SATUAN ACARA BERMAIN Pokok pembahasan
: Therapi bermain balon roket
Hari / tanggal
: Sabtu, 27 Januari 2018
Pukul
: 11.00 Wib
Sasaran
: Pasien anak umur 3-6 tahun
Tempat
: Ruang Merak Anak Rumah Sakit Arifn Achmad Pekanbaru
A. Latar Belakang Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Hospitalisasi anak merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan
trauma
atau
kecemasan
yang
efeknya
dapat
mengganggu tugas perkembangan anak dan proses penyembuhan anak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan anak, tetapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Wong, 2004). Adapun latar belakang dari pemilihan judul permainan ini adalah ketika dirumah sakit anak sering merasa cemas, marah, sedih, sepi, rindu dengan teman-teman bermainnya dirumahnya tapi anak tidak dapat mengungkapkan perasaan tersebut karena takut. Melalui permainan ini anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menyelesaikan masalahnya sehingga dapat memperkecil trauma karena hospitalisasi sehingga anak merasa tenang dan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain.Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela
untuk
merupakan
memperoleh
aktivitas
perkembangan
anak
yang dan
kesenangan dapat
dan
menstimulasi
merupakan
cerminan
kepuasan.
Bermain
pertumbuhan kemampuan
dan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara. Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia.Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain.Anak-anak memerlukan berbagai
variasi
permainan
untuk
kesehatan
fisik,
mental
dan
perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan ototototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kesempatan bermain.
kurang mendapat
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, diharapkan dapat melatih motorik anak mampu meniup balon dapat menerbangkan balon sehingga disebut balon roket. Selain itu anak juga bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit sehingga anak bisa merasa nyaman dan mempercepat proses penyembuhan. 2. Tujuan Khusus a. Melatih pengembangan paru-paru. b. Melatih nafas dalam untuk mengurangi nyeri C. Pelaksanaan Kegiatan 1. Jenis program bermain a. Meniup balon dan menerbangkan balon sehingga seperti pada anak yang berusia 3-6 tahun. 2. Karakteristik permainan a. Melatih kemampuan kognitif b. Mengembangkan pengetahuan umum c. Melatih ketelitian anak d. Meningkatkan daya ingat anak 3. Karakteristik peserta a. Usia 3-6 tahun b. Jumlah 5 anak c. Keadaan umum baik dan kesadaran penuh d. Peserta kooperatif 4. Alat atau media yang digunakan a. Balon 5. Pengorganisasian dan urain tugas a. Struktur organisasi : 1)
Leader
: Dian Lestari Effendi & Anggi Anggraini
2)
Fasilitator
: Hesti Kusmawati
3)
Observer
: Winda Sagita
b. Uraian Tugas 1) Leader : a) Menjelaskan tujuan bermain b) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok c) Menjelaskan aturan bermain pada anak d) Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 2) Fasilitator: a) Menyiapkan alat-alat permainan b) Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang dijelaskan. c) Mempertahankan kehadiran anak d) Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam. 3) Observer: a) Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal. b) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku, c) Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain 6. Setting Tempat
Keterangan: Meja Pembimbing observer Leader
Pasien Orangtua/ wali pasien Fasilitator
7. Kegiatan penyuluhan No 1
Terapi 1. Leader membuka dan mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri
Kegiatan anak 1.
Menjawab salam
2.
Mendengarkan
3.
Mendengarkan Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing 4. Memperkenalkan anak satu persatu dan anak saling berkenalan dengan
Waktu 5 menit
dan saling berkenalan 4.
Mendengarkan
5.
Mendengarkan
temannya 5. Kontrak waktu dengan anak
2
Kegiatan bermain :
20 menit
1. Leader menjelaskan cara 1.
Mendengarkan
2.
Menjawabpertanyaan
1.
Menerima permainan
3. Menbagikan permainan
2.
Bermain
4. Leader ,Fasilitator dan observer
3.
Bermain
4.
Mengungkapkan perasaan
permainan 2. Menanyakan pada anak, anak mau bermain atau tidak
memotivasi anak 5. Fasilitator mengobservasi anak 6. Menanyakan perasaan anak 3
Penutup :
5 menit
1.
Leader Menghentikan permainan
1.
Selesai bermain
2.
Menanyakan perasaan anak
2.
Mengungkapkan perasaan
3.
Menyampaikan hasil permainan
3.
Mendengarkan
Memberikan hadiah pada anak
4.
Senang
yang benar melakukan permainan
5.
Senang
balon roket
6.
Mengungkapkan perasaan
souvenir/kenang-
7.
Mendengarkan
kenangan pada semua anak yang
8.
Menjawab salam
4.
5.
Membagikan
bermain 6.
Menanyakan perasaan anak
7.
Leader menutup acara
8.
Mengucapkan salam
8. Evaluasi Peserta terapi bermain Balon Roket mampu: a. Struktur 1) Persiapan pasien a) Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain b) Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan c) Anak siap untuk melakukan kegiatan bermain balon r oket 2) Lingkungan a) Lingkungan bermain menunjang b) Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada gangguan 3) Media a. Balon b. Proses 1) Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain 2) Fasilitator memberikan contoh 3) Anak mampu meniup balon dengan benar 4) Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya 5) Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai c. Hasil 1) Anak mampu meniup balon dan menerbangkan dengan benar 2) Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menerbangkan balon 3) Anak mampu meniup balon 4) Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan 5) Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan D. Materi Therapi Bermain
1. Pengertian Bermain Terapi bermain merupakan suatu aspek penting dalam keperawatan anak sakit yang digunakan untuk mendemontrasikan peralatan atau prosedur pada boneka sebelum anak mengalami suatu prosedur
keperawatan, sehingga membantu koping anak terhadap perasaan marah atau takut selama prosedur atau pembedahan. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan
dan
pelayanan
keperawatan
di
rumah
sakit.
Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya. 2. Preschool 1. Pengertian Preschool Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia
prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan,
Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. 2. Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya. Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruan Kepanjen, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi. Dari latar belakang di atas
menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya. 3. Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggung jawab, mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Personal social : 1) Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di anggap di masyarakat 2) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan 3) Menyadari hak dan kepentingan orang lain 4) Mulai dapat bermain dengan teman sebaya 5) Keluarga
harmonis,
komunikasi
baik
maka
anak
akan
mempunya kemampuan dan 6) penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain. 7) Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi dengan teman sebaya 4. Aspek Kognitif Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak
berada
baik,menilai
pada sesuatu
fase
inisiatif,
menurut
memahami
waktu
dimensinya,penilaian
lebih muncul
berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia. 1) Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak, X 2) Motorik kasar :
Melempar
bola
melewati
atas
kepala,
Memanjat, Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi 3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan a. Faktor Herediter Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak
disamping faktor lain. Faktor
herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. b. Faktor lingkungan Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
1) Lingkungan prenatal Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain. 2) Lingkungan post natal Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan. 5. Macam Bermain a. Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory
Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : 1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain. 2) Tidak ada variasi dari alat permainan. 3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. 4) Tidak mempunyai teman bermain. 6. Ape ( Alat Permainan Edukatif ) Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. b. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lil in, dll. c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain 1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. 5) Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. 6) Permainan yang dianjurkan : a) Menggambar b) Bermain kertas lipat c) Menyusun balok d) Menyanyi e) Bermain balon f) Alat olahr raga, masak, menghitung g) Mobil – mobilan dll. E. Pengertian Balon Roket
Bermain meniup balon dapat dianalogkan dengan latihan napas dalam
( pursed lips breathing ). Bermain meniup balon merupakan
suatu permainan atau aktivitas yang memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan
mulut di monyongkan, ini dilakukan
pada pasien dengan penyakit pernapasan terutama asma. Pada penyakit asma resistensi aliran udara menjadi besar terutama selama ekspirasi, hal ini menyebabkan terjadi penurunan volume ekspirasi paksa atau Forced Expiration Volume (FEV1) dan Arus puncak (APE) (Williams, 2010).
ekspirasi
Terapi bermain meniup balon merupakan permainan yang memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi yang memanjang. Tujuan terapi ini adalah melatih pernapasan yaitu ekspirasi menjadi lebih panjang
dari
pada
inspirasi
untuk
memfasilitasi
pengeluaran
karbondioksida dari tubuh yang tertahan karena obstruksi jalan napas. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk membantu pasien mengontrol pola
napas, meningkatkan ventilasi pola napas, meningkatkan
mekanisme
batuk
efektif,
mencegah
atelektasis,
meningkatkan
kekuatan otot pernapasan, meningkatkan relaksasi dan
mencegah
terjadinya kekambuhan dan sesak napas dan pasien rileks sehingga nyeri pasien bisa teratasi (Dechman, 2008). Tingkat kebutuhannya sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangannya. Tahap pertumbuhan dan perkembangan dari anak hingga remaja menurut Erikson dimulai
pada
toddler (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun),
bayi masa
(0-1
tahun),
anak
tengah
atau sekolah (usia 6 tahun sampai pubertas) dan remaja (10-20 tahun) (Santrock, 2007). Terapi bermain meniup balon ditujukan untuk anakanak yang berusia pra sekolah (3-5 tahun), masa anak tengah sekolah (5 tahun sampai pubertas). Untuk pencegahan dan mengatasi pada anak yang mengalami gangguan pada sistem pernapasan khususnya asma dengan tujuan agar fungsi paru pada anak akan meningkat dan menjadi normal (Hockenbbery, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Gunawan, S. D. (2009). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT BPK Media. Hidayat, A. A. A. (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak . EGC: Jakarta. Whaley and Wong, 1991
DAFTAR PUSTAKA
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.Diakses
Pada
Tanggal
11
Desember
2012.
www.nursingbegin.com Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC http:/jejakpendidikan.com/2017/10/pengertian mewarnai.
16