SKRIPSI
EFEK PEMBERIAN SARI KEDELAI HITAM (Glycine (Glycine soja) soja) TERHADAP KADAR LDL ( Low Low Density Lipoprotein) Lipoprotein ) PADA TIKUS PUTIH ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus ) DENGAN DIET TINGGI LEMAK
Oleh : INTAN HERWIYARIRASANT HERWIYARIRASANTA A 060610168
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010 EFEK PEMBERIAN SARI KEDELAI HITAM (Glycine (Glycine soja) soja ) TERHADAP KADAR LDL ( Low Low Density Lipoprotein) Lipoprotein) PADA TIKUS PUTIH ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) DENGAN DIET TINGGI LEMAK
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh INTAN HERWIYARIRASANTA 060610168
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Eduardus Bimo Aksono H.P., M.Kes., drh.) Pembimbing Pertama
(Ratna (Ra tna Dama D amayant yantii, M.Kes. M.K es.,, drh .) Pembimbing Serta
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :
2
Efek Pemberian Sari Kedelai Hitam Terhadap Kadar LDL ( Low Density Lipoprotein) Lipoprotein ) Tikus Putih ( Rattus norvegicus) norvegicus) dengan Diet Tinggi Lemak
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surabaya, 26 Juli 2010
Intan Herwiyarirasanta NIM. 060610168
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 23 Juli 2010 2010
2
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN Ketua
: Setyawati Sigit, M.S., drh
Sekretaris
: Retno Bijanti, M.S., drh
Anggota
: Herman Setyono, M.S., drh
Pembimbing I
: Dr. E. Bimo Aksono H.P., M.Kes., drh
Pembimbing II
: Ratna Damayanti, M.Kes., drh
Telah diuji pada Tanggal : 29 Juli 2010
2
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua
: Setyawati Sigit, M.S., drh
Anggota
: Dr. E. Bimo Aksono H.P., M.Kes., drh Retno Bijanti, M.S., drh Herman Setyono, M.S., drh Ratna Damayanti, M.Kes., drh
Surabaya, 3 Agustus 2010 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Romziah Sidik, Ph.D., drh NIP. 19531216 197806 2 001
EFFECT OF BLACK SOYBEAN EXTRACT SUPPLEMENTATION IN LOW DENSITY LIPOPROTEIN LEVEL OF RATS ( Rattus norvegicus) WITH HIGH FAT DIET Intan Herwiyarirasanta
2
ABSTRACT Research on the effect of black soybean extract feeding on Low Density Lipoprotein (LDL) level of rat has been done. Twenty four male white Wistar rats ( Rattus norvegicus ) divided into three groups randomly, were given high fat diet to induce hypercholesterolemic condition. Hypercholesterolemic condition was gained after feeding high fat diet content for 4 weeks (a month). After a month the first group (P0) was given high fat diet and aquadest treatment, the second group (P1) was given high fat diet and black soybean extract feeding, and the third group (P2) was given standard diet and black soybean extract feeding. After three weeks of treatment, the blood was taken out from the heart and then LDL level in blood serum was measured. The result showed that high fat diet and black soybean extract feeding has decreasing LDL blood serum level of the rats significantly (p<0,05).
Keyword : Black soybean extract, high fat diet, low density lipoprotein
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan seminar hasil dengan judul Efek Pemberian Sari Kedelai Hitam Terhadap Kadar LDL
2
( Low Density Lipoprotein) Tikus Putih ( Rattus norvegicus) dengan Diet Tinggi Lemak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar hasil ini. 2. Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 3. Dr. Eduardus Bimo Aksono H.P., M.Kes., drh. sebagai pembimbing utama dan Ratna Damayanti, M.Kes., drh sebagai pembimbing serta yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran serta nasehat dalam penyusunan seminar hasil ini. 4. Setiawati Sigit, M.S., drh. selaku ketua penguji sekaligus dosen pembimbing penelitian, Retno Bijanti, M.S, drh. selaku sekretaris penguji dan Herman Setyono, M.S., drh. selaku anggota penguji. 5. Dr. Dewa Ketut Meles, M.S, drh. selaku dosen wali yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 7. Pak Heri selaku staf Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya atas bantuan dalam proses penelitian ini. 8. Kedua orangtua penulis, Ayah Bambang Hermanto dan Ibu Sri Wiludjeng, Kakak penulis Sitie Herwiyasari, Agung Herwi Bantara, Arief Herwi Santoso
2
dan Rulie Herwiyasari serta segenap keluarga yang selalu memberikan bantuan doa, dukungan dan motivasi selama ini. 9. Teman-teman penelitian mbak Ayu, mbak yurida, mbak aryuni, mbak lili, mbak reni, mas pradita, retno, dan dinar. Teman-teman pemberi inspirasi Cindy, Lila, Sectiva, Retno, Inriana, Fita, Ria, Ariesa, Elin, Indira, Dinar dan teman-teman angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat kepada penulis. 10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis hingga selesainya penulisan ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surabaya, Juli 2010 Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... HALAMAN PERNYATAAN ....................................................... HALAMAN IDENTITAS ............................................................. ABSTRACT .................................................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................... DAFTAR ISI .................................................................................. DAFTAR GAMBAR . ..................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................. DAFTAR SINGKATAN................................................................
2
i ii iii iv v vii ix x xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................... 1.2. Rumusan Masalah........................................................... 1.3. Landasan Teori ........................................................... 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................... 1.5. Manfaat Penelitian.......................................................... 1.6. Hipotesis Penelitian........................................................
1 3 4 6 6 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai Hitam ………….…………….…………….... 7 2.1.1 Morfologi dan klasifikasi kedelai hitam ........... 8 2.1.2 Komposisi dan manfaat kedelai hitam................ 9 2.2 Lemak …………………………. ................................... 12 2.3 Asam Lemak………....................................................... 13 2.4 Kolesterol........................................................................ 15 2.5 LDL ( Low Density Lipoprotein) ................................... 18 2.6 Metabolisme Lipoprotein dan LDL................................ 19 2.7 Hiperkolesterolemia......................................................... 21 BAB 3 MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 23 3.2 Materi Penelitian ............................................................. 23 3.2.1 Hewan percobaan .................................................... 23 3.2.2 Bahan penelitian....................................................... 23 3.2.3 Alat penelitian ......................................................... 24 3.3 Metode Penelitian ............................................................. 24 3.3.1 Tahap adaptasi…………………………………….. 25 3.3.2 Tahap induksi............................................................ 25 3.3.3 Tahap perlakuan terhadap hewan coba ................... 25 3.3.4 Tahap pengambilan darah ........................................ 26 3.3.5 Tahap pemeriksaan kadar kolesterol LDL ............. 27 3.4 Variabel Penelitian............................................................ 27 3.5.1 Variabel bebas.......................................................... 27 3.5.2 Variabel tergantung ................................................. 27 3.5.3 Variabel kendali........................................................ 27 3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data ........................... 27 3.6 Diagram Alir Penelitian ................................................. 29 BAB 4 HASIL PENELITIAN..........................................................
30
BAB 5 PEMBAHASAN....................................................................
32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan..................................................................... 6.2 Saran................................................................................
37 37
RINGKASAN ...................................................................................
38
2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
40
LAMPIRAN .....................................................................................
45
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Struktur Lipoprotein...................................................................................
19
3.1 Skema penelitian efek pemberian sari kedelai hitam (Glycine soja) terhadap kadar LDL (low density lipoprotein ) pada tikus putih ( Rattus norvegicus ) dengan diet tinggi lemak .......................................................
29
2
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1 Kandungan Lemak Sari Kedelai Hitam...................................................... 4.1 Rata-rata ± SD kadar LDL tikus putih.......................................................
2
9 30
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Susunan Pakan Tinggi Lemak per 10 kg............................................. 2. Kandungan Gizi Pakan Tinggi Lemak............................................
45
46
3. Susunan Pakan Standar.........................................................................
47
4. Cara Pembuatan Sari Kedelai Hitam..............................................
48
5. Kandungan Gizi Sari Kedelai Hitam..............................................
49
6. Prosedur Operasional Uji Direct LDL............................................
50
7. Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Darah...................................
52
2
8. ............................................Analisis Data SPSS 13.0 for windows ....................................................................................................53 9. ........................................................................Foto-foto Penelitian ....................................................................................................56
DAFTAR SINGKATAN
FFA
=
Free Fatty Acids
HDL
=
High Density Lipoprotein
HL
=
Hepatic Lipase
IDL
=
Intermediate Density Lipoprotein
KT
=
Kolesterol Total
LCAT
=
Lecithin Cholesterol Acyltransferase
1
LDL
=
Low Density Lipoprotein
MUFA
=
Monounsaturated Fatty Acid
PJK
=
Penyakit Jantung Koroner
PLTP
=
Phospholipids Transfer Protein
PUFA
=
Polyunsaturated Fatty Acid
TG
=
Trigliserida
VLDL
=
Very Low Density Lipoprotein
WHO
=
World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Fakta dari WHO menyebutkan bahwa terjadi satu kematian akibat penyakit kardiovaskular setiap dua detik, serangan jantung setiap lima detik dan akibat stroke setiap enam detik. Setiap tahunnya diperkirakan 17
2
juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Penyakit jantung merupakan pembunuh manusia yang berbahaya (White, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hess dan Thomas (2006) penyakit kardiovaskular tidak hanya menyerang pada manusia melainkan juga pada hewan, misalnya pada anjing khususnya jenis Rottweilers. Kejadian
penyakit
jantung
secara
umum
merupakan
efek
dari
aterosklerosis. Aterosklerosis ini disebabkan oleh adanya timbunan lemak pada dinding interior arteri yang makin lama semakin menebalkan dinding arteri. Dalam hal ini keberadaan kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein) berperan sangat besar terhadap aterosklerosis (Myers, 2006). Serangan jantung dan stroke terutama juga disebabkan oleh aterosklerosis pada dinding arteri pembuluh darah yang mensuplai jantung dan otak. Deposit lemak yang menumpuk menyebabkan terbentuknya lesi yang lama kelamaan akan membesar dan menebal sehingga mempersempit arteri dan menghambat aliran darah, akhirnya pembuluh darah akan mengeras dan bersifat kurang lentur (Soenarta, 2008). Aterosklerosis ditandai dengan pengendapan lemak yang ditemukan di seluruh kedalaman tunika intima, meluas ke tunika media. Kolesterol dan trigliserid di dalam darah terbungkus di dalam protein pengangkut lemak yang disebut
lipoprotein. Lipoprotein
berdensitas
tinggi HDL ( High
Density
Lipoprotein ) membawa lemak ke luar sel untuk diuraikan, dan diketahui bersifat protektif melawan arteriosklerosis. Namun, lipoprotein berdensitas rendah LDL ( Low Density Lipoprotein ) dan lipoprotein berdensitas sangat rendah VLDL ( Very
Low Density Lipoprotein) membawa lemak ke sel tubuh, termasuk sel endotel
2
arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan pembentukan radikal bebas yang diketahui merusak sel-sel endotel (Santoso dan Setiawan, 2005). Beberapa
penelitian
pada
hewan
dan
manusia
dengan
keadaan
hiperkolesterolemia membuktikan bahwa protein nabati dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Prabowo, 1994). Menurut Ulbrich dan Southgate (1991) makanan yang tinggi kolesterol dan tinggi asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Salah satu bahan pangan yang mengandung banyak protein nabati adalah kedelai. Kedelai mengandung protein 35%., pada kedelai varietas unggul kadar protein dapat mencapai 40-43%. Kedelai 100 gram mengandung 35-43% protein, 18-32% lemak, 12-30% karbohidrat, serta 7% air (Rayandi, 2008). Kedelai hitam, berdasarkan penelitian oleh Takahashi et al (2005), diketahui memiliki kandungan anthosianin yang lebih tinggi, yaitu 29 ± 0,56 mg/g. Menurut Edward (2008), kedelai hitam mengandung lesitin yang bersifat mengemulsi (melarutkan) kolesterol dalam darah, sehingga tidak ada lagi penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah. Selain lesitin, zat gizi lain yang dapat menurunkan kolesterol adalah isoflavon yang berfungsi sebagai antioksidan dan mampu menurunkan LDL. Selain lesitin dan isoflavon, kedelai juga mengandung vitamin E (tokoferol) yang juga dapat membantu mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Vitamin E ini juga mampu mencegah teroksidasinya kolesterol LDL, sehingga tidak
menimbulkan
plak yang menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah arteri, dan menghindari terjadinya aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Penelitian oleh Nadler (2008), menunjukkan
3
konsumsi vitamin E 200 I.U/ hari, risiko mendapat gangguan kardiovaskular berat menurun sebesar 34 %. Kandungan asam folat dan vitamin B6 dalam kedelai juga dapat mencegah penyakit jantung. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kedelai hitam terhadap kadar kolesterol dengan melihat kadar LDL ( Low Density Lipoprotein ) pada tikus jantan ( Rattus novergicus ) yang diberi diet tinggi lemak.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah pemberian sari kedelai hitam dapat menurunkan kadar kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein) pada tikus putih jantan ( Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak?
1.3
Landasan Teori
Kedelai memiliki kadar protein tinggi yaitu 40-43%. Protein kedelai memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap, mengandung lemak sekitar 18-20% yang diantaranya merupakan asam lemak tak jenuh. Lemak kedelai mengandung asam linoleat serta asam linolenat yang termasuk dalam kelompok PUFA ( Polyunsaturated Fatty Acid ) sehingga memberikan pengaruh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kolesterol dan penyakit kardiovaskuler. Selain itu, lemak kedelai juga mengandung beberapa fosfolipid penting, diantaranya adalah lesitin yang berfungsi dalam mengurangi timbunan lemak dan kolesterol dalam darah serta jaringan tubuh lainnya sehingga
4
peredaran darah akan lancar (Koswara, 1992). Selain sebagai sumber protein dan lemak, kedelai juga dilengkapi dengan sejumlah vitamin seperti vitamin A, B, dan E, serta mineral dan kaya akan serat (Astawan, 2009). Lemak di dalam produk olahan kedelai seperti sari kedelai, mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh ganda yang dapat menurunkan kolesterol. Asam lemak tak jenuh akan meningkatkan aktifitas enzim LDL dan hepatic
endhotelial lipase sehingga katabolisme lipoprotein juga meningkat. Selain itu, asam lemak tak jenuh ganda dapat menambah konsentrasi reseptor kolesterol LDL pada
hati
sehingga
mempercepat
pembersihan
kolesterol
dalam
darah.
Peningkatan katabolisme oleh hati menyebabkan ekskresi sterol netral dan asam empedu meningkat (Utami, 1999). Menurut Clifford (2003), menyebutkan bahwa antosianin berfungsi sebagai antioksidan, berasal dari kulit kedelai hitam dan mampu menghambat oksidasi LDL. Oksidasi LDL kolesterol merupakan awal terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang biasanya ditandai dengan ter jadinya aterosklerosis, sehingga akan memicu terjadinya penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma (plak aterosklerotik) terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Ateroma semakin lama akan mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung (Astuti, 2008).
5
LDL berasal dari VLDL dan VLDL dibentuk di dalam parenkim hati. Fraksi lemak yang terdapat dalam VLDL adalah terutama Trigliserida (TG), kolesterol dan fosfolipid. VLDL yang membawa lemak dari hati ke sirkulasi akan mengalami katabolisme lebih lanjut dengan kehilangan Apolipoprotein-C, gliserol dan asam lemak, sehingga akhirnya terbentuklah LDL (Mayes, 2000). Pengendalian hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan cara mengatur pola makan yaitu makanan yang rendah kolesterol, tinggi serat, tinggi asam lemak tidak jenuh ganda dan protein nabati cenderung menurunkan kadar kolesterol darah pada keadaan hiperkolesterolemia (Ulbrich dan Southgate, 1991).
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian sari kedelai hitam terhadap kadar kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein ) pada tikus putih jantan ( Rattus norvegicus ) dengan diet tinggi lemak. .
1.1
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang potensi sari kedelai hitam (Glycine soja) terhadap kadar kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein ) pada tikus putih jantan ( Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak. 2. Salah satu alternatif bahan herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
6
1.1
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis yaitu pemberian sari kedelai hitam (Glycine soja ) dapat menurunkan kadar kolesterol LDL ( Low Density
Lipoprotein ) pada tikus putih jantan ( Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kedelai Hitam
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Indonesia oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Amrin, 2007).
2
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia (Amrin 2007). Tanaman kedelai hitam termasuk famili Magnoliophyta , subfamili
Faboideae . Kedelai hitam berasal dari China, kemudian dikembangkan di berbagai negara di Amerika Latin, juga Amerika Serikat dan negara-negara di Asia. Di Indonesia, penanaman kedelai hitam berpusat di Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Bali (Amrin, 2007). Kedelai hitam dapat tumbuh sampai ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut, tetapi ketinggian idealnya adalah 650 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan, kedelai perlu suhu optimal 29,4ºC, pH tanah 6,0-6,8. Kedelai hitam dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan) maupun di lahan bekas padi di lahan sawah (Mindell, 2008).
2.1.1
Morfologi dan Klasifikasi Kedelai Hitam
Menurut Rayandi (2008), klasifikasi kedelai adalah sebagai berikut: Kerajaan
:
Filum :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo
Fabales
:
Plantae
2
Famili :
Fabaceae
Subfamili
:
Genus :
Glycine (L.) Merr.Spesies
Faboideae :
Glycine
soja Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji yang melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih (Rayandi, 2008). Kedelai merupakan tanaman dikotil dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah (Rayandi, 2008).
2.1.2. Komposisi dan Manfaat Kedelai Hitam
Kedelai hitam mengandung lemak sekitar 18 – 20% sejumlah 85%, di antaranya merupakan asam lemak tidak jenuh. Lemak kedelai mhitam engandung asam lemak esensial yang cukup, yaitu asam linoleat (omega-6) serta asam linolenat (omega-3) sehingga memberikan pengaruh yang sangat berarti bagi kesehatan, khususnya dalam kaitannya dengan pengendalian kolesterol dan penyakit kardiovaskuler (berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah) (Suyanti, 2004). Tabel 2.1. Kandungan Lemak Sari Kedelai Hitam.
2
Asam Lemak
Sari Kedelai Hitam (%)
Asam Lemak Tak Jenuh Asam Linoleat (C 18:2) 282,3 Asam Oleat (C 18:1) 126,2 Asam Linolenat (C 18:3) 37 Asan Heksadekanoat (C 16:1) 1,1 Asam Lemak Jenuh Asam Palmitat (C 16:0) 57 Asam Stearat (C 18:0) 21 Asam Arakidat (C 20:0) Asam Laurat (C 12:0) Sumber : Koeswara (1992) Lemak kedelai hitam mengandung beberapa fosfolipida yang penting yaitu lesitin, sepalin dan lipositol. Lesitin adalah nutrisi alami yang terdapat pada bermacam makanan dan suplemen. Kata lesitin sebenarnya menunjuk pada fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin adalah unsur pokok dalam lesitin, sehingga dapat dikatakan bahwa lesitin sama dengan fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin mengandung kolin sebesar 13% dari beratnya (Jhonson, et al., 2001). Lesitin adalah sebuah derivat lemak yang larut air dan berperan penting dalam metabolisme lemak (Jhonson et al., 2001), karena berperan dalam metabolisme
lemak,
lesitin
diakui
dapat
melarutkan
lemak
dan
mengekskresikannya dari tubuh (Blanc, et al ., 1998). Selain lesitin, kandungan lain dalam lemak kedelai hitam yang tidak kalah penting adalah antosianin.
Antosianin,
yang termasuk dalam flavanoid,
merupakan bagian dari pigmen larut air pada tanaman yang sangat penting. Antosianin terdapat pada daun, buah, akar, dan batang yang berakumulasi di dalam vakuola dari epidermal atau subepidermal sel. Di dalam vakuola antosianin biasanya terdapat dalam bentuk solutio yang disebut dengan anthocyanoplast (Harborne, 1986).
3
Berdasarkan penelitian dari Takahashi et al ,(2005), kedelai hitam memiliki kandungan polyphenol yang lebih tinggi 29 ± 0,56 mg/g dibandingkan dengan kedelai kuning 0,45 ± 0,02 mg/g. Perbedaan ini terutama disebabkan karena kandungan antosianin pada kedelai hitam lebih tinggi dibandingkan pada kedelai kuning. Kedelai hitam merupakan sumber protein nabati. Kandungan rata-rata protein kedelai hitam 40-43 %, kandungan asam amino terbanyak adalah leusin (400 mg/g N2). Protein kedelai hitam bermanfaat membantu metabolisme jaringan lemak dan hati, kedelai hitam juga dapat mengurangi sintesis asam lemak baru dan kolesterol, peradangan, memperlancar sirkulasi darah, serta mengobati gangguan hormon (Koswara, 1992). Di dalam kedelai hitam terdapat senyawa yang bernama antitripsin. Antitripsin merupakan senyawa anti gizi yang akan muncul pada proses pengolahan sari kedelai maupun produk kedelai olahan lainnya (Suyanti, 2004). Untuk menghilangkan antitripsin tersebut maka kedelai direbus dalam larutan NaHCO3 pada suhu 70 ºC selama 15 menit (Aini, 2003). Kedelai hitam mengandung isoflavon yang terdiri atas finestein, daidzein, dan glicitein, konsumsi kedelai hitam dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan cara meningkatkan profil lemak darah, khususnya menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida serta meningkatkan HDL (Koswara, 1992). Beberapa penelitian mengungkapkan, kedelai hitam rendah kandungan asam amino bersulfur. Asam amino bersulfur ini dapat menghambat resorpsi
2
kalsium oleh ginjal yang menyebabkan lebih banyak kehilangan kalsium dalam urin (Koswara, 1992). Kedelai hitam juga mengandung sterol yang mengurangi absorbsi kolesterol, melalui kompetisi dengan kolesterol untuk esterifikasi dengan asam lemak (Ganong, 2001). Selain itu, kedelai hitam mengandung vitamin E (tokoferol) yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Vitamin E ini juga mampu mencegah teroksidasinya kolesterol LDL, sehingga tidak menimbulkan plak yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah arteri dan menghindari terjadinya aterosklerosis (Edward, 2008). Vitamin B terutama niasin (asam nikotinat) pada kedelai hitam berfungsi menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, tigliserida serta meningkatkan kolesterol HDL (Nangoi, 1994). Selain sejumlah vitamin (terutama vitamin A, B kompleks dan E), kedelai juga dilengkapi dengan mineral (kalsium, fosfor dan zat besi) (Astawan, 2009). Kandungan serat dalam kedelai hitam juga sangat tinggi dan bermanfaat untuk membantu sistem pencernaan tubuh, sehingga dapat mengurangi waktu transit zat-zat racun yang tidak dibutuhkan tubuh. Kandungan serat ini juga membantu mengurangi risiko terjadinya kanker (Koswara, 1992).
2.2.
Lemak
Lemak berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang merupakan komponen senyawa heterogen yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon (-CH 2-CH2-CH2) maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang menjelaskan
3
sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di larutan yang apolar atau organik seperti: eter, kloroform, atau benzol (Fessendan dan Fessenden, 1997). Lemak biologis secara umum memenuhi 4 fungsi dasar yaitu penyimpan energi, transportasi metabolik sumber energi, sumber zat untuk sintesis bagi hormon, kelenjar empedu, dan sebagai struktur dasar atau komponen utama dari membran semua jenis sel (Stipanuk, 2000). Menurut Smaolin dan Grosvenor (1997), lemak yang berada dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu makanan dan hasil produksi hati yang tersimpan dalam sel lemak. Lemak yang terdapat di dalam makanan terdiri dari beberapa jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh ( saturated fatty acid ) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid ). Lemak yang penting bagi tubuh adalah kolesterol, trigliserida, asam lemak, dan fosfolipid. Sebagian lemak dan minyak di alam terdiri atas 98%-99% trigliserida. Trigliserida adalah suatu ester gliserol yang terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol yang mempunyai fungsi utama sebagai zat energi (Smaolin dan Grosvenor, 1997).
2.3.
Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom C4-C24 dengan gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang, senyawa hidrokarbon ini yang menyebabkan lemak tidak larut air (Mayes, 2000). Menurut Marks et al. (2000), asam lemak ada dua bagian yaitu asam lemak esensial yang harus terdapat dalam diet karena tubuh tidak dapat
2
mensintesis sendiri dan asam lemak non esensial yang tidak harus terdapat dalam diet karena tubuh dapat mensintesis sendiri. Asam lemak bersama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak, margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida (Mayes, 2000). Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air sebagian terdisosiasi. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusun asam lemak, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut (Guyton, 2006). Asam lemak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin A, D, E, K, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Guyton, 2006). Sebagian besar asam lemak berada dalam bentuk teresterifikasi. Asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan tersebut melalui hidrolisis kimia atau enzimatik (Lehninger, 1993), sedangkan yang dalam bentuk tidak teresterifikasi sebagai asam lemak bebas, terdapat dalam plasma darah yang berikatan dengan albumin (Mayes, 2000). Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusun. Asam lemak jenuh
3
bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi) (Budiarso, 2003). Asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida, yang merupakan komponen-komponen lemak di dalam darah yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh adalah lemak hewan, lemak susu, mentega, keju, krim, santan, minyak kelapa, margarin, dan lain-lain. Sebaliknya, asam lemak tak jenuh yang terdiri dari lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid / MUFA) dan lemak tak jenuh ganda ( polyunsaturated fatty acid /PUFA) dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemak tak jenuh terdapat banyak dalam minyak kedelai, minyak zaitun, dan minyak ikan (Siburian, 2006). Asam lemak jenuh merupakan penyebab utama meningkatnya KT (Kolesterol Total) dan LDL darah, yang akhirnya menyebabkan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (PJK) (Smaolin dan Grosvenor, 1997).
2.4.
Kolesterol
Kolesterol ialah molekul yang ditemukan dalam sel. Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural penting yang membentuk membran sel serta lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas empat cincin atom karbon (Pfanner, 2007). Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang biasanya dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis pada banyak jaringan dari asetil-KoA dan
4
akhirnya dikeluarkan dari tubuh dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu (Murray et al , 2003). Pada tikus putih, kadar kolesterol normalnya adalah 10-54 mg/dl (John, 2001). Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan terdapat dalam segala makanan yang berasal dari kuning telur, daging, hati dan otak (Mayes, 2000). Kolesterol merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi kolesterol bisa meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sampah ( junkfood ) (Oetoro, 2007). Menurut Selamihardja (2005), kolesterol merupakan salah satu bahan untuk menghasilkan vitamin D. Melalui bantuan sinar matahari pagi, kolesterol yang diproduksi di hati akan diubah menjadi vitamin D dengan syarat tubuh harus cukup mendapatkan pemasukan lemak. Jika tidak, tubuh akan sulit membentuk vitamin D. Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke (Oetoro, 2007). Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL ( Low
Density Lipoprotein ) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL
5
( High Density Lipoprotein ) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu. LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah, sebaliknya, HDL dapat membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein) (Somer, 1988 ). Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima (Oetoro, 2007). Kolesterol terdiri dari dua bagian menurut sumbernya, yaitu kolesterol eksogen dan endogen. Kolesterol eksogen yang berasal dari makanan diperoleh bersamaan dengan pencernaan lemak yang lain. Ester kolesterol, yang merupakan bagian terbesar dari kolesterol eksogen, dihidrolisis oleh enzim kolesterol esterase pankreas menjadi kolesterol bebas dan asam lemak (Brody, 1994). Kolesterol yang bersifat kurang larut dalam air ini mengalami emulsifikasi oleh garam empedu sehingga dapat larut dalam air dan mudah diabsorpsi oleh mukosa usus. Sebagian besar kolesterol bebas diesterifikasi kembali menjadi ester kolesterol oleh enzim acyl CoA:cholesterol acyltransferase ( ACAT ) di dalam sel epitel mukosa usus. Kemudian, bersama trigliserida, fosfolipid, kolesterol bergabung menjadi globula lemak (Guyton, 2006).
6
Kolesterol endogen berasal dari sintesis tubuh sendiri, melalui sintesis de
Novo yang dapat dilakukan semua sel berinti, terutama oleh sel hati. Proses ini membutuhkan asetil KoA sebagai bahan dasarnya, yang diubah menjadi 3-
Hidroxy-3-methylglutaryl-CoA ( HMG KoA). HMG KoA dikonversikan menjadi mevalonat dengan bantuan enzim HMG KoA reduktase kemudian membentuk zat antara (skualen) dari enam unit isoprenoid. Skualen mengalami siklisasi membentuk lanosterol yang kemudian diubah menjadi kolesterol (Mayes, 2000).
2.5.
LDL ( Low Density Lipoprotein)
Kolesterol LDL merupakan kolesterol yang memiliki kadar lemak lebih besar daripada kadar protein pada rantai lipoproteinnya (Hiatt, 2001). Low density
lipoprotein adalah lipoprotein yang membawa kolesterol dan trigliserida dari hati ke jaringan perifer. LDL juga meregulasi sintesis kolesterol pada organ ini. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan asam lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL (Suyatna, 1998 dan Segrest, 2001). Kadar kolesterol LDL normal pada tikus putih adalah 7,0-27,2 mg/dl (John, 2001) LDL merupakan kompleks lemak dan yang mempunyai diameter 20-25 nm dengan densitas atau kepadatan 1.019 sampai 1,063. Sesuai dengan fungsinya sebagai pengangkut kolesterol ke jaringan perifer, maka kandungan terbesar LDL adalah kolesterol yang terdiri ester kolesterol 48% dan kolesterol bebas 10%. Kandungan yang lain adalah trigliserida 13%, fosfolipid 28% dan protein 21% (Mayes, 1995). Peningkatan kadar kolesterol LDL merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit jantung dan aterosklerotik ( Assmann, 2007).
7
2.6.
Metabolisme Lipoprotein dan LDL ( Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein merupakan partikel dengan struktur tertentu yang bagian intinya terdiri dari lemak-lemak non-polar dan dikelilingi oleh lemak-lemak polar yang terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas dan protein khusus yang disebut apoprotein (Noer, 1996).
Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein (Menys et al., 2007) Lipoprotein dibagi menjadi lima kelas utama, yaitu : Kilomikron, HDL (high-density lipoprotein ), LDL (low density lipoprotein ),VLDL (very low density
lipoprotein ), IDL (intermmediate density lipoprotein ). Kelima lipoprotein ini dipisahkan dengan ultra sentrifugasi (Montgomery et al. , 1993) Lipoprotein yang berasal dari hati, yaitu VLDL akan membawa kolesterol, beserta trigliserida dan fosfolipid dari hati ke sirkulasi darah. Partikel-partikel VLDL ini di pembuluh kapiler berinteraksi dengan enzim LPL (Lipoprotein Lipase) membebaskan trigliserida. Lipoprotein yang kehilangan sebagian besar trigliserida ini disebut IDL. Kemudian IDL mengalami hidrolisis lebih lanjut
8
menjadi LDL. Terakhir LDL diterima oleh jaringan perifer melalui pengenalan apo-B oleh reseptor (Montgomery dkk., 1993; Brody, 1994; Mayes, 1995). Disamping itu hati dan usus juga mensintesis HDL yang disekresikan ke sirkulasi darah dan mengalami pematangan dengan bantuan enzim lecithin
cholesterol acyltransferase (LCAT). Partikel-partikel HDL yang matang akan membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati, untuk selanjutnya diekskresikan melalui empedu. Alur ini merupakan pengangkutan balik kolesterol (Brody, 1994; Mayes, 2000).
Low Density Lipoprotein (LDL atau β-lipoprotein) merupakan lipoprotein ketiga dan dikenal sebagai lipoprotein dengan densitas rendah, LDL merupakan tahap akhir di dalam katabolisme VLDL, lipoprotein dengan densitas tinggi atau
high density lipoprotein
(HDL atau a-lipoprotein) yang terlibat dalam
metabolisme kilomikron serta pengangkutan kolesterol dan terakhir IDL (intermediate density lipoprotein ) (Murray et a1., 2003). Lipoprotein memperantarai siklus lipid dengan mengangkut lipid dari intestinal sebagai kilomikron dan dari hati sebagai VLDL (very low density
lipoprotein ) ke sebagian besar jaringan tubuh untuk oksidasi dan ke jaringan adiposa untuk penyimpanan. Lipid diangkut dari jaringan adiposa sebagai asam lemak bebas (FFA; free fatty acids ) yang terikat dengan albumin serum (Murray, 2003). Pada lipoprotein ditemukan satu atau lebih apolipoprotein (protein polipeptida). Pada LDL terdapat apolipoprotein utama yaitu apolipoprotein B, yang ditemukan juga pada VLDL dan kilomikron (Murray et a1, 2003). Setiap partikel LDL mengandung satu molekul apolipoprotein B yang membawa asam lemak dan menjaga kepadatannya pada daerah yang berair.
2
Tambahan LDL merupakan partikel yang sangat hidrofobik yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk yang dikenal sebagai linoleat dan memiliki 1500 esterifikasi molekul kolesterol (Segrest, 2001). LDL dibentuk karena lipoprotein VLDL kehilangan trigliserida yang akibat kerja dari lipoprotein lipase sehingga VLDL menjadi semakin kecil dan terbatas dan mengakibatkan proporsi kadar kolesterol yang tinggi (Warnick, 2007).
2.8.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia terjadi akibat adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Kolesterol merupakan molekul yang berperan sangat penting dalam sintesis membran sel, prekusor sintesis hormon steroid, hormon korteks adrenal, sintesis asam- asam empedu dan vitamin D. Kolesterol terdiri atas high density cholesterol (HDL), low density cholesterol (LDL) dan trigliserida. HDL berperan dalam membawa kolesterol dari aliran darah ke hati. LDL berperan dalam membawa kolesterol kembali ke aliran darah. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh dapat berasal dari makanan (eksogen) atau disintesis oleh tubuh (endogen) (Cuchel , 1997). Meski bukan penyakit, gangguan metabolisme yang ditandai peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Sebagai salah satu bahan lemak (lipid) dalam darah, kolesterol terbentuk secara alamiah dalam darah. Kelebihan kolesterol ini berdampak buruk bagi kesehatan yaitu dapat memicu penyakit kardiovaskuler dan stroke (Cuchel, 1997).
3
BAB 3 MATERI DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, selanjutnya dilakukan pemeriksaan sampel darah di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan yaitu bulan September sampai Oktober 2009.
3.2
Materi Penelitian
3.2.1
Hewan percobaan
Hewan coba yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih jantan ( Rattus
norvegicus ) strain Wistar berumur dua bulan dengan berat badan ± 200 gram dan kondisi yang sehat. Tikus putih diadaptasikan dahulu selama 1 minggu dengan pakan standar (Lampiran 3), didalam kandang percobaan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3.2.2
Bahan penelitian
Bahan dari penelitian ini adalah bahan pakan tikus tinggi lemak (Lampiran 1), sari kedelai hitam yang dibuat dengan menggunakan biji kedelai hitam (Glycine soja) (Lampiran 4), air minum dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), alkohol 70 %, aquades dan ether.
3.2.3
Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus putih ( Rattus norvegicus ) yaitu kotak plastik berukuran 30 x 40 cm dan tutup kandang
5
yang terbuat dari kawat berbentuk anyaman, botol tempat minum tikus, timbangan digital, sonde, spuit lima cc, tabung penampung darah, gunting bedah serta kapas.
3.3
Metode Penelitian
Sebanyak 24 ekor tikus putih jantan ( Rattus norvegicus) strain Wistar dibagi dalam 3 kelompok perlakuan, dan masing-masing terdiri dari 8 ulangan. 3 kelompok perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P0
: Pakan tinggi lemak dan diberikan aquadest.
P1
: Pakan tinggi lemak dan diberikan sari kedelai hitam.
P2
: Pakan standar dan diberikan sari kedelai hitam.
Dosis sari kedelai hitam dan aquadest yang diberikan adalah 1,5 ml yang diberikan secara per oral dengan menggunakan alat sonde. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwa didapatkan dosis sari kedelai yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL adalah 1,5 ml (Nangoi, 1994). Dosis tersebut apabila dikonversikan ke dosis untuk manusia, yaitu 84 ml/60 kg BB (Supriyanto,2004) nilai konversi untuk tikus putih setara dengan barat badan 200 gram adalah 0,018 (Kusumawati, 2002). Besarnya dosis yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Berat badan tikus dalam penelitian ini 200 gram : 84 ml x 0,018 = 1,512 ml = 1,5 ml/ekor tikus putih (200 gram ) Penelitian ini dibagi dalam lima tahap, yaitu tahap adaptasi, tahap induksi, tahap perlakuan terhadap hewan coba, tahap pengambilan darah, dan tahap pemeriksaan kadar kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein).
2
3.3.1
Tahap adaptasi
Tahap adaptasi yaitu tikus diadaptasikan dalam kondisi lingkungan penelitian (Laboratorium Biokimia FK Unair) yang baru selama satu minggu dengan diberi pakan standar dan minum air secara ad libitum.
3.3.2. Tahap induksi
Tahap induksi yaitu dengan digunakan pakan tinggi lemak selama empat minggu secara ad libitum, untuk menginduksi terjadinya hiperkolesterolemia pada tikus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dengan metode pemberian pakan yang sama, dalam 4 minggu sudah didapatkan rerata kadar kolesterol yang tinggi dan sudah dinyatakan hiperkolesterolemik (Nurhayati, 2000). Hasil rerata kadar kolesterol yang didapat dari induksi hiperkolesterol sebesar 106 mg/dl. Jadi telah didapat kondisi hiperkolesterolemia, karena kadar normal kolesterol tikus putih adalah 10-54 mg/dl.
3.3.3. Tahap perlakuan terhadap hewan coba
Setelah 1 bulan telah terjadi peningkatan kadar kolesterol darah, selanjutnya dilakukan perlakuan sesuai dengan pembagian kelompok tikus percobaan. Pemberian pakan tikus secara ad libitum hewan coba di tempatkan dalam kandang plastik berukuran 30 x 40 cm, tiap kandang berisi 4 ekor tikus. Tikus diberikan perlakuan masing-masing P0: diberikan pakan tinggi lemak + aquadest, P1: diberikan pakan tinggi lemak + sari kedelai hitam 1,5 ml; P2:diberikan pakan standard + sari kedelai hitam 1,5 ml.
2
Dosis susu kedelai yang diberikan 1,5 ml yang diberikan secara per oral dengan sonde pada pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB. Pemberian sari kedelai dilakukan sehari satu kali sebanyak 1,5 ml secara gastric lavage menggunakan sonde selama 3 minggu. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwa didapatkan sari kedelai yang dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan rasio kolesterol LDL/HDL adalah 1,5 ml (Nangoi, 1994).
3.3.4. Tahap pengambilan darah
Pemeriksaan sampel darah dilakukan setelah tahap perlakuan berakhir. Hewan percobaan dipuasakan selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah. Pengambilan sampel darah dilakukan secara intrakardial pada pagi hari. Sebelum dilakukan pengambilan sampel darah secara intrakardial, semua peralatan dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %. Kemudian, hewan coba dianestesi dengan eter. Setelah itu, hewan difiksasi sedemikian rupa dan dilakukan pembedahan sampai organ jantung terlihat. Kemudian, darah diambil secara intrakardial menggunakan spuit 3 ml. Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung tanpa diberi koagulan dan diletakkan dengan posisi miring dan ditutup. Darah yang diperoleh dari masing-masing hewan coba kemudian diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.
3.3.5. Tahap pemeriksaan kadar kolesterol LDL
Pemeriksaan laboratorium kadar kolesterol LDL menggunakan metode uji
Direct LDL hasil pemeriksaan BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan). Prosedur pemeriksaan kadar LDL menurut BBLK dapat dilihat pada Lampiran 6.
3
3.4
Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian sari kedelai hitam dan pakan standar.
3.4.2. Variabel tergantung
Variabel tergantung penelitian ini adalah kadar kolesterol LDL ( Low
Density Lipoprotein).
3.4.3. Variabel kendali
Variabel kendali penelitian ini adalah jenis hewan, jenis kelamin, umur hewan, berat badan dan waktu perlakuan.
3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Cara pengacakan yang digunakan yaitu tikus putih yang merupakan hewan coba diberi nomor 1 – 24 kemudian dilotre, 8 angka pertama yang keluar dimasukkan ke dalam kelompok P 0, 8 angka yang keluar berikutnya dimasukkan ke dalam kelompok P 1 dan 8 angka yang keluar terakhir kemudian dimasukkan ke dalam kelompok P 2.
2
Data yang diperoleh pada akhir penelitian akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA ( Analysis of Variance ), dan jika terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Tukey HSD 5%. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan program komputer dalam bentuk SPSS 13.0 for Windows.
\
3.6 Diagram Alir Penelitian
Tahap Adaptasi 24 ekor tikus putih jantan strain Wistar diadaptasikan dalam lingkungan penelitian selama 1 minggu dengan diberi pakan standar
Tahap Induksi Pemberian pakan tinggi lemak selama 4 minggu
2
P0 Pakan tinggi lemak dan aquadest 1,5 ml/hari selama 3
P1 Pakan tinggi lemak dan sari kedelai hitam 1,5 ml/hari selama 3
P2 Pakan standar dan sari kedelai hitam 1,5 ml/hari selama 3 minggu
Tahap Pengambilan Darah secara intrakardial
Tahap Pemeriksaan Kadar Kolesterol LDL dengan uji Direct
Analisis Data Gambar 3.1 Skema penelitian efek pemberian sari kedelai hitam (Glycine soja) terhadap kadar LDL (low density lipoprotein) pada tikus putih ( Rattus noevegicus) dengan diet tinggi lemak. BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil pemeriksaan kadar LDL darah tikus jantan ( Rattus norvegicus ) pada akhir perlakuan pemberian sari kedelai hitam dengan pakan tinggi lemak selama tiga minggu, dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
2
Hasil pemeriksaan kadar LDL (Lampiran 7) yang didapat pada akhir perlakuan setelah dilakukan analisis data (Lampiran 8) dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Rata-rata ± SD kadar LDL tikus putih Kelompok P0: Diet tinggi lemak + aquadest 1,5 ml
Rata-rata ± SD (mg/dl) 13.50a ±2.726
P1: Diet tinggi lemak + sari kedelai hitam 1,5 ml P2: Pakan standar + sari kedelai hitam 1,5 ml
7.75 b±1.035 10.67ab±3.535
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).
Hasil uji statistik dengan Analisis of variant ( ANOVA) dari kadar LDL menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada kadar kolesterol LDL antara kelompok kontrol P0 dengan kelompok perlakuan P1 (p < 0,05). Perbandingan antara kelompok P1 dengan kelompok P2 menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara perlakuan pemberian sari kedelai hitam pada tikus jantan dengan diet tinggi lemak (P1) dengan perlakuan pemberian sari kedelai hitam dengan diet standar (P2) (p >.0,05). Perbandingan antara kelompok P0 dengan kelompok P2 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara perlakuan pemberian aquadest pada tikus jantan dengan diet tinggi lemak (P0) dengan perlakuan pemberian sari kedelai hitam dengan diet standar (P2).
2
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari pengaruh pemberian sari kedelai hitam terhadap kadar LDL tikus ( Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak yang disajikan dalam Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kadar LDL dengan perlakuan P0 didapatkan rerata 13.50 (mg/dl) dengan SD±2.726, P1 didapatkan rerata 7.75 (mg/dl) dengan SD±1.035, dan P2 didapatkan rerata 10.67 (mg/dl) dengan SD±3.535. Dari data diatas diketahui bahwa perlakuan pemberian sari kedelai hitam pada tikus ( Rattus norvegicus ) dengan diet tinggi lemak (P1) memberikan hasil
3
yang berbeda nyata (p<0.05) dengan perlakuan pemberian aquadest pada tikus ( Rattus norvegicus) dengan diet tinggi lemak (P0). Perbedaan yang nyata ini dikarenakan adanya pemberian sari kedelai hitam pada P1. Pemberian sari kedelai hitam dengan diet tinggi lemak terbukti menurunkan kadar LDL dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi aquadest . Pemberian sari kedelai hitam pada P1 dapat menurunkan kadar LDL tikus secara signifikan namun tetap dalam batas normal sebesar 7,0 – 27,2 mg/dl (John, 2001). Penurunan kadar LDL tersebut dikarenakan kandungan sari kedelai hitam yang bersifat hipokolesterolemik. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar VLDL karena peningkatan sintesis dan sekeresi VLDL oleh hati dan konversi VLDL ke LDL. Meningkatnya kadar LDL akibat diet lemak jenuh yang tinggi pada percobaan penelitian pada tikus diikuti dengan penurunan jumlah reseptor LDL. Peningkatan kadar LDL ini merupakan indikator kuat resiko terjadinya aterosklerosis (Stipanuk., 2000). Pada kelompok perlakuan P 1 data menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dengan kelompok kontrol P 0. Penurunan ini disebabkan karena beberapa kandungan yang terdapat dalam kedelai hitam, diantaranya Polyunsaturated fatty
acid (PUFA) yang terkandung di dalam lemak kedelai memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar LDL karena dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL dan menurunkan sekeresi VLDL dari hati (Hayes., 1992). Penurunan kadar LDL dan VLDL juga akan menurunkan kadar TG karena LDL dan VLDL memiliki kandungan TG 54,8% dan 18,7% (Stipanuk., 2000).
2
Kedelai hitam mengandung bahan antioksidan, yaitu isoflavon dan antosianin,
yang
memiliki
kemampuan
menangkal
radikal
bebas
yang
menyebabkan terjadinya peroksidasi lemak (Harborne, 1986; Stipanuk, 2000; Takahashi et al , 2005). Isoflavon dalam protein kedelai hitam berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki efek hipokolesterolemik (Harborne and Mabry, 1982). Protein nabati yang terkandung dalam kedelai hitam menurut Beynen (1990) dapat menurunkan absorpsi kolesterol oleh usus dan kemungkinan juga mengurangi reabsorpsi asam empedu yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi sterol netral dan asam empedu dalam feses. Mekanisme kerja isoflavon sebagai antioksidan adalah dengan melindungi lemak dan memberikan atom hidrogen pada radikal bebas dan ketika atom hidrogen berikatan dengan radikal bebas, rantai oksidasi lemak akan terhenti atau terputus. (Matill H. A., 1947). Ganong (2001) menyatakan bahwa isoflavon yang terkandung dalam kedelai merupakan sterol yang berasal dari tumbuhan (fitosterol) yang jika dikonsumsi dapat mengurangi absorbsi kolesterol baik yang berasal dari diet maupun kolesterol yang diproduksi dari hati. Hambatan ini terjadi karena fitosterol ini berkompetisi dengan kolesterol untuk esterifikasi dengan asam lemak. Adanya mekanisme tersebut, maka kolesterol yang terserap oleh usus juga sedikit sehingga pembentukan kilomikron dan VLDL juga terhambat sehingga kadar LDL turun (Silalahi, 2000). Isoflavon pada kedelai memiliki efek terhadap reseptor LDL. Isoflavon memberikan efek peningkatan aktivitas up regulating reseptor LDL (Kirk et al., 1998). Hal ini seperti pada estrogen yang juga memiliki efek peningkatan aktivitas
3
up regulating reseptor LDL. Peningkatan reseptor LDL tersebut akan meningkatkan LDL clearence dari peredaran darah sehingga jumlah kolesterol LDL dalam darah berkurang (Wilson et.al ., 1998). Selain isoflavon, kedelai hitam juga kaya akan pigmen antosianin yang menurut Kwon et al. (2007) terbukti menurunkan kadar LDL secara signifikan bila dibandingkan dengan tikus dengan diet tinggi lemak
tanpa penambahan
ekstrak antosianin kedelai hitam. Hasil penelitian Kwon (2007) menyatakan bahwa antosianin membantu pengeluaran kolesterol dari jaringan perifer menuju hepar untuk selanjutnya dikeluarkan melalui ekskresi bilier. Pada kedelai hitam, berdasarkan penelitian oleh Takahashi et al . (2005), diketahui memiliki kandungan antosianin yang tinggi, yaitu 29 ± 0,56 mg/g. Kandungan antosianin yang tinggi ini menunjukkan bahwa kedelai hitam memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Lebih lanjut hal ini mereka buktikan bahwa kedelai hitam memiliki waktu inhibitor yang lebih lama terhadap oksidasi LDL (205 ± 16 menit), sehingga resiko terbentuknya plaque pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya aterosklerosis adalah lebih kecil pada kedelai hitam. Penelitian oleh Nangoi (1994) menyatakan bahwa kedelai mengandung niasin (asam nikotinat) yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta meningkatkan kolesterol HDL. Menurut Linder (1992), niasin dapat menurunkan konversi asam lemak bebas dengan menghambat lipolisis dari jaringan adiposa melalui regulasi HMG Ko-A Reduktase dan menghambat sintesis VLDL.
4
Hasil perbedaan yang tidak signifikan nampak pada perbandingan P1 dengan P2 (p > 0,05). Pemberian sari kedelai pada tikus dengan diet tinggi lemak terbukti dapat menurunkan kadar LDL serum namun tidak berbeda signifikan dengan pemberian sari kedelai dengan pakan standar. Kadar LDL tikus dengan diet tinggi lemak dan sari kedelai hitam yaitu 7,75±1,035 mg/dl sedangkan kadar LDL tikus dengan pakan standar dan sari kedelai hitam didapatkan rerata 10,67±3,535 mg/dl. Menurut Ulbrich dan Southgate (1991) makanan yang rendah kolesterol, tinggi serat, asam lemak tidak jenuh ganda dan protein nabati cenderung menurunkan kolesterol darah pada keadaan hiperkolesterolemia. Protein nabati pada keadaan normal dengan makanan bebas kolesterol cenderung tidak menurunkan kadar kolesterol darah (Beynen, 1990), hal tersebut terbukti dengan kadar LDL tikus yang diberi pakan standar dan sari kedelai hitam masih dalam batas bawah kadar normal LDL tikus sebesar 7,0-27,2 mg/dl. Pemberian diet tinggi lemak pada P1 dapat menyebabkan defisiensi atau kejenuhan reseptor LDL yang ditandai oleh akumulasi sirkulasi LDL dalam plasma dan oleh makrofag, LDL ini ditangkap kemudian diubah menjadi kolesterol oleat melalui modifikasi LDL secara kimiawi (Nurhayati, 2000).
5
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1
Kesimpulan
Berdas Berdasark arkan an hasil hasil peneli penelitia tian n dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa pember pemberian ian sari sari kedelai hitam (Glycine soja ) dengan diet tinggi lemak dapat menurunkan kadar LDL ( Low Density Lipoprotein) darah tikus jantan ( Rattus norvegicus).
6. 2
Saran
Sara Saran n yang yang bisa bisa dibe diberi rika kan n adala adalah h sari sari kede kedela laii hita hitam m dapa dapatt dija dijadi dika kan n alternatif untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
6
RINGKASAN
Intan Herwiyarirasanta. Efek Pemberian Sari Kedelai Hitam Terhadap
Kadar Kadar LDL ( Low Low Density Lipoprotein ) Tikus Jantan ( Rattus norvegicus norvegicus ) dengan Diet Tinggi Lemak. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek dari pemberian sari kedelai hitam terh terhad adap ap kada kadarr LDL LDL ( Low Density Lipoprotein Lipoprotein) pada tikus jantan ( Rattus Rattus
novergicus ) dengan diet tinggi lemak. Tikus ( Rattus Norvegicus) sebany sebanyak ak 24 ekor ekor dibagi dibagi menjad menjadii tiga tiga kelomp kelompok ok perlakuan perlakuan yaitu P0 (pakan tinggi tinggi lemak dengan aquades aquades sebanyak 1,5 ml), P1 (pakan tinggi lemak dengan pemberian sari kedelai hitam sebanyak 1,5 ml), P2
2
(pakan standart dengan pemberian sari kedelai hitam sebanyak 1,5 ml). Lama penelitian yaitu masa adaptasi dan pemberian pakan tinggi lemak selama satu bulan, bulan, perlakuan perlakuan dengan dengan pemberian pemberian sari kedelai hitam selama 21 hari. Di akhir penel penelitia itian n dilaku dilakukan kan pemerik pemeriksaa saan n LDL darah darah tikus tikus putih putih ( Rattus Norvegicus Norvegicus) dengan uji Direct LDL di Balai Besar Laboratorium Kesehatan(BBLK) Surabaya. Hasil Hasil penelit penelitian ian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa kadar kadar LDL dengan dengan perlak perlakuan uan P0 didapa didapatka tkan n rerata rerata 13.50 13.50 (mg/dl (mg/dl)) dengan dengan SD±2.7 SD±2.726, 26, P1 didapa didapatka tkan n rerata rerata 7.75 7.75 (mg/dl (mg/dl)) dengan dengan SD±1.0 SD±1.035, 35, dan P2 didapa didapatka tkan n rerata rerata 10.67 10.67 (mg/dl (mg/dl)) dengan dengan SD±3.535. Pada data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) antara kelompok kontrol P0 dengan kelompok perlakuan P1, hal ini diseba disebabka bkan n adanya adanya pember pemberian ian sari sari kedelai kedelai.. Sari Sari kedela kedelaii hitam hitam diketah diketahui ui memp mempun unya yaii
berb berbag agai ai
kand kandun unga gan n
yang yang
dapa dapatt
bers bersif ifat at
hipo hipoko kole lest ster erole olemi mik k
dianta diantaran ranya ya adalah adalah kandun kandungan gan niasin niasin,, asam asam lemak lemak tak jenuh, jenuh, isofla isoflavon von,, dan antosianin (Koswara, 1992). Data Data hasil hasil peneli penelitian tian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa terdapa terdapatt penuru penurunan nan terhad terhadap ap kadar kadar LDL pada pada tikus tikus putih putih dengan dengan diet diet tinggi tinggi lemak. lemak. Ini diakib diakibatk atkan an oleh oleh beb beber erap apaa kand kandun unga gan n yang yang terd terdap apat at di dala dalam m kede kedela laii hita hitam, m, anta antara ra lain lain
Polyunsaturated fatty acid (PUFA) yang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar LDL (Hayes., 1992). Di dalam kedelai terdapat bahan antioksidan, yaitu isoflavon dan antosianin, yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas yang menyebabkan menyebabkan terjadinya terjadinya peroksidas peroksidasii lemak (Stipanuk, (Stipanuk, 2000; 2000; Harborne Harborne and Mabry, 1982; Takahashi et al , 2005).
2
Perbandingan antara pemberian pakan tinggi lemak dengan sari kedelai hitam P1 dengan pemberian pakan standar dengan sari kedelai hitam P2 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Sedangkan perbandingan antara pemberian pakan tinggi lemak dengan aquadest P0 dengan pemberian pakan standar dengan sari kedelai hitam P2 juga tidak menunjukkan perbedaan nyata. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pemberian sari kedelai hitam dapat menurunkan kadar LDL pada tikus putih ( Rattus Norvegicus ) dengan diet tinggi lemak
DAFTAR PUSTAKA
Amrin, T. 2007. Susu Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 1-5. Assman, G. 2007. Scientific Evidence for Olive Oil and its effects on Lipid Metabolism. The Institute of Arteriosclerosis Research At the University of Munster. German. Astawan, M. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bjian. Pnebar Swadaya. Jakarta. 43-48, 104-109. Astuti, M. 2008. Mengupas Keunggulan Kedelai Hitam. Jakarta. Basso, F.P., Freeman, C.L. Knapper, A. Remaley. Stonik, E.B. Neufeld, T. Tansey, M.J.A. Amar, J. Fruchart Najib, N. Duverger, S. Santamarina Fojo, H.B. Brewer, Jr. 2003. Role of Hepatic ABCA1 transporter in Modulating Intrahepatic Cholesterol. J Lipid res. 44: 296-302. Beynen, A.C. 1990. Influence of dietary protein on serum cholesterol and atherosclerosis. Gizi Indonesia. 15(1):55 – 60.
3
Blanc, J.L., Gavino, V., Perea, A., Yousef, I. M., Levy, E. and Tuchweber, B. 1998. The Role of Dietary Choline in The Beneficial Effects of Lecithin on Secretion of Biliary Lipids in rats. Biochim Biophys Acta. 1393(23):223 – 234. Brody, P.K. 1994. Metabolic Control and Disease. W.B. Saunders Company. Philadelphia. London. 394-441. Budiarso, T. 2003. Minyak kelapa, Minyak Goreng yang paling Aman dan Sehat. www.indonesia.com.[19 Mei 2009]. Cuchel, M. 1997. Lovastatin Decreases De Novo Cholesterol Synthesis and LDL Apo B-100 Production Rates in Combined-Hyperlipidemic Males. Journal of Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. American Heart Association. 1910-1917. Clifford W. B. 2003. Flavonoid: Anthosianin. Journal of Agriculture and Food Chemistry. Michigan State University. Edward. 2008. Khasiat Susu Kedelai Bagi Manusia. Biocontrol News and Information, Discover & Science News. New York-London. Fessenden, Ralph.J and Fessenden, Joan. 1997. Kimia Organik. Jilid 1. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Ganong, W.F. 2001. Review of Medical Physiology 11 th ed. New York. McGrawHill pp. 290 – 172. Guyton, A.C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi III. Alih bahasa: L.M.A. Ariata T. Penerbit Buku Kedekteran ECG, Jakarta. 95-154. Harborne, J.B. 1986. The flavonoids: Advances in research. Chapman & Hal, London. 5, 117. 15, 633 – 637. Hess, T., Philip, K., and Thomas, J. M. 2006. Association Between Atherosclerosis and Glomerulopathy in Dogs. Intern. J. Appl. Res. Vet. Med. Vol : 4 Number 3. Hiatt, W.R. 2000. Aterosklerotic Pheripheral Arterial Disease. In Cecil Textbook of Medicine, edited by Lee Goldman and J.C. Bennet, 21 ed. Philadelphia: W.B. Saunders. 357-362. Jhonson, D.W. and Mokler, D.J., 2001. Lecithin’s Therapeutic Effects. Continuing Education Module. Central Soya Lecithin Group. pp 2 – 6. John, M.D and Stephen, D.T. 2001. Control of Cholesterol Turnover in the Mouse. Journal of Biological Chemistry 3801-3804.
2
Kirk, Sutherland, Wang, Chartz and Le Beauf. 1998. Dietary Isoflavone Reduce Plasma Cholesterol And Atherosclerosis in Mice. J. Nutr. 128: 954-959. Koswara, S. 1992. Teknologi Pengembangan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan Jakarta. Koeswara. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. hal. 40-45. Kusriningrum, R.S. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Kusumawati, D. 2002. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gajahmada University Press. Yogyakarta. Kwon, S. H., Ahn, I. S., Kim, S.O, Kong, C. S., Chung, H. Y, Myoung, S. D, and Park, K. Y. Journal of Medicinal Food. September 2007. 10(3): 552-556. Lehninger, L.L. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi 1. Alih Bahasa: Maggy Thenawijaja. Erlangga. Jakarta. 283-367. Marks, D.B., D.M. Allan and M.S Collen. 2000. Biokimoa Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Edidi I. Alih Bahasa: Brahm, U.P. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta. 2 – 555, 163 – 690. Mayes, P. A. 2000. Biokimia Harper. Edisi XXV. Alih bahasa: Andi Hartono. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. 148-159. Menys, C.V., and P.N. Durrington. 2007. Human Cholesterol Metabolism and Therapeutic Molecules. Experiment Physiol J.1745-1753. Mindell, E. 2008. Terapi Kedelai Bagi Kesehatan. PT. Pustaka Delapratasa. Jakarta. 1-2, 53-60. Montgomery, R., R. L Dryer, T. W Concay dan A. A Spector. 1993. Biokimia Pendekatan Berorientasi Kasus. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 516-518. Murray, R.k., D.K. Granner, P.A. Mayes dan V.W. Rodwell. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. terjemahan: dr. Andry. H. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 148,275. Myers, S. 2006. How to Avoid a Broken Heart Using Nutrient to Control the Leading Risk factors of Hearts Disease. Virgo Publishing. Nadler J. L. 2008. Khasiat Susu Kedelai Bagi Manusia. City of Hope Medical Center. California. USA.
3
Nangoi, L. 1994. Pengaruh Suplementasi Susu Kedelai Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Putih dengan Pakan Tinggi Lemak. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Noer. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 714. Nurhayati, E. 2000. Potensi Kol Sawah ( Pila apullacea) Terhadap Perubahan Kadar Kolesterol-HDL Darah Mencit yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Skripsi: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Oetoro S. 2007. Cara Cerdas Menyikapi Kolesterol. Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Prabowo, G.I. 1994. Pengaruh substitusi tempe kedelai dalam diet terhadap profil lipid serum tikus dangan keadaan hiperkolesterolemia. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Pfanner E. 2007. A Place Where Cholesterol is Welcome: in Billboards. The New York Times. Edition Süddeutsche Zeitung. New York. Rayandi, D.S. 2008. Panduan Wirausaha Tahu. Media Press. Yogyakarta. Santoso M., Setiawan T. 2005. Penyakit SMF Penyakit Dalam RSUD Koja / Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta Segrest, J.P. 2001. Structure of Apolipoprotein B-100 in LDL. J. Lipid Research. 1346-1367. Selamihardja, N. 2005. Kiat Mengelola Kolesterol Tinggi. Majalah Intisari. Siburian P. 2006. Tak Semua Lemak Berbahaya Bagi Kesehatan. Cermin Dunia Kedokteran August 23 rd. Jakarta. Silalahi, J. 2000. Fats, Oils and Fat substitutes in Human Nutrition. Indonesian Food and Nutrition Process. 7(2): 56-66. Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Smaolin, A and M.B. Grosvenor. 1997. Nuttrition Science and Aplication, 2 nd edition. Sounders College Publishing. Soenarta. A. 2008. Ancaman Global Bernama Penyakit Kardiovaskular. Artikel Kesehatan Medicastore. Jakarta.
3
Somer E. 1988. Cholesterol and Nutrition. Health Media of America Inc. San Diego, CA. Stipanuk, M.H. 2000. Biochemical and Physiological Aspects of Human Nutrition. Saunders Company. 306,315,333,918. Supriyanto. 2004. Pengaruh Pemberien Ekstrak Kedelai terhadap Kadar Kolesterol Total, LDL, HDL dan Rasio kolesterol LDL/HDL Darah Tikus Putih Jantan yang Mengalami Hiperkolesterolemia. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Suyanti. 2004. Kadar Karbohidrat, Protein, Vitamin C dan Karoten Susu Germinasi yang Diperoleh Melalui Perkecambahan Biji Kedelai (Glycine max). [Thesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Suyatna, F.D. dan Handoko. T. 1998. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Gaya Baru. Jakarta. 616. Takahashi, R.,Ohmori, R., Kiyose, C., Momiyama, Y., Ohsuzu, F. and Kondo, K. 2005. Antioxidant Activities of Black and Yellow Soybeans againts Low Density Lipoprotein Oxidation. J. Agric Food Chem. 53, 4578 – 82. Tejayadi Susy. 1991. Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit Kardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran No. 73. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Bukit Manikam Sakti, Bekasi. Jakarta. Ulbricht, T.L.V. and D.A.T. Southgate. 1991. Coronary Heart Disease. Lancet. 338: 981-991. Utami, S. 1999. Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih ( Rattus novergicus ) Penderita Hiperkolesterolemia Setelah Pemberian Diet Produk - Produk Kedelai. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Warnick. 2007. Estimating Low Density lipoprotein Cholesterol by the Friedewald Equation is Adequate for Classifying Patient on Basist Nationally Recommended Cutpoints. White P. D. 2004 . Mencegah Penyakit Kardiovaskular. Widodo, F.Y. 1994. Studi Perbandingan antara Pengaruh Diet Minyak Kedelai Dan Minyak Kelapa Sawit Terhadap Profile Lipid Darah Tikus Dengan Diet Tinggi Lemak. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.
2
Wilson, J.D., Foster D.W., Kronenberg H.M and Larsen P.R.L. 1998. Williams Text Book of Endocrinology, 9th Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company. pp. 801-806, 1099-1144. Zacky D. 2009. Sumbatan Pembuluh Darah, Aterosklerosis. Artikel Kesehatan Medicastore.
BAHAN PAKAN
JUMLAH
Tepung jagung
2,27 kg
Terigu
3,09 kg
Kacang hijau
1,27 kg
Lampiran 1.
Ikan
1,45 kg
Susunan Pakan
Lemak babi
1,83 kg
Tinggi Lemak
Vit B1
0,44 g
per 10 kg *
Vit B2
1,09 g
LAMPIRAN
Nikotinamid
10,91 g
Kalsium pantotenat
2,18 g
Vit B6
0,36 g
Kolin bitartrat
41,45 g
Multivitamin roche
36,36 g
2
Sumber: Widodo (1994) (*) pakan dibuat dalam bentuk pelet
Tiap gram multivitamin (Roche) mengandung : •
100.000 IU Vitamin A
•
1000 IU Vitamin D
•
50 mg Vitamin B12
•
80 IU Vitamin
Lampiran 2. Kandungan Gizi Pakan Tinggi Lemak
Kandungan
Pakan Tinggi Lemak
Protein
13 %
Air
9,8 %
Lemak
22,8 %
Serat Kasar
2,2 %
Abu
5,2 %
1
Lampiran 3. Susunan Pakan Standar
Kandungan
Pakan Standard
Protein
21 %
Air
6%
Lemak
5%
Serat Kasar
5%
Abu
7%
3
Lampiran 4. Cara Pembuatan Sari Kedelai Hitam
Kedelai sebanyak 1 kg direndam dalam air dingin pada suhu ruang (2628ºC) dengan perbandingan larutan perendam dan kedelai 3:1 selama 8 jam. Kemudian kedelai tersebut direbus dalam larutan NaHCO3 0,25% untuk menghilangkan antitripsin selama 15 menit pada suhu 70ºC. Kedelai ini didinginkan dan kemudian dicuci dengan air. Kemudian kedelai digiling dengan penggiling dengan menambahkan air 75%. Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan susu kedelai mentah, kemudian panaskan dengan api sedang sampai mendidih, setelah itu api dikecilkan, dan dibiarkan dalam api kecil selama 20 menit (Aini, 2003).
5
Lampiran 5. Kandungan Gizi Sari Kedelai Hitam dalam 100 gram
Kandungan
Sari Kedelai Hitam
Air
88,60 mg
Kalori
52,99 kkal
Protein
4,40 mg
Karbohidrat
3,80 mg
Lemak
2,50 mg
Vit. B1
0,04 mg
Vit. B2
0,02 mg
Vit. A
0,02 mg
1
Lampiran 6. Prosedur Operasional Uji Direct LDL
Komposisi Reagen: Reagen 1
:
•
Magnesium chloride 100mM
•
Aminoantipyrene 1 mmol/L
•
buffer, pH 7.0+0.1
•
preservative.
Reagen 2 : •
Peroxidase from Horseradish (POD) 4KU/L
•
Cholesterol Oxidase from Nocardia sp. (PEG-CO) 1 KU/L
•
Cholesterol Esterase from Pseudomonas (PEG-CE) 1KU/L
•
N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3,5-dimethoxyaniline (HDAOS) 0.3g/L
•
buffer, pH 7.0+0.1, surfactant, preservative.
Prinsip
:
Pengukuran dengan metode Direct LDL Cholesterol digunakan untuk mengukur kadar LDL dalam serum tanpa didahului oleh pretreatment ataupun sentrifugasi. Metode ini menggunakan 2 reagen. Reagen 1 digunakan untuk menstabilkan HDL, VLDL, dan kilomikron. Reagen 2 yang berisi enzym PEG termodifikasi yang akan bereaksi spesifik dengan kolesterol LDL. Oleh karena itu hanya kadar LDL yang akan terukur. Prosedur
:
1. Mencampurkan 4 ul sampel (serum) dengan 300 ul Reagen 1 2. Memanaskan dengan suhu 37°C selama 5 menit 3. Menambahkan 100 ul Reagen 2
3
4. Memanaskan dengan suhu 37°C selama 5 menit yang akan menghasilkan warna ungu kemerahan 5. Membaca Absorbance Serum dengan spektrofotometer otomatis dengan panjang gelombang 546 nm
Penghitungan Kadar LDL: Absorbance Serum Absorbance Standart
X
Konsentrasi Kalibrator (mg/dl)
1
= Kadar LDL Serum (mg/dl)
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Darah
No Kode TC LDL HDL TG 1 A1 63 11 20 49 2 A2 72 19 22 46 3 A3 74 14 21 51 4 A4 65 14 21 46 5 A5 54 15 23 48 6 A6 92 13 19 59 7 A7 69 11 21 50 8 A8 74 11 20 64 1 B1 60 6 23 30 2 B2 52 10 24 40 3 B3 54 10 25 28 4 B4 46 7 25 41 5 B5 56 11 24 35 6 B6 53 6 23 30 7 B7 62 10 24 36 8 B8 60 11 22 32 1 C1 45 8 27 41 2 C2 61 7 32 30 3 C3 40 9 26 31 4 C4 59 7 26 32 5 C5 55 6 27 30 6 C6 60 8 32 42 7 C7 59 9 25 38 8 C8 58 8 29 31 1 D1 52 19 24 2 D2 60 11 34 3 D3 52 7 30 4 D4 62 9 24 5 D5 60 12 27 6 D6 62 10 27 7 D7 65 8 25 8 D8 52 10 22 Ket : A : P0+ (pakan tinggi lemak + 1,5 aquadest), B : P1 (Pakan tinggi lemak + 1,5 sari kedelai kuning), C : P2 (pakan tinggi lemak + 1,5 sari kedelai hitam), D : P0- (pakan standar + 1,5 sari kedelai hitam)
1
Lampiran 8. Analisis Data SPSS 13.0 for windows Case Processing Summary(a) Cases Included N LDL * pemberian sari kedelai hitam
Excluded
Percent 24
N
96.0%
Percent 1
a Limited to first 100 cases.
3
Total
4.0%
N
Percent 25
100.0%
Case Summariesa
LDL pemberian sari kedelai hitam
p0
1
11
2
19
3
14
4
14
5
15
6
13
7
11
8 Total
p1
11 N
8
Mean
13.50
Std. Deviation
2.726
1
8
2
7
3
9
4
7
5
6
6
8
7
9
8 Total
8 N
8
Mean
7.75
Std. Deviation p2
19
2
11
3
7
4
9
5
12
6
10
7
8
8 Total
Total
1.035
1
10 N
8
Mean
10.75
Std. Deviation
3.694
N
24
Mean
10.67
Std. Deviation
3.535
a. Limited to first 100 cases.
1
Multiple Comparisons
Dependent Variable: LDL Tukey HSD Mean (I) pemberian sari (J) pemberian sari Difference kedelai hitam kedelai hitam (I-J ) S td. E rror p0 p1 5.750* 1.358 p2 2.750 1.358 p1 p2
95% Confidence Interval S ig. .001
Lower B ound Upper B ound 2.33 9.17
.131
-.67
6.17
p0
-5.750*
1.358
.001
-9.17
-2.33
p2
-3.000
1.358
.093
-6.42
.42
p0
-2.750
1.358
.131
-6.17
.67
p1
3.000
1.358
.093
-.42
6.42
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets LDL a
Tukey HSD
pemberian sari kedelai hitam p1
Subset for alpha = .05 N
1
2
8
7.75
p2
8
10.75
p0
8
10.75 13.50
Sig.
.093
.131
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.000.
Oneway ANOVA
LDL
Between Groups
Sum of Squares 132.333
df 2
Mean Square 66.167 7.381
Within Groups
155.000
21
Total
287.333
23
1
F 8.965
Sig. .002
Means Plots 9 p 1 7 8 p M 4 3 2 1 0
e m a b n e r o i f a n L D s L a r i k e d e l a i h i t a m
Graph
3
8 p 1 6 p 9 1 6 4 2 0
5 e m % b e C Ir i a L n D L s a r i k e d e l a i h i t a m
Lampiran 9. Foto-foto Penelitian
(a) Gambar 1.
(b)
Kandang Hewan coba (a) ; Sonde no 8 untuk pemberian sari kedelai (b).
1
Gambar 2. Anestesi tikus putih per inhalasi dengan menggunakan ether
Gambar 3. Pengambilan darah tikus di akhir penelitian
3