LAPORAN PENDAHULUAN PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
JUDUL KASUS RUPTUR KORNEA
RUPTUR KORNEA
A. DEFINISI
Trauma tembus pada mata adalah suatu trauma dimana seluruh lapisan jaringan atau organ mengalami kerusakan. Ruptur kornea merupakan trauma pada kornea baik partial- maupun full-thickness. Luka partial-thickness tidak mengganggu bola mata (abrasi), sedangkan Luka full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur dari bola mata.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari : 1) Palpebra Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot,
4) Sistem kelenjar bola mata Terbagi menjadi dua bagian: - Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata - Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
o
Perforasi
Langkah pertama dalam evaluasi trauma kornea adalah menentukan apakah termasuk luka full-thickness atau bukan dan mengakibatkan rupture bola mata.
Luka full-thickness
Aqueous humor keluar dari bilik mata depan, yang ditandai dengan kornea yang rata,
Gelembung air di bawah kornea,
Pupil asimetris sekunder karena iris yang menonjol kearah defek kornea.
D. ETIOLOGI
Trauma tembus disebabkan benda tajam atau benda asing masuk kedalam bola mata.
5) Kornea Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus 6) Uvea Luka dapat menyebabkan kerusakan pengaturan banyaknya cahaya yang masuk sehinggan muncul fotofobia atau penglihatan kabur 7) Lensa Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat. 8) Retina Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam
F. PATHWAY
Trauma tajam pada mata
Menginfeksi Kornea
Ulkus Kornea
Perforasi Kornea
Ruptur Kornea
Prolaps Pada Iris
G. TANDA DAN GEJALA
1) Tajam penglihatan yang menurun 2) Tekanan bola mata rendah 3) Bilik mata dangkal 4) Bentuk dan letak pupil berubah 5) Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera 6) Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata iris, lensa, badan kaca atau retina
7) Kunjungtiva kemotis
3) Mempertahankan struktur dan anatomi mata, 4) Mencegah sekuele jangka panjang
Bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva).
Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap konjingtiva
Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dan sistemik, juga subkonjungtiva.
Obat-obatan : 1. Antibiotik
J. PENGKAJIAN
Hal – hal yang perlu diperhatikan: a. Bagaimana terjadinya trauma mata Tanggal, waktu dan lokasi kejadian trauma perlu dicatat. Hal ini perlu untuk mengetahui apakah trauma ini terjadi pada waktu seseorang sedang melakukan pekerjaan sehari-hari. Perlu juga ditanyakan apakah alat-alat yang
digunakan
waktu
terjadi
trauma,
apakah
penderita
waktu
menggunakan kacamata pelindung atau tidak, kalau seandainya memakai kacamata, apakah kacamata itu turut pecah sewaktu terjadinya trauma. b. Menentukan obyek penyebab trauma mata. Menanyakan secara terperinci komposisi alat sewaktu terjadinya trauma. Apakah alat berupa paku, pecahan besi, kawat, pisau, jenis kayu, bambo dll. Perlu juga ditanyakan apakah alat tersebut berupa benda tajam atau tumpul, atau ada kemungkinan bercampurnya dengan debu dan kotoran lain.
4. Ansietas
berhubungan
dengan
faktor
fisiologis,
perubahan
status
kesehatan: adanya nyeri;kemungkinan /kenyataan kehilangan penglihatan.
L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : a. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. b. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi : 1) Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler. Tujuan: Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : a.
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
b.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi : 1)
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasien seperti pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. Rasional : Kondisi mata mempengaruhi visus pasien
2)
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak
Tujuan: Tidak ada tanda-tanda dan gejala-gejala dari infeksi Kriteria Hasil: a.
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.
b.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
Intervensi: 1) Kaji tanda-tanda vital pasien Rasional : Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari proses inflamasi. 2) Anjurkan pasien istirahat untuk mengurangi gerakan mata Rasional : Mengistirahatkan kondisi mata yang sakit agar tidak banyak terkontaminasi dengan dunia luar
Tujuan: Ansietas berkurang bahkan hilang Kriteria Hasil: a. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
Intervensi: 1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tibatiba dan pengetahuan kondisi saat ini. Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan pasien dan memudahkan untuk intervensi selanjutnya 2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Rasional : Membantu memberitahu keadaan pasien yang sebenarnya terjadi 3) Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed. 2. Jakarta: EGC Doengos, E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta: EGC Ilyas, Sidarta. (2003). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FK UI Mansjoer, Arief. (2006). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aeskulapis FKUI Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Ed. 6. Jakarta :EGC
Pathway :
Trauma Tembus
Palpebra
Levator apaneurosis
Sal. Lakrimalis
Sindroma kekurangan air mata
Conjunctiva
Ruptur Pembuluh darah
Ptosis
Perdarahan
Nyeri
Cemas
Sklera
Penurunan Tekanan Bola Mata
Uvea
Ggn pengaturan cahaya
Prolap jar. Bola mata
Cemas
Luka
Gangguan Penglihatan
15
Kornea
Lensa
Retina
Prolaps pd iris
Ggn fokus sinar pd retina
Perdarahan
Penurunan visus
Penurunan refraksi
Nyeri
Akomodasi tdk adekuat
Fotopsia