Sinopsis Hikayat N Naam maa:: D Diio onnaaddyyaa PPr r aattiisstto o (No. Absen 8) Kelas X-G
SSM MA AN N 5544 JJaakkaar r ttaa
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 1
Hikayat Hikay at Abu Nawas: Manusia Bertelur Alkisah, tinggallah seorang pria yang dianggap ulama di Persia yang bernama Abu Nawas. Sudah bertahun-tahun, ia mengabdikan dirinya kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi sudah bertahun-tahun pula Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Baginda ingin mengalahkan Abu Nawas karena selalu memiliki akal cerdik dan cemerlang dalam menemukan jalan keluar. Tiada hentinya dan tiada kapoknya Baginda memanggil Abu Nawas untuk dijebak ke dalam berbagai tugas aneh. Namun, Abu Nawas selalu berhasil menyelesaikan tugas-tugas aneh dari Baginda. Suatu sore hari, ketika Baginda beserta delapan belas menterinya berendam di kolam pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal, beliau berkata kepada para menteri bahwa ia memiliki akal untuk menjebak Abu Nawas. Saat salah seorang menteri bertanya jebakan apa yang akan dilakukan, Baginda sengaja tak mau memberi tahu, beliau malah meminta para menteri untuk datang lebih awal besok sore di tempat yang sama sebelum Abu Nawas datang, karena beliau akan mengundangnya untuk mandi bersama mereka. Esok sorenya, Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda dan para menteru sudah tiba terlebih dahulu. Ternyata, Baginda membawa Sembilan belas butir telur ayam. Lalu beliau membagikan delapan belas telur ke menterinya dan satu butir telur untuk dirinya sendiri. Lalu, Baginda memberi pengarahan singkat tentang jebakan Abu Nawas nanti. Ketika Abu Nawas datang, Baginda dan para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakainnya dan ikut berendam. Abu Nawas terlihat cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan ia hadapi. Mungkin permainan kali in lebih berat karena Baginda sepertinya tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir. [Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 2
Tak lama, Baginda mengatakan alasan mengundang Abu Nawas untuk mengajaknya ke dalam permainan Baginda. Abu Nawas belum paham apa maksud dari Baginda. Baginda pun mengatakan bahwa mereka harus melakukan apa yang dilakukan hewan, yaitu masing-masing dari mereka harus bisa bertelur seperti ayam dengan cara masing-masing. Mereka akan masuk ke dalam air, kemudian keluar dari permukaan air sambil menunjukkan telur masing-masing, dan bagi siapa yang tidak bisa maka harus dihukum berat. Mendengar beliau, Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya Nampak murung. Ia semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Abu Nawas murung, murung, wajah Baginda Baginda berseri-seri. Kemudian, Baginda dan para menteri mulai menyelam diikuti oleh Abu Nawas. Tak lama, Baginda dan para menteri satu-persatu muncul ke permukaan air dengan telur masingmasing. Sementara, Abu Nawas masih menyelamkan dirinya di dalam air kolam. Tentu saja ia belum menyiapkan telur karena ia memang tidak tahu akan jebakan ini. Kini, Abu Nawas tahu bahwa Baginda dan para menteri sudah menyiapkan telur masing-masing satu butir. Karena dadanya terasa sesak, Abu Nawas muncul ke permukaan air kolam kemudian ia beranjak keluar dari kolam dengan sikap tenang. Baginda pun mendekati Abu Nawas. Tiba-tiba saja Abu Nawas mengeluarkan suara sama persis seperti ayam jantan yang sedang berkokok dengan keras sehingga Baginda dan para menteri merasa heran. Kemudian, Abu Nawas mengatakan bahwa ia tak bisa bertelur sambil membungkuk hormat. Baginda terlihat senang dan mengatakan bahwa Abu Hawas harus dihukum. Tapi, Abu Nawas membela diri dengan mengatakan bahwa ia tidak bertelur karena ia tidak sedang menjadi ayam betina. Melainkan ia sedang menjadi ayam jantan, makanya tadi ia berkokok. Sambil membusungkan dada, Abu Nawas pun kembali berkokok dengan keras. Baginda Raja Harun Al Rasyid tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri mendadak merah padam karena malu dianggap sebagai ayam betina. Abu Nawasmemang lebih licin daripada belut. Karena merasa malu, Baginda dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan mengucapkan sepatah kata pun.
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 3
Unsur Intrinsik 1. Tema
: Kecerdikkan dibalas dengan kecerdikkan
2. Latar
:
Terdapat tiga macam latar, antara lain:
Latar Waktu Sore hari
Bukti kalimat: Suatu sore hari, ketika Baginda Raja beserta delapan belas menterinya… [Terdapat dalam paragraf 2, baris pertama] Esok sorenya, Abu Nawas diundang untuk bersama Baginda Raja dan pera menteri di... [Paragraf 3, baris pertama]
Latar Tempat Kolam Pemandian Air Hangat
Bukti Kalimat: …ketika
Baginda
Raja
besera
para
menterinya
sedang
berendam di kolam pemandian air hangat yang hanya dikunjungi
para
pangeran,
bangsawan
dan
orang-orang
terkenal,… [Paragraf 2, baris keempat] …Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu.
[Paragraf 3, baris kedua] Latar Suasana Cemas / tegang
Bukti Kalimat: Abu Nawas terlihat cemas. cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan ia hadapi. [Paragraf 4, baris kedua]
3. Penokohan
:
Terdapat dua tokoh utama yang mendukung alur cerita hikayat ini, yaitu:
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 4
Abu Nawas
Memiliki watak cerdik, pemikir, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi walaupun masalah yang ia hadapi aneh, dan sulit untuk dilakukan. Baginda Raja Harun Al Rasyid
Memiliki watak yang licik, orang yang curang, selalu berusaha menjatuhkan Abu Nawas dengan perintah-perintah anehnya. 4. Alur (Plot)
:
Menggunakan Menggunakan alur/plot maju Karena banyak menggunakan kata yang menunjukkan waktu,
seperti “Suatu sore hari”, “Esok sorenya”. Kemudian banyak menggunakan
kata
yang
menunjukkan
sedang
melukukan
sesuatu, seperti “sambil”, “kemudian”, “lalu, dan kata “setelah”.
5. Sudut Pandang
: Orang ketiga, karena banyak menggunakan menggunakan kata dia-an
6. Gaya Bahasa
: Menggunakan Menggunakan majas asosiasi (simile) yang dibuktikan dari kutipan, “
Abu Nawas memang lebih licin daripada belut.”
7. Amanat
:
Terdapat empat amanat yang dapat kita petik dari hikayat ini, yaitu: Janganlah mudah berputus asa dalam menghadapi suatu masalah
Karena, ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dicari solusinya, maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri sendiri bahwa kita tak mampu melakukannya. Namun berusahalah untuk menyelesaikannya, kerena selama kita mau berusaha, kita akan menemukan jalan keluar . Janganlah mencoba menjatuhkan mental seseorang dengan
berbuat licik maupun curang Karena perilaku tersebut termasuk perbuatan tercela atau tidak baik, seperti yang dilakukan Baginda Raja Harun Al Rasyid . [Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 5
Sebaiknya kita tidak berpengaruh ketika ada orang yang
berusaha menjatuhkan kita Karena kadang kita terpengaruh dengan perkataan seseorang yang
sedang
menjatuhkan
mental
kita,
dan
ketika
kita
terpengaruh, rasa percaya diri kita bisa hilang. Namun jika kita tidak terpengaruh, justru rasa percaya diri yang kita miliki malah bertambah. Jangan bertindak semena-mena hanya karena kedudukan tinggi
Jangan karena kita adalah seorang pejabat, raja atau pimpinan apapun seperti Baginda Raja yang seenaknya memerintah hal-hal aneh kepada seseorang yang memiliki jabatan di bawahnya dengan
maksud
curang
karena
merasa
dirinya
memiliki
kewenangan sebagai raja.
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 6
Unsur Ekstrinsik 1. Pengarang
: MB. Rammsyah dari Penerbit Buku Sandi Tama Surabaya
2. Nilai Sosial
: Dari kutipan paragraf di bawah, dapat disimpulkan bahwa Baginda Raja Harun Al Rasyid masih membutuhkan bantuan para menteri dalam melakukan misinya untuk menjebak Abu Nawas walaupun ia adalah seorang raja. Suatu sore hari, ketika Baginda beserta delapan belas menterinya berendam di kolam pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal, beliau berkata kepada para menteri bahwa ia memiliki akal untuk menjebak Abu Nawas. Saat salah seorang menteri bertanya jebakan apa yang akan dilakukan, Baginda sengaja tak mau memberi tahu, beliau malah meminta para menteri untuk datang lebih awal besok sore di tempat yang sama sebelum Abu Nawas datang, karena beliau akan mengundangnya untuk mandi bersama mereka.
3. Nilai Budaya
:
Ketika Baginda Raja Harun Al Rasyid memerintahkan para menteri maupun Abu Nawas untuk melakukan sesuatu. Karena, kebiasaan dimana seorang atasan menyuruh bawahannya untuk melakukan sesuatu itu sudah turun-menurun.
4. Nilai Moral
: Sebaiknya kita tidak mudah menyerah dalam berusaha, jangan mudah berputus asa dalam menghadapi sesuatu Karena jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi dapat muncul dengan sendirinya.
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)]
Page 7