Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam lemahnya ya akidah akidah dan iman. iman. Ada pertan pertanyaa yaan n kenapa kenapa lemahn lemahnya ya Pertama, lemahn akid akidah ah dan dan keim keiman anan an bagi bagi umat umat Isla Islam, m, kare karena na kita kita dari dari dahu dahulu lu sena senant ntia iasa sa mengabaikan ajaran agama Islam, mengabaikan ilmu-ilmu Islam dan mengutamakan ilmu-ilmu yang lain dan ilmu agama Islam kita jadikan urutan-urutan sekian saja, yang penting kita makmur secara dunia agama kita singkirkan dari kehidupan. Kita sesungguhnya kalau sadar adalah termasuk yang kufur nikmat, dahulu kita kita sebelu sebelum m merdek merdekaa mereng merengek ek teriakteriak-teri teriak ak dan mengad mengadu u kepada kepada Allah Allah setiap setiap malam malam kita kita berdoa berdoa sambil sambil duduk, duduk, berdir berdirii dan berbar berbaring ing,, tetapi tetapi setelah setelah merdek merdekaa kemudian kita singkirkan hukum-hukum Islam, syariat-syariat Islam dan ajaran Islam dari kehidupan kita, inilah yang mengakibatkan umat Islam mundur dari hari ke hari hingga hari ini. Kedua, tidak adanya ukhuwah Islamiyah. Kita terpecah belah dan berkepingkeping keping,, kita kita dipecah dipecah belah belah oleh oleh aliran aliran keperca kepercayaa yaan, n, aliran-a aliran-alir liran an dalam dalam Islam, Islam, organisasi-organisasi dan dipecah oleh partai-partai hingga sampai hari ini umat Islam menjadi berkeping-keping sehingga kita tidak punya kwalitas apa-apa.
Rasulu Rasululla llah h SAW mensin mensinyal yalir ir yang yang artiny artinyaa “hamp “hampir ir tiba tiba masany masanyaa dimana dimana bangsa-bangsa lain itu akan mengeroyok dan menyerbu umat Islam seperti makanan di atas meja hidangan”. Lalu sahabat merasa heran kemudian bertanya bertanya kepada kepada Rasul “apakah jumlah kami waktu itu sedikit, sehingga kami dikeroyok dan diserbu sedemikian rupa seperti makanan yang mau dihidangkan ? “. Kemudian nabi menjawab “tidak, bahkan jumlah kamu ketika itu banyak dan mayoritas tetapi jumlah kamu tidak memiliki kwalitas dan terpecah satu dengan yang lain, akhirnya kondisi semacam ini hanya banyak tetapi tidak mempunyai kwalitas seperti buih yang ada dilautan”. Ternyata penyebab utama kata Rasul adalah “di dalam dada umat Islam itu tertancap penyakit wahn, sahabat bertanya apa penyakit wahn itu ya Rasul, kemudian di jawabnya dengan “cinta dunia dan takut mati”. Kalau hal ini masih ada pada diri umat Islam maka sampai pada hari kiamat pun kita tidak akan meraih yang namanya khairul ummah, namun meskipun umat Islam belum bisa bangkit dam belum bisa menjadi teladan-teladan tetapi bersyukur kita justru orang-orang non muslim terus meningkatkan kajian-kajian dan mengkaji ajaran ajaran Islam Islam dan setela setelah h itu mereka mereka berbon berbondon dong-b g-bond ondong ong masuk masuk agama agama Islam. Islam. Mudah-mudahan lewat para muallaf ini mereka bisa memberikan motivasi kepada umat umat Islam Islam untuk untuk menuju menuju kejaya kejayaan an Islam Islam dan menjad menjadii khoiru khoirull ummah, ummah, amin amin ya Robbal alamin.
Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam). Faktor internal diantaranya adalah: Jauhnya umat Islam dari Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam QS. 25:30 Allah berfirman: “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengacuhkan Al Qur’an ini ada 3 kemungkinan: • Ia tidak membaca Al Qur’an. Seorang muslim yang tidak membaca Al Qur’an padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Qur’an lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Qur’an. • Ia membaca Al Qur’an namun tidak mentadabburinya. Seorang muslim yang membaca Al Qur’an seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. 8:2) • Ia membaca dan mentadabburi Al Qur’an namun tidak mengamalkannya. Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Qur’an bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya akan kebenaran Al Qur’an dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang telah dibacanya. Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti orang tua atau sesepuhnya. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.17:36) Terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu’ seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama’ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: “dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 8:63) Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh pada Islam. Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Perasaan ini t imbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada “di bawah”. Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat Islam sendiri yang jauh dari pemahaman Islam yang benar. Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa dimana mereka benar-benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil sebagai peradaban, tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda Rasulullah: “Al-Islamu ya’lu wa laa yu’la ‘alaihi.” (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya). Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman. Firman Allah: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.3:139) Adanya gejala taqlid dengan semua yang datang dari barat. Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keislamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun. Karena rasa tidak percaya diri itu, maka munculah segala yang datang dari barat (gaya hidup, barang-jasa, hukum, dll) selalu dianggap modern. Padahal jika kita cermati banyak hal yang muncul dari barat tidak ubahnya hanya jahilliyah ja hilliyah yang dipoles saja, disaring dengan budaya nenek moyang kita saja pasti tidak akan lolos, apalagi dengan indicator islam. Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal Islam merupakan agama yang menjungjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dalam firman Nya QS.58:11. Rasulullah SAW bersabda: “Keutamaan seorang ‘alim (ahli ilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya.” (HR. At Tirmidzi). Sedangkan dalam riwayat lain dinyatakan; “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga….” (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain-lain. Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan
harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya: “Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…” (QS.2:120) Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani, Uthmani, kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb: 1. Faktor ekologis dan alami , yaitu kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris. Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi pihak luar. 2. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang Salib”, menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir. 3. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat. Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam upayanya mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di saat itu kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada a khir abad ke 16 Belanda, Inggris dan Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu, ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui j umlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta; sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak dibarengi oleh kualitas yang tinggi.