BAB I
PENDAHULUAN
INTITUSI PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA HARUN AR-RASYID
Latar Belakang
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. pola pada pemerintahan ini yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid. Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Sejak terlibat dalam urusan pemerintahan dalam usia muda dan selama menjadi khalifah, Harun ar-Rasyid menjalin hubungan yang akrab dengan para ulama, ahli hukum, hakim, qori, penulis, dan seniman. Ia sering mengundang mereka keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Ia sangat menghargai setiap orang yang berhadapan dengannya dan menempatkan pada kedudukan yang tinggi. Karenanya, ia dikagumi oleh semua orang, baik dari golongan masyarakat tertentu maupun masyarakat umum. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Dari latar belakang inilah penulis akan menjelaskan tentang Intitusi lembaga pendidikan pada pemerintahan Khalifah Haruan al-Rashyid terkait dengan mata kuliah sejarah social pendidikan Islam sebagaimana rumusan masalah sebagai berikut;
Bagaimanakah kepemimpinan khalifah harun ar-Rashyid dalam pemerintahannya?
Bagaimanakah intitusi lembaga pendidikan Islam pada masa Harun ar-Rasyid?
Tujuan
Untuk mengetahui kepemimpinan Harun ar-Rasyid dalam pemerintahannya.
Untuk mengetahui Intitusi lembaga pendidikan Islam pada masa khalifah Harun ar-Rasyid.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Kepemimpinan Harun ar-Rasyid
Harun ar-Rasyid adalah Khalifah kelima dinasti Abbasiyah yang terkemuka, terkenal, dermawan, dan juga penyair. Ia memerintah selama 23 tahun (786-809), yang membuat Dinasti ini mencapai kemajuan dan kejayaan dibidang ekonomi, perdagangan, wilayah kekuasaan, politik, ilmu pengetahuan, dan peradaban islam. Ia menjadi figur yang legendaries karena cerita-cerita tentang dirinya dalam kitab Alflailah walailah (seribu satu malam). Ayahnya adalah al-Mahdi bin Abu Ja'far al-Mansur khalifah ketiga dari dinasti Abbasiyah (memerintah 159-169 H/775-785 M),. Ibunya bernama Khaizuran, seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi oleh al-Mahdi pada tahun 159 H/775 M. Ia di lahirkan di Ray pada tanggal ketiga terakhir dari bulan Dzulhijjah tahun 150 H. Ibunya amat berpengaruh dan berperan dalam pemerintahan suaminya dan puteranya. Harun ar-Rasyid naik tahkta menggantikan Khalifah Musa al-Hadi (memerintah 785-786). Harun ar-Rasyid memperoleh pendidikan di istana, baik pendidikan agama maupun ilmu pemerintahan. Ia banyak mendapat pendidikan dari Yahya bin Khalid salah seorang menteri pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, keluarga barmak yang berperan dalam pemerintahan Bani Abbas, sehingga ia menjadi terpelajar. Ia seorang yang cerdas, fasih berbicara, dan mempunyai kepribadian yang kuat.
Selama Pemerintahan al-Mahdi, Harun ar-Rasyid dipercayakan dua kali memimpin ekspedisi militer untuk menyerang Bizantium. Disamping itu Ia pernah memangku jabatan gubernur selama dua kali di as-Saifah pada tahun 163 H/780 M. Oleh karena itu, pada tahun 166 H/782 M, Khalifah al-Mahdi mengukuhkan menjadi putra mahkota untuk menjadi khalifah sesudah saudaranya al-Hadi. Pada tanggal 15 Rabiul awal 170 H. Harun ar-Rasyid memproklamasikan diri menjadi khalifah untuk menggantikan saudaranya yang meninggal pada tahun 170 H/786 M.
Untuk meningkatkan kesejahteaan Negara dan rakyat, Harun ar-Rasyid memajukan ekonomi, perdagangan, dan pertanian dengan sitem irigrasi. Kemajuan dalam sektor-sektor ini menjadikan bagdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, Sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia pada saat itu dengan pertukaran barang-barang dan valuta dari berbagai penjuru. Negara memperoleh pemasukan yang besar dari kegiatan dagang tersebut, ditambah pula perolehan dari pajak perdagangan dan pajak penghasilan bumi, sehingga Negara mempu membiayai pembangunan sektor-sektor lain, seperti pembangunan kota bagdad dengan gedung-gedung yang megah, pembangunan sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, dan perdagangan serta membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan penelitian.
Usaha terpenting Harun ar-Rasyid yang membawa namanya ke puncak kemasyhuran adalah perhatiannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam dengan mencapai taraf yang belum pernah tercapai sebelumnya. Keistimewaan peradapan Islam memiliki sifat yang moderat dan keseimbangan. Didalam peradapan tersebut bertemu ilmu dan iman, inovasi materi dan keluhuran rohani, serta agama dan dunia.
Perkembangan Lembaga Pendidian Islam Pada Masa Khalifah Harun ar-Rasyid
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa puncak perkembangan peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam Islam terjadi pada pemerintahan Harun ar-Rasyid namun, hal itu tidak berarti membawa seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa sendiri. Sebab sebagian Lembaga Pendidikan dalam Islam telah dikenal sejak detik-detik awal turunnya wahyu kepada nabi Muhammad SAW.Rumah al-Arqam ibnn Abi al-Arqam merupakan Lembaga Pendidikan pertama.
Usaha terpenting harun ar-Rasyid yang membawa namanya kepuncak kemasyhuran adalah perhatiannya yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan taraf yang belum pernah dicapai sebelumya. Ia mendirikan beberapa lembaga pendidikan, seperti Bait al-Hikmah, Majelis al-Mudzakarah, lembaga pengkajian masalah-masalah-masalah keagamaan, rumah-rumah, masjid-masjid istana khalifah, dan rumah sakit. lembaga pendidikan dirumah itu telah ada lebih dahulu, bedanya pada masa harun ar-Rasyid adalah banyak menunjuk rumah-rumah itu sebagai tempat belajar dan begitu pula dengan masjid . Namun yang lain masih ada seperti kuttab atau maktab, toko-toko buku, perpustakaan, dan madrasah. Berikut akan di kemukaan beberapa lembaga yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah di masa harun ar-Rasyid.
Menurut Hasan Abd. Ali, Lembaga-Lembaga Pendidian pada periode ini selain keluarga adalah masjid dan kuttab. Istana khalifah, rumah-rumah para pangeran, menteri, dan ulama, kedai-kedai, saudagar buku, salon-kesustraan, ribat, rumah sakit, al-Bimaristan,observatorium dan tempat-tempat experiment ilmiah serta dar al-Hikmah, Bait al-Hikmah, dan Dar al-Khutub.
Kemudian hampir sama dengan pendapat diatas. Zuharini mengelompokkan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko buku, rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan), badi'ah, rumah sakit, perpustakaan, dan masjid, sebagai lembaga Pendidikan Islam yang bercorak non formal.
a. Kuttab atau Maktab
Kuttab adalah kata jadian dari "kataba", yang biasanya digunakan sebagai tempat belajar tulis menulis, bahkan kuttab ini sudah dikenal pada masa Jahiliyah. Namun perkembangan kuttab pada masa awal masih terbilang lambat hingga ketika Islam datang ke daerah Arab ini hanya ditemukan 17 orang Quraisy saja yang pandai baca tulis. Kuttab pra Islamini selain digunakan untuk belajar baca tulis juga sebagai tempat pengajaran kitab Taurat dan Injil, filsafat dan jadal. Dan kegiatan pada era ini ditujukan untuk penyebaran agama Yahudi dan Kristen terhadap pemeluk agama yang lain seperti Majusi dan masyarakat Arab. Setelah kedatangan Islam, posisi kuttab pun masih digunakan untuk belajar baca tulis. Ahmad Syalabi memetakan dua macam kuttab yang dibedakan berdasarkan materi pelajaran yang disampaikan, tenaga pengajar dan masa tumbuhnya, yakni pertama, kuttab yang menjalankan fungsinya sebagai institusi yang mengajarkan baca tulis dengan teks dasamya puisi-puisi Arab dan sebagian besar guru-gurunya adalah non-muslim, sedangkan kedua kuttab adalah mengajarkan al-Quran dan ajaran dasar Islam. Pada awalnya pendidikan kuttab dilaksanakan di rumah para guru atau perkarangan sekitar mesjid, namun setelah Islam berkembang meluas Menurut Hasan Fahmi. Al-Kuttab merupakan lembaga pendidikan islam yang terlama. Tampaknya al-Kuttab ini didirikan oleh orang arab pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu sesuadah mereka melakukan penaklukan-penaklukan dan sesuadah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
Pengajaran di kuttab pada awalnya hanya menulis dan membaca (syair-syar terkenal) di rumah guru-guru yang bersangkutan namun pada akhir abad 1 H tidak hanya menulis dan membaca tetapi di berikan juga pengajaran Al-Qur'an dan pokok ajaran agama yang di letakkan di masjid-masjid, dengan bertambahya murid-murid yang belajar tersebut maka kuttab di bangun tempat khusus samping masjid. Maka Kuttab yang ada pada jamam Khalifah Harun ar-Rasyid ini selain untuk menulis dan baca Alquran juga pokok-pokok ilmu agama yang lain. Lebih lebih guru yang mengajar di kuttab ini sudah mendapatkan gaji dari pemerintah.
Pendidikan Rendah Di Istana
Kebutuhan pendidikan dia awal perkembangan islam sangat di prioritaskan sekali, untuk itu, khalifah dan keluarganya serta pembesar Istana lainnya berusaha mempesiapkan anak-anaknya agar sejak kecil sudah diperkenalkan dengan lingkungan dan tugas-tugas yang akan diembannya nanti. Oleh karena itu mereka memanggil guru-guru khusus untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.
Toko Toko Buku
Toko buku pada dinasti abbasiyah berbeda dengan toko buku yang ada pada masa sebelumnya, kalau kita mengartikan bahwa toko buku itu sebagai pusat pembelian buku bagi konsumen. Tetapi pada masa perkembangan dinasti Abbasyah ini toko buku tidak saja menjadi pusat pengumpulan dan penyebaran (penjualan) buku-buku, tetapi juga menjadi pusat studi dengan lingkaran-lingkaran studi berkembang di dalamnya. Pemilik toko buku biasanya berfungsi sebagai pemimpin lingkaran studi tersebut..Ini semua menunjukkan bahwa betapa antusias umat islam masa itu dalam menuntut Ilmu.
Majelis Atau Salon Kesustraan
Majelis atau salon kesustraan adalah suatu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Majelis seperti ini sebenarnya sudah ada sejak khulafaurrasidin dan diadakan dimasjid. Namun pada Dinasti Umayyah pelaksanaannya dipindahkan ke istana dan hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu saja.salon sastra yang berkembang disekitar para khalifah yang berwawasan ilmu dan para cendekiawan sahabatnya, menjadi tempat pertemuan untuk bertukar pikiran tentang sastra dan ilmu pengetahuan. Pada masa kekuasaan Harun ar-Rasyid ini mengalami kemajuan yang luar biasa, karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan yang cerdas, sehingga khalifah aktif didalamnya. Pada masa beliau, sering diadakan perlombaan antara ahli-ahli syair, perdebatan antara fukaha dan juga sayembara antara ahli kesenian dan pujanggga.
Rumah Sakit
Pada masa Abbasiyah, rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit, tetapi juga berfungsi sebagai tempat untu mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan keperawatan dan pengobatan. Rumah sakit juga merupakan tempat praktikum dari sekolah kedokteran yang didirikan di luar rumah sakit. Dengan demikian rumah sakit dalam dunia Islam juga berfungsi sebagai lembaga Pendidikan. Ini pula tampaknya yang diterapkan oleh dunia pendidikan modern.
Perpustakaan
Masa keemasan pada masa Khaifah Harun ar-Rasyid adalah tumbuh dan berkembangnya dengan pesat perpustakaan-perpustakaan, seperti Bait Al-Hikmah yang didirikan oleh Harun ar-Rasyid dan berkembang dengan pesat pada masa al-Ma'mum, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia Islam yang lengkap. Didalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu seta sebagai terjemah dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan Aramy.Perpustakaan ini lebih menyerupai sebuah universitas dimana terdapat kitab-kitab secara lengkap. orang-orang datang keperpustakaan itu itu untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Disamping itu, perpustakaaan ini juga berfungsi sebagai kantor penerjemah, terutama karya-karya kedokteran, filsafat, matematika kimia, astronomi dan Ilmu alam. buku buku yang diterjemahkan didatangkan dari bizantium dan daerah-daerah lain. Dalam berkembangan selanjutnya para ilmuwan Islam telah mengembangkan yang diterjemahkan tersebut dan mendapatkan temuan-temuan yang baru. Disinilah letak sumbangan islam terhadap ilmu dan peradaban barat atau dunia.
Masjid
Pada masa Dinasti Abbasiyah dan masa berkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusa pada umumnya dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan, seperti tempat untuk pendidikan anak-anak, pengajaran orang dewasa (halaqoah), juga ruang perpustakaan dengan buku-buku yang lengkap Masjid dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan islam yang khas. Dan pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan di Masjid sangat didukung oleh pemerintah, seperti Harun ar-Rasyid dan dilanjudkan oleh khalifah sesudahnya. Pada abad keempat hijriyah ada beberapa masjid yang dikenal sebagai tempat belajar, seperti Jami' Amr ibn al-Ash, Jami' ibn Thulun, Jami' al-Mansur di bagdad, dan jami' al-Azhar. dan lain-lain. Sedemikian banyak tersebarnya masjid-masjid umat Islam sehingga al-Yaquby melaporkan bahwa di Bagdad saja terdapat 3.000 masjid pada abad ketiga Hijriyah.
Rumah-Rumah Para Ulama
Walaupun rumah bukanlah tempat yang baik untuk memberikan pelajaran, namun pada jaman kejayaan perkembangan ilmu dan kebudayaan Islam, banyak juga rumah para ulama yang dijadikan tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Diantara rumah para ulama yang dijadikan tempat belajar adalah rumah Abu Muhammad ibn Hatim al-Razy al Hafish seorang muhaddis yang terkenal kesiqahannya. demikian rumah Ibnu Sina, al-Ghazali, Ali ibn Muhammad al-Fasih.
Madrasah
Madrasah yang pertama kali didirikan adalah madrasah al-Baehaqiyyah di kota Naizabur. Adapun yang menjadikan madrasah ini paling penting fungsinya adalah kelengkapan ruangannya untuk belajar yang dikenal denganb ruangan muhadharah serta bangunan-bangunan yang berkaitan dengannya .Pengamanan bagi murid-murid dan guru-gurunya.Metode yang digunakan ada tiga macam yaitu Lisan, Hafalan dan tulisan.
Adapun yang menjadikan madrasah ini paling penting fungsinya adalah kelengkapan ruangannya untuk belajar yang dikenal dengan ruangan muhadharah serta bangunan-bangunan yang berkaitan dengannya, pengamanan bagi murid-murid dan guru-gurunya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat penulis simpulkan :
Untuk meningkatkan kesejahteaan Negara dan rakyat, Harun ar-Rasyid memajukan ekonomi, perdagangan, dan pertanian dengan sitem irigrasi. Kemajuan dalam sector-sektor ini menjadikan bagdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, Sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia pada saat itu dengan pertukaran barang-barang dan valuta dari berbagai penjuru.
Intitusi lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa pemerintahan khalifah Harun ar-Rasyid adalah Kuttab, pendidikan rendah di istana, toko buku, majelis atau salon kesustraan, rumah sakit, perpustakaan, masjid, rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan), dan madrasah sebagai lembaga Pendidikan islam
Daftar Pustaka
Ali Jumbulati, dan Abd. Al Futuh al-Tuwainisi, Purasatun Muqaranatun fi al-Tarbiyah al-Islamiyah, Trj. Jakarta:Rineka Cipta, 1994
Ahmad Syalabi, Tarikh at-Tarbiyyahal'Islamiyyah, Beirut; Daral-Fikr, 1954.
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Ibrahim Husein, Jakarta : Bulan Bintang, t.th.
Charles Michael Stanton, Pendidikan tinggi dalam Islam, Ter. Afandi dan Hasan Asari, Jakarta, Logos, 1994.
Dewan Redaksi, Enciklopedi islam, Jakarta, PT.Ichtar baru van Hoeve, 2003.
Khalil Syauqi Abu, Harun Ar-Rasyid, Jakarta, Dar al-Fikr, cet.I.1997.
Prof.Dr.Suwito, MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media, 2005.
Hasan Abd.Al-A'li, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Al-Qurn al-Rabi' al-Hijry, Mesir : Dar al-Fikr-Araby, 1978.
Hasan Abd.Al-A'li, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Al-Qurn al-Rabi' al-Hijry, Mesir : Dar al-Fikr-Araby, 1978.
M.Athiyah al-Abbas, Dasar-dasarcpokok Pendidikan Islam, Alih Bahasa oleh Bustani dan Bahri Jakarta : Bulan Bintang, 1970.
Zuhairi dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1997.
INTITUSI PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA HARUN AR-RASYID
MAKALAH
Tugas Ini Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing :
Dr. Rasmianto, M.Ag
Disusun oleh :
Edy Sutrisno
(NIM. 09770004)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
1
Dewan Redaksi, Enciklopedi islam, Jakarta, PT.Ichtar baru van Hoeve, 2003, cet.4, hlm.86
Khalil Syauqi Abu, Harun Ar-Rasyid, Jakarta, Dar al-Fikr, cet.I.1997. hlm.1
Prof.Dr.Suwito, MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media, 2005.hlm.97
Dewan Redaksi, Op.cit, hlm.87.
Hasan Abd.Al-A'li, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Al-Qurn al-Rabi' al-Hijry, Mesir : Dar al-Fikr-Araby, 1978. Hlm.181
Dewan Redaksi Enciklopedi islam, OP.Cit , cet.4, hlm. 88
Hasan Ab.Ali al-Tarbiyah al-Islamiyah, Hlm.181-218
Zuhairi dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1997. Hlm.89-99
Jawad Ali, al-Mufassal f i Tarikh al-'Arab Qabia al-Islam (Bagdad : Dar an- Nahdhah, 1978), Vol. VIII, h. 295. Lihatj uga dalam Ahmad Syalabi, Tarikh at-Tarbiyyahal'Islamiyyah, (Beirut; Daral-Fikr, 1954), h. 33.
Ahmad Syalabi, Tarikh at-Tarbiyyah al-Islamiyyah, h. 36. AL-BANJARI Vol. 5, No. 9, Januari - Juni 2006
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Ibrahim Husein, Jakarta : Bulan Bintang, t.th, hlm.30
Zuhairi dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1997. Hlm.92
Charles Michael Stanton, Pendidikan tinggi dalam Islam, Ter. Afandi dan Hasan Asari, Jakarta, Logos, 1994 hlm.163-164
Zuhairini dkk, Sejaran Pendidikan Islam, hlm.92
Zuhairini dkk, Sejaran Pendidikan Islam, hlm.96
Dewan Redaksi, Enciklopedi islam, (Jakarta, PT.Ichtar baru van Hoeve, 2003), cet.4, hlm. 7
Zuhairi dkk., Sejarah Pendidikan Islam. Hlm.99
Hasan Abd.Al-A'li, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Al-Qurn al-Rabi' al-Hijry, Mesir : Dar al-Fikr-Araby, 1978. Hlm.188-190
M.Athiyah al-Abbas, Dasar-dasarcpokok Pendidikan Islam, Alih Bahasa oleh Bustani dan Bahri Jakarta : Bulan Bintang, 1970, hlm.99
Hasan Abd.Al-A'li, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Al-Qurn al-Rabi' al-Hijry, Mesir : Dar al-Fikr-Araby, 1978. Hlm.194
Ali al-JUmbulati dan Abd.Al-Futuh al-T
Ali Jumbulati, dan Abd. Al Futuh al-Tuwainisi, Purasatun Muqaranatun fi al-Tarbiyah al-Islamiyah, Trj. (Jakarta:Rineka Cipta, 1994), hlm.30