telah menganiaya dirinya, yakni menjatuhkan diri-nya sendiri kepada siksa Nya. Allah subhana wa ta’ala berfirman:
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.(QS. Huud : 101 ) Penyebutan para pelaku dosa sebagai orang yang-orang yang mendzalimi diri mereka sendiri terdapat dalam beberapa ayat, antara lain firman Allah :
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya [313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang .( QS. An Nisaa : 64 ) Selain itu ada pula yang menyebutkan sebagai tidak memberikan hak diri sendiri, seperti berpuasa terus menerus tanpa berbuka, melakukan shalat terus menerus tanpa tidur padahal tubuhnya sudah tidak kuat lagi, dan yang semisalnya. Dari pengertian dzalim tersebut diatas,maka mendzalimi diri sendiri berarti adalah melakukan suatu perbuatan yang diarahkan pada dirinya sendiri namun perbuatan tersebut bukan pada
tempatnya dilakukan. Kedzalimin terhadap diri merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang kejam bahkan bengis, keji dan hina yang menyebab timbulnya kesengsaraan pada diri sendiri. Namun dzalim itu sendiri sebenarnya mempunyai arti kandungan yang luas, tetapi intinya adalah bahwa perbuatan dzalim itu adalah termasuk semua perbuatan yang dilarang oleh syari’at sehingga ia merupakan perbuatan dosa. Maka dari itu, jangan sampai kita termasuk orang yang candu sifat malas ataupun candu yang beraliran sayyiah lainnya. Tapi pilihlah Candu hasanah, karena sebagai wasilah/perantara menuju pintu gerbang kesuksesan, sedangkan candu sayyiah mengantarkan kita ke arah yang sebaliknya.
-
Buku ini cukup baik untuk kita pelajari, khusus nya bagi para pelajar dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi agar menjauhi sifat malas dalam hal apapun dan menjadi motivasi untuk terus giat belajar sampai kapanpun, menuju sukses dan meraih masa depan yang gemilang.
-
Kelebihan buku ini
Kekurangan buku ini
Mengenai kekurangan buku ini, pada isi/pembahasannya masih sedikit dalam memakai dalildalil dari Al-Quran maupun Hadist. Diposting oleh abdul aziz di 23.