BAB II LANDASAN TEORI
A. Defi Definis nisii Skri Skrinin ning g
Skrin Skrinin ing g meru merupak pakan an suat suatu u peme pemeri riks ksaa aan n asim asimpt ptom omat atik ik pada pada satu satu atau atau sekel sekelom ompok pok oran orang g untu untuk k meng mengkl klas asif ifik ikas asik ikan an mere mereka ka dala dalam m kate katego gori ri yang yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes skrining meru merupak pakan an sala salah h satu satu ara ara yang yang diper dipergu guna nakan kan pada pada epid epidemi emiol ologi ogi untu untuk k mengetahui mengetahui pre!alensi pre!alensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis didiagnosis atau keadaan ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok indi!idu atau masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan segera. "amun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (#handra, 2009). $erb $erbed edaa
deng dengan an
diag diagno nosi sis, s,
yang yang
meru merupa paka kan n
suat suatu u
tind tindak akan an
untu untuk k
menganalisi menganalisiss suatu permasalahan, permasalahan, mengidentif mengidentifikasi ikasi penyebabnya penyebabnya seara seara tepat untuk tujuan pengambilan pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan dilaporkan dala dalam m bent bentuk uk desk deskri ript ptif if (%a (%ang dan dan &mbr &mbret etso son, n, 200') 200').. Skri Skrini ning ng bukan bukanla lah h diagnosis diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betulbetul betulbetul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis dilakukan kemudian seara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan hasil yang positif ("oor, 200). *ji *ji skri skrini ning ng digu diguna naka kan n
untu untuk k
meng mengid iden enti tifi fika kasi si suat suatu u
pena penand ndaa
a+al a+al
perkembangan penyakit sehingga inter!ensi dapat dap at diterapkan untuk menghambat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah penyakit- untuk menyebut setiap peristi+a dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap komplikasiny komplikasinya. a. ada umumnya, umumnya, skrining skrining dilakukan dilakukan hanya ketika syaratsyarat syaratsyarat terpenu terpenuhi, hi, yakni yakni penyaki penyakitt terseb tersebut ut merupak merupakan an penyeba penyebab b utama utama kemati kematian an dan kesakit kesakitan, an, terdapa terdapatt sebuah sebuah uji yang yang sudah sudah terbukt terbuktii dan dapat dapat diteri diterima ma untuk untuk mende mendete teks ksii indi indi!i !idu duin indi di!i !idu du pada pada suat suatu u tahap tahap a+al a+al peny penyaki akitt yang yang dapat dapat 1
dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk menegah penyakit atau akibatakibat penyakit (/orton, 200). adi, adi, sreening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada indi!idu tanpa tandatanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha seara aktif untuk mendeteksi atau menari pendeerita penyakit tertentu yang yang tampa tampak k gejala gejala atau atau tidak tidak tampak tampak dalam dalam suatu suatu masya masyarak rakat at atau atau kelom kelompok pok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang seara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
B. Dasar Dasar Pemiki Pemikiran ran Adany Adanya a Skrining Skrining diketahuii dari gambaran gambaran spetrum penyakit penyakit hanya hanya sebagian sebagian keil saja 1. %ang diketahu sehingga dapat diumpamakan sebagai punak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar. tersamar.
2. 1iagnosis dini dan pengobatan seara tuntas memudahkan kesembuhan. 3. $iasanya penderita datang menari menari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak tidak dapat disembuhkan disembuhkan lagi. lagi.
4. enderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
C. Tujuan dan dan Manfaat Manfaat Skri Skrining ning
Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009) 3. /enemu /enemukan kan orang yang terdetek terdeteksi si menderit menderitaa suatu suatu penyakit penyakit sedini sedini mungki mungkin n sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan. 2. /enega /enegah h meluasny meluasnyaa penyakit penyakit dalam dalam masyara masyarakat kat.. 4. /endi /endidi dik k dan dan memb membia iasa saka kan n masy masyar araka akatt untu untuk k meme memeri riks ksaka akan n diri diri sedi sedini ni mungkin. 5. /endid /endidik ik dan memberi memberikan kan gambaran gambaran kepada kepada petugas petugas keseha kesehatan tan tentang tentang sifat sifat penyakit dan untuk selalu +aspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini. 6. /end /endap apat atka kan n kete ketera rang ngan an epod epodem emio iolo logi giss yang yang ber berguna guna bagi bagi klin klinis is dan dan peneliti.
2
$ebe $eberap rapaa manf manfaa aatt tes tes skri skrini ning ng di masy masyar arak akat at antar antaraa lain lain,, biay biayaa yang yang dikelua dikeluarka rkan n relati relatiff murah murah serta serta dapat dapat dilaks dilaksanak anakan an dengan dengan efekti efektif, f, selain selain itu melalui tes skrining dapat lebih epat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. timbul. Skrining Skrining juga dapat mendetek mendeteksi si kondisi kondisi medis pada tahap tahap a+al sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (#handra, 2009).
D. Sasar Sasaran an Sk Skrin rining ing
7elompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan penga+asan akibat pertumbuhan dan perkembangannya ( "asrul &ffendi. 399) 3
7elomp ompok ibu ibu hami amil
2
7el 7elompo ompok k ibu ibu ber berssalin alin
4
7elomp ompok 8b 8bu ni nifas
5
7elo 7elomp mpok ok bay bayii dan dan anak anak bal balit itaa
6
7elo 7elomp mpok ok anak anak usia usia seko sekola lah h
7elomp ompok lans ansia
E. eni eniss Skr Skrin inin ing g 1.
Penyaringan Massa! "Mass S#reening$
enyaringan yang melibatkan populasi seara keseluruhan. Contoh Contoh sreening prakanker leher rahim dengan metode 8:; pada 22.000 +anita 2.
Penyaringan Mu!ti%!e
eny enyar arin inga gan n yang yang dila dilaku kuka kan n deng dengan an meng menggu guna naka kan n bebe bebera rapa pa tekn teknik ik uji uji penyaringan pada saat yang sama. sama. Contoh Contoh skrining pada penyakit aids
3
3.
Penyaringan yg. Ditargetkan
enyaringan yg dilakukan pada kelompok < kelompok yang terkena paparan yang spesifik. Contoh Sreening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal. 4.
Penyaringan O%&rtunistik
enyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita < penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatan Contoh sreening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
'. Syarat Skrining
*ntuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi beberapa kriteria atau ketentuanketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes penyaringan, antara lain ("oor, 200) a enyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam b
masyarakat dan dapat menganam derajat kesehatan masyarakat tersebut. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. 7eadaan penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi
tingkat atau kekuatan tes yang dipilih. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang
d
dinyatakan positif melalui diagnosis klinis. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya ukup
e
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensiti!itas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang
f
atau malah bertambah frekuensi endemiknya. Semua bentuk atau teknis dan ara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus
g
dapat diterima oleh masyarakat seara umum. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
4
h
;danya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka
i
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. $iaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
j
=arus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut serta penemuan penderita seara berkesinambungan. /elihat hal tersebut penyakit =8:>;81S dan #a paru serta penyakit yang
tidak diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan skrining namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, =8:>;81S merupakan penyakit yang memenuhi persyaratan skrining ("oor, 200).
(. Pr&ses Pe!aksanaan Skrining
Bagan proses pelaksanaan skrining (Noor, 2008). ada sekelompok indi!idu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif. 8ndi!idu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada indi!idu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan pengobatan seara intensif, sedangkan indi!idu dengan hasil tes negatif 5
dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring. Tes skrining pada umumnya dilakukan seara masal pada suatu kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. "amun demikian bila suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan seara selektif (misalnya khusus pada +anita de+asa) maupun seara random yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan seara serentak untuk lebih dari satu penyakit ("oor, 200). *ji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. $ila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. $agi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang seara periodik. 8ni berarti bah+a proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama ($udiarto dan ;nggraeni, 2004). emeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya a emeriksaan gula darah. b emeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit T$#. emeriksaan diatas harus dapat dilakukan 3. 1engan epat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan diagnostik). 2. Tidak mahal. 4. /udah dilakukan oleh petugas kesehatan 5. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa ($udiarto dan ;nggraeni, 2004). #ontoh pemanfaatan skrining
6
•
/ammografi untuk mendeteksi a mammae
•
ap smear untuk mendeteksi a er!i?
•
emeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
•
emeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
•
emeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan •
emeriksaan &7@ untuk mendeteksi enyakit antung 7oroner ($ustan, 2000).
). *riteria E+a!uasi
Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat !aliditas dan reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 300A. Selain kedua nilai tersebut, dalam memilih tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif ( Predictive alues). 3. :aliditas :aliditas adalah kemampuan dari tes penyaringan untuk memisahkan mereka yang benarbenar sakit terhadap yang sehat. :aliditas merupakan petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur seara benar dan tepat apa yang akan diukur. :aliditas mempunyai 2 komponen, yaitu 3. Sensiti!itas kemampuan untuk menentukkan orang sakit. 2. Spesifisitas kemampuan untuk menentukan orang yang tidak sakit. $esarnya nilai kedua parameter tersebut tentunya ditentukan dengan alat diagnostik di luar tes penyaringan. 7edua nilai tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, yakni bila sensiti!itas meningkat, maka spesifisitas akan menurun, begitu pula sebaliknya. *ntuk menentukan batas standar yang digunakan pada tes penyaringan, harus ditentukan tujuan penyaringan, apakah mengutamakan semua penderita terjaring termasuk yang tidak menderita, ataukah mengarah pada mereka yang betulbetul sehat. "ilai prediktif adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensiti!itas dan spesi!itas serta pre!alensi dengan proporsi penduduk yang menderita. "ilai prediktif dapat positif artinya mereka dengan tes positif juga 7
menderita penyakit, sedangkan nilai prediktif negatif artinya mereka yang dinyatakan negatif juga ternyata tidak menderita penyakit. "ilai prediktif positif sangat dipengaruhi oleh besarnya pre!alensi penyakit dalam masyarakat dengan ketentuan, makin tinggi pre!alensi penyakit dalam masyarakat, makin tinggi pula nilai prediktif positif dan sebaiknya. 1isamping nilai sensiti!itas dan nilai spesifisitas, dapat pula diketahui beberapa nilai lainnya seperti a. True positi!e, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benarbenar menderita penyakit dengan hasil tes positif pula. b. Balse positi!e, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif. . True negati!e, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil test yang negatif pula. d. Balse negati!e, yang menunjuk pada banyaknnya kasus yang sebenarnya menderita penyakit tetapi hasil test negatif. #ontoh 1ari suatu penyaringan yanng dilakukan untuk penyakit ; dengan mempergunakan jenis pemeriksaan $ ditemukan hasil sebagai be rikut-
=;S8C &/&R87S;;" */C;=
DS8T8B "&@;T8B
&"%;78T DS8T8B (B>T) ; #
*/C;= "&@;T8B (B>T) $ 1
;E$ #E1
;E#
$E1
;E$E#E1
1ari tabel diatas dapat dihitung nilainilai yang dimaksud yakni a. Sensiti!itas
b. Spesifisitas
? 300 A
? 300 A
. True positi!e ;
8
d. Balse positi!e $ F A Balse positi!e
? 300 A
e. True negati!e 1 f. Balse negati!e # F A Balse negati!e
? 300 A
g. ositi!e prediti!e !alue
? 300 A h. "egati!e
prediti!e
!alue
? 300 A
#ontoh soal 3 5.30 +anita usia 505 tahun mengikuti program skrining untuk mendeteksi kanker payudara melalui mamografi dengan pemeriksaan fisik. Setelah 6 tahun, dari 3336 hasil tes skrining yang positif dikonfirmasi 342 terdiagnosis pasti kanker payudara.Sementara pada 4.96 peserta yang hasil tes skriningnya negatif, ternyata hanya 56 orang yang menderita kanker payudara. =itunglah a. umlah positif palsu b. "ilai sensiti!itas tes . umlah negatif palsu d. "ilai spesifisitas tes e. "ilai prediktif (E) f. "ilai prediktif ()
T&S /;/D@R;B8 */C;=
DS8T8B "&@;T8B
7anker payudara DS8T8B "&@;T8B 342 94 56 4.60
3336 4.96
3''
5.30
9
5.44
*/C;=
a. umlah positif palsu G 94 b. Sensiti!itas G
? 300 A G
? 300 A G
? 300 A G
'5,6' A . umlah negatif palsu G 56 d. Spesifisitas G
? 300 A G
? 300 A G
? 300 A G 3,62 A e. "ilai prediktif (E) G
AG
f.
? 300
? 300 A G 33,4 A
"ilai prediktif () G
300 A G
?
? 300 A G 99,929 A
#ontoh soal 2 =ubungan penyakit kanker ser!iks dengan tes 8:; positif
T&S 8:;
DS8T8B "&@;T8B
*/C;= =itunglah nilainilainya. a. Sensiti!itas G
7anker ser!iks DS8T8B 4 9 ? 300 A G
10
*/C;= "&@;T8B 25 ' 93
? 300 A G ,' A
40 '0 300
b. Spesifisitas G
? 300 A G
? 300 A G '4,2 A
. True positi!e G d. Balse positi!e G 25 F AB G
? 300A G 2,4'A
e. True negati!e G ' f. Balse negati!e G 4 F AB" G
? 300A G 44,44A
g. ositi!e prediti!e !alue G
? 300A G
h. "egati!e
? 300A G 20A
prediti!e
!alue
G
? 300A G
? 300A G 96,'A
2. Reliabilitas $ila tes yang dilakukan berulangulang menunjukkan hasil yang konsisten, dikatakan reliabel. :ariliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ($udiarto, 2004) 3. :ariabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh a. Stabilitas reagen b. Stabilitas alat ukur yang digunakan Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alalt ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan.Dleh karena itu, sebelum digunakan hendaknya kedua hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.
11
2. :ariabilitas orang yang diperiksa. 7ondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas. /isalnya lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat, penyakit dalam masa tunas. *mumnya, !ariasi ini sulit diukurterutama faktor psikis. 4. :ariabilitas pemeriksa. :ariasi pemeriksa dapat berupa a. :ariasi interna, merupakan !ariasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan berulangulang oleh orang yang sama. b. :ariasi eksterna ialah !ariasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang. *paya untuk mengurangi berbagai !ariasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan 3. Standarisasi reagen dan alat ukur. 2. Catihan intensif pemeriksa. 4. enentuan kriteria yang jelas. 5. enerangan kepada orang yang diperiksa. 6. emeriksaan dilakukan dengan epat.
4. %ield %ield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji tapis. =asil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ($udiarto, 2004) 3. Sensiti!itas alat uji tapis. 2. re!alensi penyakit yang tidak tampak. 4. *ji tapis yang dilakukan sebelumnya. 5. 7esadaran masyarakat. $ila alat yang digunakan untuk uji tapis mempunyai sensiti!itas yang rendah, akan dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita yang tidak terdiagnosis. =al ini dikatakan bah+a uji tapis dengan yield yang rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensiti!itas yang
12
tinggi, akan menghasilkan yield yang tinggi. adi, sensiti!itas alat dan yield mempunyai korelasi yang positif. /akin tinggi pre!alensi penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat akan meningkatkan yield, terutama penyakitpenyakit kronis seperti T$#, karsinoma, hipertensi, dan diabetes melitus. $agi penyakitpenyakit yang jarang dilakukan uji tapis akan mendapatkan yield yang tinggi karena banyaknya penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat. Sebaliknya, bila suatu penyakit telah dilakukan uji tapis sebelumnya maka yield akan rendah karena banyak penyakit tanpa gejala yang telah terdiagnosis. 7esadaran yang tinggi terhadap masalah kesehatan di masyarakat akan meningkatkan partisipasi dalam uji tapis hingga kemungkinan banyak penyakit tanpa gejala yang dapat terdeteksi dan dengan demikian yield akan meningkat ($udiarto, 2004).
8. Skrining 7esehatan pada kelompok lansia 3. ermasalahan yang Terjadi ada Cansia $erbagai permasalahan yang berkaitan dengan penapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain (Setiabudhi,3999) a. ermasalahan umum 3) /akin besar jumlah lansia yang berada diba+ah garis kemiskinan. 2) /akin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. 4) Cahirnya kelompok masyarakat industri. 5) /asih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
13
6) $elum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. b. ermasalahan khusus 3) $erlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. 2) $erkurangnya integrasi sosial lanjut usia. 4) Rendahnya produktifitas kerja lansia. 5) $anyaknya lansia yang miskin, terlantar dan aat. 6) $erubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat indi!idualistik. ) ;danya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia. 2. erubahan yang Terjadi ada Cansia Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan seara degeneratif yang akan berdampak pada perubahanperubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan se?ual (;HiHah, 2033). a. erubahan Bisik 3) Sistem 8ndra Sistem pendengaran yaitu rebiakusis (gangguan pada pen dengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, 14
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti katakata, 60A terjadi pada usia diatas 0 tahun. 2) Sistem 8ntergumen ada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. 7ulit akan kekurangan airan sehingga menjadi tipis dan berberak. 7ekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen ber+arna oklat pada k ulit dikenal dengan li!er spot. 4) Sistem /uskuloskeletal erubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut aringan penghubung (kolagen dan elastin). 7olagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. a) 7artilago aringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regeneras i berkurang dan degenerasi yang terjadi enderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. b) Tulang $erkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. ) Dtot 15
erubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. d) Sendi ada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas. 5) Sistem kardio!askuler /assa jantung bertambah, !ertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. 6) Sistem respirasi ada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi !olume adangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. erubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang. ) enernaan dan /etabolisme erubahan yang terjadi pada sistem penernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata a) 7ehilangan gigi, b) 8ndra pengeap menurun, 16
) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), d) Ci!er (hati) makin mengeil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. ') Sistem perkemihan ada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. $anyak fungsi yang mengalami kemunduran, ontohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. ) Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Cansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas seharihari. 9) Sistem reproduksi erubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan meniutnya o!ary dan uterus. Terjadi atropi payudara. ada lakilaki testis masih dapat memproduksi spermatoHoa, meskipun adanya penurunan seara berangsurangsur. b. erubahan 7ognitif 3) /emory (1aya ingat, 8ngatan) 2) 8I (8ntellegent Iuoient) 4) 7emampuan $elajar (Cearning) 5) 7emampuan emahaman (#omprehension)
17
6) emeahan /asalah (roblem Sol!ing) ) engambilan 7eputusan (1eission /aking) ') 7ebijaksanaan (Jisdom) ) 7inerja (erformane) 9) /oti!asi . erubahan mental Baktorfaktor yang mempengaruhi perubahan mental 3) ertamatama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. 2) 7esehatan umum 4) Tingkat pendidikan 5) 7eturunan (hereditas) 6) Cingkungan ) @angguan syaraf pana indera, timbul kebutaan dan ketulian. ') @angguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. ) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. 9) =ilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. d. erubahan spiritual 18
;gama atau keperayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (/aslo+, 39'0). Cansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam seharihari (/urray dan Ken tner, 39'0) e. 7esehatan sikososial 3) 7esepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran. 2) 1uka ita ($erea!ement) /eninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan he+an kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan ji+a yang telah rapuh pada lansia. =al tersebut dapat memiu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan. 4) 1epresi 1uka ita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. 1epres i juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi. 5) @angguan emas 1ibagi dalam beberapa golongan fobia, panik, gangguan emas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebu t merupakan kelanjutan dari de+asa muda
19
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. 6) arafrenia Suatu bentuk skiHofrenia pada lansia, ditandai dengan +aham (uriga), lansia sering merasa tetangganya menuri barangbarangnya atau berniat membunuhnya. $iasanya terjadi pada lansia yang terisolasi>diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. ) Sindroma 1iogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan per ilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Jalaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali. 4. enis pelayanan kesehatan enis pelayanan kes ehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion),penegahan (pre!ention), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan keaatan, serta pemulihan. a. romotif *paya promotif merupakan tindakan seara langsung dan tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan menegah penyakit. *paya promotif juga merupakan proses ad!okasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat t e rhadap praktik kesehatan yang positif menjadi normanorma soial. *paya promotif dilakukan untuk membantu orangorang mengubah gaya hidup mereka
20
dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilih an yang sehat tentang prilaku hidup mereka. *paya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut 3) /engurangi edera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keraun an makanan atau Hat kimia. 2) /eningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahanbahan kimia dan menigkatkan penggunaan system keamanan kerja. 4) /enigkatkan perlindungan dari kua litas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahanbahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obatobatan. 5) /eningkatkan pe rhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.. b. re!entif /enakup penegahan primer, sekunder dan tersier. 3) /elakukan penegahan primer, meliputi penegahan pada lansia sehat, terdapat fator resiko, tidak ada pen yakit dan promosi kesehatan.
21
enis pelayanan penegahan primer adalah sebagai berikut. a) rogram imunisasi, misalnya !aksin influenHa. b) 7onseling berhenti merokok dan minum beralkohol. ) 1ukungan nutrisi. &?irise. a) 7eamanan didalam dan disekitar rumah. b) /anajemen stress. ) enggunaan medikasi yang tepat 2) /elakukan penegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari a+al penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak seara klinis, dan mengidap fator resiko. enis pelayanan penegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut. a) #ontrol hipertensi. b) 1eteksi dan pengobatan kanker. ) Sreening pemeriksaan retal, mammogram, papsmear, gigi mulut dan lainlain. 4) /elakukan penegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan aatL menegah aat bertam bah dan ketergantunganL serta pera+atan bertahap, tahap (3) pera+atan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien ra+at jalan, dan (4) pera+atan jangka panjang. 22
elayanan penegahan tersier adalah sebagai berikut. a) /enegah berkembangnya gejala dengan memfas ilitasi rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. /isalnya osteoporosis atau inkontinensia urine>fekal. b) /endukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi. 5. Skrining 7esehatan pada 7elompok 7husus Cansia 1i negara maju, skrining pada umumnya ditunjukan pada penyakit kardio!askuler, keganasan dan erebro!asular aident (#:;) seperti yang dijelaskan sebagai berikut. a. enyakit =ipertensi Tindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sisto likmaupun diastoli. enegahannya akan dapat mempengaruhi resiko timbulnya stroke, penyakit jantung atau bahkan kematian. 1ari hasil study, ditemukan bah+a bila 50 orang diobati selama 6 tahun akan dapat menegah 3 (satu) kejadian stroke. ada hipertensi dilakukan pengkajian seara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining atau test saringan. =al yang penting dilakukan disini adalah pengukuran tekanan darah sebagai patokan diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah (3) tekanan sistol ik 32030 mm=g, dan (2) tekanan diastoli MN4d 90 mm=g. engukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri dengan selang beberapa +aktu, yaitu dengan mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik b. enyakit antung
23
Selain pengkajian seara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan jantung antara lain pemeriksaan &7@, treadmill, dan foto toraks. . enyakit @injal Selain pengkajian seara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan ginjal adalah pemeriksaan laboratorium test fungsi ginjal dan foto 8:. d. 1iabetes /ilitus Selain pengkajian seara lengkap (anamnesa dan pemeriksaan fisik), skrining yang diperlukan dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes antara lain pemeriksaan reduksi urine, pemeriksaan kadar gula darah dan funduskopi. e. 7eganasann Skrining terhadap keganasan terutama ditunjukkan terhadap penyakit kanker payudara, yaitu dengan ara $S&. uga penyakit kanker ser!iks dengan ara ap Smear, Selanjutnya skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan retum. ;dapun aranya adalah deng an pengujian laboratorium terhadap darah samar di dalam feses, selain dengan ara endoskopi untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon terutama pada penderita yang menunjukkan adanya keluhan. f.
Janita /enopause Tindakan skrining ditujukkan untuk memastikan a pakah diperlukan tetapi hormone pengganti estrogen. Tetapi ini dapat mengurangi resiko kanker payudara. uga fraktur akibat osteoporosis. "amun perlu
24
di+aspadai kemungkina timbulnya kanker endometrium, di mana untuk menegahnya dapat diajukan agar diberik an seara bersamaan dengan hormon progesterone. Tindakan skrining juga biasanya ditunjukkan bagi kelainan pada sistem indra, yaitu terutama pada pengelihatan dan pendengaran seperti berikut. g. Skrining 7etajaman :isus Skrining ketajaman !isus dengan tin dakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran kaa mata yang sesuai. $agi kasus katarak dengan tindakan ekekstraksi lensa tidak saja akan memperbaiki pengelihatan, tetapi juga akan meningkatkan status fungsional dan psikologis. Skrining dengan alat fundusk opi dapat mendeteksi penyakit glauoma, degenerasi maula dan retinopati diabetes. ;dapun faktor resiko untuk degenerasi maula adalah adanya ri+ayat keluarga dan faktor merokok. h. Skrining endengaran 1engan tes bisik membisikkan enam katakata dan jara k tertentu ke telinga pasien serta dari luar lapang pandang. Selanjutnya minta pasien untuk mengulanginya lagi. #ara ini ukup sensitif, dan menurut hasil penelitian dikatakan menapai 0A dari hasil yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan audioskop. /e ngenai pemeriksaan dengan audioskop, yaitu dihasilkan nada murni dengan frekuensi 600, 3.000, 2.000 dan 5.000 =H, yaitu pada ambang 2650 d$. . Skrining 7esehatan pada kelompok *sia Sekolah 3. &/&R87S;;" 7&;1;;" */*/ enilaian keadaan umum peserta didik dimaksudkan untuk menilai keadaan fisik seara umum, yang meliputi hygiene perorangan dan indikasi kelainan giHi yang dapat dinilai dengan melihat rambut +arna kusam dan atau mudah
25
diabut, bibir kering, peah peah dan mudah berdarah, sudut mulut luka, peah peah dan kulit tampak puat>keriput. 1iperiksa pula tekanan darah, denyut nadi dan kelainan jantung. 2. &"8C;8;" ST;T*S @8K8 *ntuk menilai status giHi anak dapat dilakukan pemeriksaan seara klinis, ri+ayat asupan makanan, ukuran tubuh (antropometri) dan penunjang (laboratorium). 1alam kegiatan penjaringan, penilaian status giHi sis+a dilakukan melalui pengukuran antropometri yaitu menguk ur 8ndeks /assa Tubuh (8/T). 1engan menghitung indeks massa tubuh ini akan diketahui status giHi sis+a. 8/T adalah indeks untuk menentukan status giHi. 8ndeks tersebut diperoleh dengan membandingkan berat badan ($$) dalam kilogram terhadap tinggi badan (T$) dalam meter kuadrat. ika tidak ada kalkulator dapat menggunakan tabel 8/T yang tersedia. Selanjutnya angka indeks di plot pada grafik $/8 sesuai dengan jenis kelamin. Cihat posisi plot tadi berada pada area mana a. ika berada di garis Standar 1e!iasi (S1) E2 sampai 2 maka anak tersebut berstatus giHi normal b. ika berada di ba+ah garis S1 2 sampai S1 4 anak tersebut berstatus kurus . ika berada di ba+ah garis S1 4 berarti status kurus sekali d. ika berada di atas garis S1 E2 sampai dengan S1 E4 berarti anak tersebut berstatus o!er+eight atau gemuk e. ika berasa diatas S1 E4 berarti status obesitas. 4. &/&R87S;;" @8@8 1;" 1;" /*C*T emeriksaan gigi dan mulut seara klinis yang sederhana bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan menentukan prioritas sasaran untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program kesehatan gigi dan mulut di sekolah. emeriksaan yang dilakukan meliputi a. 7eadaan rongga mulut b. 7ebersihan mulut . 7eadaan gusi d. 7eadaan gigi 5. &/&R87S;;" 8"1&R; &"@C8=;T;" 1;" &"1&"@;R;" emeriksaan indera penglihatan dan pendengaran adalah pemeriksaan yang dilakukan setiap a+al tahn ajaran baru (penjaringan) untuk mengetahui 26
adanya kelainan tajam penglihatan dan kelainan tajam pendengaran serta kelainan organik pada mata dan telinga setiap sis+a baru. Selanjutnya pada tengah tahun dilakukan pemeriksaan ulang (berkala) untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan sebelumnya atau menilai perbaikan a tas koreksi yang dilakukan. ;lat bantu yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalahL a. emeriksaan Tajam englihatan > 7elainan Drganik 3) Snellen hart > & hart untuk memeriksa !isus 2) enutup 3 mata (okluder) 4) inhole (akram berlubang) 5) Coupe 6) Senter b. emeriksaan Tajam endengaran > kelainan organik 3) Ruang yang kedap suara untuk melakukan tes berbisik 2) @arputala 4) Senter 5) Dtoskop 6. &/&R87S;;" C;$DR;TDR8*/ emeriksaan laboratorium yang dilaksanakan dalam p enjaringan peserta didik S1>/8 adalah pemeriksaan fees dan anemia. /elalui pemeriksaan faes untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi aing pada seorang murid. Tujuannya adalah - *ntuk menjaring anak sekolah yang menderita aingan - /eningkatkan mutu intelektual anak sekolah - /eningkatkan akupan program aingan terutama pada anak sekolah - /eningkatkan kemitraan dalam penanggulangan aingan dengan melibatkan lintas program > lintas sektor $ila pemeriksaan fees O60A posiitf, maka dilakukan pengobatan seara masal (mass blanket) dan bila pemeriksaan fees ditemukan . 1&T&7S8 18"8 &"%8/;"@;" /&"T;C &/DS8D";C 1eteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan >pemeriksaan untuk menemukan seara dini adanya masalah mental emosional, agar dapat segera dilakukan tindakan inter!ensi. $ila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka inter!ensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. 1eteksi dini dilakukan pada anak peserta didik yang menurut pengamatan guru dalam kesehariannya menunjukkan sikap dan perilaku yang diduga perlu mendapat perhatian-. 27
;lat yang digunakan untuk deteksi ini adalah 7uesioner /asalah /ental &mosional (7//&) yang terdiri dari 32 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional. 7uesioner pemantauan kelainan men tal emosional terdiri dari a. ;pakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelasP (seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan terhadap hal hal yang sudah biasa dihadapinya) b. ;pakah anak anda tampak menghindar dari teman teman atau anggota keluarganyaP (seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa sedih sepanjang +aktu, kehilangan minat terhadap hal hal yang biasa sangat dinikmati) . ;pakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan di sekitarnyaP (seperti melanggar peraturan yang ada, menuri, seringkali melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya, atau menyiksa binatang atau anak anak lainnya) dan tampak tidak peduli dengan nasihat nasihat yang sudah diberikan kepadanya. d. ;pakah anak anda akan memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau keemasan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebanding dengan anak lain seusianyaP e. ;pakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang ulang tanpa alasan yang jelasP '. &"@*7*R;" 7&$*@;R;" ;S/;"8 ;dalah kesanggupan atau kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari hari, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga adangan untuk melakukan aktifitas fisik lainnya. =al ini dilaksanakan untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani peserta didik. 8nstrumen tes kebugaran jasmani yang digunakan adalah Tes 7e$ugaran asmani 8ndonesia (T78). T78 merupakan rangkaian tes yang harus dilakukan seara berurutan. T78 terdiri dari 6 tes, yaitu a. Cari epat b. @antung siku tekuk > gantung angkat tubuh . $aring duduk d. Conat tegak e. Cari jarak sedang ersyaratan untuk mengikuti T78 adalah sebagai berikut 28
a. b. . d. b.
eserta dalam keadaan sehat dan siap melaksanakan tes 1iharapkan sudah makan sedikitnya 2 jam sebelum melakukan tes 1isarankan memakai pakaian dan sepatu olahraga /engerti dan memahami ara pelaksanaan tes /elakukan pemanasan sebelum tes Tes kebugaran jasmani hanya boleh diikuti oleh peserta didik yang telah selesai menjalankan tahap penjaringan kesehatan dan dinyatakan oleh dokter tidak mengalami kontra indikasi untuk dites.
7. Skrining 7esehatan pada kelompok bayi dan balita 3. emantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah> deteksi dini 1eteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan seara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. ;da tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa 1eteksi dini penyimpangan pertumbuhan,meliputi a. engukuran berat badan terhadap tinggi badan ($$>T$) b. engukuran lingkar kepala 2. 1eteksi dini penyimpangan perkembangan, meliputi a.
Skrining > pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (7S)
b.
Tes daya dengar
.
Tes daya lihat
4. 1eteksi dini penyimpangan mental omosional 1eteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan > pemeriksaan untuk menemukan seara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperakti!itas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan inter!ensi. $ila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka inter!ensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
29
C. Skrining 7esehatan pada kelompok 8bu =amil Tujuan skrining adalah untuk melakukan deteksi dini suatu keadaan yang abnormal dan untuk membuat diagnosa banding. Skrining merupakan abnormal dan untuk membuat diagnosa banding. Skrining merupakan fungsi utama seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan. Tindakan yang umum dilakukan oleh bidan adalah melakukan skrining seara berkala pada ibu untuk mendeteksi setiap penyimpangan dari keadaan normal. a. 7unjungan 8 (sebelum 35 minggu), dilakukan untuk - /embangun hubungan saling peraya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil - /endeteksi masalah dan menanganinya - /elakukan tindakan penegahana seperti tetanus neonatorum, anemia, dan penggunaan praktik tradisional yang merugikan. - /emulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi - /endorong perilaku yang sehat. b. 7unjungan 88 (352 minggu), dilakukan untuk - Sama seperti kunjungan pertama, ditambah ke+aspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu mengenai gejalagejala preeklamsia, pantau tekanan darah, e!aluasi edema, dan periksa proteinurin). . 7unjungan 888 (24 minggu), dilakukan untuk - Sama seperti kunjungan kedua,ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. d. 7unjungan 8: (setelah 4 minggu), dilakukan untuk - Sama seperti kegiatan kunjungan 88 dan 888, ditambah deteksi dini letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang membutuhkan kelahiran di Rumah Sakit. engetahuan menyeluruh seorang bidan mengenai tanda dan gejala adanya komplikasi kehamilan sangat diperlukan untuk mengenali penyimpangan dari kondisi normal. 1engan demikian, seorang bidan dapat melakukan skrining pada ibu hamil untuk mendeteksi kondisi yang abnormal.
30
BAB III *ESIMP,LAN
1. Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. 2. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin, menegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan
31
epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap a+al sebelum gejala menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. 4. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat yang potensial, fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis seperti kanker, adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. 5. roses skrining dilakukan dengan mengau pada kriteria sensiti!itas dan spesifisitas. 6. 7riteria e!aluasi dalam skrining terdiri dari !aliditas, reliabilitas dan yield.
DA'TAR P,STA*A
$udiarto dan ;nggraeni, 2004. Pengantar !pide"iologi !disi 2. akarta enerbit $uku 7edokteran &@#. $ustan. 2000. Pengantar !pide"iologi. akarta Rineka #ipta. #handra, $udiman. 2009. #l"u $edokteran Pencegahan % $o"unitas. akarta enerbit $uku 7edokteran &@#. &aker, &. 1., aros C, :iekant R. ;., CantH ., Remington . C., 2003. ; #ontrolled #ommunity 8nter!ention to 8nrease $reast and #er!ial #aner Sreening
32