BAB II 2.1 Biologi Komoditas Rotan adalah sekelompok palma sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis tropis Afrika, Asia dan Australasia. Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (misalnya salak), salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara
tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan ro tan. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya. Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, di Indonesia, seperti seperti Sumatra, Sumatra, Jawa, Jawa, Borneo, Borneo, Sulawesi, dan dan Nusa Tenggara. Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, Lanka, dan Bangladesh. Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu. daripada kayu. Rotan termasuk jenis produk dari Hasil Hutan Non Kayu yang sudah lama dikenal. Bahkan sudah banyak menghasilkan produk-produk olahan yang tidak sedikit dalam memberikan sumbangan pendapatan kepada negara (devisa). Didalam perdagangan dikenal nama-nama ini mendasar pada tempat atau negara tujuan ekspor maupun bentuk/jenis rotan yang dipasarkan, seperti : bin rattan, rattan, core peel, canes, dan lain-lain.
Sifat Umum Rotan Mempunyai batang berduri dan memanjat tetapi terdapat juga
jenis yang tidak memanjat. Jenis Terdapat 13 genus ritan di dunia dan hampir 600 jenis rotan dihasilkan
daripadanya. Sebaran Hanya tumbuh secara semula jadi di Asia dan Barat Afrika saja. Di
Semenanjung, rotan boleh ditemui dipelbagai jenis ketinggian dari aras laut sehingga ke
kemuncak gunung 3000 m. Bagaimanapun kebanyakan kawasan rotan tertumpu di Asia Tenggara dan kawasan berdekatan. Malaysia adalah negara yang kaya dengan pelbagai spesies rotan. Terdapat 79 jenis rotan di Sabah, 106 di Sarawak dan 107 di Semenanjung. Ciri-ciri Terdapat rotan yang tumbuh secara tunggal dan juga berkelompok.
Kebanyakan pokok rotan adalah jenis memanjat serta yang berbatang kerdil tidak memanjat.
Komponen kimia, anatomi, sifat fisik dan mekanika rotan menentukan bentuk pemanfaatan dan mutu produk akhir suatu jenis rotan. Komponen kimia rotan menentukan kekuatan dan keawetan rotan. Menurut Rachman (1996), komponen kimia rotan adalah holoselulosa (71%-76%), selulosa (39%-58%), lignin (18%-27%), silika (0,54-8%), tanin (8,14%-8,88%0) dan pati (18,50%-23,57%). Selulosa menentukan kekuatan tarik rotan “Semakin tinggi kadar selulosa rotan maka makin besar pula keteguhan lenturnya”. Lignin
membuat ikatan antar sel serat menjadi kuat. Tanin berperan sebagai bahan yang bersifat racun terhadap rayap dan jamur (Jasni dkk, 1997). Pati adalah sumber makanan utama bubuk kayu selain rayap. Makin tinggi kandungan pati dalam rotan, maka makin mudah diserang oleh bubuk kayu kering. Ukuran sel pori dan tebal dinding sel serat menentukan keawetan dan kekuatan rotan. Tebal dinding sel serat berkisar antara 3,49 µm – 4,89 µm. Makin tebal dinding sel maka makin keras dan berat suatu jenis rotan (Rachman, 1996). Sifat fisika dan mekanika rotan antara lain, berat jenis 0,47-0,57; kadar air basah 84,32%-167,11%; kadar air kering udara 13,76%-18,19%; panjang ruas 20,76-37,20 cm; tingi buku 0,16-,39; keteguhan patah (MOR) 421-834 kg/cm2; keteguhan lentur (MOE) 14.548-22.000 kg/cm2.
2.2 Potensi Industri
1. Potensi Sumber Daya Alam Seorang pengusaha asal Jepang yang telah bergelut puluhan tahun dalam industri rotan di Indonesia, Yuzuru Yamakawa (2006) mengatakan bahwa potensi rotan Indonesia sekitar 85% dan terbesar di dunia. Bahkan, Indonesia adalah satusatunya negara yang mampu menyediakan rotan dengan kapasitas terbesar dan nomor satu di mancanegara. Artinya, rotan di Indonesia adalah 'tambang emas' dan aset bangsa yang cenderung terlupakan. Rotan merupakan tumbuhan hutan tropika sehingga
sangat
cocok
untuk
ditanam
di
Indonesia.
Ahli rotan, Janumirno (2000:19) mengatakan bahwa pada abad ke-19, Indonesia telah menjadi pelopor
dalam
penyediaan
produk rotan dunia,
yakni
hampir 80% keperluan dunia dipasok dari Indonesia. Sampai saat ini, sesungguhnya Indonesia telah mendapat pengakuan internasional sebagai penghasil rotan terbaik dan terbesar di seluruh dunia. Uniknya, kekayaan alam Indonesia bukan hanya rotan, tetapi ragam kursi rotan yang dikreasikan bahan pendukung seperti eceng gondok, pelepah pisang abaca, dan pandan ( seagrass). Bahan-bahan alami itu masih sangat berlimpah di Indonesia.
2. Potensi Sumber Daya Manusia Pengolahan rotan di Indonesia,
pada
awalnya
masih terbatas pada rotan asalan yang dirunti (baca: digosok-red). rotan
dalam
Konsumsi negeri
pun
sebatas pengolahan yang sederhana seperti lampit, kursi
sederhana,
dan
kebutuhan rumah tangga lainnya yang dihasilkan dari proses kerajinan tangan. Masyarakat Indonesia memiliki potensi cukup besar di bidang seni kriya rotan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan rotan dengan bentuk yang beraneka ragam (Janumirno,
2000:
57).
Indonesia mulai mengenal industri pengolahan rotan pada tahun 1968 sampai 1973, dan berkembang pesat sekitar tahun 1988, setelah ada peraturan pelarangan ekspor bahan baku rotan dan barang rotan setengah jadi. Kursi rotan Indonesia pun mulai 'berlenggak-lenggok' di tengah persaingan pasar global. Konon, dampak dari pelarangan tersebut dapat meningkatkan devisa negara dan merebut
dolar. Kursi rotan Indonesia pun telah menumbangkan banyak pesaing dari negaranegara yang selama ini menikmati bahan baku rotan dari Indonesia, seperti Taiwan (Soefijanto, dkk, 1988: 15-16).
Potensi sumber bahan baku dan keterampilan para perajin belum banyak mengangkat derajat rotan sebagai 'tambang emas' dan devisa bagi negeri kita. Nilai tambah yang dihasilkan masih relatif kecil. Salak satu penyebabnya adalah kebijakan produsen yang masih berfungsi sebagai 'tailor made' alias tukang jahit. Desain sebagai pencipta nilai tambah atau Design Value Added (DVA) dan perangkat daya saing ekspor masih belum disadari sepenuhnya. Padahal, peluang pasar penggunaan kursi rotan sebagai perangkat interior dan eksterior rumah masih sangat terbuka. Sebab rotan memiliki sifat yang alamiah dan fleksibel. jadi tidak perlu heran bila saat ini karakteristik rotan ditiru, direkayasa, dan dibuat dengan bahan plastik ( synthetic fiber ). 2.3 Teknologi
a.
Pengolahan rotan mentah (bulat) Bak penggorengan rotan Bak pencucian rotan Alat pengering rotan Ruang pengasapan rotan (asap belerang)
b. Pengolahan rotan setengah jadi (komponen) Polishing, Splitting, Peel trimming, Connecting, Widing machine, Straightener, cutting, Circular saw, sanding, Drilling. c.
Pengolahan rotan jadi (berupa produk siap pakai) Weaving machine, Flower table, Compressor, Sanding machine, Straightening,
Circular saw, Cutting saw, Router, Drilling machine, Doubles sander, Planer, Steam boiler, Screw driver, Noiler, Stapler, Sprayingequipment, Gas burner (Kasmudjo, 2011).
2.4 Existing Industry
2.5 Manajemen
Cara Pengolahan Rotan
Banyak cara dan variasi-variasi di dalam pengolahan rotan. Untuk menghasilkan rotan mentah (rotan bulat) dapat digunakan cara sederhana dan cara semi mekanis, sedang untuk menghasilkan produk rotan setengah jadi sampai jadi dapat digunakan cara mekanis atau terpadu dengan cara-cara lainnya. a)
Pengolahan semi mekanis
Cara pengolahan ini digunakan untuk menghasilkan rotan bulat yang telah digoreng dan diasapi. Penggorengan rotan dilakukan dengan minyak tanah, minyak solar, minyak goreng atau campuran minyak-minyak tersebut. Pengasapan rotan dilakukan dengan mengalirkan asap belerang ke dalam ruang tumpukan rotan. Penggorengan rotan bertujuan agar rotan lebih kering, awet, keras, mengkilap dan halus permukaannnya. Pengasapan bertujuan agar rotan lebih berwarna muda, cerah, kompak/homogen dan lebih awet. b)
Pengolahan rotan setengah jadi (produk komponen)
Didalam proses ini dihasilkan bermacam-macam komponen rotan b erupa rotan bulat maupun rotan belahan dengan berbagai bentuk dan ukuran. Komponen hasil olahan umumnya digunakan untuk membuat produk-produk aneka mebel dan kerajinan rotan. Pada komponen yang dihasilkan juga sudah dilakukan pengupasan (pembulatan), pelurusan, penyambungan, pelobangan, pembelahan (pengiratan) dan penenunan. Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat berupa: rotan bulat tidak kupas, rotan bulat sudah dikupas, rotan bulat dengan sambungan atau lobang, rotan belahan kasar, rotan iratan dan rotan anyaman (tenunan) c)
Pengolahan rotan jadi (misal berupa mebel rotan)
Secara umum sebagian besar proses yang dilakukan sama dengan proses pengolahan rotan setengah jadi. Bedanya proses ini diteruskan dengan proses perangkaian (assembling), finishing (dipolitur atau dicat) dan penambahan (pemasangan) kelengkapan lainnya, misalnya pemasangan jok kursi, penambahan kaca meja, dan sebagainya (Kasmudjo, 2011).
Proses Pengolahan Rotan
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan adalah rotan yang yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Tahapan pengolahan rotan adalah sebagai berikut : 1. Penggorengan Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan-potongan rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak kelapa. 2. Penggosokan dan Pencucian Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap. 3. Pengeringan Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%. Hasil penelitian Basri dan Karnasudirja (1987) dalam Jasni et al., (2005) pada rotan manau ( Calamus manan Miq.) dan rotan semambu ( Calamus scipionum Burr.), menunjukkan bahwa lama pengeringan secara alami dari kedua jenis rotan tersebut berkisar 22 hari sampai 65,3 hari. 4. Pengupasan dan Pemolesan Pengupasan dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan besar pada keadaan kering, gunanya adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata. 5. Pengasapan Pengasapan dilakukan agar warna rotan menjadi kuning merata dan mengkilap. Pengasapan dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit (alami), pengasapan
pada dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih. Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan (Rachman 1990 dalam Jasni et al., 2005). 6. Pengawetan Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan. Selain berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak baik pada rotan basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut.Serangga ini paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus minutus Farb., Heterobostrychus aequalis Wat., dan Minthea sp.
7. Pembengkokan Pembengkokan atau pelengkungan rotan dilakukan pada rotan berdiameter besar sesuai dengan pengunaannya. Cara pembengkokan ini dilakukan dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air panas yang disebut steaming dengan tabung berbentuk silinder (steamer) agar jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah dibengkokan. Hasil penelitian (Jasni, 1992 dalam Jasni et al., 2005), menunjukkan bahwa pengrajin di industri rumah tangga, proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan langsung bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas LPG). Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat pembengkok pada waktu rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu prosesnya lambat dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar, sehingga bewarna hitam. Alat-alat yang digunakan pada industri produk jadi rotan meliputi: kompor solder, bor listrik, gergaji rotan dan biasa, gunting rotan, parang, martil, kakak tua dan engkol tangan. Selain itu, sebagian kecil ada yang menggunakan kompresor, mesin potong, sekrup (alat tembak untuk memasukkan paku) dan taples. Kegiatan proses
produksi dilakukan pada suatu bangunan rumah. Bangunan rumah tersebut dibagi menjadi tempat proses produksi, pemajangan produk jadi rotan dan tempat tinggal. Disamping penggunaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi, ketersediaan sarana transportasi merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan usaha rumah tangga industri produk jadi rotan. Sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan milik pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot), truk dan bus kota selalu ada setiap saat, sedangkan kendaraan milik pribadi rumahtangga pengusaha sebagian besar adalah kendaraan roda dua.
Proses Pengolahan Material Rotan
Rotan harus melalui beberapa proses sebelum material tersebut bisa diolah dan dianyam menjadi sebuah perabot atau dekorasi. Beberapa langkah hampir sama dengan proses kayu. Rotan yang masih berbentuk 'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai 6 -10 meter masih sangat basah. Proses pertama adalah dengan menjemur batangan-batangan rotan tersebut hingga agak kering karena pada waktu dikirim ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut masih berwarna hijau kekuningan. Pengawetan menjadi satu proses penting untuk rotan untuk mencegah serangan jamur dan serangga dengan metode perendaman. Baru kemudian setelah rotan direndam selama beberapa jam, proses pengeringan dengan menggunakan ruang dan sistem pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam ruang Kiln Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh tumpukan rotan. Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan mulai diproses di ruang mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan dengan mesin khusus. Dari proses ini batangan rotan (diameter sekitar 30-40mm) dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan bahan baku anyaman atau pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya diproses lebih lanjut untuk membuat ∅ batang rotan sama dari ujung hingga pangkalnya. Batangan ini nantinya akan diproses lagi untuk dibelah menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'. Tergantung dari kualitas batang rotan tersebut. Apabila
berwarna terang dan berdiameter besar (>25mm) maka akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm batangan tersebut biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.
2.6 Pasar
Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga (7,68%) dalam perdagangan rotan di pasar global setelah China (20,72%) dan Italia (17,71%). Hal ini tentunya menjadi isu yang penting untuk dianalisis lebih mendalam dengan melihat faktor-faktor yang menghambat perdagangan rotan Indonesia.
2.7 Policy 2.8 Aspek Sosial Komunitas 2.9 Prospek Industri
Rotan merupakan salah satu kekayaan hutan Indonesia sebagai negara tropis yang memberi sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini ketersediaan rotan sangat banyak di hutan Indonesia terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Indonesia merupakan penghasil 85% rotan mentah dunia yaitu dengan nilai sekitar 699.000ton/tahun. Akan tetapi sayangnya kondisi ini tidak serta merta menempatkan Indonesia sebagai leading country dalam perdagangan rotan internasional.