Purwaning Rohmah S1 P.BIO off A 2015 150341600847 Malang, 07 Februari 2017 Judul : Teori Teori Belajar Kognitif Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran Tujuan : - Untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan Pembelajaran - Untuk mempelajari dan memahami teori belajar kognitif dan penerapannya dalam pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan
masalah
menyangka,
pertimbangan,
pemahaman,
pengolahan
memperhatikan,
informasi,
memberikan,
pemecahan
masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Teori ini muncul disebabkan ahli Psikologi merasa bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dengan teori-teori sebelumnya belum memuaskan, misalnya saja dengan pembelajaran menggunakan teori Behavioristik yang mana dalam teori ini lebih menekankan hasil pada perubahan tingkah laku peserta didik. Mereka beranggapan bahwa tingkah laku seseorang selalu s elalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi
RESUME 5
dimana tingkah laku itu terjadi.. bukan karena adanya stimulus yang pada akhirnya mengahasilkan respon. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan belajar menurut teori belajar kognitif adalah suatu aktivitas mental yang terjadi dalam diri individu sebagai bentuk interaksi aktif dengan lingkungan sekitarnya dalam memperoleh suatu perubahan baik dalam perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan juga perubahan pada nilai-nilai kehidupan. B. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif
1.
Piaget Piaget adalah seorang psikolog development karena penelitiannya
mengenai tahap-tahap perkembangan pribdi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Menurutnya intelegensi terdiri dari tiga aspek yaitu : a), struktur disebut juga dengan scheme yag memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, b) disebut juga dengan content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala idividu menghadapi suatu masalah., c) fungsi ; disebut juga function, yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi yaitu fungsi organisasi dan adaptasi, fungsi organsasi berupa kecakapan dalam menyusun
proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang kohern . sedangkan fungsi adaptasi yaitu adaptasi individu dengan lingkungannya. Fungsi adaptasi memiliki dua macam proses komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi, asimilasi yaitu proses penggunaan struktur kemampuan individu untuk menghadapi masalah lingkungannya sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan. Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang berhubungan dengan
equilibrium-disequilibrium.
Bila
individu
dapat
menjaga
adanya
equilibrium, indivdu akan dapat mencapa tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi. Adapun pengaplikasiannya dalam belajar : perkembangan kognitif tergantung kepada akomodasi. Siswa harus diberikan suatu area yang belum dia ketahui agar ia tidak belajar dari apa yang diketahuinya saja. Karena dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha untuk dapat merespon terhadap stimuli yang baru sehingga kognitif akan mengalami perubahan atau pertumbuhan. Menurut Piaget secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran adalah : 1) Menentukan tujuan pembelajaran 2) Memilih materi pembelajaran 3) Menentukan topik yang dapat dipelajari peserta didik secara aktif 4) Mementukan dan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan topik 5) Menegembangkan
metode
pembelajaran
untuk
merangsang
kreatifitas dan cara berfikir peserta didik 6) Melakukan penialaian proses dan hasil belajar peserta didik
Aplikasi praktisnya dalam pembelajaran menuntut keterlibatan menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian proses asimilasi (informasi lama disatukan sehingga menyatu dengan informasi baru), dan akomodasi (mengubah atau membentuk) pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
2.
Burner
Teori kognitif Burner bertitik tolak pada teroi belajar kognitif yang menyatakan belajar dalah perubahan perseppsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak perlu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman di dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Salah satu teori belajar kognitifisme yang berkembang adalah free discovery learning. Discovery learning yaitu murid mengorganisasi bahan yang akan dipelajari dengan sat bentuk akhir. Banyak pendapat yang mendukung discovery learning diantaranya adalah J. Dewey (1933), ia mengemukakan bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Untuk dapat mengembangkan program pengajaran kepada anak muda, burner mengemukakan bahwa metode penyajian bahan dengan cara anak dapat mempelajari bahan tersebut harus dikoordinasikan sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Menurut burner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah enaktif , perserta didik melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usaha memahami
lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu reallitas. Tahap kedua adalah tahap ikonik , eserya didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap simbolik , peserta didik mempuntai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa seseorang sistem simbol ini akan semakin dominan. Menurut burner untuk belajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yng akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Burner adalah : 1) Mementukan tujuan pembelajaran 2) Melakukan identifikasi karakter peserta didik (kemampuan awal,
minat, gaya belajar dan sebagainya) 3) Memilih materi pembelajaran 4) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari pserta didik secara
induktif 5) Mengembangkan bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit sampai yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik. 6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
3.
Teori Belajar Menurut Ausebel Menurut ausebel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Menurut Reilly dan Lewis (1983) ada dua persyaratan untuk membuat materi pelajaran bermakna, yaitu : a) pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu, b) diberikan dalam situsi belajar yang bermakna. Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1) Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan
struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, pertanyaan pertanyaan dll. 2) Memilih materi kunci lal penyajiannya diatur mulai dengan contoh-
contoh konkret dan kontroversial. 3) Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi
baru itu. 4) Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang
harus dipelajari
5) Membelajarkan peserta didik memahami konsep dan prinsip-
pprinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan – hubungan yang ada. 6) Secara
garis besar langkah-langkah pembelajaran bermakna
menurut Ausebel dalam merancang pembelajaran adalah :
Menentukan tujuan pembelajaran
Melakukan identifikasi karakteristik kepada peserta didik (kemampuan awal, motivasi, minat, gaya belajar, dsb.
Memilih materi pembelajaran dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti
Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam bentuk advance organizer.
Mengembangkan bahan belajar yang berupa contoh-contoh ilustrasi, tugas, dsb untuk dipelajari peserta didik
Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana kke yang kompleks
Melakukan penilaian hasil belajar.
7) Prinsip-prinsip
kognitivisme banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran.
C. Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatann siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip prinsip sebagai berikut :
o
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
o
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
o
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
o
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
o
Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
o
Belajar
memahami
akan
lebih
bermakna
daripada
belajar
mneghafal. o
Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Daftar Rujukan
Bambang Warsita; 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya . Jakarta : PT. Rineka Cipta. Budiningsih, C.Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Oemar Hamalik. 2002. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar . Bandung: Tarsito. Oemar Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi aksara,.
Slavin, R.E. 2000. Educational Phychology, theory and Practice Sixth edition. Boston: Allyn and Bacon. Suciati dan Irawan Prasetya. 2001. Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Ditjen PT PAU-UT. Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta. Yuhdi Munadi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group.
Pertanyaan: 1.